Belajar memasak sendiri |
TIDAK hanya pintar, tapi para siswa pun dididik memiliki karakter yang kuat. Konsep itulah yang dikembangkan SMP dan SMA Lokon St Nikolaus Tomohon dalam kurikulum pendidikan berbasis kehidupan atau integral holistik. Sekolah yang beroperasi sejak tahun 2002 ini berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Lokon yang dipimpin Ronald Korompis.
"Pendidikan integral holistik merupakan gabungan dari beberapa aspek yang kami terapkan untuk membentuk siswa dalam seluruh aspek pembelajaran baik spiritual, moral, imajinatif, budaya, estetika, emosi dan fisik," jelas Wakil Ketua Badan Pengurus Harian Yayasan Lokon Jimmy Wewengkang, Senin (15/4/2013).
Konsep pendidikan tersebut, kata dia, sudah terbukti menghasilkan tokoh-tokoh terkenal pada abad pertengahan. "Pola pendidikan seperti ini sudah terbukti mampu menghasilkan tokoh-tokoh hebat, tapi di Indonesia khususnya di wilayah Timur sempat pudar, makanya dihidupkan kembali dan hasilnya sangat luar biasa. Anak-anak yang dididik di sini tak hanya memiliki intelektual tinggi, tapi juga memiliki toleransi, karakter, dan moral yang kuat," kata Wewengkang.
Untuk aspek intelektual siswa diwajibkan mengikuti kegiatan belajar-mengajar regular di sekolah dengan tertib. Sedangkan pembentukan moral dan karakter lebih banyak dilakukan di asrama.
Belajar astronomi sejak SMP |
"Ini yang membedakan kami dengan sekolah lain. Di sini siswa tak hanya dididik lewat kurikulum sekolah, tapi juga ditempa lewat kurikulum asrama. Jadi, kedudukan antara sekolah dan asrama menjadi setara, tidak saling membawahi. Di sekolah ada kepala sekolah yang mengelola semua kegiatan akademik siswa, di asrama juga ada kepala asrama yang mengontrol seluruh aktivitas siswa sesudah belajar di sekolah. Artinya, antara sekolah dan asrama menjadi sama penting untuk membentuk anak-anak di sini," tuturnya.
Di asrama seluruh siswa belajar hidup disiplin, tertib dan mandiri. Setiap aktivitas yang mereka lakukan teratur dan terstruktur. Misalnya pada pukul 04.45 Wita mereka semua harus bangun dan berdoa bersama. Kemudian dilanjutkan dengan latihan baris-berbaris sekitar 25 menit baru mandi. "Latihan baris berbaris kami terapkan tiap hari untuk memberikan penyegaran fisik kepada siswa, sehingga saat belajar mereka memiliki stimulus baru dan jadi lebih semangat saat belajar, tidak ada yang mengantuk," kata pembina asrama, Marjte Mongdong.
Pada pukul 06.20 Wita, seluruh siswa sudah selesai makan pagi dan pukul 06.45 Wita apel di sekolah. Selanjutnya pada pukul 07.00 Wita hingga pukul 15.00 Wita mengikuti pelajaran di sekolah. "Setelah jam sekolah usai, pada pukul 17.45 Wita mereka belajar mandiri pertama di asrama, ada ruang studi masing-masing yang sudah disiapkan lengkap dengan fasilitasnya. Tapi, sebelumnya mereka diberi kesempatan istirahat dan mandi," jelasnya.
Aktivitas siswa tak berhenti sampai disitu. Usai makan malam pada pukul 19.30 Wita, mereka belajar mandiri tahap II, sebelum tidur lagi usai apel malam pukul 22.00 Wita. "Untuk studi mandiri kedua biasanya fakultatif, jika ada yang belum datang saat apel biasanya mereka dicari hingga ketemu agar tercipta kebersamaan. Ada doa bersama juga," ungkap Martje.
Humas Yayasan Lokon Jimmy Pontoan menambahkan, setiap angkatan yang direkrut 120 siswa. Kuota asrama masing-masing tiap kamar SMA berjumlah 6 orang, sedangkan SMP 8 orang. "Di sini mereka diajari semua hal, mulai dari cara makan, mencuci piring, memberi hormat hingga memasak. Jadi, mereka menjadi figur yang mandiri, terampil dan berkarakter tak hanya pintar saja," terangnya.
Bahkan, murid yang lebih senior menjadi tutor (pendamping) bagi yuniornya "Mereka di sini dididik untuk mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan siapa saja. Di asrama mereka berbaur dengan siswa dari daerah lainnya, tak ada yang berkumpul dalam satu komunitas," katanya.
Siswa-siswi memang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Ada yang dari Papua, Jakarta, Tobelo, Kalimantan dan wilayah Sulawesi, terutama Tomohon. "Di sini tak hanya diajarkan teori, tapi langsung dipraktekkan. Jadi, pembentukan karakter secara menyeluruh langsung dijalankan. Mereka jadi sangat teratur, disiplin dan mandiri," kata Kepala Asrama Andi Ndityomas.
Dilan Mambo, siswa Kelas 2 SMP Lokon merasakan manfaat dari kurikulum yang diterapkan. "Sejak sekolah di sini, saya menjadi lebih mandiri, tak hanya berhasil dalam akademik saja ketika terpilih mewakili Tomohon berlaga di tingkat provinsi dalam ajang Olimpiade Sains khsusus fisika," kata siswa asal Jakarta tersebut.
Pola kehidupan asrama, kata Dilan, mengatasi kendala yang dihadapinya saat bersekolah di Jakarta, yakni sering terlambat karena macetnya transportasi.
Seluruh aktivitasnya juga menurut Dilan sangat terkontrol dan teratur, tidak ada tumpang tindih. "Di sini saya bisa punya banyak teman dari mana saja, tak seperti di rumah yang sangat terbatas. Waktu bermain teratur, begitu juga dengan waktu belajar. Tak ada yang terabaikan," tuturnya.
Sharon Wangke, siswi Kelas III IPA pun merasakan hal yang sama. Selama hampir 3 tahun di sana siswa asal Kakaskasen tersebut semakin terbentuk karakternya. "Hidup di sini seperti di rumah sendiri. Saya mendapat banyak keluarga baru," ungkapnya. Ia pun menjadi lebih mandiri, tak lagi bergantung pada pertolongan orangtua atau saudara untuk melaksanakan suatu pekerjaan. "Awalnya saat sekolah di sini, rasanya ingin pulang. Tapi setelah beberapa lama, saya jadi sangat betah, sekarang pun meski rumah dekat, saya jadi tidak ingin pulang," tuturnya.
Ia mengakui secara intelektual lebih terasah dengan metode pendidikan yang dijalankan di SMA Lokon. Dia bisa mengikuti Olimpiade Sains Matematika, dance dan berbagai kegiatan lainnya.
Terbuka bagi Siapa Saja
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan SMA Lokon St Nikolaus Tomohon konsisten mewujudkan tujuannya yaknimenciptakan siswa yang memiliki pribadi yang percaya diri, cerdas, terampil, sehat jasmani dan rohani, tegar dan ulet, disiplin, berjiwa sosial dan berakhlak mulia.
"Semua sekolah yang dikelola Yayasan Lokon, baik SMP maupun SMA mengakomodir juga siswa yang kurang mampu (secara ekonomis) tapi memiliki kemampuan akademik. Kami memberikan bantuan dalam bentuk beasiswa bagi mereka yang ingin bersekolah, terutama bagi warga Tomohon agar menjadi pribadi yang berhasil," jelas Wakil Ketua Badan Pengurus Harian Yayasan Lokon Jimmy Wewengkang kepada Tribun Manado, Senin (15/4/2013).
Seluruh siswa, kata dia, dididik untuk memperdalam pendidikan dalam kondisi yang seimbang, baik dalam hal intelektual (IQ), emosi (EQ) dan jasmani (PQ).
"Untuk anak-anak yang memiliki kemampuan khusus, biasanya kami bimbing dalam exelent program agar dapat mengikuti kompetisi nasional dan internasional. Tapi untuk siswa yang butuh peningkatan kemampuan akademik, kami berikan spesial program. Jadi, program pembelajaran di sini sangat berbeda dengan yang lain. Jika ada siswa yang rendah kemampuan akademiknya, pasti kami dorong agar terus belajar sehingga menyamai siswa lainnya. Mereka tidak dibiarkan," katanya.
Menurut Humas Yayasan Lokon Jimmy Pontoan, siswa yang memiliki kemampuan akademik terbatas akan dibimbing secara khusus usai program belajar di sekolah. "Jadi, saat mereka selesai dari sini, ketika lanjut kuliah misalnya di dalam maupun luar negeri, tetap mampu bersaing. Sudah terbukti banyak lulusan dari sekolah ini dapat berkiprah di mana saja," ujarnya.
Di SMP dan SMA Lokon, siswa-siswi memang dibekali beragam ilmu pengetahuan. Sekolah ini memiliki observatorium modern, mungkin satu-satunya sekolah menengah di Asia Tenggara yang memiliki sarana itu. "Yang istimewa di sini adalah para siswa bisa mempelajari ilmu astronomi secara langsung karena ada observatorium modern untuk melihat bintang-bintang di bawah bimbingan Profesor Dr Mezak Ratag yang sudah menemukan 120 bintang," tambah Pontoan.
Keberadaan fasilitas itu membuka wawasan para siswa menjadi lebih maju. "Untuk melihat luar angkasa sekarang tak perlu menjadi astronot. Dengan datang belajar di SMP dan SMA Lokon sudah bisa menjadi orang yang hebat," tuturnya.
Merancang kurikulum pendidikan lebih modern, menurut Pontoan juga memicu peningkatan kualitas anak didik. Misalnya, pelajaran yang dipelajari siswa SMP kelas III atau SMA, sudah bisa dikuasai dan diselesaikan siswa SMP Kelas I.
"Pelajaran Matematika tingkat SMA kami integrasikan ke SMP, sehingga yang duduk di bangku SMP Kelas I pun sudah bisa mengerjakan soal. Tidak menunggu harus sampai di SMA baru dia bisa mempelajari itu, dan buktinya sudah ada, yakni di SMA Lokon ada siswa SMP Kelas I yang mampu tampil sebagai utusan ke provinsi mengalahkan siswa yang lebih senior untuk Olimpiade Sains," ungkapnya.
Keberhasilan tersebut, kata Pontoan, bukan karena dipaksakan tapi karena memang sistem pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil kajian dan evaluasi. "Anak-anak SMA di sini sudah mampu memahami pelajaran yang dibahas oleh mahasiswa S1 maupun program magister karena kami sudah mempelajari kelemahan-kelemahan dalam setiap pelajaran, dan urut-urutan materi yang bisa dipelajari oleh siswa. Ini tidak menimbulkan kejenuhan, tapi justru mereka semakin gemar untuk belajar," katanya.
Penunjang lainnya adalah penerapan metode belajar mandiri bagi siswa dengan dukungan internet menggunakan fiber optic yang memudahkan siswa belajar e-learning. "Semua materi sudah kemas, tanpa guru pun mereka bisa belajar sendiri menjadi lebih maju. Tapi kami tidak pernah berbangga diri dengan semua itu. Kami senang karena kehadiran kami dapat menjadi contoh serta efek positif bagi pihak lainnya untuk mengembangkan mutu pendidikan di daerah ini. Kami selalu terbuka untuk siapa saja. Sebab kehadiran kami tujuannya untuk memanusiakan manusia lain seperti motto Dr Sam Ratulangi, Sitou Timou Tu Moutou," tuturnya.
Di SMP dan SMA Lokon pun banyak program ekstra kurikuler untuk mengembangkan minat dan bakat siswa, seperti bolabasket, futsal, sepakbola, renang, badminton, bolavoli, softball, atletik, marching band hingga alat musik tradisional. "Kami sudah mengikuti berbagai lomba dan selalu tampil sebagai juara karena memang semuanya dibina dengan baik," kata Pontoan.
Yayasan Lokon pada bulan November 2013 mendapat kehormatan khusus yaitu tuan rumah Asia Pacific Astronomy Olimpiad yang akan diikuti lebih dari 10 negara. Sedangkan sederet prestasi yang diukir, misalnya pada bulan Desember 2012, Team Indonesia yang dipimpin Prof Mezak Ratag mengutus dua siswa terbaik dari Sulut yaitu Nadia Pangemanan dan Valensia Sumaki, siswa kelas 2 SMP Lokon yang menjadi peserta termuda dalam even internasional ini.
Di bidang olimpiade sains, baik di tingkat nasional maupun tingkat internasional banyak prestasi yang diraih. Pada tahun 2010 Christian George Emr meraih medali emas Fisika Olimpiade Internasional di Zagreb Kroasia, dan terakhir pada tahun 2012 berhasil menyabet tiga medali dalam Olimpiade Sains Nasional di Jakarta. Pada tahun 2011 Lokon dipercaya sebagai tuan rumah Olimpade Nasional khusus bidang biologi dan astronomi. (warstef abisada)
Sumber: Tribun Manado edisi 16 dan 17 April 2013 hal 1