|
Se'i Babi Baun |
SUATU hari, di tahun 1997, Gaspar Tiran alias Om Ba'i, yang baru berusia sekitar 20 tahun, nyaris putus asa dan bingung karena puluhan kilogram daging babi se'i dagangannya tidak laku terjual. Saat itu, Om Ba'i hanyalah penjual daging babi keliling dan penjual se'i babi yang dibakar.
Kondisi itu membuat suami dari Latvini Tiran-Timuneno ini hanya terbaring lemah di balai-balai kayu dan melamun sambil menatap daging babi yang digantungnya di kayu rumahnya. Yang ada di pikirannya hanya bagaimana cara membuat daging se'i babi ini laku terjual sehingga modalnya bisa kembali. Selang beberapa saat termenung, Om Ba'i, melihat ada sebuah lampu kristal tepat di atas kepalanya. Lalu terdengar suara halus berbisik di telinganya mengenai cara yang harus dilakukan terhadap puluhan kilogram daging babi yang tidak laku itu.
"Saya tidak bisa berkata apa-apa saat melihat lampu kristal itu. Lalu saya dikasih tahu bagaimana cara yang bagus untuk membuat se'i babi. Pakai bahan apa, bagaimana cara bakar dan proses seperti apa. Lalu suara itu mengatakan, buat seperti itu dan kamu akan berhasil setelah melewati 99 tantangan ke depan. Suara itu bilang tunggu saja kejutan besok pagi," tutur Om Ba'i mengenang.
Setelah itu Om Ba'i kaget dan langsung mengingat kembali apa yang dilihatnya itu lalu dan mulai mempraktekannya. Keesokan harinya, pada hari Minggu, Om Ba'i mulai meracik se'i babi seperti dalam petunjuk. Dan, ia terkejut setengah mati. Karena saat waktu keluar gereja, Om Ba'i kedatangan begitu banyak orang dari luar Baun untuk membeli se'i babi. Hari itu, daging babi yang dibuat se'i laku terjual semua.
Sejak saat itu, usaha se'i babi Om Ba'i mulai berkembang pesat hingga saat ini. Itulah asal mula bagaimana Om Ba'i mulai memproduksi se'i babi yang saat ini terkenal dengan nama Se'i Babi Baun Om Ba'i, yang berada di Baun, Kabupaten Kupang, sekitar satu jam perjalanan dari Kota Kupang.
Saat ini produksi 'Sei Babi Baun Om Ba'i sudah 'melanglang buana' hingga ke sejumlah daerah di NTT. Bahkan hingga Jakarta, Surabaya, Malang. Se'i Babi Baun Om Ba'i, juga diimpor hingga ke Singapura, Hongkong, Australia dan Timor Leste. "Saya punya pelanggan di sana. Dan, mereka order, saya kirim," kata Om Ba'i, ditemui di tempat usahanya, Rabu (17/6/2015).
Ambil di RPH
Om Ba'i mengambil bahan daging babi di Rumah Potong Hewan (RPH) di Kota Kupang dan sesekali juga dagingnya berasal dari babi peliharaannya. Itu hanya untuk cadangan bahan daging saja. Sebab, ia tidak ingin 'menutup' rezeki para peternak babi di Kupang dan sekitarnya. "Kasihan kan kalau saya juga pelihara ternak babi, bagaimana dengan peternak yang lain. Jadi, sampai saat ini saya hanya fokus pada pembuatan se'i babi saja," kata lelaki kelahiran, 28 Februari 1971 itu.
"Cara pengolahan sesuai petunjuk suara itu yang saya pakai dari dulu sampai sekarang ini. Saya tidak khawatir meski sekarang banyak orang yang membuat se'i babi, namun cita rasanya tidak sama dengan se'i babi yang kami produksi di Baun," kata ayah dari Ovi Hauwila Tiran, Yesi Tiran, Sherly Malena Tiran, dan Danar Tiran ini.
Ya, benar. Produk Se'i Babi Baun, Om Ba'i memang sangat terkenal di Kota Kupang, bahkan di daratan Timor. Jika bisa dikatakan bahwa Baun merupakan daerah pencetus kuliner tradisional khas Kupang, se'i babi. Awal tahun 1999, jika ingin makan se'i babi, warga Kota Kupang atau wisatawan harus rela menyusuri Jalan HR Koroh sekitar satu jam dari Kupang.
Tepatnya di Kampung Nunraen, Kelurahan Teunbaun, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang. Mau tidak mau, suka tidak suka, demi se'i babi, penggemar se'i babi akan melewati jalan yang kondisinya sangat memrihatinkan itu. Namun sekarang kondisi jalannya sudah cukup baik. Karena memang dulu tidak ada pilihan lain selain Sei Babi Baun, Om Ba'i.
Kini, sudah 18 rumah makan (RM) dan restoran di Kota Kupang menyajikan menu se'i babi yang diolah dengan caranya masing-masing. Se'i babi di setiap rumah makan itu memiliki ciri khas dan citra rasa tersendiri.
Ada perbedaan mencolok antara RM Se'i Babi Baun Om Ba'i dengan di Kota Kupang. RM Se'i Babi Baun Om Ba'i, hanya menyediakan se'i babi, rusuk babi, sayur rumpu rampe dan sambal. Sedangkan RM se'i babi di Kota Kupang, selain se'i babi, rusuk babi, plus sayur rumpu rampe, sambal, juga tersedia sup brenebon babi dan sate babi. Harga per paket murah meriah seperti nasi se'i babi Rp 25.000, sudah termasuk sayur rumpu rame dan sup. Sedangkan paket nasi rusuk Rp 20.000. Paket nasi sate babi Rp 20.000. Sedangkan satu kilogram se'i babi sekitar Rp 140.000, dan satu kilogram rusuk babi sekitar Rp 300.000.
Umumnya RM se'i babi itu berada di wilayah Kecamatan Oebobo (7), Kota Raja (2), Maulafa (4), Kelapa Lima (3), dan Kota Lama (2). RM se'i babi di wilayah Kecamatan Oebobo, yakni RM Bambu Kuning di Kayu Putih, RM Milan di Oebufu, Depot Se'i Babi Anika di Oetete; RM Aroma di Oetete; RM Dua Dirham di Oebobo; RM Se'i King Rasa di Oebobo; RM Petra di Oebufu.
Empat RM di Kecamatan Maulafa yakni Pondok Sawah di Oepura, Green Garden di Maulafa, RM Sedap di Sikumana dan RM Se'i Babi Kolhua. Di Kecamatan Kelapa lima ada tiga, RM Dua Dirham, RM Bali dan RM Sagaf.
Sedangkan RM Bambu Kuning di Kuanino dan RM Se'i Babi Bakunase berada di wilayah Kecamatan Kota Raja. Di wilayah Kecamatan Kota Lama ada RM Gloria II di Nefonaek serta RM Sari Pitaka di Fatubesi.
((novemy leo/aplonia mathilde dhiu)
Se'i Sapi Tergeser
DAGING Se'i sebenarnya adalah daging (sapi atau babi) yang setelah dibumbui lalu diasapi dengan api agar dapat disimpan lebih lama. Kata Se'i sebenarnya berasal dari bahasa Rote yang berarti daging tipis yang diiris memanjang.
Pasalnya, dahulu kala, se'i itu dibuat dari bahan daging sapi. Sekarang keberadaan se'i sapi sudah 'tergeser' oleh se'i babi. "Sekarang penggemar se'i babi lebih banyak dari se'i sapi," kata Yuli Chandra, pemilik RM Se'i Babi Kolhua, Kupang, Kamis (18/5/2015) siang.
Cara pengolahan se'i babi sebenarnya sederhana. Daging babi dipilih yang berkualitas lalu dipotong memanjang dan potongan mulai 50 centimeter hingga satu meter lalu dibumbui dengan garam dan bumbu yang menjadi khas dari pengelolanya. Kemudian didiamkan selama beberapa saat lalu diasapi. Umumnya di Kota Kupang tempat panggangnya dibuat semacam bak setinggi satu meter lalu di bagian atasnya diletakkan besi panggangan permanen. Dan, di bawah bak itulah diletakkan kayu bakar untuk membantu pengasapan daging babi yang ada di atas tempat panggang.
Khusus di Se'i Babi Baun Om Ba'i, kayu bakarnya menggunakan kayu lamtoro, kusambi, dan kuswari. Biasanya di atas daging babi yang diasapi itu ditutupi daun kusambi muda. Konon, daun kusambi bermanfaat sebagai penyaring panas dan
membuat aroma dan warna daging tetap terjaga.
"Itu adalah salah satu ciri khas Se'i Baun Om Ba'i. Daun kusambi bikin daging jadi harum dan manis, gurih dan enak," kata Om Ba'i, yang selalu mengawasi proses pembuatan se'i babi.
Namun sebagian pengusaha se'i babi di Kota Kupang tidak menggunakan cara itu. "Mungkin semua tergantung selera. Kalau ditutupi pakai daun nanti dagingnya bau asap sehingga kami di sini tidak pakai cara itu. Pelanggan kami sudah lumayan. Kami juga menerima pesanan dari luar NTT. Kami kirim dengan cara divakum sehingga bisa bertahan lama," kata Yuli.
Ia juga mengaku selalu terlibat dalam proses pengolahan se'i babi di rumah makannya agar bisa menghasilkan kuliner se'i babi yang bercita rasa khas dan nikmat.
Daniel Lulu, mengatakan, ia sudah menjadi pelanggan Se'i Babi Baun Om Ba'i sejak 10 tahun lalu. "Tidak ada yang lawan. Cara masaknya bagus dan saya suka cita rasanya. Hampir tiap minggu saya membeli se'i babi di sini," kata Daniel, yang ditemui di Se'i Babi Baun Om Ba'i, Rabu (17/6/2015) pagi. (vel/nia)
Ikon Kuliner Kota Kupang
Populasi Ternak Babi di Kota Kupang
------------------------------------------------
* Kecamatan Kelapa Lima 9.086 Ekor
* Kecamatan Alak 4.727 Ekor
* Kecamatan Oebobo 7.170 Ekor
* Kecamatan Kota Raja 666 Ekor
* Kecamatan Kota Lama 300 Ekor
* Kecamatan Maulafa 5.841 Ekor
---------------------------------------------
Total : 27.787 ekor
------------------------------------------------
MENJAMURNYA rumah makan dan restoran di Kota Kupang yang khusus menyediakan menu Se'i babi menggerakkan Dinas Pertanian, Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kota Kupang dan Dinas Pariwisata Kota Kupang ikut terlibat. Mereka memberi pendampingan kepada peternak babi, pengawasan dan promosi kuliner khas NTT tersebut.
Kepala Dinas Pertanian, Peternakan Perkebunan dan Kehutanan (Distanakbunhut) Kota Kupang, E John Pelt, didampingi Kepala Bidang (Kabid) Peternakan, drh. Hembang Murni Pancasilawati, Selasa (16/6/2015), mengatakan, populasi ternak babi di Kota Kupang sejak tahun 2013-2105 sebanyak 27.787 ekor (Lihat Tabel).
Sementara jumlah peternak babi, perorangan dan kelompok yang sudah mendapat izin 42 orang. Peternak berada di daerah permukiman atau di tempat tertentu yang jauh dari permukiman. "Untuk mendapat izin beternak harus ada persetujuan dari tetangga. Karenanya, tak menutup kemungkinan masih banyak peternak yang belum mengurus izin beternak babi," kata John.
Ia berharap masyarakat membantu mengontrol pemeliharaan ternak. Jika 'terganggu' karena aroma tak sedap dari kotoran ternak babi, harus dilaporkan kepada RT, lurah dan ke Distanakbunhut. "Kami akan berkoordinasi dengan Polisi Pamong Praja (Pol PP) untuk menertibkannya. Pemeliharaan babi harus sehat, kotorannya harus ditangani dengan baik sehingga tidak menganggu masyarakat yang berada di lingkungan sekitarnya," kata John.
Dengan memiliki izin, peternak bisa memperoleh keuntungan, yakni mendapatkan kunjungan rutin vaksinasi ternak babi dan peternak bisa berkonsultasi terkait masalah kesehatan ternak.
John mengatakan, pendampingan dilakukan secara pasif dan aktif. Pasif jika ada kasus tertentu dan peternak meminta dilakukan vaksinasi. Sedangkan aktif karena sekali setahun melalui kelurahan, pihaknya akan mendatangi peternak untuk memvaksinasi ternak babi secara gratis.
"Biasanya vaksinasi dilakukan bulan Januari hingga Februari. Belum lama ini sudah ada vaksinasi untuk mencegah hog cholera. Kalau peternak yang profesional pasti akan mengurus izin dan bersedia jika ternak babinya divaksin. Sedangkan yang tidak bersedia menerima vaksinasi itu berbahaya karena bisa saja ternak babinya terkena penyakit lalu mati dan dagingnya dijual kepada masyarakat," kata John.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Kupang, Ester B Muhu, mengatakan, saat ini wisata kuliner di Kota Kupang sangat berkembang dan menjadi bisnis sangat menjanjikan. Begitu juga wisata kuliner se'i babi yang sudah menjadi ikon kuliner khas Kota Kupang.
Hingga kini ada 18 rumah makan dan restoran yang menyajikan kuliner khas NTT, Se'i Babi. "Yang suka makan Se'i Babi sangat banyak sehingga kuliner ini selalu berkembang. dan wisatawan yang ke Kupang juga pasti membawa pulang oleh-oleh Se'i Babi. Bahkan beberapa waktu lalu saat datang ke Kupang, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, secara khusus memesan Se'i Babi," kata Ester.
Menurut Ester, beberapa waktu lalu, Dispar Kupang menerima kedatangan tim dari Balai Pelestarian Budaya Denpasar untuk membuat film dokumenter pembuatan Se'i Babi. "Saya mengajak mereka ke Baun karena di sana pertama kali Se'i Babi dibuat," kata Ester.
Ester menambahkan, dulu yang tenar adalah Se'i Sapi, namun sekarang pelan-pelan sudah 'digeser' oleh Se'i Babi. "Saya kira Se'i Sapi dan Se'i Babi harus terus dilestarikan sehingga tidak punah. Ke depan, masyarakat Kota Kupang harus tetap menjaga dan melestarikan kuliner khas Kupang ini sehingga bisa terus menarik wisatawan masuk ke Kota Kupang," kata Ester. (nia/vel)
Sumber: Pos Kupang edisi Minggu 21 Juni 2015 halaman 1