Ingat Fernandez, Ingat Gempar dan Gerbades

Hendrik Fernandez
TATKALA Flobamora dipimpin Gubernur El Tari, rakyat dipacu untuk selalu melakukan penanaman. Saat itu terkenal semboyan, "Tanam... tanam sekali lagi tanam". Waktu terus bergulir. Ketika 'Kapal NTT' dinakhodai Ben Mboy, muncul Program Operasi Nusa Hijau (ONH) yang dilakukan serentak dengan Operasi Nusa Makmur (ONM) dan Operasi Nusa Sehat (ONS).

Program apa yang ditabuhkan Hendrikus Fernandez? Lima tahun memimpin NTT, 1998-1993, Hendrik Fernandez menelorkan Gerakan Meningkatkan Pendapatan Asli Rakyat (Gempar) sebagai salah satu program pembangunan di daerah ini. Para petani diwajibkan menanam sejuta anakan jambu mete dan tanaman bernilai ekonomi lainnya.

Para petani NTT kemudian menikmati hasil dari menanam jambu mete tersebut lewat program Gempar yang ditabuhkan Hendrikus Fernandez.

Fernandez merasa kurang puas jika membiarkan para petani mengolah lahannya sendiri tanpa adanya pendampingan sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan hasil produksi petani. Ia kemudian mengirim para sarjana ke desa-desa untuk membantu para petani dalam mengembangkan lahan pertaniannya lewat program Gerakan Membangun Desa (Gerbades).

Para sarjana menjadi ujung tombak dalam misi pembangunan pertanian dimaksud. Selama menjadi Gubernur NTT, Fernandez menerima empat penghargaan dari Menteri Kependudukan dan Keluarga Berencana sebagai bentuk penghormatan atas jasanya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat lewat program-program pembangunan yang ditelorkannya.

Almarhum Hendrikus Fernandez adalah perintis pengembangan kawasan industri Bolok (KIB). Ia kemudian mengundang El Nusa untuk membangun pelabuhan laut sebagai "base camp-nya" Celah Timor. Namun, setelah Timor Timur lepas dari Indonesia melalui jajak pendapat pada Agustus 1999, nasib pelabuhan tersebut seakan tak dirawat. Tetapi, akhirnya kawasan pelabuhan itu dijadikan sebagai Pangkalan Utama TNI-AL (Lantamal) Kupang, sampai sekarang.

Almarhum juga memiliki visi pembangunan yang sangat menjanjikan dengan merintis NTT Development Coorporation untuk menarik para investor menanamkan modalnya di KIB sebagai mata rantai untuk membangun kawasan industri segitiga Pulogadung-Bolok-Darwin atau Jakarta-Kupang-Darwin.

Juga telah meletakkan dasar-dasar pembangunan yang cukup signifikan bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah provinsi kepulauan ini. Ia telah pergi, namun meninggalkan kenangan yang begitu mendalam bagi rakyat dan pemerintah di wilayah provinsi kepulauan ini. (ant)


BIODATA

--------------
- Nama: Dokter Hendrikus Fernandez
               (Anak ke-6 dari 11 bersaudara)
-  Lahir : Weetebula, Sumba Barat Daya, 7 November 1932
-  Ayah: Andreas Fernandez
-  Mama: Fransisca Riberu
 - Istri: Maria Sapora Ola Boleng, S.H
- Anak: Andreas Fernandez, Fransisca Fernandez, Ir. Michael   Fernandez.

- Pendidikan:
* SD di Sumba Barat Daya selama tiga tahun                       
* Schakel School (SS) di Ndao, Ende, Flores, mengikuti kepindahan sang ayah.
* Setelah menyelesaikan studi SR 6 tahun pada 1945 di Ende, Fernandez kemudian berlayar ke Makassar, Sulawesi Selatan, untuk melanjutkan                        pendidikan Algemene Lager School (ALS) atau setara SLTP pada zaman koloni Belanda atas bantuan seorang pastor asal Jepang, Pater  Michael Iwagana.
*  Setelah tamat di ALS Makassar pada 1948, Fernandez melanjutkan ke Middelbare School (MS), yaitu sekolah menengah umum (SMU)                          Bahasa Belanda setara MULO di Makassar.
* Tamat SMA di Makassar pada 1953.
* Kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Meraih gelar dokter atau Ars pada 1963.

