Tampilkan postingan dengan label Tragis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tragis. Tampilkan semua postingan

Bunuh Diri di Sikka, Ngeri Mo’at!

MAUMERE tidak sekadar panas ngeri, politik ngeri, rabies ngeri dan cantik ngeri. Ngeri yang satu ini sungguh mengerikan. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir terjadi kasus bunuh diri yang mengerikan di seantero Kabupaten Sikka.

Kasus bunuh diri terkini dengan cara menggantung diri dilakukan Inosensius (35), warga Dusun Gelak, Desa Hale, Kecamatan Mapitara, Kabupaten Sikka, Kamis (23/2/2012) dinihari pukul 04.00 Wita. Inosensius ditemukan tewas tergantung tali di rumahnya. Sang istri, Bernadetha adalah orang pertama yang menemukan Inosensius sudah tak bernyawa.

Menurut laporan Pos Kupang, Jumat (24/3/2012), ayah tiga orang anak tersebut mengikat lehernya dengan tali nilon warna kuning. Tali nilon digantungkan di kap rumah. Berdasarkan hasil identifikasi dan olah TKP, aparat Polres Sikka menyimpulkan tidak ada indikasi kekerasan. Inosensius murni gantung diri.

Kematian Inosensius dengan cara bunuh diri menambah panjang daftar orang Sikka mati dengan cara yang sama. Pada tahun 2011 tercatat sepuluh kasus bunuh diri. Sementara pada awal tahun 2012 ini sudah tercatat tiga orang yang mati karena bunuh diri di Kabupaten Sikka. Ngeri e... mo’at.

Alasan mereka bunuh diri antara lain karena masalah ekonomi, percintaan dan persoalan yang tidak bisa diselesaikan dalam hidup. Berikut daftar kasus bunuh diri berdasarkan pemberitaan Pos Kupang.

Kasus Bunuh Diri di Sikka Tahun 2011
1. Frans Kalitus di Desa Egong, Januari 2011
2. Alfonsius Erwin, Desa Wairbleler, Februari 2011
3. Maria Yosefina Jana, Desa Wairterang, Maret 2011
4. Jeremias Jado, Desa Natar Mage Maret, 2011
5. Anisius Harjono, Desa Kopong, Agustus 2011
6. Sabina Dalu, Desa Kringa, Oktober 2011
7. Sebastianus Nong, Jalan Brai, Kelurahan Waioti
8. Evansius Afandi, Kelurahan Wailiti, Agustus 2011
9. Denis Keupung, Misir Madawat, Maumere
10. Steri Ukude, Kelurahan Iligetang, Maumere

Kasus Bunuh Diri Tahun 2012
1. Florensia (68), Wolokoli, Kecamatan Bola, Sikka
2. Yulius Darus Dagu (32), Desa Paga, Kecamatan Paga.
3.Inosensius (35), Desa Hale, Kecamatan Mapitara, Sikka



Baca juga: Cantik Ngeri

Tewas Terkepung dalam Bak Air

KUPANG, PK -- Dua orang tewas terkepung api dan asap tebal di dalam bak air kamar mandi, saat kebakaran menghanguskan gudang Meubel Avia di Kelurahan Penkase Oeleta, Alak, Kota Kupang, Senin (20/6/2011) dini hari.

Dalam kejadian itu, sebelas orang lagi mengalami luka bakar serius di tubuhnya. Para korban adalah karyawan meubel milik Samin.


Kedua karyawan itu tidak berhasil menyelamatkan diri saat kebakaran terjadi. Diduga keduanya terkepung kobaran api dan akhirnya memilih masuk kamar mandi dan menceburkan diri ke dalam bak air. Kuat dugaan, keduanya tewas karena sesak napas akibat kepungan asap tebal dan kepanasan.

Sedangkan 11 rekan mereka berhasil meloloskan diri meski sudah terluka serius akibat sambaran nyala api. Para korban dilarikan ke beberapa rumah sakit di Kota Kupang.

Informasi yang dihimpun Pos Kupang, Senin (20/6/2011) pagi, menyebutkan, dua korban tewas itu adalah Muntasib (40) dan Khomsin (38), warga Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Sementara sebelas karyawan terluka bakar yakni dua dirawat di Rumah Sakit Wirasakti, yaitu Irwansyah (35) dan Wisanggeni (31). Yang lainnya dirawat di RSU Prof. Dr. WZ Johannes, yaitu Arif (27), Ahmad Tari (26), Muh Rosyidi (25), Abdul Rohim (27), Basori (41), Sunarto (39), Abdul Rohim (38), Muh Isnung (31) dan Muh Kholili (28).

Kebakaran gudang meubel beraset Rp 20-an miliar itu bermula ketika api membakar salah satu ruangan di gudang tersebut, Senin (20/6/2011) sekitar pukul 02.00 dinihari. Sebab-sebab kebakaran belum diketahui pasti.
Hendy, menantu pemilik meubel, mengatakan api begitu cepat menjalar dan menghanguskan bangunan gudang berukuran 50 x 40 meter itu. Pasalnya di dalam gudang itu tersimpan spon, plastik, kayu dan kain. Apalagi rangka atap gudang dari kayu membuat api segera merambat ke atap seng. Tak satu pun barang dalam gudang itu yang berhasil diselamatkan. 

"Saya mengetahui setelah ada orang yang berteriak kebakaran. Tak berapa lama kemudian saya melihat karyawan yang bekerja keluar dari gudang itu," kata Hendy sambil mengatakan sekitar 20-an karyawan yang tinggal di gudang tersebut. 

Ia menduga sumber api berasal dari hubungan arus pendek listrik di salah satu ruangan di gudang tersebut. Apalagi beberapa hari terakhir tegangan listrik naik turun. Padahal, kapasitas listrik yang masuk ke gudangnya mencapai 10.000 watt.

Korban luka ringan, Abdul Rohim (38) dan Muh Isnung yang ditemui di RSU Kupang, mengaku tidak mengetahui pasti sumber api yang menghanguskan gudang meubel itu. Saat kaget dan bangun dari tidur, api sudah mengepung dari berbagai sisi. Tak pelak keduanya berlari mencari tempat teraman untuk menghindari amukan si jago merah.

Beruntung beberapa rekannya berhasil menjebol tembok samping gudang dengan palu yang ada. 
Pantauan Pos Kupang di lokasi kebakaran, sekitar empat lobang besar di tembok yang dijebol karyawan untuk melarikan diri. "Saya mau ke depan ada api. Ke belakang juga dihadang api. Saya langsung menuju kamar mandi. Di sana saya sudah ada teman-teman yang berendam di bak mandi menghindari amukan api," tutur Abdul.

Kepala Urusan Kedokteran Kepolisian RSB Bhayangkara, dr. Irman, yang ditemui terpisah mengatakan dua korban tewas lantaran terlalu banyak menghirup gas karbon yang berasal dari kepulan asap. Keduanya ditemukan di salah satu bak kamar mandi di gudang tersebut. 

"Luka bakar hanya kami temukan di bagian kepala, tangan dan telapak kaki saja," ujar Irman.
Irman mengatakan usai divisum, jenazah korban diterbangkan ke Jawa, Senin (20/6/2011) siang. Dua jenazah langsung dijemput keluarga di Bandara Juanda Surabaya untuk dibawa ke kediamannya di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. 

Pantuan Pos Kupang di lokasi kebakaran, tampak gudang yang ludes terbakar itu sudah dipasangi garis polisi. Dua mobil di gudang itu, juga turut hangus terbakar. Di dalam gudang hanya ditemui tumpukan besi dan kaca-kaca. 

Selain aparat kepolisian, petugas PLN terlihat memutuskan jaringan kabel listrik yang masuk ke kompleks gudang. Sementara petugas pemadam kebakaran masih terus menyemprotkan air di beberapa titik yang masih mengeluarkan kepulan asap. (aly)



Jebol Tembok untuk Selamatkan Diri

SEBELAS karyawan berhasil menyelamatkan diri setelah berusaha menjebol tembok samping gudang saat kobaran api dan asap mengepung mereka. Kepanikan luar biasa melanda mereka saat gudang Meubel Avia di Kelurahan Penkase Oeleta, Kecamatan Alak, Kota Kupang, terbakar, Senin (20/6/2011) dinihari. 

Beberapa karyawan yang ditemui di Instalasi Gawat Darurat RSU Johannes-Kupang, melukiskan kepaikan luar biasa melanda mereka saat nyala api dan asap tebal mengepung mereka di kompleks gudang yang hanya memiliki satu pintu keluar itu.


Dalam kepanikan mereka berusaha menjebol tembok karena pintu keluar sudah dikepung kobaran api. Meubel itu tak ada pintu samping maupun belakang.
Untuk menyelamatkan diri, para karyawan berlari menuju tiga kamar mandi yang ada di gudang tersebut. Beberapa karyawan berebutan berendam dalam air di tiga bak kamar mandi untuk menghindar dari amukan api. Sementara yang lainnya mengambil palu menjebol tembok samping.

"Kami ada yang bersembunyi di bak kamar mandi dan ada yang menjebol tembok. Setelah tembok jebol, satu per satu kami keluar dari gudang dan ada beberapa karyawan menolong teman lainnya yang berada di bak kamar mandi," kata Abdul Rohim, salah satu korban luka bakar ringan.

Muh Isnung, korban lainnya, mengaku sempat pingsan setelah berusaha menolong rekan kerjanya di dalam gudang. Ia pingsan lantaran terlalu banyak menghirup asap. Sementara dua rekannya, Muntasib dan Khomsin tewas lantaran terjebak di bak kamar mandi saat kobaran api makin menjadi di gudang tersebut.

Samin, pemilik gudang meubel Avia yang ludes terbakar itu, tampak saat ditemui di rumahnya, kemarin. Pria asal Makassar itu sesekali memandang ke arah gudangnya yang kini hanya tinggal puingnya saja. Gudang itu terletak di samping rumahnya. 


"Silakan bapak langsung ke menantu saya yang menggunakan kaos biru bertuliskan Yogya itu," ujar Samin yang masih belum bersedia diwawancarai.
Tak jauh dari Samin berdiri, di sebarang Jalan Penkase Oeleta, Hendy sang menantu, juga terlihat sibuk menelepon. 

Gudang itu baru saja diisi barang-barang dagangan senilai belasan miliar rupiah yang baru dipasok dari pulau Jawa, minggu lalu. "Kalau gudang kosong, kerugian tidak akan sampai 20-an miliar rupiah. Dalam gudang itu ada sekitar 2.000-an spon dan 800-an spring bed yang baru kami datangkan dari Jawa," kata Hendy.
Kini, dia bersama mertuanya harus mulai dari awal untuk memulihkan bisnis mereka. (aly)

Kronologi:

Pukul 02.00: Api membakar salah satu ruang di gudang
Pukul 02.20 : Para karyawan berusaha menyelamatkan diri dengan menjebol tembok
Pukul 03.00 : Mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi 
Pukul 05.00 : Api bisa dijinakkan
Pukul 06.30 : Evakuasi korban tewas 

Pos Kupang, Selasa 21 Juni 2011 halaman 1

Korban KM Karya Pinang: Satu Sampai Mati

Jenazah korban di RSUD TC Hillers Maumere
MAUMERE, PK -- Keduanya bukan lagi dua, melainkan satu. Kalimat yang biasa diucapkan pada saat janji nikah ini dihayati secara sempurna oleh pasangan Rudolfus Kori dan Theresia Nerti.

Pasangan yang menjadi korban tewas dalam kasus tenggelamnya KM Karya Pinang, Jumat (22/10/2010) ini, dikuburkan bersama dalam satu liang lahat di Pekuburan Iligetang, Maumere, Senin (25/10/2010) siang.

Kedua jenazah ini dikuburkan setelah tim identifikasi dari Polda NTT memastikan korban yang ditemukan tewas bernama Rudolfus dan Theresia. Pasutri asal Kecamatan Koting ini menetap di Kelurahan Beru, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka.

Rudolfus dan Nerti sehari-hari bekerja sebagai wiraswasta. Keduanya pergi ke Palue mengikuti misa tahbisan imam baru dan misa perdana. Ketika kembali dari acara di pulau itu, KM Karya Pinang yang mereka tumpangi bersama warga lainnya tenggelam di antara Tanjung Sada Watu Manuk dan Ndondo, Jumat (22/10/2010) siang.


Kedua korban ditemukan dalam pencarian tim gabungan pemerintah dan nelayan Palue, Minggu (24/10/2010) siang. Jenazah keduanya lalu dievakuasi ke RSUD Hillers Maumere untuk diidentifikasi tim dokter Polda dan RSUD TC Hillers.
Disaksikan Pos Kupang, jenazah pasutri ini dibawa ke pekuburan menggunakan kendaraan yang disiapkan pemerintah. Peti jenazah Rudolfus diangkut dengan dump truk. Petinya cukup besar dan berat karena perutnya membesar setelah tiga hari teremdam di laut. Sedangkan jenazah istrinya, Nerti menggunakan peti jenazah ukuran normal. 

Para pelayat dan keluarga menyaksikan pemakaman pasangan ini dengan berurai air mata. Prosesi penguburan dahului ibadat yang dipimpin Romo Wilfrid Valiance, Pr.

Dua Perempuan Ditemukan
Dua jenazah perempuan ditemukan lagi, Senin (25/10/2010), sekitar pukul 11.00 Wita, di dua lokasi berbeda di antara perairan Langawaju dan Mausambi. Setelah diidentifikasi tim dokter di kamar jenazah RSUD TC Hillers Maumere, keduanya dikenali bernama Selestina Selfina dan Hendrika Heret.

Menurut informasi dihimpun Pos Kupang, kedua korban ditemukan dalam posisi terapung di laut. Seorang korban ditemukan kapal Koremap Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sikka dan seorang lagi ditemukan oleh kapal nelayan milik Kanis, warga Palue yang ikut dalam pencarian itu. Seorang korban mengenakan celana botol, baju lengan panjang hijau dan baju dalam warna putih.

Kedua jenazah itu tiba di RSUD Maumere pukul 16.00 Wita. Setelah dipastikan identitasnya, yang didukung keterangan keluarga dan sanak famili, jenazah keduanya diserahkan pemerintah daerah kepada keluarga lalu dibawa pulang dan dimakamkan di Desa Aibura, Kecamatan Waigete.
Sementara proses identifikasi 12 jenazah korban KM Karya Pinang, yang ditemukan dalam pencarian hari Minggu (24/10/2010), telah selesai Senin siang. Jenazah yang telah dikenali identitasnya diserahkan kepada sanak keluarga korban untuk dimakamkan. 

Wakil Bupati Sikka, dr.Wera Damianus, MM, didampingi Direktur RSUD TC Hillers Maumere, dr. Asep Purnama, Sp.PD, Danlanal Maumere, Kolonel Laut Hadi Suroso Wibowo, dan tim Disdokkes Polda NTT, memimpin prosesi penyerahan jenazah.

Dari 12 jenazah itu, dua warga Maumere dimakamkan di Pemakaman Umum Iligetang pada Senin siang dan sebagian lain dibawa ke Kloangrotat dan Aibura. Warga dan keluarga korban yang menyaksikan proses penyerahan itu menutup mulut dan hidung karena tak tahan bau dari jenazah yang kondisinya mulai rusak. Jenazah diisi dalam peti lalu diangkut dengan mobil ambulans.

Hanya dua jenazah terpaksa diangkut dengan dump truk, karena ukuran peti normal yang dipesan oleh pemerintah daerah tidak bisa memuat jenazah yang membengkak sangat besar. Peti dibuat baru dari bahan tripleks tebal dengan ukuran yang lebih lebar.

"Besok (Selasa), pencarian akan dilanjutkan lagi. Satu kapal polisi kembali ke Maumere dan satu kapal siaga di Palue," kata Kapolres Sikka, AKB Ghiri Prawijaya, semalam.

Dengan penemuan dua jenazah perempuan kemarin, maka total korban yang berhasil ditemukan 14 orang. Sisa korban yang belum ditemukan sebanyak sembilan orang.(ris/ius)


Eka Tinggal Sebatang Kara

"SAYA mau ikut bapak dan mama. Tolong buat kasih saya satu pintu lagi. Kenapa bapak mati harus sengsara dulu? Saya sayang bapak dan mama. Saya mau ikut mereka. Sekarang saya sendiri. Kenapa Kak Tomy juga tidak ada lagi. Kenapa bapak dan mama tinggalkan Eka sendiri sekarang?" 

Inilah suara tangisan dan kata-kata yang keluar dari bibir Maria Agustina Eka, anak tunggal dari pasangan suami istri (pasutri) Rudolfus Kori dan Theresia Nerti, yang tewas tenggelam dalam pelayaran dengan KM. Karya Pinang Palue-Maumere, Jumat (22/10/2010) siang. 

Eka adalah anak semata wayang dari pasangan ini. Eka yang duduk di kelas III SMPK Vifi Maumere ini kini hidup tanpa bapak dan mama kandungnya. Dia hidup sebatang kara. 
Eka tidak menyangka ayah dan ibunya yang pergi menghadiri acara pentahbisan dan misa perdana imam baru di Palue harus pergi meninggalkan dirinya yang masih membutuhkan kasih sayang orangtua. 

Di Pekuburan Iligetang-Maumere, Senin (25/10/2010) siang itu, suara tangisan Eka membuat keluarga besar dan sidang perkabungan terus menangis. "Saya nanti sekolah rajin, saya janji. Bapak bilang saya harus jadi dokter. Bapak dan mama saya nanti rajin belajar, tapi siapa yang biaya sekolah Eka sekarang? Bapak dan mama sudah pergi, Eka sekarang sendiri tanpa adik. Kak Tomy kenapa tidak ada? Kenapa kak Tomy juga pergi tinggalkan Eka?" kata Eka. 

Selama ibadat penguburan, Eka terus meratapi ayah dan ibunya. Mengenakan sarung hitam, kerudung hitam dan baju hitam, Eka dijaga keluarganya. Eka terus memegang dan melihat foto kedua orangtuanya. 

"Jangan kasih jatuh bapak. Pelan-pelan! Bapak sudah sakit. Kasihan bapak," ucapnya saat jenazah ayah dan ibunya dimasukkan ke dalam liang lahat. 

Ignasius Wodang, wakil keluarga, mengatakan, kematian Rudolfus dan Theresia sungguh memprihatinkan. Kematian keduanya membuat keluarga sangat terpukul. Apalagi keduanya meninggalkan anak mereka yang kini masih membutuhkan kehadiran dan kasih sayang orangtuanya. (aris ninu)

Data KM Karya Pinang:
Tenggelam: Jumat (22/10/2010)
Lokasi : Tanjung Sada Watu Manuk
Total penumpang: 66 orang
Korban selamat: 43 orang
Korban tewas: 14 orang
Korban hilang: 9 orang
Nakhoda: Adeodatus Ora
ABK: 4 orang

14 Korban yang Teridentifikasi:
1.Agustina Wio
2.Angelina Angela
3.Rudolfus Cory, S.H
4.Theresia Nerti
5.Maria Piada
6.Maria Novianti
7.Paulina Pisen
8.Philipus Api
9.Tekla Bolor
10.Yohanes Bulianto
11.Kristina Surijila
12.Maria Ermalinda
13. Selestina Selfina 
14. Hendrika Heret
-------------------
Sumber: RSUD TC Hillers Maumere

Dipicu Awan Cb

TENGGELAMNYA KM Karya Pinang, Jumat (22/10/2010), dipicu oleh awan Cumulunimbus (Cb), yang memicu gelombang secaramendadak. 

Hal ini disampaikan Kepala BMKG El Tari Kupang, Syapi'i, S.Si, melalui Forecaster on Duty, Moh Syaeful Hadi, SP, di ruang kerjanya, Senin (25/10/2010). 

"Apalagi saat itu terjadi turun hujan disertai angin tenggara yang cukup kencang. Meski hanya sesaat, sangat berbahaya hingga kapal tersebut tenggelam," kata Syaeful.

Dijelaskannya, awan Cb biasanya memicu gelombang laut sehingga tinggi gelombang laut bisa naik secara tiba-tiba melampaui kondisi normal. Pada kondisi itu, bisa saja terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, meski sebelumnya cuaca normal.

"Biasanya awan-awan Cb muncul di atas perairan. Jika kumpulannya sudah berat, akan jatuh dan pada saat bersamaan turun hujan disertai angin. Gaya tarik awan Cb menimbulkan gelombang tinggi di atas normal," katanya.

Dia meminta para nelayan dan pengguna jasa transportasi laut, terutama kapal-kapal layar atau kapal motor, supaya waspada dalam pelayaran, sebab saat ini potensi awan Cb ada di seluruh wilayah NTT. 

"Saat ini tinggi gelombang rata-rata antara 1 - 2 meter. Pelayaran dan nelayan harus tetap waspada karena adanya anomali cuaca dan iklim tahun ini," ujarnya. 

Kepala BMKG El Tari Kupang, Syapi'i, S.Si, mengatakan pihaknya selalu memberikan informasi mengenai cuaca kepada semua pihak, termasuk syahbandar. 

"Selama ini kami sampaikan data atau informasi itu ke semua pos yang ada di pelabuhan laut. Informasi tentang tinggi gelombang, angin dan lain-lain juga disampaikan ke kapal- kapal. Tapi, kalau kapal yang radio informasinya tidak ada atau terganggu, maka informasi itu tidak bisa mereka ketahui," kata Syapi'i.

Kepala Stasiun Klimatologi Klas II Lasiana Kupang, Ir. Purwanto juga mengatakan, hingga kini (NTT) masih berpotensi ditutup awan Cb atau awan konvektif. (yel)

Pos Kupang, 26 Oktober 2010 halaman 1

Terkurung 3.096 Hari di Bawah Tanah

Natascha Kampusch, yang dikurung di gudang bawah tanah di Austria selama delapan tahun, akhirnya mengungkapkan pelecehan yang dialami selama di tangan penculiknya.

