Hiddink

Catatan sepakbola Dion DB Putra

GUUS Hiddink adalah anugerah bagi sepakbola. Dia akan dikenang sebagai salah satu yang terbaik. Hiddink memberi corak yang khas dalam cara memimpin tim. Bagaimana seharusnya pelatih memposisikan diri sebagai ayah, abang, senior, atasan dan rekan kerja. Pemimpin dengan visi jelas dan misi terukur.

Dia motivator ulung yang mampu memompa semangat bertanding laksana banteng. Hiddink bisa mengubah mimpi jadi kenyataan. Anak Belanda itu telah menciptakan eforia lintas benua. Dia musafir yang berkeliling sambil mewartakan kabar gembira bahwa rasa minder itu tabu dalam sepakbola.

Enam tahun terakhir Hiddink adalah hero. Pahlawan untuk beda bangsa. Berawal dari negeri kuning Korea Selatan. Kiprahnya berlanjut ke bumi selatan, Australia. Kini dia memanaskan negeri dingin Rusia sekaligus magnet di Austria-Swiss 2008.
Bulan Januari 2001, ia dipercaya sebagai pelatih tim nasional Korea Selatan (Korsel). Di Asia nama harum Hiddink merebak, mencapai tingkat popularitas mengagumkan.

Korea menembus babak semifinal Piala Dunia dengan menghabisi empat raksasa Eropa, mulai dari Polandia, Portugal, Italia dan Spanyol. Jerman menghentikannya di semifinal dengan susah payah. Bangsa Korea memberinya nama baru, Hie Dung-gu yang dalam bahasa setempat berarti bahagia saat mendaki puncak. Hiddink mengantar Korsel masuk empat besar Piala Dunia, prestasi tertinggi tim Asia sepanjang sejarah Piala Dunia. Prestasi yang sulit terulang dalam waktu dekat. Di Korea 2002, Hiddink menebarkan eforia hingga mereka mengangkatnya sebagai warga kehormatan dan menganggapnya layak jadi presiden! Samsung Electronics, satu dari sekian raksasa bisnis Korsel sampai melakukan penelitian tentang gaya kepemimpinan Hiddink. Mereka temukan The Hiddink Way. Hiddink tak sekadar mengajarkan cara bermain bola. Tapi ia menanamkan visi hingga bangsa Korea keluar dari lingkup Asia. Masuk level dunia. Hiddink adalah pemimpin dengan visi, sesuatu yang langka ditemukan di negeri kita ini.

Tahun 2005-2006 Hiddink menghadirkan eforia di Australia. Di mana-mana, namanya disebut warga negeri itu yang sejatinya lebih cinta kriket, bisbol dan tenis ketimbang sepakbola. Wajar karena Hiddink mengantar Aussie ke the greatest show on Earth bernama Piala Dunia. "Hiddink membawa keajaiban bagi negeri kami," kata PM John Howard ketika itu. Hampir saja Australia menembus perempatfinal seandainya Italia tidak mendapat hadiah penalti kontroversial yang diselesaikan dengan jitu oleh Pangeran Roma, Francesco Totti. Italia akhirnya menjadi juara.

***

NAMA Hiddink kini membius Rusia. Dari Leningrad hingga Moskwa. Sesaat rakyat Rusia lebih hapal nama Hiddink ketimbang presiden mereka yang muda dan energik, Dmitry Anatolyevich Medvedev (42). Seperti diungkap Asisten Hiddink, Igor Kornejev, "Guus telah mengubah kami. Sebelumnya, para pemain Rusia tidak respek terhadap tim nasional. Mereka lebih mencintai klub sendiri. Di tangan Guus, mereka bangga mengenakan seragam tim nasional," kata Kornejev.

Hiddink memang membawa perubahan, sama seperti yang dia wariskan di Korsel 2002 dan Australia 2006. Hasilnya sudah menjadi sejarah. Rusia kini berada di semifinal Piala Eropa 2008 untuk menghadapi Spanyol di Stadion Ersnt Happel-Vienna. Di semifinal dengan menistakan Belanda 3-1. Rusia berwarna Belanda. Memainkan bola dengan lincah dan riang. Menganut prinsip pertahanan terbaik adalah terus menyerang. Serang tanpa beban. Menggedor lawan hingga loyo!

Secara teknis dan mental, Rusia tidak kekurangan dibanding tim Matador Spanyol yang juga meraih hasil sempurna sejak kualifikasi dengan meragakan attacking football. Kalah 1-4 pada laga pembuka Grup D 10 Juni lalu di Stadion Tivoli, bukan jaminan pasukan Luis Aragones akan akan mudah lolos ke final Euro 2008.

Dengan corak dan karakter hampir sama, laga malam ini akan memanjakan penonton. Penggemar bola akan disuguhi pertempuran dinamis selama 90 menit. Duel tim mantan juara Eropa! Rusia dan Spanyol sama-sama merindukan gelar yang pernah digenggam. Piala Eropa bermukim di Moskwa pada pagelaran perdana tahun 1960 saat masih berjubah Uni Soviet. Spanyol yang diasuh duet pelatih Jose Villalonga/Miguel Munoz merebutnya empat tahun kemudian dari tangan Soviet.
Hasil akhir malam ini akhirnya kembali ke nasib Hiddink yang sekian jauh perjalanannya sebagai musafir bola belum pernah mereguk anggur merah sebagai juara turnamen Piala Eropa dan Piala Dunia. Pria kelahiran Varsseveld, 8 November 1946 itu sukses membawa tim Oranye ke perempatfinal Piala Eropa 1996 dan semifinal Piala Dunia 1998 di Perancis. Belanda gagal ke final karena kalah 2-4 melawan Brasil. Korea Selatan 2002 terhenti di semifinal dan Australia paling jauh babak 16 besar.

"Masuk semifinal bukan prestasi. Itu sudah terjadi satu dasawarsa lalu," kata Hiddink. Masuk final dan juara Eropa, itulah target Hiddink. Tidak hanya bagi Rusia tetapi lebih bagi dirinya sendiri. Hiddink masih ingat kata-kata gurunya Rinus Michell ketika mengantar Belanda menjuarai Piala Eropa 1988. "Hanya pelatih tim juara yang dikenang dunia," kata Michell.

Sebagai pelatih tim nasional, babak grandfinal belum pernah memihak Hiddink. Waktunya kini untuk membuktikan apakah melalui Igor Akinfeev, Denis Kolodin, Zhirkov, Igor Semshov, Zyrianov, Sergei Semak dan Roman Pavlyuchenko, Hiddink akan melangkah lebih jauh. Kalau terjadi, Hiddink bakal dikenang sama oleh Rusia seperti Leo Tolstoy yang kesohor lewat Anna Karenina-nya, Lenin, Stalin, Putin, Gorbachev, Pushkin hingga si jelita Maria Sharapova. Jangan-jangan malah Iker Casillas, Ramos, Puyol, David Silva, Alonso, Xavi Hernandez, Iniesta, David Villa, Torres atau Cesc Fabregas yang memberi Pak tua Aragones senyum ceria menuju singgasana. **

Pos Kupang edisi Kamis, 26 Juni 2008 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes