CJ Rantung |
Pria yang akrab disapa John Rantung itu menjadi Gubernur Sulawesi Utara selama 10 tahun yakni 3 Maret 1985 sampai 1 Maret 1995. Banyak hal dikerjakan Rantung selama memimpin utamanya membangun bangunan-bangunan monumental.
Tak pelak, mendengar Rantung wafat, sang yunior, Gubernur Sinyo Harry Sarundajang pun tak kuasa menahan tangis. Kabar duka itu diterima Sarundajang kala menyampaikan arahan rapat di Ruang Huyula, Pemprov Sulut di depan para bupati dan wali kota.
Sarundajang pun seketika menghentikan arahannya. Dia lantas menyeka air matanya. "Beliau pemimpin yang baik. Saya dan warga Sulut sangat kehilangan. Beliau sesepuh kita yang sudah berbuat banyak untuk daerah ini," ujarnya di depan forum. Ia pun kemudian mengundang hadirin berdiri untuk mengadakan hening cipta sejenak.
Usai kegiatan, Sarundajang kembali mengungkapkan rasa kehilangannya di depan wartawan. Ia sedih sekali. "Saya sedih, merasa kehilangan. Saya dekat dengan beliau. Dia dipanggil Tuhan, memang kesehatannya menurun, tetapi pemikiran beliau relevan luar biasa. Seluruh masyarakat Sulut tahu andil beliau untuk daerah Sulut," ungkapnya.
"Kantor gubernur ini karyanya. Beliau pemimpin yang harus dicontoh, rendah hati, tegas dan banyak gagasan, itulah Pak Rantung. Saya sedih sekali, rakyat Sulut sangat merasa kehilangan," ungkapnya lagi.
Di usia yang lanjut, bahkan CJ Rantung, kata Sarundajang, masih aktif mengabdi untuk daerah. Selain sering memberi saran bagi dirinya, Rantung itu menjadi pembina pensiunan pamong praja. Sarundajang terakhir bertemu Rantung, Senin pekan lalu.
"Minggu lalu masih kasih saran. Minggu lalu, Senin, beliau berkunjung dengan ibu. Hampir setiap saat bertamu. Masih sempat juga menghadiri pelantikan Bupati Minahasa," ujarnya.
Uskup Manado, Mgr Joseph Suwatan MSC pun ikut sedih mendengar kabar, Rantung wafat. Uskup bertemu Rantung terakhir kali dalam sebuah acara di gubernuran. Ia pun ingin melihat Rantung untuk terakhir kalinya.
"Ia merupakan gubernur saat saya diangkat menjadi Uskup. Beliau saat itu hadir dalam upacara tahbisan. Ia juga beraudiensi dengan Uskup Emeritus Theodorus Morse MSC dan Duta Vatikan Canalini pada saat itu," ujarnya.
Bagi monseignur, CJ Rantung itu merupakan sosok yang baik dan jujur. Semangat keprajuritan ditunjukkannya sampai sekarang. "Ia bukan orang yang menjadi kaya karena menjadi gubernur dan ia orang yang sederhana," katanya.
Uskup mengaku Uskup Emeritus saat itu jarang ke gubernuran karena walaupun mengaku orang Indonesia tapi ia berasal dari Belanda. Oleh karena itu Suawatan merintis kunjungan ke gubernuran.
"Saya dan gubernur CJ Rantung yang merintis kunjungan ke gubernuran. Kehadiran uskup dengan jubahnya pada awalnya mula-mula terasa aneh di tengah banyak pendeta Protestan. Itu karena Uskup jarang hadir ke acara gubernuran. Tapi dengan CJ Rantung semua terlaksana," ujarnya.
Sementara itu, Imam Masjid Raya Ahmad Yani KH Ismail Tunai mengaku terakhir bertemu Rantung ketika menghadiri ulang tahun Gubernur Sarundajang, beberapa waktu lalu.
"Ia melambaikan tangan ke saya ketika menghadiri acara ulang tahun Gubernur Sinyo Harry Sarundajang. Ketika itu saya melihat kondisinya sehat walafiat. Dia datang bersama anaknya, Jeffry Rantung. Namun ketika itu, tidak sempat berbincang," ujarnya.
Tunai menambahkan, sosok Rantung merupakan orang yang bersahaja. Ketika menjadi gubernur dekat dengan rakyat, apalagi dengan petani. Oleh karena itu bisa dikatakan ia satu di antara gubernur Sulut yang berhasil dan dikenang sampai saat ini.
Sekretaris BPMS GMIM, Arthur Rumengan seakan tak percaya ketika mendengar Rantung wafat. "Saya sangat terkejut mendengar berita beliau sudah berpulang, sebab belum lama sempat berjumpa sat kegiatan dengan Bapak Gubernur di Manado. Saat itu saya hanya sempat berjabat tangan dengan beliau," kata Rumengan, kemarin.
Diungkapkan Rumengan, ketika menjabat gubernur, sosok sang jenderal sangat banyak memberi perhatian terhadap aktivitas gereja, termasuk GMIM sendiri boleh berkembang pesat dalam pelayanannya.
"Di masa-masa menjadi Gubernur, Sang Jenderal saya ingat sangat baik membangun daerah bersama-sama dengan gereja. Dalam banyak aktivitas gereja, beliau selalu berkesempatan hadir dan memberikan sokongan penuh dengan membawa kelompok paduan suara untuk mengisi acara. Suasana itu tentu memberikan kenangan indah bagi GMIM," jelasnya.
Menurut informasi, jenazah almarhum akan dimakamkan di Manado pada Minggu (7/4) di Taman Makam Pahlawan Kairagi Manado. "Info, Jumat (5/4) jenazah dibawa ke Manado dan disemayamkan di kantor gubernur (Kantor Gubernur Sulut) dan rencana Minggu (7/4) dimakamkan. Ini info dari anaknya Jeffry Rantung," ujar Wakil Ketua DPRD Sulut Arthur Kotambunan melalui pesan pendek kepada Tribun Manado. (ryo/dma/erv/war/rob)
Sumber: Tribun Manado 4 April 2013 hal 1