Dalam bukunya, dia menceritakan bagaimana dirinya dipukuli sampai 200 kali seminggu, dirantai ke penculiknya saat mereka tidur bersama di tempat tidur si penculik, dan dipaksa untuk mencukur rambutnya serta bekerja setengah telanjang sebagai budak rumah tangga. Kampusch, sekarang 22 tahun, diculik pada usia 10 oleh Wolfgang Priklopil dan terkurung di ruang bawah tanah di bawah garasi pria itu di Austria.

Bukunya yang berjudul 3.096 Hari, untuk mengacu pada jumlah waktu dia disekap, akan dipublikasikan, Rabu (8/9/2010). Untuk peluncuran buku itu, Kampusch dilaporkan akan meraup uang 1 juta poundsterling.

"Saya sekarang merasa cukup kuat untuk menceritakan secara lengkap kisah penculikan saya," katanya. Dia menulis bahwa Priklopil memaksanya untuk memanggil pria itu sebagai "Tuanku" atau "Maestro". Sementara untuk dia, Priklopil mengatakan, "Kau bukan lagi Natascha. Sekarang kau milikku."


Dia mengklaim, dirinya dipukuli begitu parah oleh Priklopil, pria itu bahkan mematahkan tulangnya. "Dia benci kalau sakit membuat saya menangis. Lalu ia menyergapku di tenggorakanku, menarik saya ke wastafel, mendorong kepala ke bawah air, dan meremas tenggorokan saya sampai saya hampir kehilangan kesadaran. Saya juga masih ingat dengan jelas suara gemeretak di tulang belakang saya ketika Priklopil memukul kepala saya berulang kali dengan kepalan tangannya."


Dalam bukunya, yang diterbitkan berseri di Daily Mail, Kampusch menulis tentang trauma kekurangan kontak dengan manusia. "Saya masih anak-anak, dan saya butuh sentuhan kasih sayang. Jadi, setelah beberapa bulan di gudang bawah tanah, saya meminta penculik saya untuk memeluk saya. Itu sangat sulit. Saya menjadi sesak napas karena panik ketika dia memelukku terlalu kencang. Setelah beberapa kali mencoba, kami berhasil melakukannya-tidak terlalu dekat, tidak terlalu kencang, tetapi cukup sehingga saya bisa membayangkan perasaan sentuhan yang penuh kasih, perhatian."

Dia juga menceritakan, sebagiamana dilaporkan Telegraph, Senin (6/9/2010), bagaimana Priklopil memaksanya untuk berbagi tempat tidur dengan pria itu.

"Ketika saya berusia 14, saya menghabiskan malam di atas tanah untuk pertama kalinya. Saya berbaring kaku ketakutan di tempat tidurnya saat ia berbaring di sampingku dan mengikat pergelangan tangan saya dengan borgol plastik. Saya tidak diizinkan untuk membuat suara."

"Saat saya merasakan napasnya di belakang leherku, saya mencoba bergerak sesedikit mungkin. Punggung saya, yang karena dipukuli jadi menghitam dan biru, sangat sakit sehingga saya tidak bisa berbaring di atasnya, dan belenggu itu melukai kulit saya. Tapi ketika ia memborgol saya padanya pada malam-malam itu, itu bukan soal seks. Orang yang telah memukul saya dan mengunci saya di ruang bawah tanah itu memiliki sesuatu yang lain dalam benak: ia hanya menginginkan sesuatu untuk dipeluk."

Buku itu juga mengungkapkan keputusasaan yang memaksa dia untuk mencoba bunuh diri beberapa kali. "Saya tahu saya tidak bisa menghabiskan seluruh hidup saya seperti ini. Hanya ada satu jalan keluar: bunuh diri. Pada usia 14 tahun, saya mencoba beberapa kali mencekik diri dengan barang dari pakaian. Pada usia 15, saya mencoba melukai pergelangan tangan saya dengan sebuah jarum jahit yang besar."

"Kali lain, saya menumpuk kertas dan gulungan kertas toilet ke kompor listrik saya. Penjara bawah tanah itu penuh dengan asap dan saya dengan lembut hanyut terbawa arus, lari dari kehidupan yang tidak lagi milik saya."

Publikasi buku itu akan memalukan Pemerintah Austria, saat seorang anggota parlemen menyatakan bahwa polisi mengabaikan informasi yang bisa mencegah perempuan itu terkurung. Kampusch melarikan diri pada usia 18 tahun pada tanggal 23 Agustus 2006. Sadar bahwa polisi akan menangkapnya, Priklopil (44 tahun) melakukan bunuh diri dengan melompat ke rel kereta. *

Petaka di Hari Pasar

LEWOLEBA, PK---Keramaian Pasar Pada di Lembata, Senin (9/8/2010) pagi berubah menjadi tragedi. Sebanyak 11 penumpang Kapal Motor (KM) Hasmita Indah meninggal setelah kapal itu tenggelam dalam pelayaran dari Pantai Boleng, Kecamatan Ile Boleng, Flores Timur menuju Lembata.

Selain 11 penumpang tewas yang sudah ditemukan, sebanyak 30 penumpang lagi yang belum diketahui nasibnya. Sedangkan penumpang selamat sebanyak 47 orang. Kapal naas itu memuat 87 orang, termasuk anak buah kapal (ABK).

Dalam catatan Pos Kupang, musibah laut dengan jumlah korban banyak terakhir terjadi pada hari Selasa, 31 Januari 2006, ketika KMP Citra Bahari Mandiri milik JM Feri tenggelam di Pukuafu dalam pelayaran dari Kupang menuju Rote. Sebanyak 107 penumpang tewas.

Hampir semua penumpang dari desa-desa di pinggir Pantai Boleng di Pulau Adonara itu hendak mengikuti Pasar Pada di Pulau Lembata. Jarak kedua pulau ini relatif dekat, hanya dibatasi Selat Boleng. Banyak warga di pesisir Pantai Boleng menjual hasil kebunnya di Pasar Pada. Ada dua jalur alternatif yang bisa dipilih warga. Pertama, melalui jalur penyeberangan dari Boleng ke Waijarang (Lembata) yang relatif lebih dekat, sekitar 3-4 mil laut. Jarak dekat ini bisa ditempuh tak sampai setengah jam dengan perahu kecil. Tetapi jalur ini penuh risiko karena mesti berjibaku dengan derasnya arus di Boleng dan dari Tanjung Naga. Jika turun di Waijarang, warga juga mesti membayar jasa ojek atau angkutan pedesaan sekitar Rp 10.000-Rp15.000 ke Pasar Pada, di pinggiran Kota Lewoleba.
Alternatif kedua, melalui rute penyeberangan dari Boleng ke Lewoleba sekitar 10-12 mil laut dengan waktu tempuh lebih lama lagi.

Menurut keterangan yang diperoleh Pos Kupang, musibah yang menimpa KM Hasmita Indah dengan nakhoda Jacob Awam itu terjadi akibat mesin kapal mendadak mati. Saat bersamaan datang angin kencang dan arus kencang menghantam kapal itu. Kapal oleng ke kanan diikuti para penumpang. Para penumpang yang mulai panik berlarian dalam kapal, menyebabkan kapal hilang keseimbangan dan tenggelam.

Pankrasius Nama Tukan (72), seorang penumpang yang selamat menuturkan, setelah kapal tenggelam, semua penumpang kocar kacir, tercerai berai menyelamatkan diri dengan papan dan peralatan seadanya. Yang mampu berenang bisa saling berpegangan dengan bantuan peralatan seadanya. Tetapi banyak yang tak mampu bertahan. Beruntung saat kecelakaan itu, kapal motor penyeberangan dari Lewoleba-Waiwerang melintas di situ. Ada juga kapal feri yang lego jangkar di Pelabuhan Lewoleba. Sejumlah kapal lain dikerahkan ke tempat kejadian perkara melakukan penyelamatan.

Menurut Pankrasius kapal itu memuat penumpang melebih kapasitas kapal. "Bagi saya kalau jumlah penumpang sesuai dengan kapasitas kapal, musibah ini sebenarnya tidak harus terjadi. Tetapi, semuanya sudah terjadi. Musibah ini karena penumpang panik dan lari ke kiri-kanan pada saat kapal miring sehingga kapal tenggelam," kata Pankrasius yang masih tampak trauma.

Pankrasius melukiskan badan kapal tersebut kurang seimbang antara dasar dan bagian atasnya. Kalau ada satu atau lebih orang duduk di bagian samping kapal akan sangat berpengaruh pada keseimbangan kapal.

Pantauan Pos Kupang di RSUD Lewoleba, Senin siang, semua korban selamat dan tewas dievakuasi ke RS menggunakan beberapa unit pick up dan ambulans. Korban selamat mengalami trauma diperiksa tim dokter dan diberikan obat-obatan sesuai keluhannya. Mereka diberi minum air teh hangat agar bisa tenang. Korban meninggal umumnya perempuan pedagang sayur-mayur dan buah-buahan yang setiap pekan membawa dagangannya dari Boleng ke Pasar Pada. (bb)


Untung Masih Pagi

KAPAL Motor Hasmita Indah bertolak dari Pantai Boleng, Adonara sekitar pukul 08.00 pagi. Dalam sepekan, kapal ini tiga kali bolak balik dengan rute yang sama, Pantai Boleng- Waijarang.

Entah mengapa, kemarin pagi, kapal dengan bobot 34 GT itu
mengangkut penumpang begitu banyak, melebihi kapasitas angkutnya. Dalam pelayaran jarak dekat itu terdapat 87 orang di atas kapal itu termasuk anak buah kapal.

Salah seorang penumpang selamat, Syafrudin Suban (25), menuturkan, dalam kapal itu juga terdapat lima unit sepeda motor yang diikat pada bagian depan kapal. Ketika hendak merapat di Waijarang, arus dan angin kencang menghantam. Kapal mengalami goncangan hebat. Nakhoda berusaha mengendalikan kapal dengan menepi ke pesisir Waijarang menghindari angin dan gelombang yang ada.

Namun usaha itu tidak memberikan manfaat besar bagi keselamatan semua penumpang. Karena tali pengikat yang digunakan mengikat lima unit sepeda motor putus mengakibatkan semakin kapal oleng. Penumpang pun menjadi panik, berlarian ke kiri-kanan kapal. Situasi jadi kacau. Kapal semakin tidak stabil, semakin oleng dan akhirnya tenggelam.
Kepala Kepolisian Sektor (Polsek) Adonara Timur, Ipda Abdul Rahman Aba, S.H, kepada Pos Kupang, Senin petang juga menjelaskan, sekitar satu jam perlayaran, kapal kayu itu terhempas arus keras di antara Waijarang dan Boleng. Kapal miring ke kanan membuat para penumpang yang kebanyakan kaum wanita yang hendak berjualan di Pasar Pada di pinggiran Kota Lewoleba itu panik. Mereka lari ke kanan kapal membuat posisi kapal tidak seimbang. Nakhoda tidak bisa mengendalikan dan kapal tenggelam bersama penumpang.

Berutung pada saat kejadian itu masih pagi, sehingga ada kapal penumpang dari Lewoleba hendak ke Larantuka dan kapal feri yang sandar di Lewoleba membantu mencari sehingga banyak penumpang yang tertolong. Jika musibah itu terjadi lepas tengah hari, bisa dipastikan lebih banyak penumpang tidak bisa diselamatkan karena arus dan angin di perairan itu lebih deras dan kencang pada siang hari.

Rahman mengatakan, 87 penumpang termasuk empat warga Lembata berasal dari 11 desa. Korban meninggal saat ini sebanyak 11 orang, tiga orang yang sudah lebih dahulu dibawa ke Adonara, yakni Emilia Dati, Beatrix Mita dan Kewa Sulaiman, selain delapan korban berada di Lewoleba. Polsek Adonara Timur telah membuka posko di pesisir pantai memantau penyelamatan para korban.

Koordinator Tim Penanggulangan Bencana (Tagan) Lembata, Andres Koban, mengatakan kapal tersebut juga mengangkut lima unit sepeda motor dan barang-barang jualan ke Pasar Lewoleba. "Pencarian masih dilakukan Tagana dibantu dua unit motor nelayan. Kami sudah buka posko bersama di Waijarang, masih butuh motor pencarian dan peralatan komunikasi," kata Andres. (ius/bb)


Korban KM Hasmita Indah
No Nama Umur Keterangan
1. Martina Ose ± 50 Meninggal dunia
2. Tuto Boli ± 60 Meninggal dunia
3. Susana Ose ± 50 Meninggal dunia
4. Benga Balo ± 50 Meninggal dunia
5. Dowa Pati ± 48 Meninggal dunia
6. Indah Boleng ± 13 Meninggal dunia
7. Agatha Ose ± 50 Meninggal dunia
8. Beti Lipa Boro ± 50 Meninggal dunia
9. Emilia Dati Meninggal dunia
10. Beatrix Mita Meninggal dunia
11. Kewa Sulaiman Meninggal dunia
Sumber: Olahan Pos Kupang

Pos Kupang, 10 Agustus 2010 halaman 1



Apolonia Selan Belum Ditemukan

LEWOLEBA, PK---Upaya pencarian Apolonia Selan (25), korban musibah tenggelamnya Kapal Motor (KM) Hasmita Indah di sekitar perairan Waijarang, Lembata, hingga Selasa (10/8/2010) petang, belum membuahkan hasil. Tim pencari mengerahkan sekitar 12 unit kapal nelayan dan speed boat mencari remaja putri asal Niki-Niki, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) itu.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lembata, Anton Suban, dan Koordinator Tim Penanggulangan Bencana Alam (Tagana) Lembata, Andres Koban, dihubungi terpisah, kemarin, membenarkan upaya pencarian korban kapal naas yang tenggelam Senin (9/8/2010) pagi itu. Pencarian korban melibatkan tim SAR Kupang, SAR Maumere, Tagana Lembata dibantu masyarakat Desa Waijarang, Polair Polres Lembata dan Polres Flores Timur.

Anton menjelaskan, pencarian difokuskan di sekitar lokasi tenggelamnya KM Hasnita Indah dan perairan sekitarnya, namun belum membuahkan hasil. Pencarian lanjutan korban menunggu perintah Bupati Lembata, Drs. Andreas Duli Manuk, apakah dihentikan atau masih terus dilakukan.

"Pencarian hari ini belum membuahkan hasil, tetapi kita akan tetap melakukannya, hingga batas waktu yang belum ditentukan. Kami bekerja dan melaporkan apa yang sudah kami lakukan ke pak bupati dan menunggu instruksi selanjutnya," jelas Anton.
Sementara itu, hingga Selasa (10/8/2010) siang, baik jenazah korban meninggal, maupun puluhan korban yang sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lewoleba, sudah pulih dan dikembalikan ke keluarga masing-masing. Kecuali Susana Ose dan Indah Boleng, semua korban tewas sudah dievakuasi ke Boleng dengan KM Arkona, Senin sore. Susana Ose dan Indah Boleng dikuburkan di Lembata.

Anton juga mengklarifikasi jumlah korban meninggal 10 orang, bukan 11 orang. "Saya mau jelaskan bahwa korban meninggal dunia sesuai dengan data konfirmasi ke semua desa yang ada di Boleng, hanya berjumlah 10 orang, termasuk satu orang Lembata. Sedangkan korban hilang yang belum ditemukan juga hanya satu orang, dan bukan 23 orang, sebagaimana informasi sebelumnya," jelas Suban.

Sekretaris Dinsosnakertrans Lembata, Stef Talu, di Posko Waijarang, kemarin, menjelaskan bahwa jumlah penumpang KM Hasmita Indah seluruhnya 85 (bukan 87 seperti berita kemarin). Korban hilang juga cuma satu, yakni Apolonia Selan. Perbedaan jumlah terjadi karena penumpang dari Boleng ke Lewoleba tidak terdata identitasnya.

Disaksikan Pos Kupang di perairan Waijarang, kemarin, sejumlah speed boad dan kapal nelayan melakukan pencarian di sekitar lokasi tenggelamnya kapal. Tim pencari membangun posko di lapangan SDK Waijarang. Warga masyarakat Waijarang ikut membantu menyediakan makanan kepada tim.
KM Hasmita Indah tenggelam, Senin (9/8/2010) pagi dalam pelayaran dari Pantai Boleng, Kecamatan Ile Boleng, Flores Timur menuju Lewoleba, Lembata. Kapal naas ini tenggelam sesaat setelah mesin kapal mati, dan angin serta arus menghantam. Sebanyak 10 penumpang meninggal dalam musibah laut ini.

Nakhoda KM Hasnita Indah, Awan Jakob, menjalani pemeriksaan maraton di Mapolres Lembata sejak Senin hingga Selasa (10/8/2010). Dia resmi menjadi tersangka dan menghuni kamar tahanan Polres Lembata. Jakob dianggap paling bertanggung jawab atas musibah tenggelamnya Hasnita Indah yang menewaskan 10 penumpang.

"Jakob jadi tersangka dan ditahan selama 20 hari," kata Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Lembata, AKBP Marthin JH Johannis, S.H, melalui KBO Reskrim, Aiptu Jeffris Fanggidae, Selasa siang.

Jakob dinilai lalai mengemudikan perahu motornya, sehingga perahu motornya tenggelam dan menewaskan 10 penumpang dan hilangnya barang-barang bawaan penumpang. (bb/Pos Kupang, 11 Agustus 2010)


Hasnita Indah Bawa Penumpang Tujuh Kali Lipat

LEWOLEBA, PK --- Perahu Motor Hasnita Indah yang tenggelam pada hari Senin (9/8/2010) lalu, ternyata membawa penumpang lebih banyak tujuh kali lipat dari yang kapasitas muatnya. Sesuai dengan surat izin yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan Laut, Kantor Pelabuhan Larantuka, perahu motor ini hanya boleh membawa empat awak dan delapan penumpang.

Hal ini baru terungkap, setelah pada Kamis (12/8/2010) pagi, sekitar pukul 10.00 Wita, pihak penyidik Kepolisian Resor (Polres) Lembata, mendapat surat izin tersebut dalam berkas yang diserahkan pemilik PM Hasnita Indah, Abuthalib El Haq, saat dimintai keterangan perihal izin perahu motor miliknya itu.
Surat izin ini baru dikeluarkan Dinas Perhubungan Laut, Kantor Pelabuhan Larantuka, pada tanggal 4 Agustus 2010 lalu. Surat itu ditandatangani langsung Kepala Kantor Pelabuhan Larantuka, H. Mansyur Usman, dengan kapasitas lima GT.

Dengan demikian, penumpang yang diangkut pada Senin (9/8/2010) lalu, melampaui daya angkut perahu motor itu tujuh kali lipat, karena perahu naas itu membawa 84 penumpang, ditambah satu orang nakhoda dan lima orang Anak Buah Kapal (ABK), sehingga total 90 orang.

Kapolres Lembata, AKBP Marthin JH Johannis, SH, melalui Wakapolres Lembata, Kompol Renalzie Agus, S.IK, di Mapolres Lembata, Kamis (12/8/2010) siang, mengatakan, wajar kalau perahu motor ini tenggelam, karena memang jumlah penumpang dan barang bawaan jauh melebihi kapasitas yang diizinkan.

Karena itu, jelas Agus, pihaknya telah memeriksa nakhoda Hasnita Jaya, Adam Jacob (38), dan juga sudah ditetapkan menjadi tersangka dan resmi ditahan di ruang tahanan Mapolres Lembata.

Informasi lain yang berhasil dihimpun dari sumber Pos Kupang di Mapolres Lembata menyebutkan bahwa PM Hasnita Indah sudah beroperasi sejak sebulan yang lalu, sehingga dapat dipastikan, sebelumnya perahu motor ini beroperasi tanpa izin pelayaran.

"Kapal ini memang sudah beroperasi lama sebelumnya. Namun karena habis diperbaiki, dan baru jalan lagi satu bulan lalu. Tetapi ternyata surat izinnya baru keluar tanggal empat," jelas sumber tersebut. (bb)

Pos Kupang, 13 Agustus 2010 halaman 7

Bayi "Harlequin" Lahir di Ende

Ende, Kompas - Bayi laki-laki yang lahir di Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, terlahir menderita sindrom harlequin baby. Orangtua bayi tersebut terikat perkawinan dengan hubungan kekerabatan yang sangat dekat.

Sindrom harlequin baby, seperti dikutip dari situs National Institutes of Health, AS, ditemukan oleh James W Lance dan Peter D Drummond tahun 1988 ketika mereka meneliti bayi yang sebelah tubuhnya memerah dan berkeringat. Kondisi asimetrik seperti itu kemudian dikenal dengan sebutan ”Harlequin Sign” (Tanda Harlequin).

Sindrom tersebut kadang tampak sebagai kondisi tubuh hangat dan tidak bisa berkeringat di bagian tangan dan kaki di satu sisi tubuh. Hal ini bisa agak berkurang dengan melakukan latihan. Kadang disertai dengan sakit kepala sebagian, hidung berair, jidat berkeringat, serta kontraksi (gerakan) pupil mata yang tak beraturan serta terbaliknya kelopak mata atas.

Penjelasan tentang penyebab fenomena tersebut belum sepenuhnya mendapat persetujuan secara luas.

Penyakit ini pun tergolong langka dan jarang terjadi. Rata-rata kasus itu terjadi satu di antara 300.000 kelahiran hidup.

Bayi laki-laki yang lahir pada hari Selasa (19/1) lalu dari pasangan Bernadus Bedi dan Agnes Nona, warga Desa Uluramba, Kecamatan Ende, Kabupaten Ende, itu hingga Jumat kemarin masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ende.

”Dari keterangan yang bersangkutan dan keluarga, pasangan itu menikah dengan status hubungan sebagai sepupu kandung. Ini sangat dekat sekali. Di Ende, pernikahan dengan sepupu kandung dianggap biasa. Secara adat tampaknya justru dianjurkan,” kata dokter spesialis anak RSUD Ende, Agustini Utari, kemarin di Ende.

Menurut Agustini, perkawinan sedarah atau yang masih memiliki hubungan atau pertalian keluarga (consanguinity) keturunannya sangat berisiko mengalami kelainan genetik.

Anak kelima (bungsu) pasangan Bernadus-Agnes itu mengalami kelainan pada bagian mata, mulut, dan kulit. Posisi kelopak mata bayi tersebut terbalik atau melipat ke arah luar (ectropion). Bentuk bibir bayi tebal atau besar dan terbuka, serta kulitnya mengering dan mengeras, bahkan beberapa bagian mengelupas karena kuatnya kerutan.

Ternyata dalam riwayat keluarga tersebut, dari 5 anak Bernadus, 2 orang mengalami kelainan genetik, yaitu anak sulung (laki-laki) dan yang bungsu. Anak pertamanya, Claudius Fridus Rado, kini berusia 8 tahun.

Saat lahir Claudius buta, kaki lumpuh, dan kondisi kulitnya serupa dengan adik bungsunya yang baru lahir ini. Adapun anak yang nomor 2 hingga nomor 4 semuanya perempuan, kondisi mereka normal.

Kondisi membaik

Menurut Agustini, kondisi bayi tersebut hingga hari ke-4 dirawat makin membaik. Saat dibawa keluarganya ke rumah sakit, bayi itu mengalami sesak napas dan susah minum. Sejak Kamis lalu dia sudah minum air susu ibu (ASI).

Mata bayi juga mendapatkan terapi dari dokter spesialis mata di rumah sakit setempat. Kornea matanya dalam keadaan jernih dan bola mata juga baik meskipun belum diketahui apakah mata bayi tersebut buta atau tidak.

Guna mencegah infeksi bayi juga diberi antibiotik serta diberi infus untuk mencegah kekurangan cairan. Adapun untuk kulit diberi pelembap dan krim tretinoin atau retinoin A.

”Sudah terlihat kemajuan, kerutan pada kulitnya agak berkurang dan kulit pun menjadi lembut. Mata bayi juga diberi salep. Belum dapat dipastikan kapan bayi itu bisa meninggalkan rumah sakit,” kata Agustini.

Saat ini pihak rumah sakit masih mengupayakan agar kondisi bayi itu stabil dulu. Setelah bayi dapat makan dan minum, kesehatannya mulai bagus, baru diperbolehkan pulang.

”Namun, untuk kulitnya tetap diperlukan perawatan jangka panjang sebab kulit yang terkelupas itu rawan terkena infeksi,” tambah Agustini. (SEM)

Inventaris di Rujab Bupati Kupang Raib

KUPANG, PK--Inspektorat Kabupaten Kupang hanya menemukan dua kursi sofa ketika memeriksa kondisi barang-barang inventaris di rumah jabatan (Rujab) Bupati Kupang setelah ditempati Bupati Ayub Titu Eki. Barang-barang lainnya seperti televisi, kulkas, AC, kain gorden dan sebagainya 'raib' entah ke mana.

Kondisi ini memaksa inspektorat melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui keberadaan barang-barang inventaris dimaksud. Pemeriksaan itu, antara lain, dengan mengonfirmasi kepada kepala bagian (lama) atau rumah tangga yang berurusan dengan inventaris.

"Kita masih melakukan pemeriksaan. Hasilnya akan disampaikan kepada bupati untuk ditindaklanjuti," ujar Kepala Inspektur pada Inspektorat Kabupaten Kupang, Goni Nggadas, pada jumpa pers di Rumah Jabatan Bupati Kupang, Minggu (22/11/2009) malam.

Perihal kondisi barang-barang inventaris pada saat inspektorat melakukan pemeriksaan, Goni mengakui kosong, hanya ada dua kursi sofa. "Barang inventaris lainnya tak ada, termasuk televisi, kulkas. Kain jendela sekalipun tak ada," ujar Goni.

Langkah inspektorat memeriksa barang-barang inventaris di rujab Bupati Kupang, diakui Goni, juga untuk membuktikan kebenaran tudingan sejumlah oknum--pernah diberitakan sebuah media cetak di Kupang--, bahwa Bupati Kupang, Ayub Titu Eki, 'makan' uang sebesar Rp 400 juta terkait pengadaan barang-barang baru inventaris rujab.

Bawa TV dari Rumah
Pada kesempatan yang sama, Bupati Kupang, Ayub Titu Eki, membenarkan dirinya dituding 'makan' uang Rp 400 juta dimaksud hingga memicu aparat Polresta Kupang memeriksa barang-barang inventaris di rujab Bupati Kupang. "Barang- barang apa yang ditinggalkan pada saat saya masuk di sini (Rujab, Red). Tak ada. Televisi (TV) saya bawa dari rumah pribadi. Begitu juga kulkas. Kain gorden yang ada juga kami pesan sendiri. Belum dibayar, pemiliknya sudah tagih-tagih," tegas Titu Eki.

Bupati Titu Eki mengakui aparat Polresta Kupang sudah memeriksa di rujab yang ditinggalnya untuk mengetahui fisik barang yang diduga oleh oknum tak bertanggung jawab dari hasil 'pembelanjaan' Rp 400 juta dimaksud. "Tak ada apa- apa. Polisi lihat semua sampai di dapur, kolong tempat tidur kami. Mana? Kalau berdasarkan DPA, seharusnya ada dua televisi di rujab ini, begitu juga kulkas. Tapi fisiknya tidak ada. Saya justru bawa televisi dan kulkas dari rumah. Sekarang polisi diam saja karena tak temukan apa-apa," ungkapnya.

Sebagaimana disaksikan Pos Kupang, pada setiap fisik AC yang dipasang di rujab Bupati Kupang masih terpampang tulisan, "Utang Pemda 2009."

Tak menempuh jalur hukum atas pemberitaan media miring tanpa konfirmasi? "Buang-buang energi saja. Biar masyarakat menilai media mana yang profesional. Meski diberitakan negatif, saya tak peduli, karena saya merasa tidak bersalah. Berita media tanpa konfirmasi itu memprovokasi masyarakat." tandasnya. (eni)

Pos Kupang 24 November 2009 halaman 13

Tewas karena Makan Bangkai Sapi

SOE, PK -- Jatuhnya korban jiwa akibat makan daging sapi yang mati mendadak kembali terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Kali ini terjadi di Desa Kuale'u, Kecamatan Mollo Tengah, dimana seorang bocah tewas dan 161 warga desa menderita mual-mual, sakit perut dan diare.

Bulan April lalu, kasus serupa terjadi di Desa Tetaf, Kecamatan Amanuban Barat, TTS. Saat itu, 51 satu warga desa itu dan tiga warga Desa Mio, keracunan usai makan daging anak sapi yang mati mendadak. Tidak ada korban jiwa, namun semua mereka yang makan daging anak sapi itu muntah-muntah, diare, panas dan sakit kepala.

Gejala serupa menimpa warga Desa Kuale'u usai makan daging sapi pada hari Jumat (6/11/2009). Warga membeli daging sapi itu dari Jakob Nenosaban. Rupanya daging yang dijual itu adalah sapi yang mati mendadak. Dua hari setelah itu, yakni Minggu (8/11/2009), seorang bocah di desa itu, Selsius Tnesi (5 tahun) mengeluh nyeri di perut, kepala sakit, disusul muntah-muntah dan kejang- kejang. Pada sore harinya, bocah itu meninggal dunia di rumahnya di RT 01/RW 01, Desa Kuale'u.

Kebanyakan warga setempat, juga mengeluhkan gejala yang sama, yakni kepala sakit, perut nyeri dan mual- mual dan muntah. Diusut-usut ternyata semua yang mengalami gejala tersebut adalah mereka yang memakan daging sapi yang dibeli dari Jakob Nenosaban.

Kepanikan menimpa desa itu. Kades setempat, Dance E Kase langsung bertindak. Warga yang mengalami gejala sakit tersebut diarahkan ke kantor desa untuk memperoleh perawatan darurat dari kader-kader posyandu di desa itu.

Informasi yang dihimpun Pos Kupang di desa itu, Senin (9/11/2009) hingga pukul 15.00 Wita, dari 161 warga yang dirawat di kantor desa itu, tiga orang dirujuk ke RSUD SoE, yakni Abdi Banoet (2 tahun), Hermina Opat (52 tahun) dan David Toto (57 tahun), tujuh orang dirawat di posko kantor desa dan sisanya 151 orang rawat jalan karena kondisi mereka tidak terlalu mengkhawatirkan.

Dari 161 korban itu, 129 orang mengalami nyeri perut
dan sakit kepala, 32 orang lainnya mengalami muntah- muntah dan diare.

Beberapa korban yang ditemui di posko penanggulangan darurat di Kantor Desa Kuale'u, kemarin siang, mengatakan, mereka membeli daging sapi itu karena pemiliknya, Jacob Nenosaban mengatakan bahwa daging sapi itu berasal dari sapi sehat namun terpaksa disembelih karena kakinya patah.
Informasi yang dihimpun, pemilik sapi menemukan sapinya mati pada hari Kamis (5/11/2009) sore. Pagi harinya, bangkai sapi itu dipotong dan dijual kepada warga setempat.

"Kami pergi beli di rumahnya Jakob. Kami beli satu kantong plastik kecil dengan harga Rp 35 ribu. Dua hari setelah makan daging sapi itu, kami semua sakit perut, kepala dan muntah-muntah," ujar Thomas Tapatab yang menambahkan bahwa istri dan dua anaknya juga mengalami hal serupa.

Kepala Desa (Kades) Kuale'u, Dance E Kase yang ditemui di desanya, mengatakan, pihaknya langsung mengumpulkan warga yang sakit ke kantor desa pada Minggu (8/11/2009) malam, untuk mendapat pertolongan darurat dari kader posyandu.

"Setelah tahu sudah ada korban jiwa dan banyak yang mengeluh sakit setelah makan dading sapi, saya langsung menghubungi kader posyandu. Warga saya arahkan ke kantor desa dan mereka semua diobati secara gratis oleh kader posyandu dan petugas dari Puskesmas Siso," kata Kase.

Menurut dia, warga mau membeli daging sapi yang dijual Jakobus Nenosaban karena yang bersangkutan mengatakan bahwa daging sapinya itu berasal dari sapi yang sehat namun kakinya patah sehingga terpaksa disembelih dan dijual dagingnya.

"Saya sempat minta bon tapi tidak dikasih. Untung saya tidak makan, kalau tidak kami semua kena," katanya.
Dia mengatakan, warga yang sakit itu tersebar di Dusun I dan Dusun II yakni di RT 1, RT 2, RT 3 dan RT 5.
Kades Kase juga mengaku mendapat informasi bahwa ada beberapa warga Desa Pika yang tak jauh dari Kuale'u, juga membeli daging sapi milik Jakobus. Namun seperti apa kondisi mereka setelah makan daging sapi itu, dia tidak mengetahuinya.

Pantuan Pos Kupang di kantor Desa Kuale'u yang dijadikan posko penanggulangan darurat, terlihat petugas medis dari Puskesmas Siso dibantu staf Dinas Kesehatan TTS menggelar pengobatan gratis kepada para korban.

Warga yang sakit perut, kepala sakit diberikan obat untuk diminum, sementara yang muntah dan diare diinfus. Sedangkan warga yang kondisinya mengkhawatirkan dirujuk ke RSUD SoE. (aly)

Pos Kupang edisi Selasa, 10 November 2009 halaman 1

Hakim PN Ende Dipukul Pengunjung Sidang

ENDE, POS KUPANG.Com---Naas menimpa Ronald Masang, S.H, hakim di Pengadilan Negeri Ende.

Saat mengamankan tersangka kasus percabulan yang akan disidangkan di Pengadilan Negeri Ende, Kamis (29/10/2009), Ronald dipukul oleh sejumlah orang yang diduga keluarga korban percabulan. Akibatnya, sidang ditunda.

Menurut keterangan yang diperoleh Pos Kupang, Ronald dipukul karena diduga melindungi tersangka yang pertama dipukul keluarga. Keluarga korban merasa tidak puas saat membela tersangka yang dipukul. Akibat pemukulan tersebut sidang perdana kasus pencabulan dengan agenda pembacaan tuntutan terpaksa dibatalkan.

Staf Pidum Kejaksaan Negeri (Kejari) Ende, Markus Mbete, menjelaskan, aksi pemukulan terhadap tersangka, Olimpius Deobarin, terjadi ketika tersangka hendak dibawa masuk ke dalam Kantor PN Ende guna mengikuti sidang. Ketika baru memasuki ruangan kantor, tiba-tiba tersangka diserang sejumlah orang yang diduga kerabat dan keluarga korban percabulan.

Olimpius sehari-harinya berprofesi sebagai guru. Dia adalah tersangka percabulan terhadap muridnya sendiri, seorang siswi SMA Negeri di Ende.

Melihat situasi yang tidak kondusif tersebut, jelas Markus, dia langsung berlari menuju Kantor Kejaksaan Negeri Ende guna meminta bantuan polisi pertelepon. Namun karena ada gangguan teknis pada saluran telepon, maka dia langsung meminta bantuan kepada sejumlah anggota polisi yang kebetulan bertugas sebagai Patwal di Rumah Jabatan Bupati Ende untuk mengamankan situasi di PN Ende.

Markus mengatakan, pada saat kejadian tersangka hanya dikawal oleh satu jaksa, yakni M Blegur, SH, tanpa ada anggota polisi yang mendampinginya. Situasi ini kemungkinan dimanfaatkan oleh sejumlah orang yang diduga keluarga korban untuk menyerang tersangka.

"Biasanya kalau ada sidang para tersangka sesuai dengan prosedur yang berlaku mereka akan dikawal oleh polisi dan saya yang biasanya menjemput polisi. Namun dalam kasus ini tidak ada pengawalan karena ketika saya hendak menjemput polisi, jaksa bilang tidak usah karena hari sudah siang," kata Markus yang sehari-hari bertugas sebagai penjemput para tersangka, baik dari Lembaga Permasyarakatan maupun dari polisi.

Tentang kasus pemukulan terhadap Ronald Masang, Markus mengatakan bahwa dia tidak melihat langsung karena kejadiannya berlangsung cepat. "Saya tidak lihat karena ketika terjadi pemukulan terhadap tersangka saya langsung lari meminta bantuan kepada polisi," kata Markus.

Sementara Ronald Masang ketika dikonfirmasi di PN Ende mengatakan, kasus pemukulan terhadap dirinya terjadi ketika dia turun dari ruang kerjanya di lantai II menuju lantai I Kantor PN Ende saat mendengar ada keributan di lantai I. Pada saat itu, dia menyaksikan tersangka Olimpius Deobarin yang hendak dibawa masuk ke dalam PN Ende menuju sel telah menjadi sasaran pemukulan sejumlah orang. Melihat kondisi tersebut, Ronald meminta agar tersangka secepatnya dibawa ke dalam sel guna menghindari aksi pemukulan lebih lanjut.

Ketika tersangka sudah diamankan sejumlah warga yang kemungkinan tidak puas dengan aksinya mengamankan tersangka, melayangkan pukulan persis di bibirnya. Akibat pukulan itu bibirnya memar, giginya juga retak.

"Orang memukul, katanya karena saya melindungi tersangka, padahal saya sama sekali tidak berniat melindungi tersangka. Saya minta mengamankan tersangka ke dalam sel, hal itu sudah menjadi prosedur tetap sebelum seseorang menjalani proses persidangan," kata Ronald. Ronald meminta perlindungan hukum dengan melaporkan kasus tersebut ke polisi.

Ketua PN Ende, M Purba S.H, menyayangkan aksi pemukulan terhadap tersangka dan juga hakim. Purba berharap keluarga korban tidak main hakim sendiri. Purba mengatakan, jika situasi tidak kondusif, maka proses persidangan tersebut akan dipindahkan ke PN Kupang guna menghindari aksi anarkis massa. (rom)

Pos Kupang edisi Jumat, 30 Oktober 2009 halaman 1

Mangan di Timor Kembali Menelan Korban

ATAMBUA, PK -- Dua warga Desa Taaba, Kecamatan Weliman, Kabupaten Belu, Klara Abuk (50) dan Hans (30), Minggu (18/10/2009) sekitar pukul 08.00 Wita tewas tertimbun tanah setelah menggali mangan di Tuataun, Kecamatan Toianas, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

Dengan peristiwa terakhir di TTS itu, maka sejak bulan Agustus 2009 tercatat sembilan warga NTT yang tewas di lokasi tambang mangan.

Klara Abuk ditemukan meninggal dunia dalam posisi berdiri, dan Hans melintang dengan tangan memegang Klara. Saat ini kedua korban sudah dievakuasi dari lokasi kejadian dan sudah diterima keluarga masing-masing. Kecamatan Toianas terletak di perbatasan TTS dan Belu.

Salah satu kerabat korban, Kamilus Seran, ketika dihubungi Pos Kupang melalui hand phone (HP) ke Desa Taaba, Minggu (18/10/2009) membenarkan kejadian itu. Hubungan Klara dan Hans, lanjutnya, Klara adalah mama mantu dari Hans.

Kamilus menjelaskan, kasus tewasnya kedua warga Taaba itu di luar dugaan. Pasalnya, selama sepekan ini Klara dan Hans menggali mangan di Tuataun, TTS. Pada Minggu (18/10/2009), suami dari Klara menyampaikan pesan kepada kedua korban untuk istirahat menggali karena harus ke gereja. Permintaan suami Klara agar mereka istirahat menggali mangan disampaikan oleh karyawan yang hendak membeli batu. Namun, penyampaian itu tidak dihiraukan Klara dan Hans. Keduanya tetap ke lokasi untuk menggali mangan.

"Saat sedang menggali mangan, tiba-tiba tanah runtuh dan menutup kedua korban. Lubang bekas galian mangan selama satu minggu ini sudah cukup besar. Kedua korban rupanya tidak menduga kalau kondisi tanahnya labil sehingga runtuh menimpa mereka," kata Kamilus.

Terhadap kejadian itu, jelas Kamilus, tanta dari Hans di Tuataun menyampaikan kepada keluarga di Taaba. Saat itu juga keluarga korban menuju lokasi kejadian untuk menggali reruntuhan tanah. Saat itu mereka mendapatkan Klara Abuk meninggal dunia dalam posisi berdiri, dan Hans dalam posisi telentang sambil memegang tangan Klara. Keluarga korban sejak pagi hingga sore terus menggali dan pukul 18.00 Wita kedua korban berhasil dievakuasi dan dibawah ke keluarga masing-masing. "Klara Abuk dibawa ke Taaba, dan Hans dibawa ke kampung halamannya di TTS," katanya.

Kepala Desa Taaba, Marsela Hoar Seran, ketika dihubungi Pos Kupang ke Wewiku melalui HP-nya, Minggu (18/10/2009) sore membenarkan kejadian itu.

Marsela menjelaskan, informasi tewasnya Kalra Abuk dan Hans ia terima dari warganya pada siang hari. Informasi dari warganya itu, kata Marsela, menyebutkan bahwa sepekan ini Klara dan Hans menggali mangan di wilayah TTS.

"Klara Abuk memang asal Taaba, dan Hans berasal dari TTS. Selama ini Hans tinggal bersama Klara Abuk, yang juga mama mantunya. Keduanya sudah dievakuasi dan sudah diterima keluarga masing-masing untuk dikuburkan," ujarnya. (yon)

Korban Tewas di Lokasi Mangan

17 AGUSTUS 2009: Daud Lomi Pita (48), warga RT 22/RW 06 Dusun C, Desa Tubuhue Kecamatan Amanuban Barat, TTS, meninggal akibat tertimbun galian mangan.

2 OKTOBER 2009: Dua warga Kelurahan Naioni, yaitu Simon Linsini dan Etri Linsini, tewas tertimbun tanah di lokasi penambangan mangan. Keduanya tewas saat sedang menggali batu mangan.

6 OKTOBER 2009: Empat penambang mangan di Kiumabun, Desa Oebola Dalam, Kecamatan
Fatuleu, Kabupaten Kupang, tewas tertimbun ketika sedang menggali batu mangan. Empat warga itu adalah Melianus Bariut (51), Petrus Sabloit (38), Ambrosius Seran (11) serta Marice Ton (38).

18 OKTOBER 2009: Dua warga Desa Taaba, Kecamatan Weliman, Kabupaten Belu, yaitu Klara Abuk (50) dan Hans (30) tewas tertimbun tanah ketika menggali batu mangan di Tuataun, Kecamatan Feoana, TTS.

Pos Kupang edisi Senin, 19 Oktober 2009 halaman 1

4 Penambang Mangan Mati Tertimbun

KUPANG, PK--Tambang mangan makan korban lagi. Empat penambang mangan di Kiumabun, Desa Oebola Dalam, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, tewas tertimbun batu mangan, Selasa (6/10/2009) pukul 14.00 Wita, ketika sedang menggali material galian ini.

Para korban tertimbun selama tiga jam hingga berhasil dievakuasi pada pukul 17.00 Wita oleh warga setempat. Selain empat penambang tewas, satu orang dalam kondisi sekarat. Kempat korban tewas itu, masing-masing Melianus Bariut (51), Petrus Sabloit (38), Ambrosius Seran (11) serta Marice Ton (38). Mereka langsung divakuasi ke rumah duka yang berjarak kurang lebih tiga kilometer arah barat.

Sementara korban yang selamat, Nikolaus Sabloit, mengalami gangguan pada batang leher dan dada akibat tertimbun batu mangan. Dia diselamatkan ke salah satu rumah milik kerluarga yang berjarak kurang lebih satu kilometer dai lokasi kejadian.

Sebelumnya, pada Jumat (2/10/2009) lalu, dua penambang mangan, Simon Lensini dan Etri Lensini tewas tertimbun saat menambang mangan di sekitar Kampung Taliat, Kelurahan Naioni, Kota Kupang.

Istri korban selamat Nikolaus Sabloit, Sarlina Sabloit Malafu, menuturkan, saat kejadian suaminya bersama empat korban lain masuk ke dalam lubang sedalam tiga meter dengan ketinggian tebing delapan meter untuk menggali batu mangan. Tiba-tiba, kata Malafu, tanah dan batu mangan dari permukaan tebing rubuh dan mengubur kelima korban, termasuk suaminya.

Saat itu juga dia berlari menuju lubang dan tidak melihat suaminya bersama empat korban lain, sehingga Malafu berteriak minta tolong. Selang beberapa menit kemudaian, warga sekitar berdatangan dan berusaha untuk menyelamatkan kelima korban dengan menggali tumpukan timbunan mangan. Kurang lebih tiga jam baru warga menemukan kelima korban, empat di antaranya sudah meninggal.

Marice Ton, satu di antara keempat korban yang meninggal, dihantar keluarganya ke Amarasi untuk dimakamkan di sana, sedangkan tiga lainnya disemayamkan di satu rumah milik orangtua mereka di Desa Oebola Dalam yang berjarak kurang lebih tiga kilometer dari Kantor Camat Fatuleu.

Disaksikan Pos Kupang, Rabu (7/10/2009), ketiga korban tewas dibaringkan pada satu tempat tidur di sebuah rumah daun tanpa dinding. Keluarga dan sanak saudara duduk di atas bangku dan kursi mengelilingi ketiga jenazah yang terbaring kaku. Jenazah Ambros Seran, yang merupakan cucu dari dua korban lain, dibaringkan di tengah. Beberapa luka tampak jelas pada wajah ketiga korban yang membiru.

Di tenda duka, beberapa warga duduk bersama beberapa guru dari Ambros Seran. Mereka duduk secara berkelompok. Semua diam membisu, turut merasakan penderitaan keluarga korban. Turut hadir di tenda duka itu, Camat Fatuleu, Batarudin, serta Kapolsek Fatuleu, AKP Yohanes Hamsibu. Sementara di lokasi kejadian yang berjarak kurang lebih tiga kilometer dari rumah duka, tampak sepi, tidak ada aktivitas apa pun di sana.

Lokasi galian mangan itu terletak di bukit dan berada di antara hutan bambu liar di pinggir sebuah kali kering. Untuk mencapai lokasi itu, harus mengikuti jalan tikus melintasi kali kecil hingga 300 meter dari jalan umum. Kurang lebih 10 meter dari lokasi galian terdapat beberapa karung kosong dan 13 botol kosong miras. Di sisi kiri dan kanan lubang yang lebarnya kurang lebih empat meter dengan kedalaman tiga meter itu terdapat 118 karung mangan yang sudah berhasil dikumpul. Dari ke 118 karung mangan itu, 58 karung diletakkan di sisi kiri dan kanan lubang, sementara 60 karung yang diletakkan di depan lubang itu tertimbun tanah akibat evakuasi para korban.

Mangan di bukit ini baru mulai digali satu minggu terakhir. Bahan galian yang belakangan menjadi primadona warga itu masih dikumpulkan di lokasi, belum pernah dijual. (mas)

Pos Kupang 8 Oktober 2009 halaman 1

Victor Lerik Minta Maaf

KUPANG, PK---Ketua Sementara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Kupang, Victor Lerik, S.E, Kamis (27/8/2009), secara resmi meminta maaf kepada seluruh anggota DPRD Kota Kupang dan staf Sekretariat DPRD Kota Kupang. Meski rapat DPRD Kota kemarin berjalan lancar, tetapi gedung Dewan dijaga oleh satu regu polisi.

Seperti disaksikan Pos Kupang, rapat DPRD Kota Kupang dengan agenda pembentukan pansus untuk membuat tata tertib tersebut berlangsung mulai pukul 09.10 Wita. Sesaat setelah membuka sidang, Ketua Sementara DPRD Kota Kupang, Victor Lerik, meminta maaf kepada seluruh anggota Dewan dan staf sekretariat Dewan.

"Sebelum kita mulai, saya secara pribadi mohon maaf yang sedalam-dalamnya atas kejadian kemarin. Saya minta maaf kepada seluruh anggota Dewan dan seluruh staf Sekretariat DPRD. Saya sudah meminta maaf secara pribadi di luar ruangan sidang kepada anggota Dewan, tetapi resminya disampaikan di dalam forum paripurna," ujar Lerik yang pada sidang hari kedua kemarin sudah mengenakan pakaian seragam berwarna merah hati. Pada hari pertama sidang perdana, Lerik mengenakan celana jeans dan baju kemeja kotak-kotak.

Ketika Lerik meminta maaf, anggota DRPD Kota Kupang, Rudy Tonubessi, belum masuk ruangan sidang. Rudy masuk ruang sidang kurang lebih tiga menit setelah rapat dibuka.
Sidang dengan agenda pembentukan pansus ini berlangsung aman dan lancar. Seperti disaksikan, dalam rapat yang dipimpin Lerik itu, Tonubessi beberapa kali meminta bicara dan Lerik selalu memberikan kesempatan kepadanya. Lerik terlihat lebih sabar dibanding dengan hari pertama memimpin rapat.

Seperti diketahui, rapat perdana DPRD Kota Kupang, Rabu (27/8/2009), ricuh, bahkan nyaris terjadi adu jotos antara Victor Lerik dengan Rudy Tonubessi. Kericuhan itu terjadi menyusul kata-kata kasar yang dilontarkan Lerik kepada Tonubessi.
Tonubessi yang ditemui di sela-sela skorsing rapat mengatakan, permintaan maaf tersebut tidak menyelesaikan masalah.

"Saya ini orang yang tertuduh. Permintaan maaf tersebut pada manusia, bukan pada anjing. Dia sudah mengatakan saya anjing. Saya tidak merasa bagian dari permintaan maaf tersebut," kata Tonubessi. Dia mengatakan, telah melaporkan kejadian itu pada Polresta Kupang dengan tuduhan ancaman, penghinaan dan perbuatan tidak menyenangkan.

Keterangan yang diperoleh Pos Kupang menyebutkan, Rabu (26/8/2009) malam, Tonubessi melaporkan Victor Lerik kepada Polresta Kupang. Kapolresta Kupang, AKBP Drs. Heri Sulistianto, ketika dihubungi melalui Kaur Binops Satreskrim, Ipda David Candra Babega, kemarin, mengatakan, polisi tentu akan memroses secara hukum Lerik yang diduga telah melakukan tindakan tidak menyenangkan terhadap Tonubessi.

"Saya sendiri belum melihat laporan korban Rudy Tonubessi. Apabila yang bersangkutan sudah resmi melaporkan ke polisi tentunya akan kita tindaklanjuti laporan itu dengan melakukan pemeriksaan terhadap pihak-pihak yang terkait," kata Babega.

Dijaga polisi
Takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Sekretariat DPRD Kota Kupang meminta bantuan polisi mengawal rapat paripurna kemarin. Sekretaris DPRD Kota Kupang, Drs. Otniel Pello, M.M, mengatakan, pihaknya tidak mau terjadi aksi kekerasan di gedung Dewan.

"Seperti yang Anda tahu ada kejadian kemarin. Kami hanya menyediakan fasiltias keamanan bagi jalannya sidang Dewan ini untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan," kata Pello.
Paripurna kemarin berhasil membentuk panitia khusus (Pansus) untuk membuat draft tata tertib. Pansus utusan dari parpol itu terdiri dari sembilan orang, di antaranya Zeyto Ratuarat, Irianus Rohi, Adrianus A Talli, Isidorus Lilijawa, Melkianus R Balle, Djainudin, dan Daniel Bifel.


Kelola Emosi
Dua mantan pimpinan DPRD Kota Kupang, Dominggus Bolla dan Edwin Fanggidae, menanggapi 'insiden rapat perdana', Rabu (26/8/2009) lalu. Edwin prihatin dengan insiden itu karena telah mencoreng lembaga Dewan.

"Padahal kami berharap kinerja anggota Dewan yang sekarang ini akan lebih bagus dari kami. Sebagai mantan pimpinan Dewan, saya berharap agar hal-hal pribadi jangan dicampuraduk dengan tugas di lembaga Dewan. Saya lihat pembahasan kemarin itu, hanya karena hal-hal emosional yang tidak bisa dikelola dengan baik. Sebagai Dewan harus bisa mengelola emosi," kata Edwin.

Edwin mengatakan, rakyat yang telah memilih anggota Dewan akan kecewa melihat insiden itu. "Kami dan juga warga Kota Kupang kecewa kalau Dewan mengeluarkan kata-kata tidak senonoh dan adu fisik. Tindakan-tindakan seperti itu menjurus pada premanisme," kata Edwin.

Sementara Dominggus Bolla mengaku tidak tahu insiden sidang perdana itu. "Saya tidak tahu seperti apa kejadian kemarin. Tetapi saya dapat informasi sedikit. Saya pikir itu masih biasa- biasa saja," kata Bolla.

Menurut Bolla, apa yang terjadi pada sidang perdana itu belum apa-apa. "Sesuai hasil yang saya monitor, itu belum apa-apa. Itulah dinamika dan itulah ungkapan perbedaan. Perbedaan itu dianggap sebagai satu aset setelah disatukan menjadi satu kesatuan yang bagus. Tetapi dengan catatan perbedaan itu harus mampu disatukan, disimpulkan lalu disatukan dan akan menjadi satu dasar kekuatan yang cukup. Tetapi kalau perbedaan itu dipertahankan menjadi jurang pemisah itu yang menjadi kesulitan," kata Bolla. (ira/ben)

Siapkan Makan Siang

RUPANYA 'insiden rapat perdana' menarik animo warga Kota Kupang. Tak ayal, pada sidang hari kedua, Kamis (27/8/2009), banyak warga menuju gedung Dewan ingin menyaksikan rapat para wakilnya.

Rapat dengan agenda pembahasan tata tertib, kemarin, disaksikan cukup banyak warga Kota Kupang. Mereka bahkan masuk sampai di dalam ruang sidang. Yang lain berdiri di luar ruangan mendengarkan pembahasan di dalam ruangan. Puluhan kursi dalam ruang sidang terisi penuh.

Pemandangan lain yang tidak lazim adalah kesiagaan polisi mengawal jalannya sidang. Satu regu polisi siaga di gedung Dewan. Di lantai dua, ada lima orang anggota polisi berjaga, sedangkan yang lainnya berada di lantai satu.

Rapat dibuka Ketua Sementara, Victor Lerik, pukul 09.10 Wita. Rapat sempat diskor mulai pukul 09.30 Wita hingga 10.30 Wita, karena anggota Dewan yang belum membetuk fraksi diminta untuk melobi karena dalam pembahasan Dewan untuk membentuk pansus harus ada utusan dari fraksi. Tetapi karena berbagai pertimbangan, maka utusan untuk pansus bukan lagi dari fraksi, tetapi dari partai politik. Ketika rehat itu enam parpol memasukkan nama utusannya, sehingga Lerik memberikan kesempatan memasukkan tiga nama lagi untuk masuk dalam pansus.

Sambil menunggu masuknya nama-nama tersebut, Lerik meminta anggota Dewan untuk menyediakan makan siang bagi 30 anggota Dewan. "Sekarang sudah pukul 11.45 Wita. Sebagai manusia biasa, jam 12.00 itu merupakan jam makan. Minta maaf, saya sakit maag. Setiap jam 12.00, baik ada sidang atau tidak sidang, harus makan siang. Sekwan, tolong siapkan makan siang bagi 30 anggota Dewan. Saya minta maaf kepada penonton, makan siang ini hanya untuk 30 anggota Dewan," kata Lerik.

Meski tanpa persiapan makan siang, staf Sekretariat Dewan sigap menyiapkan permintaan ketua sementara. Tak sampai satu jam, makan siang sudah disiapkan dan dibawa ke gedung Dewan. (ira)

Pos Kupang 28 Agustus 2009 halaman 1

Ricuh, Sidang Perdana DPRD Kota Kupang

KUPANG, PK--Sidang perdana Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Kupang, Rabu (26/8/2009), ricuh, bahkan nyaris terjadi adu jotos. Kericuhan dipicu kata-kata tidak santun yang dilontarkan Ketua Sementara, Victor Lerik, SE, kepada anggota Dewan, Rudy Tonubessi, M.Si.

Seperti disaksikan Pos Kupang, di meja pimpinan sidang, Lerik didampingi Wakil Ketua Sementara, Yeskiel Loudou. Rapat dibuka sekitar pukul 09.50 Wita. Rapat perdana ini hendak membahas beberapa agenda. Di antaranya waktu kerja, pakaian seragam dan tata tertib. Pada saat pembahasan mengenai pakaian seragam, Victor Lerik sempat meminta maaf karena dia tidak mengenakan pakaian seragam yang sudah dibagikan dengan alasan tidak mengetahuinya. Lerik mengenakan celana jeans berwarna biru dan baju kemeja berwarna biru garis-garis.

Rudy Tonubessi masuk ruang rapat sekitar 20 menit setelah rapat berjalan. Tonubessi yang mengenakan baju berwarna hitam kotak-kotak dengan celana kain memasuki ruang sidang. Setelah Tonibessi duduk, Lerik membacakan surat Mendagri yang menegaskan bahwa tata tertib, alat kelengkapan dan lainnya hanya bisa dibahas, tetapi belum bisa disahkan.

Agenda tatib mendapat tanggapan dari sejumlah anggota Dewan. Samuel Taklale meminta agar dibuat jadwal yang lengkap sehingga Dewan tahu jadwalnya. Djainudin meminta UU Susduk yang sudah disahkan bisa dibagikan kepada anggota Dewan untuk dipelajari. Lerik menyampaikan pendapatnya agar tatib dibahas secara informal. Setelah itu baru Dewan menyatukan persepsi dalam rapat resmi.

Terhadap berbagai pendapat itu, Tonubessi meminta waktu untuk bicara. Tonubessi meminta maaf karena tidak tahu ada sidan kemarin. Pasalnya dia belum menerima undangan. Belum selesai bicara, Lerik memotong Tonubessi karena inti pembicaraannya sama, cuma berbeda cara penyampaiannya.
Tonubessi balik menginterupsi Lerik. "Saya belum selesai bicara," kata Tonubessi.

Mantan Wakil Ketua Dewan itu melanjutkan pembicaraannya, tetapi dipotong lagi oleh Lerik. Lerik meminta Tonubessi langsung kepada inti pembicaraan.

Suasana rapat mulai gaduh dan tegang. Menanggapi pembicaraan Tonubessi, Lerik bersuara keras dan mengetuk palu sidang sebanyak tiga kali sambil berteriak agar Satpol PP menggiring Tonubessi ke luar ruangan. Masih dengan suara tinggi, Lerik juga meminta sekwan mengeluarkan Tonubessi dari ruangan. Lerik memukul lagi palu sidang tiga kali. Pada pukulan palu terakhir, air dalam botol aqua di meja Lerik tumpah. "Keluar kau, atau saya yang keluar," kata Lerik sambil mengangkat palu menunjuk ke arah anggota Dewan. Lerik lalu meninggalkan meja pimpinan.

Beberapa saat kemudian, Yeskiel Loudou mengambil alih jalannya rapat. Loudou menskorsing rapat selama satu jam. Loudou meminta agar anggota Dewan bisa menjaga kebersamaan di Dewan. "Saya juga emosi, tapi saya minta kita jaga kebersamaan kita di Dewan ini," pintanya.

Setelah sidang diskor, Lerik diajak masuk ke dalam ruangan Wakil Ketua Dewan. Sekitar pukul 10.55 Wita, Lerik masuk lagi ke ruang sidang dan mencabut kembali skorsing tersebut.

"Pengumuman. Mulai hari ini sampai masa lima tahun kepemimpinan saya, tidak ada orang yang merasa pintar, semua anggota sama. Tidak ada orang yang sok tahu. Semua pendapat, usul dan saran akan saya tampung. Jadi jangan sok, merasa sok pintar, tidak ada orang yang sok pintar, siapa pun dia. Semua punya hak untuk menyampaikan saran, usul. Kalau ada usul, bukan berarti harus dilaksanakan. Kalau ada yang sok pintar, keluar. Mulai hari ini, saya tekankan kalau ada yang sok pintar dan menggurui, saya akan usir keluar atau saya yang keluar," kata Lerik dengan nada suara yang tinggi.

Lerik juga sempat memukul meja pimpinan tersebut dengan tangannya sebanyak tiga kali.

"Kita semua sama di sini. Kebetulan sesuai dengan susduk, saya sebagai ketua. Kita semua punya hak untuk mengajukan saran, usul dan pendapat, tapi mekanismenya kita bahas. Bukan dari udik sana, datang di sini sok pintar. Saya tutup sidang ini, dan kebetulan saya baru menandatangani dua disposisi surat undangan. Kita tunggu surat undangan yang resmi dan besok kita lanjutkan pembahasannya," ujar Lerik

Anggota Dewan lainnya, Leonard Kale Lena, menanyakan kepada Lerik definisi sok pintar. Mendengar pertanyaan tersebut, Lerik langsung membalasnya dengan kata-kata tidak santun.

Tidak puas dengan kata-kata Lerik, Tonubessi menginterupsi. "Saya interupsi, Saudara pimpinan Dewan. Jangan keluarkan kata-kata yang tidak etis," kata Tonubessi.

Mendengar hal tersebut, Lerik menjawab, "Muka ganteng, kulit putih, otak idiot. Sok pintar, tapi goblok. Itu definisinya. Jangan sok menggurui. Mulai besok, jangan ada yang sok menggurui. Paham," kata Lerik dengan nada tinggi.

Tonubessi kemudian menanggapi, "Saudara pimpinan yang kami hormati. Kami anggota Dewan, hanya fungsinya yang berbeda. Anda berdua sebagai pimpinan dan kami anggota. Kami punya hak untuk bicara."

Lalu terjadi 'perang mulut' antara Lerik dan Tonubessi. Beberapa saat kemudian, Lerik turun dari meja pimpinan menuju ke meja anggota. Tiba di deretan depan, Lerik dihadang oleh beberapa anggota Dewan. Mereka menahan Lerik agar tidak menuju ke kursi Tonubessi. Niko Frans, Djainudin, Yeskiel Loudou membawa Lerik ke meja pimpinan dan menenangkannya.

Sementara di bagian belakang, Tonubessy keluar ruangan sambil berteriak meminta Sekwan memanggil polisi. "Sekwan, segera panggil polisi. Saya sudah dihina di dalam ruangan rapat ini," kata Tonubessi. Setelah beberapa saat ditenangkan, Lerik kemudian menutup sidang. (ira)

Pos Kupang 27 Agustus 2009 halaman 1

28 Tablet Cabut Nyawa Gadis Borong

BORONG, PK -- Sebanyak 28 tablet resochin mencabut nyawa Emi, gadis usia 20-an tahun asal Mondo, Desa Nanga Labang, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, Jumat (21/8/2009). Setelah meminum obat sebanyak itu sekaligus, keluarga melarikannya ke Puskesmas Borong, namun tidak tertolong.

Tanta korban, Paulina Bawut yang ditemui di Puskesmas Borong, mengatakan, meski sudah berusia 20-an tahun, Emi masih bertingkahlaku kekanak-kanakan. Sehari-hari dia selalu bergaul dan bermain bersama anak-anak kecil.

Emi, katanya, berkemauan keras. Apa yang diminta harus dipenuhi keluarganya. Pihak keluarga pun selalu memanjakannya.

Pada Jumat (21/08/2009) pagi, Emi meminta uang untuk membeli bakso dan kakaknya yang laki-laki memberinya uang Rp 50 ribu. Emi langsung ke Borong.

"Setelah ambil uang Rp 50 ribu itu Emi langsung ke Borong, katanya mau makan bakso," kata Bawut. Tidak diketahui pasti apakah gadis muda itu membeli bakso atau tidak, namun Emi diduga membeli tablet resochin.
Menurut Bawut, keluarga baru mengetahui korban minum obat resochin setelah anak-anak yang bermain bersamanya memungut bungkusan obat tersebut dan menyampaikan bahwa isinya sudah diminum korban.

"Setelah dihitung, ada tujuh bungkus berarti ada 28 tablet yang diminumnya," kata Bawut sambil terisak.
Keluarga langsung memutuskan untuk membawanya ke Puskesmas Borong. "Dia sempat menolak saat akan dibawa ke puskesmas. Padahal waktu itu ia sudah muntah-muntah," katanya.

Akhirnya korban dibawa ke Puskesmas Borong dengan menumpang truk. Selama perjalanan, korban mulai kejang-kejang dan mengeluarkan busa dari mulutnya.
Ditanya apakah selama ini korban menghadapi masalah, wanita paruh baya ini mengatakan, setahunya, korban tidak pernah bermasalah dengan siapapun. Korban memang sering dimanja karena kemauannya yang keras.

Kepala Puskesmas Borong, dr. Hildegardis DC usai memeriksa kondisi korban, mengatakan, korban tidak tertolong dan berdasarkan keterangan sementara dari keluarga, korban meninggal karena over dosis.

"Mereka bawa ke sini sudah dalam keadaan begini. Tapi kami belum bisa pastikan penyebab kematiannya, karena untuk memastikannya harus melalui otopsi," kata dr. Hilde.

Disaksikan Pos Kupang, di salah satu ruangan Pukesmas Borong, Emi tergeletak kaku di atas tempat tidur. Wajahnya membengkak, kuku tangan dan kakinya tampak kehitaman.

Kepala Pusesmas Borong, dr. Hildegardis dan petugas medis sudah berusaha memberikan pertolongan namun kondisi korban sudah sangat kritis sehingga tidak bisa tertolong. (gg)

Pos Kupang edisi Minggu, 23 Agustus 2009 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes