Penari Letih di Luzhniki

Catatan Sepakbola Dion DB Putra

Selebrasi pemain Rusia setelah cetak gol ke gawang Saudi
LAMA nian orang mengagumi tim nasional Saudi Arabia sebagai Brasil dari Asia. Gaya main bola mereka menekankan keindahan lewat sentuhan satu dua. Bak penari Samba,  pemain Saudi doyan meliuk-liuk di antara kepungan lawan.  Tidak suka memainkan bola panjang diagonal atau umpan-umpan jauh. Tiki-taka diyakini lebih mujarab hingga sampai saat yang tepat melepaskan tembakan jitu  ke gawang lawan.

Sentuhan bola pendek itu mereka perlihatkan dengan sempurna ketika mengawali laga perdana melawan tuan rumah Rusia seusai acara pembukaan Piala Dunia 2018.  Namun, keindahan ala Samba tak bertahan lama.

Kamis malam 14 Juni 2018 di Stadion Luzhniki Moskwa,  Arab Saudi sungguh keletihan setelah gol kedua Rusia di penghujung babak pertama. Tim kebanggaan Raja Salman terlampau rapuh untuk sekadar mengejutkan tuan rumah yang tampil gagah perkasa di hadapan sang presiden Vladimir Putin. Hujan gol terjadi di paruh kedua.  Arab kemasukan lima gol tanpa balas. Suhu Moskwa yang dingin berubah panas menggairahkan bagi pemuja tim Beruang Merah!

Saudi sempat mendebarkan lawan ketika menguasai bola 60 persen di babak pertama. Namun, mereka hanya meliuk-liuk di tengah lapangan hingga begitu minim mengganggu jaring gawang Igor Akinfeev. Penguasaan bola saja tidak cukup. Perang bola butuh gol demi kemenangan.

Brasil Asia 2018 kekurangan kreator lapangan tengah dan predator di mulut gawang musuh.  Abdullah Otayf , Tasir Al-Jassim, Yahya Al-Shehri dan Salem Al-Dawsari begitu sulit menembus barikade blok tengah Rusia yang dikawal apik Yuri Zhirkov, Yuri Gazinskiy, Roman Zobnin dan Aleksandr Samedov.

Kurangnya pasokan bola dari tengah maupun sayap kiri dan kanan membuat Salman Al Faraj dan Mohamed Al-Sahlawi sangat jarang bisa masuk ke kotak penalti Rusia untuk merepotkan kiper Igor Akinfeev.

Formasi Saudi 4-5-1 tidak efektif mendobrak pertahanan Rusia  yang kokoh. Saudi bahkan tak sekalipun melepaskan tembakan yang tepat sasaran ke gawang lawan. Nasibnya mirip Argentina di final Piala Dunia empat tahun silam. 

Rusia bermain sabar dan taktis menghadapi serdadu Saudi yang energik di babak pertama. Pelatih Stanislav Cherchesov meracik formasi serangan 4-4-2 yang rancak menyengat. Hanya memerlukan waktu 12 menit bagi Rusia menjebol gawang Arab Saudi yang dikawal Abdullah Al-Maiouf.  Sundulan Yuri Gazinskiy masuk mulus ke pojok kanan gawang Al-Maiouf.

Setelah gol pertama Arab Saudi masih bermain rapi dan solid. Mereka berkali-kali sukses menghalau serangan beruntun Rusia. Tapi petaka datang 120 detik menjelang turun minum. Koordinasi buruk lini belakang memudahkan Rusia menambah gol lewat tembakan jarak dekat  Denis Cheryshev.

Ketika Artem Dzyuba mencetak gol ketiga bagi Rusia menit ke-71, koordinasi permainan tim asuhan Juan Antonio Pizzi benar-benar remuk. Gol Denis Cheryshev (menit ke-90+1') dan Aleksandr Golovin (90+4') hanya menggenapi derita Samba Asia yang sudah kehabisan ide dan napas.

Tambah lagi litani rekor kemenangan terbesar pada laga pembuka Piala Dunia. Pizzi  gigit jari dan tak sanggup menutup pilu. "Pertandingan yang sulit dan kami mengalami kekalahan besar tak terduga," kata Juan Antonio Pizzi seperti dikutip dari BBC.

Meski kecewa, pelatih yang sukses memimpin Chile menjuarai Copa America 2016 itu tetap bersikap profesional. Dia memuji lawannya. "Rusia tampil sangat bagus, sedangkan kami sebaliknya. Saya tak percaya tim lawan telah melakukan segalanya untuk memberikan kejutan kepada kami. Hasil pertandingan menggambarkan kinerja kami yang buruk," ucap Pizzi.

Pizzi akui kesalahan taktik dan berusaha lebih baik pada laga berikut melawan Uruguay 20 Juni 2018 di Stadion Rostov Arena. "Mengenai strategi, kami harus melakukan perubahan. Sekarang kami harus melupakan kekalahan ini dan memikirkan pertandingan selanjutnya," demikian Juan Antonio Pizzi

Senyum tak henti mengembang di wajah Pelatih Rusia Stanislav Cherchesov. Kemenangan 5-0 atas Arab Saudi memang belum membuktikan apa-apa tetapi sontak memupus keraguan penggemar tim tuan rumah. Setelah gagal meraih kemenangan satupun pada laga uji coba, kini penonton Rusia boleh berharap Aleksandr Golovin dkk melangkah lebih jauh lagi di Piala Dunia 2018.

Untuk kali pertama sejak FIFA Word Cup 1994, Rusia mencetak lebih dari tiga gol pada ajang Piala Dunia. Kali terakhir mereka melakukannya  saat menang 6-1 atas Kamerun pada Piala Dunia AS  1994. Selepas itu, tim Beruang Merah hanya menang satu kali dari 9 pertandingan  hingga menekuk  Arab Saudi 5-0 kemarin.

Hasil 5-0 untuk Rusia merupakan margin skor kemenangan besar pada laga Piala Dunia. Hasil serupa pernah ditorehkan tim Samba Brasil pada hari pembuka Piala Dunia 1954. Adapun angka kemenangan terbesar pada hari pertama Piala Dunia terjadi tahun 1934. Ketika itu Gli Azzuri Italia menang 7-1 atas pasukan Paman Sam, Amerika Serikat.

***

SUDAHLAH. Kita tinggalkan pesta awal  Rusia.  Beberapa saat ke depan akan tersaji laga tak kalah menarik di Grup A antara Uruguay  melawan Mesir di Stadion Central Yekaterinburg,  Jumat (14/6/2018) mulai pukul 20.00 Wita.

Warta gembira bagi penggemar Mesir. Bintang klub Liverpool  Mohamed Salah dikabarkan siap tampil membela negaranya. Berharap cederanya sudah pulih sehingga kita bisa menikmati kegesitan Salah mengobrak-abrik pertahanan Uruguay.  Kita lihat siapa yang terbaik di kotak penalty. Apakah Mohamed Salah atau Luiz Suarez dan Cavanni, duet  pencetak gol subur milik Uruguay.

Grup B pun memulai perangnya malam ini. Diawali pertandingan Maroko melawan Iran kemudian  Spanyol versus Portugal. Maroko dan Iran sama-sama tanpa beban. Maroko sedang naik daun, namun Iran berpeluang memberi kejutan sebagai tim Asia pertama yang menang di Piala Dunia 2018.

Dunia so pasti menanti big match pertama Rusia 2018 antara juara Eropa 2016, Portugal melawan Spanyol di Socci, Sabtu (16/6/2018) dini hari  Wita.  Pelatih timnas Spanyol yang baru betugas dua  hari, Fernando Hierro memuji kualitas timnas Portugal yang menjadi lawannya.

"Kami tahu Portugal adalah tim hebat. Mereka juara Eropa," kata Fernando Hierro seperti dilansir situs web Marca, Kamis (14/6/2018).  "Namun, kami telah melakukan persiapan dengan sempurna dan itu adalah hal terpenting," kata mantan kapten timnas Spanyol itu.  Hierro menyebut timnya tetap solid  dan siap bertanding sekalipun sempat terguncang menyusul pemecatan pelatih Julen Lopetegui  pada Rabu (13/6/2018).

"Saya tahu kami hanya punya waktu persiapan mepet. Namun,  kami punya target yang jelas untuk dicapai.  Kami tetap seperti Spanyol biasanya. Saya punya keyakinan penuh kepada para pemain," ujarnya. 

Fernando Hiero berharap Andres Iniesta dkk bermain sesuai karakter Espana. "Setiap laga adalah final, lawan Portugal adalah yang pertama baru dua laga berikutnya. Ini adalah Piala Dunia dan kami harus menikmatinya.  Para pemain harus bermain  penuh antusiasme. Kita lihat saja sejauh mana kami bisa melangkah," tuturnya.

Pelatih Portugal Fernando Santos  menilai pergantian pelatih di tubuh timnas Spanyol  tak banyak berpengaruh pada soliditas  tim Matador.  "Karena Spanyol bermain dengan cara yang sama dalam 10 tahun terakhir," kata Fernando Santos seperti dilansir dari situs web Marca.

"Saya tak berpikir pergantian pelatih itu akan berdampak negatif. Malah efek positif akan muncul, menambah kekompakan mereka," tutur gelandang Portugal, Joao Moutinho.  Kubu Portugal tetap menganggap Spanyol sebagai lawan kuat. Apalagi mereka punya ambisi memenangi Derbi Iberia. Portugal tak pernah menang atas Tim Matador sejak tahun 2004.  Nah? *

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes