"Seberapa penting lidah bagimu?" tanya sang mentor yang membuat gadis muda itu terkejut sekali lagi. "Penting sekali Bu. Tanpa lidah saya tidak bisa bicara dengan Ibu!" jawabnya. "Anak cerdas," kata sang mentor memuji.
Ya, tuan dan puan sulit membayangkan hidup tanpa lidah bukan? Lidah sangat penting bagi manusia dan hewan. Tidak butuh konfirmasi kepada hewan seperti monyet atau biawak komodo untuk membuktikan pentingnya peran lidah.
Lidah, satu di antara panca indera, merupakan sekumpulan otot rangka pada lantai mulut yang membantu manusia dan hewan mencerna makanan. Caranya dengan mengunyah dan menelan. Khusus bagi manusia, lidah membantu tindakan bicara. Tanpa lidah, tuan dan puan tak bisa omong!
Lidah adalah indera pengecap yang memiliki banyak struktur tunas pengecap. Bangunan lidah tersusun atas otot rangka yang melekat pada tulang rahang bawah dan tulang pelipis. Ada dua jenis otot lidah, yakni otot ekstrinsik dan intrinsik. Lidah memiliki permukaan kasar karena ada tonjolan yang disebut papila.
Bagi manusia, lidah tak terpisahkan dari bibir, gigi dan langit-langit mulut. Semua organ tubuh itu saling mendukung dan menopang dalam memainkan perannya. Lidah tetap butuh bibir agar komunikasi menjadi sempurna. Demikian pula sebaliknya. Tetapi bibir dan gigi tidak masuk kategori panca indera karena asas manfaatnya "kalah" bila dibandingkan dengan lidah.
Selain bermanfaat untuk pencernaan dan pengucapan, lidah manusia memiliki banyak peran. Lidah, misalnya, disebut-sebut cukup berperan dalam hal ciuman. Maka tidak mengherankan bila lidah kerap dihubung-hubungkan dengan konotasi erotis dan sensual. Menatap seseorang sambil "memainkan" lidah di bibir bisa dianggap menggoda. Ada maunya. Yang telah cukup umur tentu paham soal itu bahkan mungkin telah merasakan sensasi lidah yang sulit dilukiskan dengan kata- kata. Apa lagi manfaat lidah? Lidah digunakan pula untuk tindakan menjilat pada manusia dan hewan mamalia. Memang aneh kalau menjilat pakai bibir atau gigi. Bisa hancur obyek yang dijilati.
***
MENURUT ilmu lidah, di antara sederetan manfaat salah satu perkakas manusia tersebut, yang paling utama adalah perannya membantu tuan dapat bercakap-cakap dengan sesama. Barangkali karena itulah, maka kaum bijak bestari selalu mengingatkan: Jagalah lidahmu!Iya, salah kelola lidah bisa bahaya. Gara-gara lidah, pamor seseorang bisa menjulang, bisa juga jatuh terhempas. Salah bercakap dapat mengobarkan perang. Ingat peribahasa, mulutmu harimaumu atau kata-kata lebih tajam daripada pedang. Tentang peran lidah, ada kiasan yang lebih terkenal, yaitu lidah tak bertulang, bersilat lidah dan keseleo lidah!
Mengapa beta panjang lebar mengulas lidah? Harap maklum, manajemen lidah itu kok relevan dengan suasana di beranda Flobamora belakangan ini. Sebagian anggota DPRD NTT dan DPRD Kabupaten/Kota di NTT yang sempat menyatakan menolak ikut bimbingan teknik (bimtek) di Jakarta, eh ternyata diam-diam sudah ke sana mengikuti acara bertitel: penguatan kapasitas kelembagaan DPRD. Kloter pertama DPRD NTT sebanyak 13 orang berangkat ke Jakarta, 4 Oktober 2009.
Mereka mengikuti kegiatan yang digelar Departemen Dalam Negeri (Depdagri) bersama anggota DPRD Rote Ndao dan Manggarai Timur sampai 8 Oktober. Para wakil rakyat yang terhormat (Yth) itu melahap materi penting seperti pengelolaan keuangan daerah, teknik menyusun APBD serta cara membuat peraturan daerah.
Setelah kloter pertama akan disusul kloter kedua dan seterusnya sampai 54 anggota DPRD NTT dapat giliran. Tidak penting apakah yang sudah "tua" di Dewan (baca: sudah dua tiga periode menghuni gedung Dewan) atau wajah baru nol pengalaman.
Salah seorang pimpinan DPRD NTT melukiskan kegiatan itu tidak wajib, tetapi dari sisi urgensi perlu diikuti wakil rakyat. Mengenai besar dana guna membiayai kegiatan itu, wartawan disarankan bertanya kepada Sekwan DPRD NTT. Sekwan berkata tegas, "Kami dilarang pimpinan Dewan memberi keterangan pers." Lidah oh.. lidah. Indah nian menyimak peranmu merangkai kata demi kata.
Rasanya masih segar dalam ingatan tuan dan puan ketika sebagian anggota DPRD hasil Pemilu 2009 menyatakan menolak ikut bimtek di Jakarta. Bahkan salah satu partai besar yang barusan menggelar Munas yang "riuh" di Pekanbaru -- melarang para kadernya yang terpilih sebagai legislator ikut kegiatan itu.
Kuat saran dan usul, bimtek diselenggarakan di NTT saja. Toh bisa menghemat anggaran sekaligus memanfaatkan pakar lokal. Kita tidak kekurangan pakar dari Undana, Unwira, UKAW, UMK, Ledalero, Unimor, Unipa, STKIP, PGRI dan lainnya. Mohon maaf Bapak/Ibu profesor, doktor, magister domisili kampung besar NTT. Kecakapan tuan dan puan tak laku. Sonde selevel orang Jakarta.
Hebat ooo... event organizer di Depdagri. Panen raya! Misalnya satu daerah menganggarkan dana rata-rata Rp 300 juta untuk bimtek, hitung sendiri berapa jumlah uang yang terbang ke Jakarta berlabel penguatan kapasitas Dewan. Kenapa tidak uang sebesar itu terbang rendah lalu mendarat di beranda Flobamora saja?
Nah, apa hadiah pertama bagimu yang memilih pada pemilu 2009? Ya, hadiah lidah. Bisa lidah tak bertulang atau sekadar keseleo lidah! Silakan tuan simpulkan sendiri. Apakah di sana mereka juga "bermain" lidah. Husss! Jangan tanya soal itu kepada beta. Bahaya kawan. Jaga lidah!! (dionbata@yahoo.com)
Pos Kupang edisi Senin, 12 Oktober 2009 halaman 1