- Karier:
* Pemilu 1971, Fernandez bergabung dengan Sekretariat Bersama (Sekber) Golkar Flores Timur, dan dicalonkan menjadi anggota DPR/MPR.
* Lolos ke Senayan menjadi anggota DPR-RI dan duduk di Komisi VIII.
* Selepas menjadi anggota DPR/MPR, Fernandez kembali ke Kupang.
* Pada 1 April 1978, Fernandez dilantik Gubernur NTT, dr Ben Mboi, menjadi Direktur RSUD Prof Dr WZ Johannes Kupang menggantikan drg. Widya.
*Dilantik menjadi Kakanwil Kesehatan NTT pada 1 April 1979 oleh Menteri Kesehatan/Kepala BKKBN Pusat saat itu.
*Menjelang Pemilu 1987, Fernandez dipercayakan menjadi anggota DPRD NTT dari Golkar.
* Menjadi  anggota DPRD NTT periode 1987-1992 dan menjadi Ketua DPRD NTT pada periode tersebut.
* Ketika berakhirnya masa jabatan kedua dr. Ben Mboi sebagai Gubernur NTT pada 1988, DPRD NTT kemudian mengusulkan nama Hendrikus Fernandez sebagai calon Gubernur NTT periode 1988-1993 bersama dua orang calon wakil gubernur, yakni SHM Lerrick dan Godlief Boeky.
* Dalam pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur NTT periode 1988-1993 oleh DPRD NTT, pasangan Hendrikus Fernandez dan SHM Lerrick terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur. (ant)



Hanya Orang Gila....


NAMA Hendrikus Fernandez tercatat dalam sejarah berdirinya Harian Umum Pos Kupang.  Tanggal 1 Desember 1992 dilakukan syukuran nasi tumpeng  secara kecil-kecilan di Kantor Pos Kupang, diikuti dengan launching secara terbuka di Resto Pantai Timor, Jalan Sumatera, yang dihadiri Gubernur NTT saat itu, dokter Hendrikus Fernandez.

Namun jauh sebelum tanggal itu, proses menuju kelahiran koran harian pertama di NTT itu sudah berlangsung lama. Adalah Om Damyan Godho, Om Valens Goa Doy, Om Julius Syaranamual dan beberapa nama lagi, adalah tokoh penting, para idealis yang nekad  melahirkan sebuah harian di NTT. Mereka adalah orang-orang yang percaya, yakin, dan bernazar untuk mempertaruhkan semua kemampuan dan potensi diri mereka demi  hadirnya sebuah media harian di NTT. Dan, Tuhan berpihak kepada sikap nekad para pendiri SKH Pos Kupang.

Pada saat melaunching Pos Kupang 1 Desember 1992, Gubernur Hendrik Fernandez menyebut para pendiri dan wartawan Pos Kupang adalah orang-orang gila yang bermodalkan nekat dan semangat untuk mendirikan koran di Kupang. Mengapa disebut orang gila? Sebab dengan kondisi Kupang dan NTT saat itu belum memungkinkan untuk membuka bisnis koran.

Masyarakat belum akrab dengan yang namanya wartawan. Benar-benar mengagetkan. Membuat banyak orang terheran-heran. Kok ada koran. Menimbulkan kecemasan pada segelintir orang. Banyak pihak baik sebagai subyek maupun obyek pemberitaan saat itu belum siap dengan perubahan dengan hadirnya SKH Pos Kupang. Bagaimanapun Pos Kupang harus terbit, meski awalnya akan banyak menemukan keterangan narasumber tidak bersedia menyebutkan identitasnya.
Yang menggelikan adalah banyak instansi pemerintah bahkan sampai melakukan hal yang konyol: menempelkan pengumuman pada selembar kertas "TIDAK MENERIMA WARTAWAN".

Para pejabat yang hendak dijadikan narasumber bersembunyi dari wartawan. Mereka takut diwawancarai. Ada pula yang berani dan berapi-api memberi keterangan. Begitu diberitakan, lalu  ada pihak yang keberatan dan protes, yang bersangkutan ketakutan dan buru-buru menyalahkan wartawan. Untunglah wartawan melengkapi diri dengan alat perekam. Itulah kondisi saat itu. (disarikan dari tulisan Paul Bolla tentang, "Selamat Datang Perubahan)

Sumber: Pos Kupang 7 September 2014 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes