Bermain Tanpa Rasa Takut

Catatan Sepakbola Dion DB Putra

POS-KUPANG.COM -
- Juara bertahan Jerman tumbang di Moskwa. Pasukan Sombrero mempermalukan petahana 1-0. Begitulah kabar paling runcing di hari keempat Piala Dunia, 17 Juni 2018. Media sosial pun riuh rendah. Puja-puji bagi tim asuhan Juan Carlos Osorio. Gemas, gusar dan kecewa buat Der Panzer.

Mengapa tim setangguh Jerman bisa kalah? Resep Osorio sederhana saja. Kepada para pemain Meksiko selalu dia tanamkan bahwa sepakbola itu hanya sebuah permainan sehingga bermainlah selalu dalam sukacita.

Jauhkan takut, tanggalkan beban. Riang saja mengolah bola dari kaki ke kaki, kepala ke kepala. Jangan pakai tangan kecuali penjaga gawang. Ikuti aturan main, hormat dan respek kepada lawan. Siapa pun dia.

Meksiko membuka langkah di Luzhniki Stadium lewat formula klasik 4-4-2. Hector Herrera, Hirving Lozano, Miguel Layun dan Javier Hernandez langsung menyengat. Hampir saja gawang Manuel Neuer bobol menit pertama.

Jerman terkejut. Buru-buru konsolidasi. Sami Khedira, Toni Kroos, Thomas Mueller, Julian Draxler, Mesut Oezil dan Timo Werner merapikan koordinasi antarlini demi menggebuk balik. Lima belas menit setelah Wasit asal Iran, Alireza Faghani nyatakan kick-off, Jerman mulai mendominasi. Tiada henti mengurung Meksiko di luar kotak enambelas meter.

Pelatih Der Panzer, Joachim Loew berambisi cetak gol selekas mungkin. Tapi balasan Osorio cerdik bukan main. Ketika serdadu Jerman mengepung, empat gelandang berubah peran jadi tabir pertahanan.

Andres Guardado, Hector Herrera, Hirving Lozano dan Carlos Vela meringankan kerja kuartet lini belakang, Jesus Gallardo, Hector Moreno, Hugo Ayala Castro dan Carlos Salcedo. Maka nyamanlah kipper Guillermo Ochoa menghalau semua tembakan lawan.

Hebatnya lagi Osorio tidak memilih cara parkir bus ala Islandia yang bikin Argentina kesal setengah mati dan Lionel Messi hampir frustrasi. Meksiko tetap bermain terbuka, berani jual beli serangan yang atraktif. Meksiko meladeni permainan terbuka Jerman. Laga Jerman vs Meksiko merupakan partai terbaik sejauh ini di Piala Dunia 2018 selain duel Portugal - Spanyol yang berkesudahan 3-3.


Ketika Thomas Mueller, Julian Draxler, Mesut Oezil dan Timo Werner menggempur, Miguel Layun dan Javier Hernandez tak ikut turun jauh. Keduanya lalu lalang saja di ujung lapangan sendiri. Menanti pasokan bola dari rekan- rekannya untuk memukul balik Jerman.

Gol Hirving Lozano menit ke-35 merupakan hasil serangan balik cermat dan terukur. Setelah menerima umpan Javier Hernandez, Lozano mengelabui Joshua Kimmich kemudian menaklukkan Manuel Neuer lewat tendangan kaki kanan. Lozano cerdik manfaatkan lubang yang ditinggalkan Jerome Boateng, Mats Hummels dan Marvin Plattenhardt yang keasyikan ikut membantu serangan ke gawang Meksiko.


"Babak pertama, kami bertahan dengan pintar dan menghajar mereka lewat serangan balik. Pada babak pertama kami lebih superior, lalu pada babak kedua kami mengetahui Jerman adalah tim hebat," kata Osorio seperti dilansir FIFA.

Menyadari Jerman yang gregetan agar segera cetak gol, pada babak kedua Meksiko bermain lebih defensif. Pada menit ke-58, Osorio menarik keluar gelandang serang Carlos Vela diganti bek Edson Alvarez dan mengubah formasi menjadi lima pemain bertahan.

Osorio memang melakukan persiapan khusus menghadapi barisan penyerang Jerman yang terkenal mematikan. Dia perbanyak porsi latihan bertahan. "Kemarin kami berlatih bertahan dengan empat gelandang dan tiga pemain di depan," kata pelatih berusia 57 tahun tersebut.

Saat jumpa pers seusai pertandingan, Pelatih timnas Jerman, Joachim Loew mengakui timnya tampil buruk di babak pertama dan gagal mengonversi peluang menjadi gol. "Pada babak pertama kami bermain sangat jelek. Tim ini tak bisa bermain seperti biasanya, saat menyerang maupun mengumpan," kata Loew.


Loew menyebut Jerman bermain lebih baik di babak kedua, tetapi lawannya tak kalah bagus. "Pada babak kedua kami bisa menekan. Namun, Meksiko juga menyerang balik," katanya. Menurut Loew, Jerman kehilangan banyak peluang emas yang sebenarnya bisa diubah menjadi gol. Tercatat 25 peluang Jerman dengan 9 di antaranya tepat sasaran, dua kali lebih banyak dari kans Meksiko.

Pemain Jerman melakukan segalanya guna mencetak gol balasan. Loew memasukkan Marco Reus menggantikan Sami Khedira menit ke-60. Pemain bertahan Marvin Plattenhardt diganti striker Mario Gomez menit ke-80. Jerman mengepung habis Meksiko.

Serangan silih berganti datang dari kedua sayap, blok tengah serta percobaan tendangan jarak jauh, namun sulit menembus pertahanan Meksiko yang alot. Bahkan kapten tim dan kiper Manuel Neuer ikut menunggu di mulut gawang Meksiko menyambut sepak pojok di injury time. Tapi nasib baik sedang menjauh. "Kami memiliki beberapa tendangan ke gawang tetapi bernasib buruk. Bolanya tidak masuk ke gawang lawan," kata Loew.

Meksiko patut mendapat acungan jempol. Tim medioker dari benua Amerika itu sungguh bermain tanpa rasa takut sedikit pun meski lawannya adalah juara bertahan dan pemegang empat trofi Piala Dunia.

Hirving Lozano (22) yang terpilih sebagai Budweiser Man of the Match laga ini mengakui hal tersebut. "Ini bukan tentang saya, ini buah perjuangan bersama. Kami bermain tanpa takut dan rekan setim sangat hebat," kata Lozano dilansir FIFA.

"Saya tidak tahu apakah ini kemenangan terbesar Meksiko dalam sejarah, tetapi saya yakin ini salah satu yang terbesar. Awal yang bagus, melawan juara bertahan. Hasil yang hebat dan menunjukkan kerja keras kami," kata Lozano lagi.

Meksiko untuk sementara memimpin klasemen Grup F dengan koleksi tiga poin. Meksiko selanjutnya melawan Korea Selatan pada 23 Juni 2018 dan Swedia di laga terakhir penyisihan grup. Tim asuhan Osoria hanya butuh satu kemenangan lagi untuk lolos ke babak knock-out.

Bermain tanpa rasa takut kiranya berguna dalam lapangan hidup apapun termasuk kompetisi Pilgub atau Pilbub sepekan lagi serta Pileg dan Pilpres nanti. Bermain sajalah sesuai aturan main. Jauhkan takut kalah hingga paksa diri memakai segala cara termasuk jual isu SARA , isu pulau, dan pakai politik uang pula (Aih sudah salah jalur ini hahahahaha…)

Kembali lagi ke urusan kulit bundar, dengan kekalahan ini maka rekor kejayaan Der Panzer pada laga pembuka Piala Dunia di tujuh edisi terakhir terputus. Dari tujuh laga tersebut, Jerman total mencetak 20 gol. Terakhir kali Jerman kalah pada laga pembuka Piala Dunia 1982. Kala itu Jerman takluk dari tim asal Afrika, Aljazair.

Tren minor juara bertahan Piala Dunia pun berlanjut. Jerman bernasib sama seperti Italia pada Piala Dunia 2010 dan Spanyol di Piala Dunia 2014. Dua tim itu sama-sama tak menang pada laga pertama dalam usaha mereka mempertahankan gelar juara.

Italia selaku juara dunia 2006, bermain 1-1 melawan Paraguay pada laga perdana Piala Dunia 2010. Adapun Spanyol, juara dunia 2010, kalah 1-5 pada laga pertama Piala Dunia 2014 melawan Belanda yang tahun ini jadi penonton manis di rumah.

Laga Jerman vs Meksiko memastikan kapten Meksiko, Rafael Marquez mencetak rekor spesial dalam lima Piala Dunia. Marquez menyamai legenda Meksiko, Antonio Carbajal dan mantan kapten timnas Jerman, Lothar Matthaeus. Marquez membela Meksiko sejak Piala Dunia 2002 hingga 2018. Tak banyak pemain seperti dia.

Akhirnya, bagaimana nasib Jerman di Rusia 2018? Mampukah tim bermental juara itu bisa bertahan lebih lama bahkan sampai puncak tangga? Banyak orang meyakini bahwa Jerman tetaplah Jerman yang tidak akan menyerah sebelum pertempuran usai.

Negara kaya Eropa ini tidak memiliki pemain bintang sekelas Cristiano Ronaldo (Portugal), Lionel Messi (Brasil) atau Neymar (Brasil). Tetapi kolektivitas permainan Jerman lazimnya amat solid. Tim lambat panas itu selalu mampu keluar dari masa kritis.

"Sudah pasti kami kecewa kalah melawan Meksiko. Namun, kami melihat ke depan dan menaruh kekalahan ini di belakang,” kata Pelatih Joachim Loew. Selanjutnya, Jerman akan bertemu Swedia pada babak penyisihan Grup F pada 24 Juni 2018. Lawan terakhir adalah pekerja keras dari Asia, Korea Selatan. Dua laga Jerman berikutnya pasti seru dan menarik.

Dunia menanti apakah Joachim Loew mampu membebaskan Der Panzer dari beban nama besar sebagai petahana. Over percaya diri bisa jadi bumerang karena sudah terbukti dalam sejarah Piala Dunia bahkan juara bertahan gagal lolos dari penyisihan grup. (*)

Sumber: Pos Kupang.com. Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul Bermain Tanpa Rasa Takut, http://kupang.tribunnews.com/2018/06/18/bermain-tanpa-rasa-takut?page=all.

Kegalauan Rio Ferdinand

ilustrasi
Catatan Sepakbola Dion DB Putra

POS-KUPANG.COM --
Nasib manis menyelimuti Belgia dan Inggris. Di antara tim favorit dengan banyak penggemar, tim nasional (timnas)  kedua negara itu meraih hasil sempurna pada laga awal Rusia 2018. Berbeda nasib dibandingkan Jerman yang menelan kekalahan serta tim Samba Brasil,  Spanyol, Argentina dan Portugal yang meraih hasil imbang.

Pasukan The Red Devils -- julukan Belgia,  menang telak 3-0 atas tim debutan  Panama Fisht Olympic Stadium, Senin (18/6/2018) malam. Setelah bermain 0-0 babak pertama, Belgia tak tertahankan di paruh kedua diawali gol cantik Dries Mertens  menit ke-47 dan dua gol Romelu Lukaku menit ke-69 dan 75.

Dengan kemenangan tersebut,  Belgia untuk sementara memimpin klasemen Grup G disusul Inggris yang sama-sama mengoleksi tiga poin setelah menang 2-1 atas Tunisia.

Kegagalan Panama memberi kejutan mengantar Belgia sukses memperpanjang rekor belum terkalahkan dalam 20 pertandingan terakhir. Belgia terakhir kali menelan pil pahit dalam laga persahabatan menghadapi Spanyol, September 2016. Belgia kalah 0- 2 kala itu.

Keberhasilan timnas Belgia seperti menginspirasi Inggris. The Three Lions mengawali langkah di Piala Dunia 2018 dengan kemenangan 2-1 atas Tunisia. Dua gol Inggris dipersembahkan kapten tim,   Harry Kane pada menit ke-11 dan 90+1'.

Satu gol balasan timnas Tunisia dicetak Ferjani Sassi melalui eksekusi tendangan penalti pada menit ke-35. Kemenangan ini disambut gembira publik Inggris. Tapi tidak untuk mantan bek timnas Inggris, Rio Ferdinand. Dia tidak merayakan kemenangan tersebut. Rio  menyoroti penampilan Tim Tiga Singa yang biasa-biasa saja, terutama di depan mulut gawang lawan.

Rio Ferdinand bahkan merasa galau  melihat timnas Inggris yang kesulitan mencetak gol ke gawang Tunisia meskipun tim asuhan Pelatih  Gareth Southgate tersebut mendapat banyak peluang emas.

Data statistik FIFA menunjukkan, Inggris yang menguasai 60 persen jalannya pertandingan menciptakan 17 peluang yang tujuh di antaranya tepat sasaran. Rekor ini merupakan yang terbanyak bagi timnas Inggris sejak Piala Dunia 1966 melawan Portugal.

Menurut Rio Ferdinand,  Inggris perlu segera membenahi ketajaman para pemain di depan gawang lawan. Jika tidak maka sulit bagi mereka menghasilkan angka ketika menghadapi tim dengan kualitas setara. Sebut misalnya Belgia di grup yang sama.

"Saya akan mengatakan bahwa ini adalah kekurangan utama timnas Inggris. Faktanya adalah timnas Inggris tidak cukup tajam dengan jumlah peluang sebanyak itu," ucap Rio Ferdinand seperti dikutip BolaSport.com dari BBC.

"Jika timnas Inggris berhadapan dengan tim yang lebih baik, hal ini akan menghukum mereka. Setelah mencetak gol di awal babak pertama, timnas Inggris hanya beruntung bisa mendapatkan gol di akhir laga," kata Rio Ferdinand.

Setelah Tunisia lawan berikutnya bagi timnas Inggris adalah  Panama di Stadion Nizhny Novgorod, Minggu (24/6/2018) sebelum bersua Belgia pada hari terakhir babak penyisihan grup,  Jumat (29/6/2018).

Kecemasan bukan hanya mengisi ruang batin Rio Ferdinand. Pelatih Gareth Southgate pun memendam kegalauan yang sama. Dia bersyukur Inggris meraih kemenangan berkat gol injury time Hary Kane. Inggris hampir saja bernasib sama seperti Argentina dan Brasil yang hanya meraih poin 1.

Southgate melukiskan dua gol Kane ke gawang Tunisia  mempermudah tugasnya. "Kalau dia tidak mencetak gol, saya harus menjawab pertanyaan tentang ketajamannya di level internasional," ujar Southgate seperti dilansir BolaSport.com dari Four Four Two.

Southgate bangga karena Kane memperlihatkan kualitasnya sebagai striker Inggris terbaik saat ini. Kane sudah dua musim beruntun memenangi gelar pencetak gol terbanyak  Liga Utama Inggris. Ketajaman Kane sudah terbukti di ajang Liga Champions Eropa. Dia sukses membobol gawang tim raksasa sekelas Real Madrid.

Insting mencetak gol Kane membuat Southgate tak ragu menunjuknya sebagai kapten tim nasional. "Saya tahu Kane akan merasa bangga bisa memimpin negaranya memenangi laga di Piala Dunia 2018," tutur Southgate.

Setelah laga melawan Tunisia, sejumlah rekor ditorehkan Harry Kane. Kane menjadi pemain pertama Inggris yang bisa mencetak dua gol dalam satu pertandingan Piala Dunia sejak Gary Lineker melakukannya tahun 1990.

Tambahan dua gol pada laga ini membuat Harry Kane sudah mencetak 15 gol dari 25 laga bersama timnas Inggris. Harry Kane hanya kalah dari Gary Lineker yang mencetak 20 gol dalam jumlah laga yang sama.

Inggris tergolong langganan finalis Piala Dunia. Negara itu  sudah berpartisipasi sebanyak 15 kali sejak Piala Dunia 1950. Prestasi terbaiknya adalah juara Piala Dunia 1966 di kandang sendiri dan peringkat keempat Piala Dunia 1990. Langkah Inggris paling banyak terhenti di babak perempafinal yaitu Piala Dunia 1954, 1962, 1970, 1986, 2002 dan tahun 2006.

Tahun 1974, 1974 dan tahun 1994  Inggris bahkan  gagal ikut Piala Dunia. Dalam sepuluh tahun terakhir, prestasi timnas Inggris jauh dari menggembirakan meskipun kompetisi liganya paling keren sedunia.

Hampir semua pemain terbaik dunia membela klub Inggris. Demikian pula para pelatih bertangan dingin kumpul di Britania. Klub Inggris selalu masuk daftar terkaya sejagat. Bersaing selalu dengan klub papan atas penghuni La Liga Spanyol. Gaji pemain termahal dunia pun datang dari sana. Kompetisi gemerlap tak seiring sejalan dengan prestasi tim nasional.

Di antara sesama negara Eropa, Inggris tergolong kelas menengah saja. Jauh amat dibandingkan Prancis, Spanyol, Belanda dan Portugal. Apalagi dengan tim pemegang trofi Piala Dunia terbanyak dari konfederasi  Eropa, Italia dan Jerman.

Grafik prestasi mereka amat buruk dalam dua sesi Piala Dunia terakhir. Tahun 2010 pasukan Tiga Singa terhenti di babak 16 besar.  Empat tahun lalu di  Brasil bahkan jauh lebih menyakitkan. Inggris gagal total di  fase penyisihan grup.

Inggris biasanya jalan mulus saat babak kualifikasi dan fase awal kejuaraan bergengsi Piala Eropa dan Piala Dunia. Makin menanjak, napas  Inggris ngos-ngosan. Dunia menanti penuh harap semoga kemenangan 2-1 atas Tunisia jadi pertanda tikaman Inggris makin menyengat pada laga berikutnya. *

Sumber: Pos Kupang.com. Artikel ini ditulis setelah Inggris dan Belgia meraih kemenangan pada laga perdana penyisihan grup Piala Dunia 2018.

Membaca Pikiran Lionel Messi

Lionel Messi
Catatan Sepakbola Dion DB Putra

POS-KUPANG.COM --  Lima tendangan penalti dan satu gol bunuh diri mewarnai hari ketiga Piala Dunia 2018, Sabtu 16 Juni.  Tersaji empat pertandingan di Grup C dan D pada  akhir pekan yang menggairahkan itu.

Pada laga perdana Grup C antara timnas Prancis melawan wakil zona Asia, Australia yang berakhir 2-1 untuk Les Bleus, dua dari tiga gol merupakan hasil ekekusi penalti. Kedua tim masing-masing mendapatkan satu kesempatan penalti dan sama-sama sukses meraih poin.

 Bintang Prancis, Antoine Griezmann sukses mengambil penalti menit ke-54. Hal yang sama dilakoni eksekutor Australia Mile Jedinak di menit ke-62. Gol kemenangan Prancis dipersembahkan pemain termahal dunia, Paul Pogba sepuluh menit menjelang wasit meniup peluit panjang.

Cerita berbeda terjadi pada pertandingan lainnya  di Grup C antara Peru melawan Denmark.  Kegagalan Christian Cueva mengeksekusi penalti  menjelang turun minum berkontribusi  bagi kekalahan Peru. Tendangan Cueva melambung jauh di atas mistar gawang lawan. Denmark pun menang 1-0 lewat gol Yussuf Poulsen menit ke-59. 

Untuk sementara Prancis pimpin klasemen Grup C dengan poin 3, disusul  Tim Dinamit  yang mengoleksi nilai yang sama. Peru berada di dasar klasemen.

Kisah terheboh datang dari laga Grup D saat Argentina bermain  imbang 1-1 melawan Islandia. Argentina sebenarnya bisa meraih poin penuh karena mendapat kesempatan emas melalui tendangan penalti. Namun, gagal dieksekusi sang mega bintang Lionel Messi sehingga pertandingan berakhir 1-1.

Pada laga terakhir hari ketiga FIFA Word Cup 2018, Kroasia menang 2-0 atas wakil Afrika, Nigeria. Dua gol Kroasia hasil gol bunuh diri pemain Nigeria Oghenekaro Etebo menit ke-32 dan gol penalti Luka Modric menit ke-70.

Kroasia memimpin klasemen sementara Grup D dengan tiga poin, disusul Islandia dan Argentina yang memiliki poin sama, yaitu 1. Sementara juru kunci dihuni Tim Elang Super Nigeria yang belum meraih angka.

Dari lima eksekusi sepakan 12 pass itu, kegagalan  Lionel Messi menjadi trending topic sejagat. Pemain bintang La Albiceleste itu menambah rekor kegagalannya.

Dalam laga yang berlangsung di Spartak Stadium, Argentina bermain imbang 1-1 melawan Islandia. Tim Tango unggul lebih dulu kala laga baru berjalan 18 menit melalui gol indah Sergio Aguero.

Namun, keunggulan hanya bertahan empat menit. Islandia samakan skor lewat sontekan jarak dekat Alfred Finnbogason menit ke-22.  Argentina berpeluang menggandakan kedudukan, tapi Lionel Messi gagal mengeksekusi penalti menit ke-64. Sepakannya ditepis kiper Islandia, Hannes Halldorsson.

Kepada wartawan seusai pertandingan, Hannes Halldorsson  mengungkapkan rahasia suksesnya menahan tendangan  bintang klub Barcelona tersebut. Hannes  melakukan  riset khusus menghadapi tendangan penalti Messi. "Saya membuat riset  di rumah karena saya tahu situasi seperti ini bisa terjadi," kata Hannes Halldorsson  seperti dikutip  dari SkySports.

"Saya melihat banyak video eksekusi penalti yang dilakukan Messi selama ini dan saya mengevaluasi bagaimana kebiasaan saya sebelum tendangan penalti," katanya lagi. Hannes juga coba masuk ke  dalam pikiran Messi.

 "Saya coba masuk ke dalam pikirannya sehingga dia akan memikirkan tentang saya. Hari ini, saya memiliki perasaan bagus mengantisipasi tendangannya," ujar kiper yang bekerja sampingan sebagai sutradara tersebut.

***

KEGAGALAN  Messi esekusi penalti melahirkan olokan. Dia dibuli, dapat hujatan dan kritik. Sekejap sontak muncul beragam meme lucu di jagat maya yang mengaitkannya dengan rekor fantastis  rival abadinya, bintang Real Madrid dan Portugal, Cristiano Ronaldo.   Warganet dominan bikin meme  CR7 tertawa sinis terhadap Messi.

Bisa dimengerti karena Cristiano Ronaldo sukses  penalti dan bikin hattrick alias tiga gol saat memimpin Portugal menahan Spanyol 3-3 dalam laga Grup B, Sabtu (16/6/2018) dini hari Wita di Stadion Fisht, Sochi, Rusia.

Ronaldo mengoleksi tiga gol yaitu menit ke-4 lewat eksekusi penalti,  menit ke-44 hasil tembakan keras yang gagal diblok kiper Spanyol, David De Gea dan gol indah menawan hasil tendangan bebas melewati pagar tembok pasukan Matador menit ke-88.

Dalam usia 33 tahun 130 hari saat mencetak gol ke gawang Spanyol,  CR7 merupakan pencetak hattrick tertua sepanjang sejarah kejuaraan sepakbola Piala Dunia.

Ronaldo juga sejajarkan  diri dengan dua legenda Jerman, Uwe Seeler dan Miroslav Klose  serta bintang Brasil sepanjang masa, Pele. Mereka selalu mencetak gol dalam empat event Piala Dunia.

CR7  itu makin tua makin menjadi. Sebelum Rusia 2018, dia hanya mencetak masing-masing 1 gol di Piala Dunia 2006, 2010 dan 2014.  Hattrick ke gawang Spanyol membuat  pemain berusia 33 tahun ini sudah mengoleksi 6 gol sekaligus berhasil melewati catatan rival abadinya, Lionel Messi.

Sejauh ini Messi baru koleksi  5 gol dari penampilannya pada Piala Dunia 2006, 2010 dan 2014. Sejak tahun 2016, Cristiano Ronaldo mencetak 29 gol dalam 28 penampilan buat timnas Portugal. Artinya rata-rata lebih dari satu gol per laga. Hebat memang!  Koleksi gol CR7 akan bertambah mengingat Portugal masih berpeluang melangkah lebih jauh di Piala Dunia 2018.

Dalam hal tendangan penalti rekor Lionel Messi tidak begitu bagus. Messi tercatat tiga kali gagal mengeksekusi penalti saat berseragam timnas Argentina. Data itu belum  termasuk pertandingan yang harus diakhiri lewat babak adu penalti.

Total Lionel  Messi gagal empat kali eksekusi penalti terakhir dari tujuh pertandingan saat dia membela klub dan timnas atau persentase kegagalannya mencapai 57 persen. Kegagalan Messi eksekusi penalti ke gawang Islandia adalah yang ke-24 sepanjang kariernya yang gemilang.

Lionel  Messi pun menjadi pemain ketiga Argentina yang gagal mengeksekusi penalti di ajang Piala Dunia. Sebelumnya  Fernando Paternoster  gagal ambil penalti di Piala Dunia 1930 dan Ariel Ortega di Piala Dunia 2002.

Lionel Messi tidak menutupi kegalauannya setelah gagal mencetak gol penalti ke gawang Islandia.  "(Gagal) penalti itu menyakitkan, saya harus bertanggung jawab. Tapi kami tidak harus menjadi gila. Kami perlu  bekerja lebih keras. Sekarang kami harus tenang menanti pertandingan berikutnya," demikian kapten timnas Argentina kepada ESPN.

Dunia  menanti kiprah Argentina selanjutnya. Lawan berikut tak kalah garang yaitu Nigeria dan Kroasia. Kemenangan adalah satu-satunya tiket  agar pasukan  Putih dan Biru Langit (La Albiceleste) dapat bertahan lebih lama di Rusia 2018.

Rekor pribadi Cristiano Ronaldo boleh saja mengagumkan sejauh ini tetapi Portugal belum meraih apa-apa di Piala Dunia 2018. Poinnya pun sama dengan Argentina. Baru satu angka.  CR7 harus  mampu memimpin rekan-rekannya mengalahkan dua lawan berikut, Iran dan Maroko agar melapangkan jalan ke putaran kedua. Jumawa menggoda. Tergelincir selalu mungkin. (*)

Sumber: Pos Kupang.com. Artikel ini ditulis pascakegagakan Lionel Messi mengesekusi tendangan penalti melawan Islandia, 15  Juni 2018.

Penari Letih di Luzhniki

Catatan Sepakbola Dion DB Putra

Selebrasi pemain Rusia setelah cetak gol ke gawang Saudi
LAMA nian orang mengagumi tim nasional Saudi Arabia sebagai Brasil dari Asia. Gaya main bola mereka menekankan keindahan lewat sentuhan satu dua. Bak penari Samba,  pemain Saudi doyan meliuk-liuk di antara kepungan lawan.  Tidak suka memainkan bola panjang diagonal atau umpan-umpan jauh. Tiki-taka diyakini lebih mujarab hingga sampai saat yang tepat melepaskan tembakan jitu  ke gawang lawan.

Sentuhan bola pendek itu mereka perlihatkan dengan sempurna ketika mengawali laga perdana melawan tuan rumah Rusia seusai acara pembukaan Piala Dunia 2018.  Namun, keindahan ala Samba tak bertahan lama.

Kamis malam 14 Juni 2018 di Stadion Luzhniki Moskwa,  Arab Saudi sungguh keletihan setelah gol kedua Rusia di penghujung babak pertama. Tim kebanggaan Raja Salman terlampau rapuh untuk sekadar mengejutkan tuan rumah yang tampil gagah perkasa di hadapan sang presiden Vladimir Putin. Hujan gol terjadi di paruh kedua.  Arab kemasukan lima gol tanpa balas. Suhu Moskwa yang dingin berubah panas menggairahkan bagi pemuja tim Beruang Merah!

Saudi sempat mendebarkan lawan ketika menguasai bola 60 persen di babak pertama. Namun, mereka hanya meliuk-liuk di tengah lapangan hingga begitu minim mengganggu jaring gawang Igor Akinfeev. Penguasaan bola saja tidak cukup. Perang bola butuh gol demi kemenangan.

Brasil Asia 2018 kekurangan kreator lapangan tengah dan predator di mulut gawang musuh.  Abdullah Otayf , Tasir Al-Jassim, Yahya Al-Shehri dan Salem Al-Dawsari begitu sulit menembus barikade blok tengah Rusia yang dikawal apik Yuri Zhirkov, Yuri Gazinskiy, Roman Zobnin dan Aleksandr Samedov.

Kurangnya pasokan bola dari tengah maupun sayap kiri dan kanan membuat Salman Al Faraj dan Mohamed Al-Sahlawi sangat jarang bisa masuk ke kotak penalti Rusia untuk merepotkan kiper Igor Akinfeev.

Formasi Saudi 4-5-1 tidak efektif mendobrak pertahanan Rusia  yang kokoh. Saudi bahkan tak sekalipun melepaskan tembakan yang tepat sasaran ke gawang lawan. Nasibnya mirip Argentina di final Piala Dunia empat tahun silam. 

Rusia bermain sabar dan taktis menghadapi serdadu Saudi yang energik di babak pertama. Pelatih Stanislav Cherchesov meracik formasi serangan 4-4-2 yang rancak menyengat. Hanya memerlukan waktu 12 menit bagi Rusia menjebol gawang Arab Saudi yang dikawal Abdullah Al-Maiouf.  Sundulan Yuri Gazinskiy masuk mulus ke pojok kanan gawang Al-Maiouf.

Setelah gol pertama Arab Saudi masih bermain rapi dan solid. Mereka berkali-kali sukses menghalau serangan beruntun Rusia. Tapi petaka datang 120 detik menjelang turun minum. Koordinasi buruk lini belakang memudahkan Rusia menambah gol lewat tembakan jarak dekat  Denis Cheryshev.

Ketika Artem Dzyuba mencetak gol ketiga bagi Rusia menit ke-71, koordinasi permainan tim asuhan Juan Antonio Pizzi benar-benar remuk. Gol Denis Cheryshev (menit ke-90+1') dan Aleksandr Golovin (90+4') hanya menggenapi derita Samba Asia yang sudah kehabisan ide dan napas.

Tambah lagi litani rekor kemenangan terbesar pada laga pembuka Piala Dunia. Pizzi  gigit jari dan tak sanggup menutup pilu. "Pertandingan yang sulit dan kami mengalami kekalahan besar tak terduga," kata Juan Antonio Pizzi seperti dikutip dari BBC.

Meski kecewa, pelatih yang sukses memimpin Chile menjuarai Copa America 2016 itu tetap bersikap profesional. Dia memuji lawannya. "Rusia tampil sangat bagus, sedangkan kami sebaliknya. Saya tak percaya tim lawan telah melakukan segalanya untuk memberikan kejutan kepada kami. Hasil pertandingan menggambarkan kinerja kami yang buruk," ucap Pizzi.

Pizzi akui kesalahan taktik dan berusaha lebih baik pada laga berikut melawan Uruguay 20 Juni 2018 di Stadion Rostov Arena. "Mengenai strategi, kami harus melakukan perubahan. Sekarang kami harus melupakan kekalahan ini dan memikirkan pertandingan selanjutnya," demikian Juan Antonio Pizzi

Senyum tak henti mengembang di wajah Pelatih Rusia Stanislav Cherchesov. Kemenangan 5-0 atas Arab Saudi memang belum membuktikan apa-apa tetapi sontak memupus keraguan penggemar tim tuan rumah. Setelah gagal meraih kemenangan satupun pada laga uji coba, kini penonton Rusia boleh berharap Aleksandr Golovin dkk melangkah lebih jauh lagi di Piala Dunia 2018.

Untuk kali pertama sejak FIFA Word Cup 1994, Rusia mencetak lebih dari tiga gol pada ajang Piala Dunia. Kali terakhir mereka melakukannya  saat menang 6-1 atas Kamerun pada Piala Dunia AS  1994. Selepas itu, tim Beruang Merah hanya menang satu kali dari 9 pertandingan  hingga menekuk  Arab Saudi 5-0 kemarin.

Hasil 5-0 untuk Rusia merupakan margin skor kemenangan besar pada laga Piala Dunia. Hasil serupa pernah ditorehkan tim Samba Brasil pada hari pembuka Piala Dunia 1954. Adapun angka kemenangan terbesar pada hari pertama Piala Dunia terjadi tahun 1934. Ketika itu Gli Azzuri Italia menang 7-1 atas pasukan Paman Sam, Amerika Serikat.

***

SUDAHLAH. Kita tinggalkan pesta awal  Rusia.  Beberapa saat ke depan akan tersaji laga tak kalah menarik di Grup A antara Uruguay  melawan Mesir di Stadion Central Yekaterinburg,  Jumat (14/6/2018) mulai pukul 20.00 Wita.

Warta gembira bagi penggemar Mesir. Bintang klub Liverpool  Mohamed Salah dikabarkan siap tampil membela negaranya. Berharap cederanya sudah pulih sehingga kita bisa menikmati kegesitan Salah mengobrak-abrik pertahanan Uruguay.  Kita lihat siapa yang terbaik di kotak penalty. Apakah Mohamed Salah atau Luiz Suarez dan Cavanni, duet  pencetak gol subur milik Uruguay.

Grup B pun memulai perangnya malam ini. Diawali pertandingan Maroko melawan Iran kemudian  Spanyol versus Portugal. Maroko dan Iran sama-sama tanpa beban. Maroko sedang naik daun, namun Iran berpeluang memberi kejutan sebagai tim Asia pertama yang menang di Piala Dunia 2018.

Dunia so pasti menanti big match pertama Rusia 2018 antara juara Eropa 2016, Portugal melawan Spanyol di Socci, Sabtu (16/6/2018) dini hari  Wita.  Pelatih timnas Spanyol yang baru betugas dua  hari, Fernando Hierro memuji kualitas timnas Portugal yang menjadi lawannya.

"Kami tahu Portugal adalah tim hebat. Mereka juara Eropa," kata Fernando Hierro seperti dilansir situs web Marca, Kamis (14/6/2018).  "Namun, kami telah melakukan persiapan dengan sempurna dan itu adalah hal terpenting," kata mantan kapten timnas Spanyol itu.  Hierro menyebut timnya tetap solid  dan siap bertanding sekalipun sempat terguncang menyusul pemecatan pelatih Julen Lopetegui  pada Rabu (13/6/2018).

"Saya tahu kami hanya punya waktu persiapan mepet. Namun,  kami punya target yang jelas untuk dicapai.  Kami tetap seperti Spanyol biasanya. Saya punya keyakinan penuh kepada para pemain," ujarnya. 

Fernando Hiero berharap Andres Iniesta dkk bermain sesuai karakter Espana. "Setiap laga adalah final, lawan Portugal adalah yang pertama baru dua laga berikutnya. Ini adalah Piala Dunia dan kami harus menikmatinya.  Para pemain harus bermain  penuh antusiasme. Kita lihat saja sejauh mana kami bisa melangkah," tuturnya.

Pelatih Portugal Fernando Santos  menilai pergantian pelatih di tubuh timnas Spanyol  tak banyak berpengaruh pada soliditas  tim Matador.  "Karena Spanyol bermain dengan cara yang sama dalam 10 tahun terakhir," kata Fernando Santos seperti dilansir dari situs web Marca.

"Saya tak berpikir pergantian pelatih itu akan berdampak negatif. Malah efek positif akan muncul, menambah kekompakan mereka," tutur gelandang Portugal, Joao Moutinho.  Kubu Portugal tetap menganggap Spanyol sebagai lawan kuat. Apalagi mereka punya ambisi memenangi Derbi Iberia. Portugal tak pernah menang atas Tim Matador sejak tahun 2004.  Nah? *

Rusia Menghibur Dunia


Lionel Messi
Catatan Sepakbola Dion DB Putra

POS KUPANG.COM – Tatkala dunia memandang kagum Rusia sebulan penuh mulai malam ini 14 Juni 2018, dalam naungan rasi bintang Gemini yang aduhai selalu, ketahuilah itu bukan karena dia negara terluas di dunia  dengan pemimpin berbodi atletis Vladimir Putin yang kuat kuasa demikian lama.

Bukan pula karena Moskwa dan Kremlin yang tersohor itu. Tidak juga oleh pesona gadis-gadis pirang berleher jenjang. Rusia sebulan ke depan menjadi perhatian lebih dari satu miliar penghuni bumi lantaran Negeri Beruang Merah menghibur dunia yang letih dalam bahasa bola.

Sepakbola  kembali memainkan perannya sebagai bahasa universal yang menembus batas negara, etnis, agama, budaya serta perbedaan pandangan dan sikap politik.


Bola membuat orang mengaso sejenak dari hiruk-pikuk kerasnya perjuangan hidup.  Pedihnya mencari sesuap nasi di tengah zaman disrupsi yang bikin ekonomi serba sulit. Bola itu oase di padang gurun pergumulan manusia zaman now.

Bermain bola biasa setiap saat dan di banyak tempat. Dari kampung beta yang permai  tiada dua di Lio Timur sana sampai surganya bola di bumi Amazon Brasilia atau Madrid dan Barcelona. Dari kelas tarkam ala Indonesia  hingga liga elit dunia. Hampir setiap waktu tuan dan puan bisa menikmati pertandingan sepakbola bukan?

Bedanya di sini. Kejuaraan sepakbola Piala Dunia hanya empat tahun sekali sehingga Rusia 2018 menjadi panggung terbesar, terkeras dan terbaik. Podium paling membahagiakan dan serentak bisa amat menyakitkan.

Piala Dunia itu berat bung!  Belanda nan gagah perkasa, tim flamboyan yang selalu membuat jutaan orang jatuh cinta saja gagal ke putaran final. Tak lolos  masuk kelompok 32 finalis.

Tim langganan juara Piala Dunia, Italia juga nasibnya serupa. Gli Azzuri tak bergigi musim ini.  Mereka harus menepi sedih menonton pesta ekstravagansa Rusia 2018 di rumah sendiri. Bola selalu menebarkan senyum dan tawa. Bola pun meninggalkan luka nestapa.

Belanda gagal, si Arjen Robben galau berat. Maklum, Rusia 2018 mestinya ajang Piala Dunia  terakhir baginya memberikan yang terbaik bagi tanah air. Nyaris saja Robben Cs sukses di grandfinal 2010, tetapi Dewi Fortuna kala itu lebih memilih Espana. Andres Iniesta dan Spanyol berjaya. Pertama kali meraih trofi Piala Dunia. Belanda lagi-lagi spesial runner-up.  Empat tahun lalu Belanda pun tak beruntung.

Untungnya Robben itu pria Belanda yang baik hati. Hebatnya lagi dia diam-diam  mencintai Indonesia terlebih bumi terindah di tenggara NKRI tapi bukan Bali, apalagi Lombok dan Sumbawa.

Empat puluh delapan  jam menjelang kick off   Rusia vs Saudia Arabia di Moskwa, Arjen Robben menginjakkan kakinya di Labuan Bajo. Wow!  Dia memilih Taman Nasional Komodo untuk berlibur, jauh dari hingar bingar Piala Dunia 2018.

Robben saat ini sedang  menikmati kemolekan Pulau Padar, Rinca, Komodo, Ping Beach dan terutama mendengar desis suara Varanus Komodoensis, satu-satunya binatang purba yang tersisa.
Pemain klub raksasa Jerman Bayen Munich itu tidak sendirian. Dia ke Flores bersama istrinya Bernadien
Eillert, dua  putranya Luka dan Kai serta putrinya yang mungil bernama Lynn.
Liburan Robben di Labuan Bajo tak  hanya mengusik tetapi menjadi trending topic  Indonesia dan dunia
di tengah riuh gemuruh Rusia 2018.  Terima kasih Meneer Robben. Dikau meneguhkan tanah kami sebagai the New Tourism Territory. Robben dan Valentino Rossi saja berlibur ke NTT, masa tuan dan puan tidak? Terlalu,  kata Bang Rhoma.

***

KETERLALUAN jikalau tuan tak berpaling ke Rusia meski sedang sibuk utak-atik siapa pemenang pesta Pilgub atau Pilbup  2018. Rusia itu memukau lantaran Lionel  Messi pun sedang galau. Di tebing waktu, Messi berhadapan dengan secuil tanya, sekarang atau tidak sama sekali.

Messiah berselimut penasaran mengingat Argentina gagal melulu di Piala Dunia. Di lapangan bola Messi sudah memiliki segalanya, kecuali satu hal dia belum menyamai prestasi sang idola, Diego Armando Maradona.

Kini saatnya Messi memimpin Argentina meraih trofi Piala Dunia  setelah tahun 1986. Kalau gagal lagi berarti takdir Messi adalah sekadar  bintang La Liga bukan maestro Piala Dunia.

Kegalauan serumpun juga menikam batin seteru abadi Messi, Cristiano Ronaldo. Portugal juara Eropa 2016 tapi juara dunia belum tentu bisa.Cita-cita Ronaldo adalah meraih dua gelar prestisius guna menyamai Spanyol sekaligus menggenapi pencapaiannya sebagai pemain terbaik dunia.

Di Rusia 2018 Portugal dan Spanyol bersanding bersama di Grup B selain Maroko dan Iran. Kedua tim akan bertanding Sabtu dini hari 16 Juni 2018 waktu Indonesia atau Kamis malam di Rusia. Ujian pertama yang sangat menentukan. Duel big macth yang sayang terlewatkan begitu saja.

Seberapa jauh Cristiano Ronaldo dkk akan melangkah?  Jangan-jangan prestasi Portugal tak menjulang.  Sebagai pemegang gelar juara Eropa, mereka akan menjadi tim favorit.  Nasib tim favorit kerap tak seindah harapan. Malah tunggang langgang keluar gelanggang. Lebih awal!

Spanyol sedang gelagapan. Ini kabar baik bagi tim asuhan Pelatih Fernando Santos. Portugal bisa mengalahkan Spanyol yang sedang gundah-gulana.  Cuma sehari jelang kick-off Piala Dunia 2018, Federasi Sepakbola Spanyol (RFEF) memecat pelatih tim nasional Julen Lopetegui.

Julen Lopetegui dicopot dari posisinya karena sudah menerima tawaran menjadi pelatih klub Real Madrid musim depan. Federasi marah karena merasa dilangkahi. "Kami sudah memecat pelatih tim nasional," kata Presiden RFEF Luis Rubiales dalam jumpa pers dadakan, Rabu (13/6/2018), seperti dikutip Guardian.

"Kami baru tahu secara mendadak bahwa ia akan pergi untuk gabung Real Madrid. Pada situasi tertentu ada kalanya  Anda harus bersikap. Julen sudah bekerja secara baik di tim tapi kami tak bisa menerima sikapnya ini," tutur Rubiales.

Julen pelatih bertangan dingin. Di bawah asuhannya timnas Spanyol tak terkalahkan dalam 20 laga. Dia menangani tim berjuluk La Roja (Si Merah)  itu seusai Piala Eropa 2016 dan mengantar Spanyol lolos ke Rusia 2018.

Sayang kemarahan pengurus Federasi tak terbendung. Lopetegui harus tinggalkan Rusia dengan wajah muram  sambil mendoakan Spanyol raih juara dunia.  Atmosfir Piala Dunia bisa membuat orang sulit mengendalikan  emosi yang meledak-ledak. Apa salahnya memberi kesempatan Julen mengasuh tim sampai akhir Piala Dunia 2018? Spanyol sekarang ibarat ayam kehilangan induk. Lihatlah seberapa jauh mereka bertahan.

Begitulah takdir Piala Dunia sepakbola. Sebagai perayaan kemanusiaan, dari musim ke musim bola selalu melahirkan pecundang dan pahlawan. Ada drama, ada  skandal. Puja dan puji.  Ada tangis dan tawa. 
Menarik pula menanti  laga pembuka Piala Dunia 2018 antara tuan rumah melawan Arab Saudi beberapa jam lagi dari sekarang. Pertandingan perdana tak selalu mudah. Hasilnya pun bisa meruntuhkan prediksi. Rusia pasti lebih diunggulkan namun pasukan Saudi dapat saja membuat kejutan.

Rusia memasuki pertandingan malam ini dengan kekuatan penuh tetapi mereka belum memenangkan satu pertandingan persahabatan pun pada tahun 2018. Agak mencemaskan memang.

Arab Saudi bermain bagus dalam kekalahan 2-1 atas  Jerman pekan lalu. Singa padang pasir siap mengaum demi mendapatkan sesuatu. Minimal satu angka. Akhirnya, selamat datang malam-malam panjang.  Mari menikmati pesta bola sejagat. *

Sumber: Pos Kupang.com. Artikel ini ditulis menjelang kick off Piala Dunia Rusia 14 Juni 2018

Pembunuh Berwajah Imutan

Catatan Sepakbola Dion DB Putra



Timnas Brasil 2018
TANPA Cristiano Ronaldo,  Portugal  mirip macan ompong.  Belgia yang punya banyak bintang lapangan hijau sontak kehilangan gairah di kotak penalti lawam. Jerman malah sempoyongan melawan tim yang jauh di bawah kualitasnya, Austria.

Inggris lumayan baik.  Di Wembley petik hasil 2-1 atas Nigeria.  Tapi  mereka biasanya cuma panas di awal. Tim selebritis dan doyan gossip inim makin ke puncak  suka kehilangan stamina. Apalagi ajang sekeras Piala Dunia.  Itu secuil gambaran saat laga uji coba 2 Juni 2018 atau dua pekan menjelang bergulirnya Piala Dunia 2018 di negeri beruang merah.

Portugal dan Belgia  mengakhiri laga uji coba dengan skor imbang tanpa gol di Stade Roi Baudouin.  Sabtu malam itu, Portugal tanpa Ronaldo. Permainan tim juara Eropa 2016 sungguh monoton. Tidak memperlihatkan kelas mereka sebagai kandidat juara dunia atau setidaknya tim papan atas.



Portugal 2018  agak mencemaskan. Tim asuhan Fernando Santos tak pernah menang ketika sang kapten tak diturunkan.  Ketika  Ronaldo duduk manis di bangku cadangan,  tribun stadion atau di rumah, Portugal keok.

Portugal kalah 0-3 dari Belanda pada bulan  Maret 2018, padahal  Si Oranye itu tim gagal untuk Rusia 2018, bukan kontestan Piala Dunia tahun ini. Portugal lagi-lagi hanya bermain  imbang 2-2 melawan Tunisia pada 28 Mei 2018. Dan, itu semua tanpa diperkuat  Cristiano Ronaldo.

Fakta ini buruk rupa. Beri kesan kuat  Portugal sangat bergantung pada kelincahan gerak tubuh dan kaki  Ronaldo.  Soliditas timnas Portugal  seolah hancur berantakan ketika CR7 tak merumput.  Ronaldo sudah berusia 32 tahun. Masuk daftar tua untuk level pemain sepakbola. Bahaya bila Portugal masih mengandalkan kepiawaian Ronaldo semata.

Di Rusia 2018 Portugal bergabung di Grup B bersama Spanyol,  Maroko dan Iran. Seberapa jauh Cristiano Ronaldo dkk akan melangkah?  Jangan-jangan Portugal lekas pulang ke kandang.  Sebagai tim unggulan dan terutama pemegang gelar juara Eropa, mereka akan menjadi tim favorit.  Nasib tim favorit kerap tak seindah harapan. Malah tunggang langgang keluar gelanggang. Lebih awal!

Piala Dunia Rusia 2018 yang tinggal beberapa saat lagi kick off menebarkan optimisme yang bergelora. Kandidat juara masih milik tim papan atas mulai dari juara bertahan Jerman,  Brasil, Argentina, Spanyol, Prancis, Portugal, Inggris dan Belgia. Tuan rumah Rusia, Polandia dan  Meksiko merupakan pesaing terkuat.

Tim paling binal bergairah tetaplah dari benua hitam Afrika. Mesir sedang naik daun meski M Salah masih terbelit cedera. Nigeria, Senegal dan Tunisia adalah pasukan  yang sangat mungkin mempermalukan tim unggulan di grupnya masing-masing.

Uruguay, Denmark, Islandia, Kolombia, Swiss, Swedia dan  Kroasia patut  diperhitungkan sebagai kuda hitam. Profil mereka kelihatan biasa-biasa saja tapi bikin menjerit kesebelasan unggulan. Denmark sesewaktu bisa meledak. Uruguay  licin memabukkan. Swiss dan Swedia itu pembunuh berwajah imutan.

Bagaimana wakil Asia? Asia memang selalu berbinar-binar namun  sengatannya mungkin tak lama bertahan di Rusia. Australia, Arab Saudi, Iran, Korea Selatan dan Jepang 2018 agak medioker, Tidak begitu istimewa. Sulit untuk sekadar menyamai prestasi terbaik yang pernah ditorehkan Korea Selatan.

Tapi sudahlah.  Jangan percaya rangkaian kata-kata begini. Bola itu bundar kawan. Segala sesuatu masih mungkin. Yang berat bagi  beta tiba-tiba kangen Belanda dan Italia.  Hahahaha… Mari menyongsong Piala Dunia.  (*)

Sumber: Pos Kupang.com. Artikel ini ditulis sepekan menjelang kick off Piala Dunia 2018
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes