Dion Idol Berkunjung ke Tribun Manado

Dion Idol di Tribun Manado Sabtu 28-9-2013
KEHADIRAN jebolan Indonesian Idol, Dion, sangat dinanti-nanti oleh fans dan pengunjung pameran pariwisata Kemilau Sulawesi 2013, Sabtu (28/9/2013).  Dion membawakan empat lagu.
Pertama Dion membawakan lagu I Love You Bibeh yang dipopulerkan grup band The Changcuters.

Dalam kesempatannya tampil di panggung, Dion mengaku sangat terpukau melihat cewek-cewek Manado yang cantik-cantik. Ia juga mengatakan, dengan gelaran pameran pariwisata Kemilau Sulawesi 2013, ia bisa mengetahui tempat-tempat wisata yang ada di Sulawesi.

Di antara pengunjung maupun fans, Rina sangat mengagumi Dion. "Dion sangat ganteng, beda dilihat di TV. Saya bela-belain dari Tombatu untuk melihat penampilan idola saya, tak terbayangkan bisa melihat secara langsung, biasanya hanya melihatnya di TV," katanya.
Bersama mas Ribut, Fahmi dan Charles

Begitu juga dengan Glory. Sejak sore ia menunggu Dion tampil di atas panggung, "Saya bolak balik dari depan gedung ke panggung apakah Dion sudah tampil atau belum. Ketika mengetahui dan mendengar Dion sudah menyanyi, saya lari-lari sampai ke panggung. Sungguh suaranya merdu dan rasanya ingin memeluknya," katanya.

Beberapa jam sebelum hadir di Lion Plasa dan Hotel, Dion Idol berkunjung ke kantor Harian Tribun Manado di Jalan AA Maramis, Kairagi. Kehadirannya disambut oleh Pemimpin Perusahaan Fahmi Setyadi, Pemimpin Redaksi Ribut Rahardjo, Koordinator Liputan Charles Komaling, dan Manager Produksi Dion DB Putra.

Dion mengatakan, sudah kedua kalinya dia datang ke Manado. "Tahun kemarin saya ke Bukit Doa Tomohon. Ingin sekali ke taman laut Bunaken, hanya dengar-dengar teman-teman, Bunaken itu lautnya indah, berharap bisa ke sana kalau ada waktu," ujar dia.

Ia pun menambahkan, tahun kemarin sempat makan bubur Manado. "Bubur manado lezat, beda dengan bubur dari daerah-daerah lain, sebentar ingin rasakan lagi makan bubur Manado," tambahnya.(fer)
 

Sumber: Tribun Manado 29 September 2013 hal 6

Di Lapas Anak Tomohon Kami Belajar Memaafkan

Napi Lapas Anak Tomohon di Tribun 28-9-2013
  "Jangan kau biarkan senyumanmu tenggelam. Di dalam hempasan lautan duka. Kau lihat layar terkembang menuju laut lepas. Kau dan aku pasti akan terbebas. Jangan kau takut terhalang karang-karang yang hitam. Semua pasti akan terlewati. Kau dan aku bersama mengarungi lautan samudra cinta."
Lirik lagu lawas berjudul Samudera Cinta itu seolah mengambarkan semangat hidup 22 narapidana (napi) anak dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Tomohon, Sulawesi Utara. Mereka tampil gagah dan kompak ketika membawakan lagu ini bersama diiringi petikan gitar saat berkunjung ke kantor Redaksi Harian Tribun Manado, Sabtu (28/9/2013) pagi. 

Kunjungan ke Tribun Manado merupakan rangkaian acara rekreasi yang dijalani penghuni Lapas Anak Tomohon. Acara rekreasi mereka yang dipimpin langsung Kepala Lapas Tomohon Danang Yudawan berlangsung di Pantai Malalayang Manado.

Semangat belajar yang memberi inspirasi diungkapkan Andrew, satu di antara napi anak. Andrew mengatakan, dia sempat berpikir masa depannya suram ketika harus berada di balik jeruji besi. "Tapi saya bersyukur Lapas Tomohon memberi kesempatan saya tetap belajar. Saya bisa lulus sekolah dan akan melanjutkan kuliah," ungkapnya di depan teman-temannya dan jajaran redaksi Tribun Manado.

Menurut Andrew yang meraih ranking III di SMA Kosgoro Tomohon, bukan hal mudah untuk memunculkan kepercayaan diri dari kejatuhan yang dialaminya ketika masih remaja. Namun, ia sangat bersyukur di Lapas Anak Tomohon ia malah  lebih konsentrasi belajar. "Saya belajar di kamar dan di setiap ada kesempatan. Saya dan teman-teman mendapatkan pendidikan yang baik selama di Lapas dan saya yakin jika kita bisa memanfaatkan dengan baik maka masa depan itu ada," kata remaja asal Modayag Kotamobagu ini.

Andrew pun mengaku khilaf atas apa yang pernah dibuatnya. "Di Lapas kami belajar untuk mengampuni, memaafkan dan melupakan (masa lalu) untuk bisa menjalani hidup lebih bahagia," kata remaja  berkulit putih ini. Masa hukuman tinggal dua tahun lagi dan Andrew berencana melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi. "Saya ingin jadi pengusaha supaya bisa jadi orang sukses dan membantu keluarga saya," katanya saat diwawancarai Tribun Manado.


Ada juga Frisko, napi anak lainnya yang merasa bangga dan seakan tak percaya mendapatkan kepercayaan menjadi pengibar bendera Merah Putri pada peringatan HUT Kemerdekaan RI tanggal  17 Agustus 2013 di Lapas Tomohon. Kebanggaan itu tak terlukiskan dengan kata-kata karena merupakan pengalaman yang takkan terlupakan seumur hidup. "Senang bisa mendapatkan kepercayaan ini," kata remaja bertubuh tinggi ini.

Bagi Frisko kepercayaan yang diberikan pengelola Lapas kepadanya merupakan suntikan semangat  yang luar biasa. Ia pun bersyukur bisa berkunjung ke Kantor Tribun Manado karena selama ini dia sering membaca koran ini dan penasaran bagaimana cara kerjanya. "Ternyata kantor ini wah," kata Frisko yang disambut aplaus rekan-rekannya.

Danang Yudawan menuturkan kunjungan ini sebagai wujud silaturahmi dan memenuhi keinginan anak-anak napi yang ingin mengetahui cara kerja media.

"Media rekan kita,  jadi anak-anak sengaja kami bawa ke sini untuk menambah wawasan tentang media," kata Danang. Anak-anak napi sempat  melihat-lihat perangkat kerja redaksi serta mesin untuk mencetak koran. Kehadiran mereka disambut Pemimpin Redaksi Tribun Manado Ribut Rahardjo, Manager Produksi Dion DB Putra dan Koordinator Liputan Charles Komaling.

Saat berekreasi di Pantai Malalayang, ke-22 anak napi beserta orangtua duduk di bawah pohon yang rindang. Ada yang memetik gitar sambil menyanyikan lagu. Ada yang bermanja-manja dengan orangtuanya. Mereka terlihat sangat senang dengan kegiatan rekreasi yang diselenggarakan Lapas Tomohon. (dit/fer)

Danang Yakin  tak Ada yang Kabur

SABTU
(28/9/2013) pagi menjelang siang. Jarum jam menunjuk pukul 10.30 Wita. Halaman parkir markas Tribun Manado di Jalan AA Maramis Kairagi mendadak ramai.

Seorang pria berkacamata mengenakan baju batik mendatangi Pemimpin Redaksi Tribun Manado, Ribut Raharjo di lobi. Dia adalah Kepala Lapas Anak Tomohon, Danang Yudawan.

"Saya membawa anak-anak binaan mau berenang di Pantai Malalayang. Sebelum ke sana, saya bawa mampir ke Tribun," kata Danang yang disambut hangat Ribut Raharjo.

Awak redaksi Tribun Manado yang pagi itu berada di kantor pun ramai-ramai menyambut tamu istimewa itu. Ruang rapat di lantai dua pun penuh sesak. Kursi harus ditambah meski Danang mengatakan anak-anak sudah terbiasa berdiri.

Danang mengaku bangga dengan anak-anak binaan yang menjelma menjadi anak- anak yang baik dan bersemangat untuk menatap masa depan. Meski tinggal di penjara, mereka banyak belajar demi menyongsong hidup yang lebih baik.

Dibawanya anak-anak keluar penjara, Danang mengaku hanya ingin memberi penghargaan kepada anak-anak binaan karena kesuksesannya menjadi pasukan pengibar bendara pada upacara HUT Kemerdekaan RI pada 17 Agustus lalu.

Danang merasa tak khawatir anak-anak akan kabur karena mereka sudah seperti keluarga. "Saya pesan kepada anak-anak untuk kompak, tidak jalan sendiri-sendiri. Saya sampaikan ke anak-anak saya hanya ingin berbuat baik sehingga anak-anak juga harus bersikap baik, jangan sampai kabur," katanya.

Danang pun melihat, anak-anak juga menyambut baik dan bersikap baik. Mereka tak ada yang berulah karena menghargai seluruh pegawai lapas. "Mereka juga bisa menikmati keleluasaan yang kami berikan sehari ini," katanya.

Namun demikian, Danang menyadari ada risiko jika anak kabur. Itu sudah dia perhitungkan. "Saya ikhlas melakukan ini semua. Kalau ada yang kabur, saya juga siap dipecat. Mungkin saya akan ngojek saja. Tapi anak-anak baik, mereka tahu keinginan baik saya," katanya. (rbt)

Sumber: Tribun Manado edisi Minggu 29 September 2013 hal 1

Surya Paloh Mampir ke Tribun Manado

Surya Paloh di Tribun Manado 25-9-2013 (foto Anton Iwan)
'' Saya tak urus perusahaan lagi. Saat ini saya hanya meminta ampun kepada Tuhan dan memohon Partai NasDem bisa sukses, '' kata Surya Paloh.

KETUA
Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh, Kamis (25/9/2013) malam menyempatkan diri mampir ke redaksi Tribun Manado didampingi Ketua DPW Partai Nasdem Sulut, Meydi Revly Sumerah dan kader partai ini lainnya.

Dia pun bercerita banyak hal terkait politik di tanah air, termasuk cita-cita dan harapan Partai Nasdem ke depan.

"Saya 43 tahun di Golkar. Saya lebih senior dari Yusuf Kalla di partai ini. Usia saya sudah 62 tahun. Sebenarnya itu usia pensiun tapi saya sedih melihat kondisi bangsa ini sehingga saya akan terus berjuang dan memutuskan mendirikan parpol baru yang bisa membawa perubahan kearah lebih baik bagi semua elemen bangsa ini," ungkapnya.

Paloh pun bangga biaya politik partainya bukan bersumber dari uang negara ABPN atau APBD. Bahkan nantinya dia tak akan segan-segan memecat secara tidak hormat jika ada kader partai yang terbukti 'memakai' uang negara."Saya berharap banyak bangsa ini akan berubah. Apalagi masalah demoralisasi dan tatanan kehidupan sosial di masyarakat kita. Ini akan menentukan masa depan bangsa," katanya.

Paloh pun sempat menyentil perjuangannya saat memperjuangkan judicial review terkait penerbitan koran bersama petinggi Grup Kelompok Kompas-Gramedia, Jacob Oetama.

Menariknya Paloh memprediksi konstelasi politik kedepan dan posisi beberapa parpol besar termasuk NasDem. '' Teman-teman perlu tahu bahwa partai ini (NasDem) sejak berdiri memang di design sebagai partai besar, '' ujarnya.

Karena itu, dia mengaku, mengetahui keberadaan kader-kadernya di seluruh Indonesia, termasuk peluang di Pemilu legislatif nanti.

Saat berkunjung ke Tribun Manado, Surya Paloh diterima Pimred Ribut Rahardjo, Pemimpin Perusahaan Fahmi Setiadi, Manager Produksi Dion DB Putra dan Wakorlip Aswin Donald Lumintang.

Kedatangan Paloh ke Manado sendiri menghadiri pertemuan semua calon legislatif (caleg) Sulawesi Utara (Sulut) di Hotel Aryaduta Manado, Rabu (25/9/2013).

Kegiatan tersebut bertema orientasi calon anggota DPRD Provinsi dan kabupaten/kota Partai Nasdem Provinsi Sulut 'konsolidasi Partai menuju Pemenangan Pemilu 2014.'

Beri Rp 3 Miliar

Ketika membawa sambutan dalam acara orientasi calon anggota DPR, Paloh menegaskan, banyak hal termasuk reward dan punishment. Ia bahkan menyebut akan memberikan Rp 3 miliar kepada caleg yang berhasil memenangkan satu kursi ke Senayan alias bisa menuju ke DPR RI.

"Ini sudah menjadi komitmen DPP Partai Nasdem karena menyadari adanya persaingan partai dan pentingnya reward bagi kader-kader yang sungguh-sungguh berjuang," ungkapnya.

Demikian juga Surya Paloh menegaskan tentang asas kepatutan terkait isu dia maju sebagai calon presiden (capres) 2015-2020. "

"Ambisi jadi preiden? Saya ngak punya ambisi itu. Saya berambisi bikin Nasdem besar, bangsa ini maju, moral bangsa ini baik," ujarnya.

Namun demikian menurut Paloh, jika Nasdem masuk tiga besar partai pemenang pemilu maka sepatutnya ada capres yang akan diusung.

"Kalau partai nomor satu di negera ini itu bahkan wajib ada Capres dan akan aneh kalau tidak ada calon. Nah paling lucu sekarang kalau partainya belum jelas lalu mengklaim hasil survey sekian persen kekuatannya. Ini aneh," kata Paloh disambut tawa dan tepuk tangan peserta.

Acara ini dihadiri juga Ketua Badan Hukum DPP OC Kaligis, Sekjen DPP Nasdem Patrice Kapela, Ketua DPW Nasdem Sulut Meidy Sumerah  dan sejumlah pengurus pusat hingga dari daerah.

Ratusan caleg Nasdem hadir dengan menggunakan seragam dengan warna dominan biru. Beberapa caleg Nasdem yang hadir antara lain, Virgie Baker, Amelia Cinta Roring, Susan Undap dan lainnya.

Ada juga sejumlah pengurus partai yang datang. Pengurus partai sebagian besar tidak memilih menjadi caleg melainkan fokus mengurus partai dan menunjang kesuksesan caleg diwilayahnya masing-masing.(yudith rondonuwu)

Sumber: Tribun Manado 26 September 2013 hal 1

Hasil Sementara Pilkada Alor Putaran Dua

POS KUPANG.COM, KALABAHI -- Hasil sementara pemungutan suara Alor Putaran II yang berhasil dihimpun Pos Kupang dari sejumlah sumber menyebutkan Paket AMIN (Pasangan Amon Djobo-Imran Duru) mendominasi kemenangan di sejumlah Kecamatan yang ada di Pulau Alor. Paket AMIN juga menang di Kecamatan Pulau Pura.

Sementara Paket PELANGI (Pasangan Simeon Th. Pally-Nazarudin Kinanggi) menang di lima kecamatan di Pulau Pantar dan beberapa Kecamatan yang ada di Pulau Alor, seperti Alor Barat Daya (ABAD) dan Alor Selatan.

Sejumlah rekapan data sementara yang diterima Pos Kupang atas hasil perhitungan sementara ini, antara lain di Kecamatan Kabola Paket AMIN mengumpulkan 2.731 suara dan Paket PELANGI sebanyak 1.325 suara. Di Kecamatan Lembur, Paket AMIN raih 1.262 suara dan PELANGI dapat 1.160 suara.

Untuk Kecamatan Alor Barat Daya (ABAD), Paket AMIN raih  4119 suara dan PELANGI kumpulkan  4.758 suara. Data dari kecamatan ABAD ini diterima Pos Kupang, pada Kami malam dan  minus 3 tps yang belum masuk.

Di Kecamatan Alor Timur Laut, Paket AMIN untuk sementara memperoleh 2.612 suara dan Paket PELANGI 606 suara. Kecamatan Alor Timur, Paket AMIN kantongi 3.600 suara dan Paket PELANGI raih 509 suara. Kecamatan Pulau Pura, Paket AMIN koleksi 2.209 suara dan Paket PELANGI dapat 549 suara.

Sementara untuk kecamatan lainnya belum terhimpun datanya, namun Paket PELANGI menang dengan angka yang cukup signifikan juga di Pulau Pantar.

Hingga Jumat sore ini, pihak KPUD Alor yang dikontak Pos Kupang belum dapat memberikan data hasil perhitungan sementara. Pasalnya lembaga penyelenggara Pilkada itu tidak menyiapkan atau tidak mengumumkan hasil perhitungan sementara.

KPUD Alor baru akan mengumumkan hasil pilkada ini setelah digelar pleno perhitungan tingkat KPUD pada tanggal 1 atau 2 oktober 2013 nanti.*

Sumber: Pos Kupang

KPUD SBD Batalkan Kemenangan Markus-Dara Tanggu

ilustrasi
POS-KUPANG.COM, TAMBOLAKA - Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) mencopot kemenangan Markus Dairo Talu, S.H-Drs. Dara Tanggu Kaha (MDT-DT), dan menetapkan pasangan calon dr. Kornelius Kodi Mete-Drs. Daud Lende Umbu Moto (KONco OLE ATE) sebagai Bupati dan Wakil Bupati (Wabup) SBD terpilih periode 2013-2018.

Perubahan keputusan ini diambil saat KPUD SBD menggelar ulang rapat pleno rekapitulasi penghitungan suara pasangan calon bupati dan wakil bupati dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (Pilkada) SBD, Kamis (26/9/2013).

Rapat pleno dipimpin Ketua KPUD SBD, Yohanes Bili Kii, didampingi dua anggota KPUD, Marinus L Bilya dan Oktavianus Arnoldus Radjah. Anggota komisioner lainnya, Yakoba Kaha dan Petrus Wula, tidak hadir.

Pleno juga dihadiri Ketua Panwaslu Kabupaten SBD, Moses Gedha Bokol, saksi dari paket KONco OLE ATE dan paket Manis (Jacob Malo Bulu, BSc-John Mila Mesa Geli, SE, MM). Sedangkan saksi dari paket MDT-DT tidak hadir.

Ketua KPUD SBD, Yohanes Bili Kii, mengatakan, saksi paket MDT-DT diundang, namun mereka mengembalikan surat udangan yang dikeluarkan KPUD SBD.

Rapat pleno kali ini secara khusus melakukan rekapitulasi ulang perolehan suara pasangan calon bupati dan wakil bupati di Kecamatan Wewewa Barat dan Wewewa Tengah dengan merujuk pada hasil penghitungan ulang surat suara yang dilakukan Polres Sumba Barat untuk kepentingan tindak pidana Pemilukada.

Bili Kii membacakan perolehan suara pasangan calon berdasarkan hasil penghitungan ulang, sebagaimana tertera dalam dokumen resmi Polres Sumba Barat.  Di Wewewa Tengah, paket Manis meraih 1.068 suara, KONco OLE ATE 3.856 suara dan paket MDT-DT mendulang 11.454 suara.

Di Wewewa Barat, paket Manis 640 suara, KONco OLE ATE 3.270 suara dan paket MDT-DT mendulang 21.638 suara.  Dengan demikian, total perolehan suara pasangan calon (setelah ditambah dengan suara di sembilan kecamatan lainnya), maka Paket Manis meraih 10.759 suara atau 6,74 persen, KONco OLE ATE meraih 80.344 suara atau 50,38 persen dan MDT-DT meraih 68.371 suara atau 42,87 persen.

"Dengan ini, maka kami menetapkan pasangan calon nomor urut dua (KONco OLE ATE) sebagai pemenang Pemiluka SBD," ucap Bili Kii  disambut pakalaka (pekikan khas pria Sumba) serta tepuk tangan ribuan massa yang mengikuti rapat pleno dari balik pagar kantor KPUD SBD.

Dalam rapat pleno yang dimulai pukul 10.40 Wita dan berakhir pukul 12.30 Wita, KPUD SBD menghasilkan dua keputusan. Pertama,  Keputusan Nomor 48/Kpts/KPU-Kab-018.964761/2013 tentang Penetapan Perolehan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilukada SBD tahun 2013.

Kedua, Keputusan Nomor 49/Kpts/KPU-Kab-018.964761/2013 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilukada SBD tahun 2013.
Sebelum menghasilkan dua keputusan ini, KPUD SBD terlebih dahulu membuat berita acara tentang perolehan suara pasangan calon serta berita acara pasangan calon terpilih bupati dan wakil bupati.

Bili Kii mengatakan, pleno ulang dilakukan karena ditemukan bukti baru tentang perolehan suara pasangan calon di Wewewa Barat dan Wewewa Tengah. Pleno ini, lanjut Bili Kii, tidak bermaksud untuk membatalkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang telah menolak semua permohonan KONco OLE ATE.

Menurut Bili Kii, pleno ulang ini juga dilakukan atas dasar rekomendasi Panwaslu SBD yang memerintahkan mengubah data perolehan suara pasangan calon hasil pleno KPUD SBD  tanggal 10 Agustus 2013, setelah Panwaslu memperoleh bukti baru perolehan suara hasil penghitungan ulang yang dilakukan Polres Sumba Barat.

"Selain itu, dalam setiap keputusan, ada klausul yang menyatakan bahwa apabila di kemudian hari ada kekeliruan, maka keputusan ditinjau kembali. Jadi, kami harus mengoreksinya karena pleno sebelumnya cacat materiil," tandas Bili Kii, saat ditemui seusai rapat pleno.

Bagaimana kalau keputusan KPUD SBD digugat MDT-DT? "Silakan menempuh jalur hukum. Kami Siap," jawab Bili Kii.  Dijelaskannya, setelah rapat pleno ulang, KPUD SBD akan menyerahkan hasilnya kepada DPRD SBD untuk diproses lebih lanjut.

Ketua Panwaslu Kabupaten SBD, Moses Gedha Bokol mengatakan, dengan terbitnya keputusan baru KPUD SBD, maka keputusan sebelumnya tidak berlaku. "Bukti baru ini terungkap setelah Panwaslu meneruskan laporan pelanggaran pidana pemilukada kepada polisi. Jadi, perlu dilakukan revisi keputusan," kata Moses saat ditemui seusai rapat pleno.

Peristiwa Agung
Calon Wakil Bupati terpilih SBD, Daud Lende Umbu Moto, mengatakan, apa yang terjadi merupakan peristiwa yang agung dalam perjalanan demokrasi.  "Saat ini muncul kebenaran dan keadilan yang sesungguhnya. Apa yang terjadi di SBD menjadi contoh untuk daerah lain, dan untuk penegakan hukum dan demokrasi di  masa yang akan datang," katanya.
Ia mengingatkan semua pihak untuk saling mengerti dan memahami proses yang terjadi.

"Mari kita bersama-sama membangun SBD. Kalau ada yang tidak puas dengan keputusan KPUD SBD, silakan menempuh jalur hukum," ujar Umbu Moto.

Secara umum, pelaksanaan ulang rapat pleno oleh KPUD SBD berlangsung aman dan lancar. Ribuan massa mengikuti rapat pleno dengan tertib. Sementara, aparat keamaan, polisi, Brimob dan anggota TNI siap siaga. Setelah rapat pleno ditutup, massa membubarkan diri.

Untuk diketahui, Pemilukada SBD dilaksanakan 5 Agustus 2013 lalu. Pada tanggal 10 Agustus 2013, KPUD SBD menggelar rapat pleno menetapkan MDT-DT sebagai pemenang.

KONco OLE ATE menolak keputusan itu, dan menggugat KPUD SBD di Mahkamah Konstitusi (MK). Pada tanggal 29 Agustus 2013, MK memutuskan perkara perselisihan hasil Pemilukada SBD. MK menolak semua permohonan KONco OLE ATE selaku pemohon. MK menguatkan keputusan KPUD SBD.

Tanggal 12 September 2013, Polres Sumba Barat membuka 144 kotak suara dan menghitung ulang surat suara Pemilukada SBD, khususnya dua kecamatan bermasalah, yakni Kecamatan Wewewa Tengah dan Kecamatan Wewewa Barat. Upaya ini untuk kepentingan penyidikan tindak pidana pemilukada. Polisi menetapkan 18 orang tersangka, lima diantarannya anggota KPU SBD.

Kotak suara dimaksud sebelumnya dibawa ke Jakarta namun tidak jadi dibuka oleh MK. MK beralasan 144 kotak suara terlambat tiba. MK meminta kotak suara tiba tanggal 26 Agustus, namun baru terealisasi tanggal 27 Agustus malam sekitar pukul 19.00 WIB.

Hasil penghitungan ulang yang dilakukan polisi selama Kamis-Minggu (12-15/9/2013), diketahui ada perbedaan suara yang sangat menyolok dengan data perolehan suara pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati SBD hasil pleno KPUD SBD tanggal 10 Agustus 2013.

Perolehan suara

* Paket Manis 10.759 suara (6,74%)
* KONco OLE ATE 80.344 suara (50,38%)
* Paket MDT-DT 68.371 suara (42,87%)

Sumber: Pos Kupang

Banyak Jalan ke Roma

ilustrasi
SEJATINYA Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di negeri ini memiliki dua tugas utama sesuai perintah Undang-Undang yaitu mencegah dan menindak. Penindakan terus bergulir dari hari ke hari. Sudah banyak koruptor yang diproses hukum hingga mengantar mereka menjadi penghuni hotel prodeo alias penjara.

Dalam hal penindakan, langkah KPK sudah mendapat tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia. Di balik sejumlah kekurangannya, KPK telah menjadi lembaga penegak hukum yang paling  memenuhi rasa keadilan masyarakat. KPK tidak pandang bulu menindak siapa saja yang menggarong uang negara. KPK yang kini dipimpin putra Sulawesi  Selatan Dr Abraham Samad sudah di rel yang benar.

Bagaimana dengan langkah pencegahan? Tatkala berkunjung ke Manado pekan lalu Abraham Samad mengakui langkah pencegahan merupakan pekerjaan besar yang sedang dilaksanakan  KPK. Sejak tiga tahun lalu lembaga ini sudah menggulirkan program pendidikan antikorupsi bekerja sama dengan komunitas-komunitas serta institusi pendidikan formal mulai dari level PAUD hingga Perguruan Tinggi.
Langkah terbaru KPK pun patut kita apresiasi.  Seperti dikutip dari Antaranews.com, KPK meluncurkan Festival Film Antikorupsi (Anti-Corruption Film Festival-ACFFest) 2013 sebagai salah satu strategi kampanye antikorupsi.

"Dari hari ke hari ketika dilakukan penindakan ada proses reproduktif korupsi dan aktornya juga bertambah, maka pencegahan lewat pendekatan budaya menjadi penting. Film dipilih sebagai pendekatan budaya," kata Wakil Ketua KPK, Busyro Muqoddas, dalam jumpa pers di gedung KPK Jakarta, Selasa (24/9/2013).

Dalam ACFFest 2013, KPK memberikan ruang kepada masyarakat dan sineas di seluruh Indonesia mengikutsertakan karya filmnya yang diproduksi pada 1 Januari 2000 - 22 November 2013 dengan tema kejujuran, integritas, transparansi maupun perlawanan terhadap korupsi. Puncak fetival fim digelar pada peringatan Hari Antikorupsi Sedunia, 9 - 12 Desember 2013 di Jakarta dengan memutar film-film terbaik dan ditutup dengan penganugerahan bagi pemenang.

Banyak jalan ke Roma! Kira-kira begitu pesan yang kita tangkap dari langkah KPK menggelar festival film tersebut. Bisa dimaklumi mengingat gema gaung pendidikan antikorupsi masih terdengar sayup dan samar. Dia belum menjadi agenda besar bangsa ini yang merindukan suatu saat nanti Indonesia dapat dipandang sebagai bangsa yang bersih dari gurita korupsi.


Kita melihat KPK seperti dibiarkan jalan sendiri. Kita belum melihat gelagat serius dari stake holder lainnya untuk bersama-sama KPK tiada henti menanamkan sembilan nilai dasar antikorupsi kepada anak-anak  Indonesia sejak usia dini. Membentuk karakter bangsa yang menjunjung tinggi prinsip jujur dan adil memang tidak mudah. Tetapi kalau tidak dimulai sekarang, maka Indonesia akan terus berkubang dalam lumpur stigma buruk sebagai negara terkorup di dunia. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Spirit itu mesti terus kita gelorakan di medan perang melawan gurita korupsi di bumi Ibu Pertiwi. *

Sumber: Tribun Manado 26 September 2013 hal 10


Kefa

MUNGKIN kejadian ini telah sirna bersama sang waktu, dilupakan atau luput dari perhatian karena dipandang wajar dan biasa-biasa saja. Di suatu kabupaten hasil pemekaran di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pemerintah daerah amat bersemangat dalam membangun. Mereka bangun dua kantor bupati sekaligus. Waw!

Setelah mekar dari kabupaten induk dan mendapat wewenang mengurus dapur sendiri, pemerintah daerah itu bangun kantor bupati. Sesuai ketentuan yang berlaku bupati pertama tak lama memimpin. Saat dia pergi, kantor bupati nan megah itu belum tegak berdiri. Bupati kedua berjubah diksi definitif tampil lebih percaya diri karena rakyatlah yang memilih. Bukan melanjutkan pembangunan kantor yang belum rampung, bupati baru justru bangun kantor baru. Letaknya pun persis di samping kantor terdahulu. Tercatatlah dalam sejarah Flobamora, dua bupati dua kantor. Hebat ko!



Kampung besar ini memang ganjil tuan dan puan. Keganjilan tidak berhenti di situ. Di kabupaten lain lagi seorang bupati membangun dua kantor. Yang satu dipakai, yang lain tegak berdiri bersama ilalang, dihuni cecak, tikus, kalajengking dan ular. 



Lebih top lagi rumah jabatan pemimpin di ibukota propinsi, megahnya bukan main. Jika kita menganut sistem kerajaan, rumah itu pantaslah disebut istana. Istana berdinding putih dengan halaman luas dan landai. Istana itu dibangun dengan dana miliaran rupiah dari APBD. Rancang bangunnya indah tiada tara. Nasibnya sungguh luar biasa, kawan. Sejak selesai dibangun dia berubah nama menjadi rumah hantu. Pemerintah kota propinsi dengan bangga mencacatnya sebagai aset daerah. Jadi, siapa bilang beranda Flobamora miskin papa? Buktinya kita sangat kelebihan uang sehingga uang lebih tersebut dialokasikan dengan riang untuk membangun rumah hantu nan megah. Ko Kupang na!

Ikhwal membangun gedung baru kita memang piawai. Urusan merawat dan memelihara, nol besar. Begitulah tuan dan puan, antara lain pernak-pernik zaman pemilu kada. Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah oleh rakyat Indonesia secara langsung, umum, bebas dan rahasia. Semenjak otonomi daerah bergulir diikuti maraknya pemekaran wilayah serta pemilu kada kian banyak saja keganjilan di sekitar kita. Sandiwara politik berjingkrak-jingkrak menguliti etika dan moral. Dan, dendam kesumat membara hingga tujuh turunan. 

Atas nama dendam kantor lama tak dirawat. Karena dendam pula fasilitas negara dibiarkan merana. Gedung pemerintah mubazir dianggap bukan tragedi di ini negeri yang membangun saban tahun dengan utang tujuh turunan. Kelewat biasa hingga kita buta mata. Jangan-jangan kebakaran kantor pemerintah di kampung besar Flobamora terdorong spirit yang sama jua. Yang sudah ada dibumihanguskan biar ada alasan bangun baru. Ada proyek baru. Atau bakar kantor demi menghilangkan jejak buruk, dugaan korupsi kelas kakap misalnya? Walahualam.

Alam pemilu kada sungguh menyesakkan dada. Pemilu tiba kemesraan menebar, tawa berderai. Orang ramai berdua-duaan, makan sepiring, tidur sebantal, susah dan senang sama-sama nikmat. Tahun pertama asyik-masyuk berbulan madu. Tahun kedua tidur bertolak punggung, tahun ketiga tak lagi seranjang, tahun keempat pisah rumah, tahun kelima ini dadaku, mana dadamu. Lu jual beta beli. Siapa takut? Tentu beta tidak memungkiri pasangan yang akur sampai akhir bahkan tetap sehati sesuara hingga periode kedua. Tapi jumlah mereka langka nian di beranda Flobamora. Bisa dihitung dengan jari.

Setiap musim pemilu kada tiba, saudara-saudariku anggota Korpri sebagai salah satu dari lima kekuatan sosial politik di negeri ini merasa terjebak dalam pusaran memabukkan. Cukup sering harus makan buah simalakama. Tidak makan ayah mati, kalau makan ibu mati. Maka mereka memilih jalan derita ini, daripada basah lebih baik mandi sekalian. Mau hancur ya hancurlah. Anggota tim sukses kemudian menjadi "tupoksi" baru pegawai negeri sipil (PNS) sejak pemilu kada langsung bergulir tahun 2005. Nonsense prinsip PNS itu netral. 

Setahun atau dua tahun menjelang musim pemilu kada, PNS terutama mereka yang menduduki jabatan strategis untuk mendulang suara mulai terkotak-kotak, mendukung si A yang sedang berkuasa atau melirik figur lain yang dianggap lebih berpeluang menang. Suasana lazimnya makin membara manakala bupati dan wakil bupati terlibat rivalitas. Kasak-kusuk di lingkup birokrasi pun kurang lebih berdengung demikian. Eh, dia itu orangnya pak bupati. Kalau yang ini jangan korek bung. Maklum tim sukses pak wakil...

Menjelang pemilu kada hampir seluruh gerak pejabat birokrasi selalu dihubung-hubungkan dengan pesta demokrasi lima tahunan tersebut. Jika dianggap sudah tidak sejalan lagi dengan yang sedang memimpin, bukan mustahil akan terkena mutasi. Dinonjobkan. Sebaliknya bila tuan dan puan tetap setia pasti disanjung dan dimanja-manja. 

Begitu hebatnya sanjungan sampai-sampai si bos tutup mata meski tuan yang memimpin SKPD tertentu gagal total melayani masyarakat. Tim sukses kok dilawan. Tidak penting penilaian berbasis kinerja yang kencang digaungkan di mana-mana. Lebih dari itu energi birokrasi nyaris tersedot habis untuk pesta demokrasi. Begitu kuatnya semangat menyedot sampai-sampai kas daerah kosong melompong dan pemerintah tidak malu meminjam dana dari pihak ketiga. Mereka tetap menyebut ini peristiwa bermartabat. He-he-he...

Aneka keganjilan tidak cuma terjadi menjelang pemilu kada. Pasca pemilu kada pun setali tiga uang. Mutasi biasanya menjadi pekerjaan pertama pasangan pemenang. Prinsip yang mereka anut adalah: babat, gusur dan sikat. Babat semua lawan politik. Gusur semua yang tidak mendukung. Sikat siapa pun yang bukan orang kita. 

Pasca pemilu kada mereka yang menang tertawa ngakak. Yang kalah perang gundah gulana. Yang masuk tim sukses paket pemenang naik pangkat, raih kedudukan. Anggota tim sukses yang "tidak sukses" masuk kotak. Lalu, bagaimana menurut tuan dan puan peristiwa hangat yang kini menggegerkan Kefa, ibukota Kabupaten Timor Tengah Utara? Maaf, beta no comment saja.

Hari-hari ini Flores Timur dan Lembata bersibuk ria menyiapkan diri menuju hari puncak pemilu kada. Beta ingat kata-kata seorang teman di Senayan. Politikus itu wataknya sama di mana-mana. Mereka merasa boleh bohong dan boleh salah. Pilih pemimpin atau politikus. Terserah tuan dan puan. Kalau mau ditipu pilihlah politikus. Salam babat, gusur dan sikat. Hai Flobamora, kita hidup di zaman batu atau iPad ya? (dionbata@yahoo.com) 

Pos Kupang, Senin 9 Mei 2011 halaman 1

Kenangan Indah Bung Karno di Negeri Ratu Cleopatra

Bung Karno
"Qariyah Firaun" atau Kampung Firaun (Pharaoh Village), pulau mini di tengah Sungai Nil yang menjadi salah satu objek wisata Kota Kairo itu tampak ramai pada Kamis (12/9/2013).

Daratan yang dijadikan wilayah konservatif bernuansa "Kampung Mesir Kuno" tersebut menampung aneka ragam replika, benda warisan budaya sejak masa Firaun hingga era Mesir modern mencakup di antaranya Museum Ratu Cleopatra, Museum Presiden Gamal Abdel Nasser, dan Museum Presiden Anwar Saddat.

Pintu masuk Kampung Firaun dilalui dari sisi barat Sungai Nil dari Giza dengan berkendara feri mini sekitar lima menit perjalanan.

"Apakah kamu dari Malaysia?" sapa Gaballah Sharif, seorang pria segar bugar berusia 67 yang duduk di samping Antara di atas kapal feri.

"Bukan, saya dari Indonesia, ingin mengunjungi Museum Presiden Gamal Abdel Nasser," jawab Antara.

"Oooh Ahmad Soekarno!", ujar Sharif spontan sambil senyum hangat dan mengulurkan jabat tangan dengan eratnya.

Suara sapaan Sharif yang cukup keras menarik perhatian orang-orang sekitar, termasuk wajah istrinya yang duduk berhadapan juga terlihat ceria memandang jabat tangan erat tersebut.

Mohamed Sharif dan istrinya saat itu bersama rombongannya yang ramai dan hiruk-pikuk mendampingi pengantin baru, yang hendak berpesta kenduri di Kampung Firaun.

"Ahmad Soekarno wa Gamal Abdel Nasser kedaa!," tutur Sharif sembari mengacungkan jempol tangan kanannya, tanda salut.

Penyebutan nama Ahmad Soekarno secara spontan serupa terjadi ketika Antara memperkenalkan diri saat masuk ke Museum Gamal Abdel Nasser.

"Aiwa, shuurah Ahmad Soekarno, rais baladkum maugud henaa" (Ya, foto presiden negara anda juga ada di sini," ujar Aishah, staf Museum Gamal Abdel Nasser.

Wanita muda berkerudung motif bunga mawar kemerahan itu langsung memandu Antara untuk melihat foto Bung Karno tergantung di ruang khusus yang menampilkan foto-foto Presiden Nasser bersama presiden-presiden sejawatnya dari berbagai negara.

"Di museum ini hanya ada satu foto setiap presiden negara asing berpotret bersama dengan Presiden Nasser," tutur Aishah.

Di foto tersebut Bung Karno dalam posisi duduk, diapit oleh Nasser dan Perdana Menteri China Zhou Enlai ketika Konferensi Asia Afrika di Bandung pada April 1955.

Ada juga foto tunggal Nasser di sebuah taman di Bandung tertulis, "Kunjungan luar negeri pertama Nasser saat menghadiri Konferensi Asia Afrika di Bandung-1955".

Selain Bung Karno, di ruang itu juga memajang potret Nasser bersama, antara lain PM India Jawaharlal Nehru, Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, dan Presiden AS John F Kennedy.

Tampak juga foto Nasser dengan kalangan tokoh kesohor dunia seperti kosmonot pertama Rusia Yuri Gagarin dan petinju legendaris AS Muhammad Ali dalam kunjungannya ke Kairo pada 1964, di sampingnya ada foto Muhammad Ali memukul KO (knockout) petinju Sonny Liston pada menit pertama di ronde pertama, 25 Mei 1965.

Adapun di Museum Presiden Anwar Saddat hanya ada satu-satunya foto dari presiden Indonesia, yaitu Bung Karno, tanpa ada Presiden Soeharto.

Padahal dalam kunjungan pertamanya ke Mesir pada September 1977, Presiden Soeharto disambut hangat Presiden Saddat di tangga pesawat di Bandara Kairo.

Pak Harto didampingi Ibu Tien juga secara khusus berkunjung ke kediaman Presiden dan Ibu Negara Gihan Saddat di Kairo.

Lawatan Presiden Soeharto yang terekam dalam buku "Jauh di Mata Dekat Di Hati: Potret Hubungan Indonesia-Mesir" (KBRI Kairo, 2009) itu tujuannya untuk menggalang dukungan menyangkut integrasi Timor Timur dan mempererat hubungan bilateral kedua negara.

Sementara di foto Bung Karno, Presiden RI pertama tersebut sedang berdiri dan berbicara dengan memegang mikrofon, sementara Saddat bersama sejumlah perwira militer mendampinginya.

Potret Bung Karno tersebut ketika Saddat masih berpangkat Letnan Kolonel ketika mendampingi kunjungan Bung Karno ke kota wisata Alexandria saat lawatan pertama ke Mesir pada Juli 1955.

Keterangan di bawah foto itu tertulis dalam bahasa Arab dan Inggris, "Foto lawatan pertama Presiden Ahmed Sukarno ke Mesir tahun 1955 ketika didampingi Letkol Anwar Saddat berkunjung ke Alexandria."

Kunjungan Bung Karno ke kota wisata Alexandria di pesisir Laut Mediterania ini tidak terekam dalam buku "Jauh di Mata Dekat di Hati: Potret Hubungan Indonesia-Mesir".

Kunjungan pertama Bung Karno ke Mesir berlangsung hanya tiga bulan setelah Konferensi Asia Afrika di Bandung yang dihadiri Nasser, dan kunjungan terakhir ke Kairo pada Juni 1965, atau hanya tiga bulan menjelang peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Setiap lawatan Bung Karno ke Negeri Lembah Nil itu disambut meriah sejak setibanya di Bandara Kairo hingga kepulangannya.

Surat kabar Mesir Al Ahram pada 20 Juli 1955 menggambarkan kunjungan pertama Presiden Soekarno itu disambut gegap-gempita oleh masyarakat yang berdiri di pinggir jalan dari Bandara hingga istana tempatnya menginap.

"Seolah seluruh rakyat Mesir keluar rumah menyambut kedatangan Presiden Indonesia. Sepanjang jalan yang dilalui Presiden Soekarno dipenuhi rakyat segala umur".

Bahkan, katanya, balkon-balkon apartemen penduduk dipadati manusia untuk memberi penghormatan terhadap Sang Tamu Agung dengan melambaikan bendera mini Mesir dan Indonesia.

Spanduk dan bendera kedua negara menghiasi jalan-jalan kota Kairo sehingga bertambah semarak penyambutan Presiden Soekarno, demikian Al Ahram.

Penghormatan Mesir terhadap tokoh proklamator itu tidak hanya semasa menjabat presiden, tapi juga setelahnya.

Ketika Bung Karno wafat pada 21 Juni 1970, Presiden Gamal Abdel Nasser menyatakan Mesir berkabung dengan menaikkan bendera setengah tiang di kantor-kantor pemerintah.

Presiden Nasser juga menggirimkan kawat belasungkawa kepada Presiden Soeharto atas wafatnya Bung Karno, tulis koran Al Ahram, 22 Juni 1970.

Hanya tiga bulan setelah Bung Karno wafat, Presiden Nasser juga menyusul kembali ke Sang Khalik pada 28 September 1970.

Era Bung Karno dan Nasser dikenal sebagai masa keemasan hubungan Indonesia-Mesir, dan hal itu selalu terungkit setiap pertemuan bilateral kedua negara.

Hubungan erat kedua bangsa terjalin sejak Mesir tercatat sebagai negara pertama di dunia mengakui Kemerdekaan Republik Indonesia dari jajahan asing.

Penghormatan pemerintah dan rakyat Mesir kepada Bung Karno diabadikan dalam bentuk nama jalan di ibu kota Negeri Ratu Cleopatra, yang bertulis dalam bahasa Arab dan Inggris, "Syari` Ahmad Soekarno/Ahmed Sokarno Street" di Distrik Agouza, Kairo Barat.

Bung Karno memang memiliki kenangan indah di Negeri Seribu Menara tersebut.

Kenangan manis itu tercermin dalam kata-kata terakhir Bung Karno kepada Presdien Nasser saat meninggalkan Kairo menuju Jeddah, Arab Saudi, untuk ibadah Umrah, berbunyi: "Saya berharap bisa bertemu anda kembali dalam waktu dekat".

Itulah sebabnya presiden pertama RI berkunjung ke Negeri Ratu Cleopatra itu sebanyak enam kali yaitu pada 1955, 1958,1960, 1961, 1964, dan 1965.

Mesir dijuluki sebagai Negeri Ratu Cleoptra karena terkenal dalam sejarah memiliki ratu tercantik yang merupakan dinasti terakhir Kerajaan Firaun.

Akibat kecantikannya itu, Cleopatra diperebutkan oleh para emperor Romawi, khususnya Julius Caesar dan Mark Antony.

Julius Caesar yang sempat mempersunting Cleopatra dan memiliki satu putra, Caesarion, dibunuh oleh sekelompok anggota senat pimpinan Marcus Junius Brutus pada 15 Maret 44 Sebelum Masehi.

Dalam Museum Celeopatra terdapat lukisan Sang Ratu berbaring di ranjang saat detik-detik terakhir hidupnya dengan bunuh diri lewat gigitan ular berbisa yang dipegangnya pada 12 Agustus 30 Sebelum Masehi. (Munawar Saman Makyanie/Antara)

Sumber: Tribun Manado

Polisi Kembali Menjadi Korban

KASUS penembakan terhadap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)  kian  masif dan brutal. Setelah insiden di Pondok Aren Jakarta pekan silam yang menewaskan dua orang, kasus penembakan teranyar menimpa Bripka Sukardi, anggota  Provost Mabes Polri.

Sama seperti modus peristiwa sebelumnya, Sukardi ditembak orang tak dikenal di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Selasa (10/9/2013) sekitar 22.20 WIB.  Saat ditembak, Sukardi sedang mengendarai sepeda motor Honda Revo B 6671 TXL warna merah. Saat itu Sukardi sedang mengawal truk. Dia ditembak tiga kali di bagian dada dan perut. Sukardi langsung meninggal dunia di lokasi kejadian.

Menurut saksi mata yang juga anggota polisi, ada dua orang pelaku penembakan terhadap Sukardi. Setelah melepas tembakan beruntun, kedua pelaku yang berboncengan dengan sepeda motor matic warna hitam langsung melarikan diri. 
Sampai hari ini polisi belum berhasil mengungkap motif serta tersangka pelaku penembakan di Pondok Aren. Tim khusus yang dibentuk pimpinan Polri agaknya kesulitan mendeteksi jejak para pelaku serta motif penembakan terhadap anggota Polri yang sudah berulangkali terjadi di berbagai daerah di tanah air.

Menyimak fakta kejadian selama ini para pelaku patut diduga merupakan kelompok orang-orang terlatih. Mereka profesional dalam mengincar calon korban dan cara menghabisinya. Setelah beraksi mereka pung piawai menyembunyikan jejak sehingga sulit tertangkap.

Sebagai warga  masyarakat bangsa ini kita mulai diliputi keragu-raguan akan ketangguhan aparat kepolisian kita. Jika institusi Polri sendiri gagal melindungi diri dari ancaman terhadap personelnya, bagaimana mereka bisa melaksnakan salah satu tugasnya sebagai pelindung masyarakat?  Kiranya insiden penembakan anggota polisi yang sudah puluhan kali terjadi di Indonesia tidak dipandang remeh oleh institusi Polri. Kewibawaan Polri sedang diuji, apakah mampu keluar dari krisis ini secara elegan tanpa melahirkan masalah baru yang jauh lebih rumit.

Pembunuhan anggota polisi menggunakan senjata api pun menebarkan teror baru bagi masyarakat. Kita sampai pada satu fakta konkret tentang peredaran senjata api di tengah masyarakat. Kalau orang sipil begitu leluasa memiliki senjata api, maka kasus penembakan di negeri ini bukan mustahil akan semakin menjadi-jadi. Orang yang bermusuhan bisa saja memainkan timah panas guna melumpuhkan lawannya.
Kalau demikian di manakah hukum berada?  Di mana peran negara?

Tanggung jawab negara yang paling utama adalah melindungi warganya dari segala jenis ancaman baik dari dalam maupun dari luar negeri. Perlindungan itu merupakan kebutuhan dasar masyarakat agar mereka dapat melaksanakan aktivitasnya sehari-hari dengan nyaman. Kita berharap aparat kepolisian tidak patah semangat menyikapi teror penembakan akhir-akhir ini. Patah satu tumbuh seribu. Polri jangan sampai kalah melawan kejahatan! *

Sumber: Tribun Manado 12 September 2013 hal 10

Kota Manado Seperti Desa Besar

MANADO,TRIBUN -  Kerusakan jalan di Kota Manado, baik jalan protokol maupun jalan penghubung sungguh menodai tata wajah ibu kota Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) ini. Siapapun yang jalan-jalan di kota ini akan menikmati ketidaknyaman. Manado pun tak ubahnya seperti sebuah desa besar.

Demikian pandangan pengamat tata kota Dr Veronica Kumurur kepada Tribun Manado, Selasa (30/4/2013). "Jalan rusak tentu saja berpengaruh pada estetika Kota Manado. Ini bikin kacau kota, " kata Kumurur.

Ia menganalogikan fakta jalan rusak di tengah pesatnya pembangunan Kota Manado seperti seorang gadis yang sudah berdandan cantik tapi memakai baju  robek. "Manado itu sudah tidak kalah dengan kota besar lainnya di Indonesia. Jika jalannya rusak maka wajah kota itu sendiri tidak lagi indah," tuturnya.

Jalan rusak di Manado, kata Kumurur,  tak hanya melanda jalan penghubung tapi juga jalan protokol seperti jalan Sam Ratulangi dan Piere Tendean. "Dengan kondisi seperti ini, Manado terlihat seperti desa besar. Jalan-jalan desa justru lebih bagus daripada jalan di Kota Mando," ucapnya.

Menurut dia, penggalian pipa oleh Pemko Manado beberapa waktu lalu, menjadi satu di antara penyebab rusaknya jalan jalan protokol ini. "Selesai proyek galian, pemerintah tidak perbaiki seperti keadaan sebelumnya," katanya, Selain, berpengaruh terhadap keindahan kota dan kenyamanan warga, kerusakan jalan juga berpengaruh terhadap mobilitas kendaraan. "Diharapkan pemerintah segera memperbaiki agar  wajah Kota Manado bisa sama indahnya dengan pembangunan yang begitu pesat di segala bidang," demikian Kumurur.

Pertanyaan berikut yang menarik adalah mengapa hampir semua jalandi Kota Manado, entah klasifikasi jalan negara, jalan provinsi, kabupaten maupun jalan desa umumnya rusak? Konsultan Pembangunan Sipil Sulut Ir Isak Sugeha mengingatkan pemerintah dan parlemen lebih serius mengawasi pembangunan infrastruktur vital itu. Sebab menutut analisisnya, banyak jalan di Sulut dibangun dengan kualitas di bawah standar ideal. "Banyak kualitas jalan di Sulut di bawah standar. Hal ini terjadi kadangkala ada unsur ketidakbenaran dalam proses tender," ucap Sugeha yang juga menjabat Koordinator Ikatan Nasional Konsultan (Inkindo) Bolmong Raya ini.

Anggota DPRD Kotamobagu itu menyatakan, banyak modus yang ditempuh hingga menurunkan kualitas jalan. "Dalam proses tender kadang ada permainan panitia dan kontraktor. Banyak modus namun yang sering menyangkut penurunan spesifikasi material jalan," katanya. Menurut Sugeha, demi menang tender kontraktor mengabaikan harga penawaran. Bahkan ada kejadian, penawaran yang diajukan turun 20 persen dari pagu.  "Coba bayangkan pagu anggaran dibuang 20 persen," ujarnya.

Sugeha menjelaskan, semisal pagu anggaran Rp 1 miliar untuk pembuatan jalan. Jika  dibuang 20 persen dana tersisa untuk pembangunan tinggal Rp 800 juta "Belum lagi cost keluar setelah itu, apalagi kalau ada deal-deal tertentu dengan pengawas proyek, terjadi sesuatu yang di luar komitmen. Boleh jadi volume pekerjaan tidak sesuai spesififkasi," ujarnya. Hal-hal itulah, kata Sugeha yang membuat kualitas jalan di Sulut usianya tidak panjang. "Karena formula materialnya tidak sesuai berpengaruh  pada kualitas proyek, " ujarnya

Lanjut Sugeha, setiap jalan itu ada kualifikasinya, yakni jalan nasional, provinsi, dan kota/kabupaten. Setiap kualifikasi itu punya standar berbeda. Yang jadi persoalan, kata dia, standar jalan nasional dibuat sekelas jalan provinsi atau jalan kabupaten/kota.

"Jika jalan nasional igunakan standar provinsi atau kabupaten/kota, dampaknya arus lalu lintas kendaraan muatan melebihi standarisasi. Otomatis mempercepat tingkat kerusakan jalan karena tidak sesuai beban yang dilewati kendaraan," ungkapnya. Dalam pembangunan jalan, Sugeha menekankan pentingnya drainase karena ikut  mempengaruhi ketahanan jalan.

Lempar Tanggung Jawab


Terkait kerusakan jalan Wakil Ketua Komisi C, DPRD Kota Manado Arudji Radjab mengkritisi sikap pemerintah yang cenderung saling melempar tanggung jawab terkait klasifikasi jalan. Ketika ada keluhan dari warga, pemerintah daerah kerap berdalih jalan protokol itu tanggung jawab pemerintah pusat atau pemerintah provinsi, bukan tanggung jawab pemerintah kota/kabupaten. Hal semacam ini, kata Radjab, menunjukkan koordinasi di level pemerintah daerah lemah.

"Saya sudah beberapa kali memberikan penjelasan kepada masyarakat terkait tugas PU bahwa untuk perbaikan jalan ada klasifikasinya. Namun, kita tidak bisa mengharuskan masyarakat paham tentang hal itu. Masyarakat tahunya ketika ada jalan yang rusak pemerintah harus cepat bertindak untuk memperbaikinya," jelas Arudji, Senin (29/4/2013).

Arudji mengatakan, lemahnya koordinasi pemerintah membuat masyarakat bingung harus mengadu kepadasiapa.

 "Jalan di Kota Manado selalu menjadi persoalan dan masyarakat bingung harus mengadu kepada siapa. Makanya saya selalu menjelaskan kepada masyarakat bahwa jalan ada klasifikasinya dan perlu koordinasi dari Dinas PU Manado, Dinas PU Provinsi bahkan dengan Balai Jalan Nasional (BJN)," tambahnya.

Koordinasi yang dimaksudkan agar semua pihak memperhatikan semua jalan yang sudah rusak sebagai prioritas. Sebagai ibu kota provinsi, jika ada jalan rusak di Kota Manado maka itu menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi, kota dan BJN. "Untuk itu pemerintah tidak perlu saling melempar tanggung jawab karena pemko, pemprov  dan BJN pasti tahu itik-titik jalan yang sudah rusak," ujarnya. (aro/ryo/nty)


Sumber: Tribun Manado 3 Mei 2013 hal 1

Woda Rasi, Tokoh Kebanggaan Ata Lise

Dion Dosi Bata Putra
KAMI anak cucunya di Suku Lise (Lio - Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur)  sangat akrab dengan nama tokoh ini. Di masa kecil, ketika bangun pagi sambil memanggang diri di perapian guna mengusir dingin, orang-orang tua selalu menceritakan tentang sosok Woda Rasi. Juga dalam berbagai acara kalau sedang kumpul banyak orang. Woda Rasi menjadi buah bibir dan bahan cerita tutur turun temurun.

Menurut ayahku Thomas Bata tokoh ini patut dicatat khusus dalam sejarah orang Lise, siapa pun Anda. Dialah yang memiliki dan menguasai lahan tanah persekutuan sangat luas di wilayah Lise.

Warga Kecamatan Lio Timur dan Kota Baru  dan sebagian Wolowaru adalah anak cucu Woda Rasi atau kerap juga disebut Woda Kumi Merah. Disebut demikian karena Putra Bungsu Rasi Leu tersebut  kumisnya berwarna kemerah-merahan seperti rambut jagung.

Walaupun anak bungsu dari enam bersaudara putra Rasi Leu, Woda dikenal sebagai petualang yang berani. Dia juga memiliki kemampuan berperang dengan suku atau kampung yang lain. Kemampuan berperang ini pula yang membuat Woda Rasi memiliki lahan pertanian sangat luas yang dikenal dengan julukan: Eko Take Tola Ndale - Ulu Soe Endo Mbawe. 

Artinya, ekor atau ujung tanah Woda Rasi adalah Tana Tola (Lia Tola) dan Mau Ndale di pantai selatan Flores dan kepala tanahnya di Tana Endo dan Mbawe di pesisir utara Pulau Flores.   Agar kau tidak bingung, Tola Ndale itu letaknya di wilayah Kecamatan Lio Timur, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur saat ini. Sedangkan Endo Mbawe lokasinya di Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Ende.

Tanah Woda Rasi itulah yang dia wariskan secara turun-temurun kepada anak cucunya Ata Lise sampai sekarang. 

Woda Rasi memiliki tiga orang putra yakni Wangge, Mbete dan Senda. Generasi ketujuh sejak kedatangan dari Malaka ini bermukim di Kampung Nua Tu yang menjadi kampung besar pertama seluruh orang Lise.

Kampung Nua Tu kini masih ada dan masuk dalam teritori Desa Lisedetu, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende. Menurut penuturan ayahku serta sejumlah mosalaki di persekutuan Lise Tana Telu, sejak zaman  Lio Laka sampai dengan generasi kedelapan yaitu Woda Mbete dan lima saudaranya, keturunan Woda Rasi bermukim di Kampung  Nua Tu tersebut.

Pada generasi kesembilan sejak kedatangan dari Malaka, seiring dengan pertambahan populasi penduduk, anak Woda Mbete masing-masing Tani, Mbete, Dosi, Senda, Kewa dan Kemba, lokasi pemukiman makin menyebar ke utara, timur dan selatan. Hal ini dapat dimengerti karena pada masa itu mereka berkebun dan berburu lalu mulai membangun pondok tinggal di kebun atau daerah sekitar kebunnya.

Itulah cikal bakal adanya perkampungan baru. Tani Woda dan keturunannya memilih tinggal di Rate Nggoji (masuk wilayah Desa Tani Woda, Kecamatan Kotabaru sekarang), Mbete Woda di Wololele A, Dosi Woda di Mulawatu (desa Fatamari, Kecamatan Lio Timur), Senda Woda atau Senda Lo'o memilih kampung Ranggatalo, Kewa tinggal di Wolomage, Desa Fatamari, Lio Timur.

Sejak generasi kesembilan ini pemukiman menetap dan bertahan  turun-temurun sampai sekarang. Jika hitungan satu generasi berperiode 60 tahun misalnya, maka generasi kesembilan orang Malaka (orang Lise) sekitar tahun 900 atau 1.000 atau abad ke-10. Karena itu perkampungan di wilayah Lise umumnya berusia tua. Demikian pula dengan warisan dan peninggalan nenek moyang yang lestari sampai sekarang.

Peninggalan nenek moyang yang masih ada sampai sekarang, beberapa bisa disebut di sini. Bhaku Rate (rumah kecil tempat menyimpan peti tulang-belulang nenek moyang), Hanga (halaman rumah atau lapangan, tempat digelar pesta adat syukur atau menang perang). One ria tenda bewa (rumah besar tempat tinggal mosalaki/ria bewa).

Sue wea (emas 24 karat) dalam beragam bentuk dan motif dan gading gajah. Gading dalam kepercayaan orang Lise bisa beranak pinak. Karena itu, para gadis dilarang keras tidur di rumah adat yang menyimpan gading. Kalau larangan itu dilanggar, si gadis akan dikawini oleh gading tersebut. Pembuktian keyakinan ini agak irasional tetapi masih diyakini hingga kini. Masih banyak kisah yang  akan kurekam dan kucatat untuk dibagikan kepada siapa saja terutama saudara-saudariku sesama keturunan Woda Rasi. Salam Lise! *

Di sini kutulis tentang asal-usulku. Juga kucatat penggalan-penggalan kisah leluhur. Aku bagian dari darah daging mereka yang ada dan mengalir adanya hingga anak cucu Lise mendatang.

Dion Dosi Bata Putra
Embu Woda, Ana Mbete, Wewa Tani Woda, Mamo Ngaba Tani, Benge Dede Dosi, Putra Bata. Gelombang yang tiada henti bergelora dalam arus zaman.

Ayub Titu Eki-Korinus Masneno Menang Satu Putaran

 Calon Bupati Terpilih Kabupaten  Kupang 2014 - 2019
Pasangan Ayub Titu Eki-Korinus Masneno (YURI) menang telak dalam Pilkada Kabupaten Kupang 2013.  Paket ini berhasil 'mengkanvaskan' enam paket lain sebagai pesaingnya dalam perolehan suara.

Hasil rekapitulasi oleh KPUD Kabupaten Kupang memastikan paket YURI  mengumpulkan 63.229 suara atau 44,10 persen dari total pemilih dalam DPT sebanyak 193.337 orang. Dengan demikian Pilkada Kabupaten Kupang dipastikan berlangsung cuma satu putaran.

Rapat pleno rekapitulasi dibuka oleh Ketua KPUD Kabupaten Kupang, Hans Louk, didampingi empat anggotanya, Imanuel Ballo, Migel E Nitbani, Octovianus DJ La'a dan Johanes Tunbonat. Rapat pleno digelar di gedung pertemuan Gereja Elim Oesao, Kamis (12/9/2013) siang.

Rapat pleno rekapitulasi ini tidak dihadiri para saksi dari tiga paket lainnya yaitu Manora (Steven Derven Manafe-Maher S.H. Ora), Abdi (Alexander Foenay-Beny R Ndoenboey) dan Ataupah-Kase (Melitus Ataupah-Soemin Kase).

Tidak ada pemberitahuan resmi kepada pihak KPU kenapa para saksi dari tiga paket itu tidak hadir.  Sedangkan saksi dari empat paket lainnya tetap hadir dan membubuhkan tandatangannya dalam berita acara pleno rekapitulasi perolehan suara.

Dalam proses rekapitulasi Kamis siang, saksi dari Paket Sahabatku sempat mengajukan protes keras soal mekanisme rekapitulasi perolehan suara sementara di tingkat PPK.

Saksi mengungkapkan saat rekapitulasi di tingkat PPK mereka tidak mendapat surat undangan dari PPK. Namun dijelaskan bahwa surat undangan telah disediakan namun alamat sekretariat tim sukses tidak jelas dan siapa yang bertanggungjawab menerima surat undangan itu pun tidak jelas.

"Saksi dari tiga paket yang tidak hadir dan tidak membubuhkan tandatangan dalam berita acara tidak mempengaruhi hasil pleno hari ini. Hasil pleno rekapitulasi hari ini sah adanya," tandas Jubir KPUD Kabupaten Kupang, Imanuel Ballo, saat dihubungi Kamis malam.

Dari rapat pleno rekapitulasi penghitungan hasil perolehan suara pasangan cabup-cawabup Kupang, Kamis siang, Ballo menegaskan paket Yuri dipastikan menang mutlak satu putaran dalam pilkada Kabupaten Kupang. "Dan tanggal 14 September 2013 KPUD Kabupaten Kupang akan menetapkan pasangan cabup-cawabup terpilih," tandas Ballo.

Pantauan wartawan, rapat pleno rekapitulasi perolehan suara umumnya berjalan lancar, aman dan tertib. Aparat Polres Kupang dibantu Satkinmas dan Pol PP mengawal secara ketat rapat pleno tersebut. (ade)

Hasil Pleno Rekapitulasi oleh KPUD Kabupaten Kupang


* Paket Manora 6.691 suara (4,67%

* Paket Victory 19.438 suara (13,56%)

* Paket Yuri  63.229 suara (44,10%)

* Paket Selamat 23.193 suara (16,18%)

* Paket Abdi 6.662 suara (4,65%)

* Paket Sahabatku 20.366 suara (14,21%)

* Paket Ataupah-Kase 3.789 suara (2,64%)


- Total suara sah  143.368 suara (98,51%)

- Jumlah suara tidak sah 2.172 suara (1,49%)

- Jumlah suara sah dan tidak sah 145.540 suara (100%)

- Jumlah pemilih dalam DPT 193.337

- Jumlah pemilih dalam DPT yang menggunakan hak pilih 143.879 orang

- Jumlah pemilih dalam DPT yang tidak menggunakan hak pilih 49.461 orang      (25,58%) (ade)

Sumber: Pos Kupang.Com

Jari ke Atas Artinya Tuhan

Layaknya orang normal, para tunarungu bercanda satu sama lain. Suasana tampak meriah meski yang digunakan adalah bahasa isyarat.

TARIAN dari tujuh anak tunarungu membuka perayaan ibadah perayaan Natal DPD Gerkatin (Gerakan Untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) Sulut  yang berlangsung di Kantor Sekretariat DPD Gerkatin Sulut, Jl Lumimuut No 28 Manado, Minggu (2/12/2012) siang.

Sambil memegang rebana, para penari mengawali tarian berdurasi lima menit itu dengan melakukan serangkaian gerak di tempat.  Bergoyang sambil membunyikan rebana, para penari ini lalu bergerak dari tempatnya semula. Rupa-rupa gerak diperlihatkan mulai dari duduk, melompat dan berputar-putar. Rebana dipukul keras-keras, lalu tarian berhenti. 

Tak ada musik, hanya suara serta isyarat tangan dari Pdt Nova Umboh Gerung yang menuntun tarian itu sejak awal hingga berakhir.

Usai tarian singkat itu, ibadah pun dimulai. Tak ada satupun dari puluhan tunarungu ini yang pegang buku liturgi.  Liturgi serta tata cara ibadah itu dipantulkan oleh proyektor ke dinding putih yang ada di depan.

Seorang MC dengan menggunakan bahasa isyarat menuntun para tunarungu untuk melalui setiap bagian dari ibadah itu.  Tampak jari MC wanita itu menunjuk ke atas jika yang dimaksud adalah Tuhan. Jika jarinya menunjuk ke bawah, yang dimaksud adalah manusia. Tiba waktu berdoa, wanita itu menyatukan jemarinya kiri dan kanan. Dan jemaat pun berdoa. Waktu menyanyi lagu Gita Sorga Bergema, jemari wanita itu bergerak tanpa henti.  Pada lirik "lahir raja mulia" di bait kedua, wanita itu harus membuat tiga gerakan berturut-turut dengan cepat.

Usai doa dan nyanyi, jemaat mendengar pesan Natal yang dibawakan oleh Pdt Nova Umboh Gerung. Pada dinding itu, liturgi dan tata cara hilang, berganti slide tentang seorang anak cacat yang tengah berjuang untuk hidup. Tampak di situ, anak yang tidak lagi punya tangan ini mengerjakan segala sesuatu mulai dari bermain hingga menggosok gigi dengan kakinya.

Dari adegan ke adegan, jemaat mengikuti perjuangan anak itu dan terharu. Dalam khotbahnya, Pdt Nova Umboh Gerung yang juga kepala panti Tunarungu Damai Tomohon berbicara sambil memainkan bahasa isyarat dengan tangannya. "Yesus lahir untuk semua manusia, semua manusia berharga di matanya. Untuk itulah ia mati di kayu salib," katanya sambil menggerak-gerakkan tangan.

Ia mengajak tunarungu untuk eksis di tengah masyarakat dengan cara hidup mandiri serta membantu orang lain "Marilah kita saling menguatkan dan menolong satu dengan yang lain," tuturnya. Selesai ibadah, ramah tamah digelar. Layaknya orang biasa, para tunarungu bercanda satu sama lain. Suasana tampak meriah, meski yang digunakan adalah bahasa isyarat.

Samson Mamudi, Ketua DPD Gerkatin Sulut yang diwawancarai Tribun Manado dengan cara menulis pertanyaan pada kertas menyatakan, kekurangan yang dialami bukanlah penghalang bagi seorang tunarungu untuk berkarya.  "Saya adalah karyawan Balai Latihan Pendidikan teknik pada GMIM, juga petugas pembinaan warga gereja GMIM," ujarnya..

Untuk bisa berkarya, seorang tunarungu harus percaya pada kemampuan dirinya. "Tuhan sudah memberi karunia kepada semua orang," kata Samson yang juga Sekretaris DPP PPCI (Persatuan Penyandang Cacat Indonesia ) Sulut. Dari semua yang telah diberikan Tuhan, ia paling bersyukur dengan dua anaknya yang lahir normal, kendati istrinya Jois Lolowang, juga tunarungu. "Semoga Natal ini kami sekeluarga dapat dijaga oleh Tuhan Yesus," katanya. (arthur rompis)

Sumber: Tribun Manado 3 Desember 2012 hal 1

Siapa Leluhur Orang Lise?

Peta Kabupaten Ende, Flores, NTT
NENEK  moyang atau leluhur kami orang Lise diyakini bukan warga asli Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Mereka datang jauh dari luar pulau Flores lalu tinggal menetap dalam komunitas sendiri. Dalam perjalanan waktu terjadi kawin-mawin dengan warga lokal.  Leluhur orang Lise diyakini adalah etnis Melayu (Malaka).

Generasi pertama  orang Lise diperkirakan tiba di Flores Tengah (wilayah Kabupaten  Ende) sekitar abad ke-7 dan ke-8 bersamaan dengan masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera.

Cerita lisan turun-temurun dari leluhur kami  menyebutkan, nenek moyang orang  Lise datang Malaka. Mereka datang menggunakan perahu tradisional dan membuang sauh di Pantai Wewaria, dekat Ropa, ibukota kecamatan  Wewaria, Kabupaten Ende saat ini.

Ada beberapa versi tentang jumlah rombongan pertama dari Malaka tersebut. Perbedaan ini agaknya bisa dimaklumi karena dokumentasi sejarah ini dalam budaya tutur, sehingga kemungkinan besar terjadi bias atau deviasi bahkan missing link.

Versi lain menyebutkan rombongan dari Malaka juga mendarat di selatan Pulau Timor, tepatnya di daerah Malaka Kabupaten Belu. Mereka satu asal-usul dengan rombongan yang mendarat di Wewaria, Flores. Sepintas, nama-nama orang Malaka (Belu) dan orang Lise ada kemiripan. Misanya Laka, Mali, Bere, Mau dan lainnya.

Versi kisah yang cukup dominan antara lain menyebutkan, rombongan dari Malaka itu setibanya di Wewaria berpencar mencari kawasan permukiman masing-masing. Ada yang bergerak ke arah barat menuju wilayah Manggarai dipimpin Rai Laka, ke Ngada namanya Enga Laka, ke wilayah Kabupaten  Sikka dan Flores Timur namanya Igo Laka.

Sedangkan dua bersaudara yang lain yaitu Lio Laka dan Woda Laka memilih Lio (Ende) sebagai hunian mereka membangun keluarga. Yang sampai saat ini diketahui sebagai orang Lio adalah cucu dari Lio Laka  tersebut.

Dan, inilah silsilah orang Lise tersebut. Lio mempernakkan Le, Le memperanakkan Lela, Lela memperanakkan Leu, Leu memperanakkan Rasi, Waku dan Lengo (Wolojita dan Jopu). Rasi memperanakkan Pati, Mboti, Mali, Ngeo, Bao dan Woda. Woda memperanakkan Wangge, Mbete dan Senda. Mbete memperanakkan Ndopo, Laka, Tani Loo, Wangge, Woda dan Tani Dua. Woda memperanakkan Dosi, Mbete, Tani, Senda, Kewa dan Kemba. Tani memperanakkan Ngaba,  Wangge, Mbete dan Senda.

Khusus untuk mosalaki Puu Lise Tana Telu, Wangge memperanakkan Woda, Woda memperanakkan Tibo, Leu, Dosi, Mbete dan Lando. Tibo memperanakkan  Kilo, Gebo, Siso, Bego dan Dawa. Baba memperanakkan Dedo, Saka, Wero dan Paka. Dedo memperanakkan Bheto dan Baba (generasi ke-15).

Saya dan saudara-saudari saya berasal dari keturunan Ngaba Tani. Nah, silsilah ringkasnya  sebagai berikut. Ngaba memperanakkan Dosi, Dosi memperanakkan Dede dan Wara, Dede memperanakkan Dari, Dosi, Woda dan Bata.  Woda memperanakkan  Manggo, Lidi dan Woda. Bata, ayah saya  memperanakkan Dede, Muwa, Dosi dan Budi, Hando dan Badhe.

Sampai dengan Dede Dosi sudah mencapai generasi kelimabelas sejak generasi pertama Lio Laka. Semua yang diingat ini hanyalah garis keturunan laki-laki. Maklum dalam tradisi Lise garis keturunan menganut sistem patrilienal (laki-laki) hampir sama dengan daerah lainnya di Pulau Flores, kecuali Mangulewa di Kabupaten Ngada.

Begitu dulu kisah ringkas tentang leluhur orang Lise yang darahnya mengalir dalam tubuh saya. Nanti saya sambung lagi pada kesempatan mendatang. *

Aku ata  Lise
 

Di sini kucatat penggalan-penggalan kisah nenek moyang. Aku bagian dari darah daging mereka yang ada dan mengalir adanya hingga anak cucu Lise mendatang.
 

Dion Dosi Bata Putra 
 Embu Woda, Ana Mbete, Wewa Tani Woda, Mamo Ngaba Tani, Benge Dede Dosi, Putra Bata. 

Gelombang yang tiada henti bergelora dalam arus zaman....




Mereka Anak-anak Spesial

ilustrasi
Christin merasa terpanggil untuk  terus menjadi guru bagi anak-anak autis. Sebab mereka  dititipkan Tuhan untuk orang-orang yang spesial
MENGAJAR
anak berkebutuhan khusus bukan perkara mudah. Diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus agar dapat menangani mereka dengan baik. Namun, semua itu takkan  berarti tanpa ketulusan, kesabaran dan sikap mengasihi. Christin Potabuga (24) memiliki keutamaan itu dalam memberikan pengabdiannya sebagai guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Permata Hati Manado.

Kepada Tribun Manado, Selasa (9/7/2013), Christin mengatakan tak pernah terbesit di pikirannya untuk menjadi guru bagi anak-anak autis. Apalagi latar belakang pendidikannya tidak relevan dengan dunia yang dia geluti sekarang. Namun, hati yang terpanggil untuk melayani, memudarkan anggapan terhadap diri sendiri bahwa ia tidak akan bisa. Buktinya tujuh tahun sudah ia mengasuh anak-anak berkebutuhan khusus.

Christin berkarya pertama kali di SLB Permata Hati Manado  sebagai pegawai administrasi. Lambat laun dia perhatiannya tertuju pada kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut.  "Ternyata ada anak-anak seperti ini di dunia. Saat menonton  di televisi dan melihat langsung di sekolah  sangat berbeda jauh," ungkapnya.

Dia terus termotivasi untuk terlibat secara langsung mengasuh anak-anak itu. Christin
berhasil beradaptasi dengan anak-anak tersebut meskipun dia sempat kewalahan. "Saya sering kewalahan," katanya. Lambat laun ia mulai terbiasa dan menikmati profesi sebagai pengajar. "Ternyata saya bisa," tandasnya. Dengan keyakinan tersebut, ia memutuskan untuk mengambil Pendidikan Luar Biasa di Universitas Negeri Manado. "Saya baru saja diwisuda," kata Christin.

Christin menganggap perilaku anak-anak autis yang sulit diatur  menjadi motivasinya untuk terus melatih diri. "Itu menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Dan saya sadar betul untuk berhasil harus  bisa mengalahkan semua tantangan," katanya. Ia pernah memiliki seorang murid yang sangat sulit diatur, namanya Allan. Ia beserta teman- teman guru yang lain berusaha keras untuk menangani anak itu. Allan studi di sekolah itu selama empat tahun  dari usia 3 - 7 tahun. "Saya tidak pernah melupakan Allan. Sekarang ia sudah sembuh dan sudah bersekolah di sekolah reguler," ujarnya.

Manusia diciptakan dengan keterbatasan. Layaknya Christin yang tak jarang kewalahan menangani murid-murinya. Berusaha sekuat mungkin tanpa ada hasil memancing emosi Christin. "Saat saya emosi, saya keluar kelas untuk menenangkan diri. Setelah reda baru saya masuk lagi," katanya.

Christin mengakui sebagai guru ia dituntut membuat anak-anak patuh bukan takut. Jadi emosi yang meledak-ledak tidak diperkenankan bagi mereka. "Itu sebenarnya untuk semua guru, khususnya Sekolah Dasar," ungkapnya. Menurut Christin, anak-anak autis memiliki dunianya sendiri. "Nah di situlah peran kami untuk memperkenalkan mereka bahwa ada dunia yang sesungguhnya," ucap Christin.

Bagi gadis yang memiliki motto My Job is My Life, gaji sebagai guru  memang tidak seberapa. Namun, Christin menekuni profesi tersebut tidak semata-mata untuk mencari uang. "Saat saya berhasil menangani mereka, itu merupakan suatu kebanggaan yang tidak bisa dinilai dengan apapun," ucapnya.

Menurutnya, di luar sana memang banyak pilihan pekerjaan baginya. Namun hatinya terpanggil untuk  terus menjadi guru bagi anak-anak autis. Christin tak tahu entah sampai kapan ia akan menekuni profesi tersebut, tapi satu hal yang pasti hatinya tepanggil untuk terus melayani anak-anak berkebutuhan khusus.

"Saya akan terus mengenalkan dunia ini kepada mereka. Ini panggilan untuk melayani. Tuhan tidak kebetulan mengirimkan saya ke sekolah ini.  Bagi saya, mereka adalah anak-anak spesial yang dititipkan Tuhan untuk orang-orang yang spesial juga," katanya.  (finneke wolajan)

Sumber: Tribun Manado 13 Juli 2013 hal 1

Kisah Hidup Perempuan Tangguh

Suami dan anak-anak sempat melarang dia  menggeluti pekerjaan itu. Namun tekad Mima mengalahkan argumentasi orang-orang yang dicintainya.

LANGIT pada Kamis (11/7/2013) siang sedang berawan. Matahari sembunyi di balik awan. Saat  melintasi pangkalan ojek Patung Kuda Paal Dua Manado, mata terhenti pada pemandangan yang tidak biasa. Di antara para tukang ojek yang sedang duduk, ada sosok yang berbeda dan tidak biasa.

Sosok itu adalah Mima Ulak (45), wanita yang bekerja di dunia para lelaki  sebagai  tukang ojek. Belum banyak wanita yang mau menggeluti pekerjaan itu. Hanya mereka yang punya harapan dan keyakinan seperti  Mima. Pada waktu senggangnya, Mima pun bertutur mengenai kisah hidupnya kepada Tribun Manado.

November 2009 menjadi bulan yang mengubah hidup Mima. Saat itulah Mima memutuskan menjadi tukang ojek. Mima membeli sepeda motor yang kemudia mendapat pelat nomor polisi DB 9083 M. Awalnya kendaraan itu untuk operasional diia dan keluarganya. "Saya pikir-pikir kalau motor hanya didiamkan, rugi. Bagaimana caranya bisa menghasilkan rupiah dari motor itu," kenangnya.

Tukang ojek jadi pilihannya. Suami dan anak-anaknya sempat melarang dia  menggeluti profesi yang menantang bahaya tersebut. Namun tekad Mima mengalahkan argumentasi orang-orang yang dicintainya. "Saya sudah biasa kerja berat, jadi kalau cuma tukang ojek saya yakin pasti bisa," katanya.

Kerasnya hidup sudah dirasakan Mima sejak usia 10 tahun. Mima tinggal dengan orang lain untuk bekerja, jauh dari keluarganya. Bisa dikatakan sebagai pembantu karena pekerjaan yang dilakukannya persis seperti pembantu rumah tangga. Bersih- bersih rumah, cuci piring dan pakaian dan lain-lain. Sambil kerja, Mima disekolahkan. "Saya sudah terlatih sejak umur sepuluh tahun," katanya. Sebelumnya Mima pernah bekerja di pabrik sebagai buruh. Kemudian ia berhenti dan merintis usaha warung dan kantin di rumah. "Saya biasa bekerja, setelah buka usaha lebih banyak diam. Rasanya gerah kalau terus seperti itu," kata warga Kelurahan Paal 2 Manado ini.

Saat pertama mengojek Mima memilih-milih penumpang. Hanya penumpang perempuan yang dilayananinya dengan pertimbangan keamanan. "Tapi kalau saya seperti itu terus, nanti saya tidak dapat uang," ungkapnya. Kemudian ia memberanikan diri  melayani penumpang lelaki. Walau demikian, ia tetap berhati-hati.  "Lebih cenderung melayani langganan, kalau orang baru dan jaraknya terlalu jauh saya oper ke teman-teman lain," ujarnya.

Mima mengaku, awalnya banyak penumpang yang kaget saat mengetahui dia yang akan mengantar mereka. "Di pangkalan kan ikut  jalur," kata Mima. Dulunya ada calon penumpang yang  sempat menolak untuk diantar. "Mungkin mereka takut atau malu," ujarnya sambil tertawa.  Mima kerap dilempari pertanyaan mengapa jadi tukang ojek. "Saya balik bertanya  pada mereka, mana lebih baik bekerja seperti ini atau seperti perempuan yang malam-malam berdiri di pinggir jalan untuk menjajakan diri. Mereka diam dan membenarkan pernyataan saya," kata Mima yang kini sudah memiliki banyak pelanggan tetap.

Mima mengojek setiap hari mulai dari pukul sembilan pagi sampai sembilan malam. Namun, sesibuk-sibuknya ia mengojek, tetap ada waktu ia luangkan untuk beribadah. "Ibadah di gereja juga ibadah-ibadah lain," ungkapnya. Hujan tidak menghalangi untuk bekerja, jas hujan dipakainya untuk menerjang hujan. Walaupun ia mengaku pendapatan saat hujan tidak sebanyak saat cuaca  sedang cerah.

Duka sebagai tukang ojek dialaminya. Ban pecah, habis bensin atau motor bermasalah sering dialaminya. Kecelakaan pun pernah, namun tidak berakibat fatal. "Puji Tuhan saya tidak apa-apa, hanya jatuh saja untuk menghindari kendaraan berlawanan arah yang melaju kencang," tuturnya. Mima mengaku, pendapatan per hari rata-rata Rp 300 ribu.  Bisa sebanyak itu karena ia banyak pelanggan. Malah ia mengalahkan pendapatan tukang ojek lain di Pangkalan Patung Kuda Paal Dua.

Mima adalah ibu dari empat orang anak. Dua anak tertua yanglaki-laki sudah bekerja dan berada di luar kota.  Sisanya dua perempuan masih di kelas 10 dan 12 SMA. Suaminya  bekerja sebagai guru Sekolah Dasar.  "Kalau mau di pikir-pikir sebenarnya pendapatan suami saya sebagai guru mencukupi. Hanya saya tidak mau diam di rumah. Lagian pendapatan suami saya kan bulanan, saya harian jadi kami bisa saling menopang kebutuhan keluarga kami," katanya.

Suaminya ke sekolah, ia mengojek, kedua anak perempuannya yang mengerjakan pekerjaan rumah. Mima berkata ia sudah membekali kedua anaknya untuk mandiri. "Bahan-bahan sudah tersedia, mereka tinggal masak saja. Kadang saya dan suami saya ditelepon lalu ditanya mau dimasakkan apa," ucapnya bangga.

"Saya sadar betul akan bahayanya pekerjaan ini. Kehati-hatian dan doa yang membuat saya terus kuat sampai hari ini. Saya pasti akan kembali seperti semula, menjadi ibu rumah tangga seperti dulu melayani anak-anak dan suami. Saya tidak mungkin akan terus-terusan bekerja seperti ini, karena  semakin hari saya semakin menua. Tunggu saja, saya menabung dari sekarang agar nanti setelah saya tidak bekerja sebagai tukang ojek lagi, uangnya bisa berguna untuk keluarga juga bagi kelanjutan pendidikan anak- anak saya," kata Mima menutup pembicaraaan dengan Tribun Manado lalu melayani seorang penumpang. (finneke wolajan)

Sumber: Tribun Manado 12 Juli 2013 hal 1

Kalau Stres Carilah Tuhan

Uskup Manado Mgr Jpseph Suwatan MSC
MANADO, TRIBUN -  Uskup Manado Mgr Joseph Suwatan MSC mentahbiskan tujuh iman baru di Gereja Katedral Manado, Sabtu (6/7/2013). Upacara tahbisan yang diikuti ribuan umat Katolik tersebut berlangsung hikmat dan meriah.

Ketujuh imam baru tersebut terdiri dari tiga imam diosesan (Projo) dan empat imam biarawan dari Tarekat Misionaris Hati Kudus (MSC) yaitu Pastor  Lucky Singal, Pr, Pastor Andreas Rumayar, Pr,  Pastor  Juvensius Obosan, Pr, Pastor  Kanisius Kuntag, MSC, Pastor  Gonsvel Simon Manumpil, MSC, Pastor  Fransiskus Melky, MSC dan Pastor  Anton Kaseger, MSC.

Uskup Manado Mgr Joseph Suwatan dalam kotbahnya  mengingatkan imam baru tentang tugas perutusan. Perutusan itu seperti membebaskan yang tertawan, memberi penglihatan kepada orang-orang buta dan membebaskan orang yang tertindas. Sebagai imam baru, mereka diingatkan untuk mencari cara bagaimana mengambil bagian dalam tugas perutusan Yesus sebagai imam besar.

"Mereka harus ambil bagian dalam tritugas Yesus yaitu imam, nabi dan raja. Mereka harus mampu menguduskan, mewartakan dan memimpin. Dalam hal itu imam baru harus bertindak rendah hati," demikian Uskup Suwatan.

Menurut uskup, sering terungkap banyak yang terpanggil tapi sedikit yang terpilih. Memang dari seminari kecil (SMA), jumlah mereka yang mau menjadi calon imam jumlahnya sangat banyak. Tetapi yang ditahbiskan tidak banyak. "Akhirnya seperti tujuh saudara ini, hanya sedikit yang dipilih padahal kebun anggur Tuhan sangat besar. Karena itu Tuhan meminta kita untuk berdoa,"katanya.

Dalam keterpanggilan itu, kata uskup kita juga harus menyadari keterpilihan  bukan hanya terjadi oleh  kehendak orang yang terpilih. Tapi Tuhanlah yang memilih. Dalam arti itulah dikatakan orang-orang pilihan Tuhan. "Mereka yang terpilih harus didampingi agar dapat melaksanakan tugas. Harus ingat  umat menghargai karena kalian telah melaksanakan tugas sebagai imam, nabi dan raja. Jadi kalian harus mawas diri. Jangan anggap diri sebagai orang luar biasa dan sombong,"tuturnya.

Uskup meminta agar pilihan ini dipakai untuk pelayanan. Ia meminta agar mereka seperti Yesus yang datang untuk melayani bukan untuk dilayani. "Seperti yang dilakukan bapa suci Fransiskus. Ia melihat keterpilihan dengan kerendahan hati. Bapak suci memberikan yang terbaik dalam pelayanannya,"katanya.


Uskup pun meminta agar imam baru tetap setia. Imam baru diharapkan untuk menerima persembahan dan mempersembahkan persembahan itu kepada Tuhan. Mereka harus mempersembahkan diri seperti persembahan Yesus di kayu salib.
"Ini terungkap dari simbol penyerahan patena, sibori dan perlengkapan misa lain di bagian paling akhir. Kadang kurang diperhatikan. Tapi di situ imam diminta untuk meneladani apa yang ia lakukan,"katanya.

Mencari Tuhan

Pastor Melky mengaku sangat bergembira mendapat tahbisan. Ia telah begitu lama mengalami proses diakonal. "Itu menambah pengalaman baru sebagai seorang misionaris. Justru itu menguatkan saya," kata imam yang berasal dari keuskupan Maumere dan anak dari Agustinus Min dan Ana Rismini.

 Pastor Anton, pastor pertama dari Paroki Airmadidi mengangapnya sebagai berkat Allah. Ia merasa Allah mencintainya. Banyak halangan yang dialami tapi dipilih oleh kasih Allah. "Karena itu moto tahbisan saya Gratia Dei Sum Quod Sum. Karena kasih karunia Allah, saya ada sebagaimana saya sekarang,"katanya.

Kebanggaan juga dirasakan Pastor Andre. Tapi baginya ia baru awal. Ia harus memberi kesaksian dalam kehidupan imamatnya. Pendapat senada diberikan Pastor Lucky. Ia akan menjalankan tugas sesuai anugerah tahbisan. "Kami datang untuk mengabdi  pada Tuhan dan sesama,"ujarnya.

Pastor Kiki yang berasal dari Bitung  menyebut tahbisan itu rahmat yang mengagumkan. Ia mohon selalu didoakan agar tetap setia pada panggilan imamatnya. Lambertus Kuntag, ayah pastor Kiki mengatakan tugas  imam tidak mudah. "Jangan lupa berdoa. Kalau stres cari dan datanglah kepada Tuhan. Tetaplah setia," ujarnya. (dma)

Manado, Sidney dan Jepang

RATUSAN imam dan ribuan umat memenuhi gereja Hati Tersuci Maria Katedral Manado saat acara tahbisan, Sabtu (6/7/2013). Para pastor hadir sebagai rekan tujuh imam baru yang baru saja ditahbiskan. Jumlah umat yang begitu banyak pun menambah meriah suasana.

Kekhusukan dan kemeriahan tampak sejak awal perayaan. Lagu Gregorian yang  mendominasi lagu ordinarium dan proprium membuat suasana tahbisan itu khusyuk. Liturgi tahbisan mengalir lancar mulai dari pengajuan calon sampai penyerahan tanda-tanda jabatan. Calon imam maupun orangtua mereka tampak bahagia. Yang bertugas mewakili umat ialah Ketua Kaum Bapa Katolik Keuskupan Manado yang juga Rektor Universitas Negeri Manado (Unima)  Prof Philoteus Tuerah bersama istrinya

Setelah penyerahan tanda-tanda jabatan, empat imam baru dari Tarekat Misionaris Hati Kudus dan tiga imam diosesan diperkenalkan kepada publik. Suasana sempat tegang ketika tempat berkarya diumumkan Pater Provnsial MSC Rolly Untu, MSC dan Uskup Manado Joseph Suwatan MSC. Pastor Rolly mengumumkan pastor Anthon Kaseger MSC ditempatkan kembali di Sidney,  melayani  komunitas Katolik Indonesia di sana.

Pastor Kanisius "Kiki" Kuntag ditempatkan kembali di Regio Jepang, tempat ia bertugas. Pastor Simon Manumpil MSC juga ditempatkan kembali di lembaga pembinaan calon imam Pra Novisiat MSC Pineleng. Sedangkan Pastor Fransiskus Melky MSC yang berasal dari Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur  ditempatkan di Sulawesi, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.

"Penempatannya tergantung Pastor John Luntungan MSC,"katanya.
Uskup juga membacakan penempatan tugas imam dari Keuskupan Manado. Pastor Juventius Obosan, Pr ditempatkan di Paroki Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Sebelum ditahbiskan dia bertugas di sana.

 Pastor Lucky Singal Pr ditempatkan di Paroki Ignatius Manado.  Sedangkan Pastor Andre Rumajar, Pr yang bertugas sebelum tahbisan di paroki Nulion,  sekarang ditugaskan sebagai pembimbing rohani di Universitas Katolik De La Salle Manado.  (dma)


Sumber: Tribun Manado 7 Juli 2013 hal 1

Bisnis Amusemen Menjamur di Manado

ilustrasi
MANADO, TRIBUN - Meskipun didera kontroversi adanya indikasi perjudian, namun  bisnis amusemen kian marak di Kota Manado. Bahkan sejak awal tahun 2013 terus bermunculan tempat-tempat baru permainan mengumpulkan poin dengan mesin tersebut.

Menurut penelusuran Tribun Manado, setidaknya ada sembilan lokasi tempat bermain amusemen di ibu kota Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) ini. Lokasi pertama di bangunan depan Hotel Makmur (sudah tutup), dekat Polsek Wenang, bangunan depan lorong pencak Sam Ratulangi, dua ruko di Marina Plaza, salah satu ruko di Blue Banter, Lantai III Biliard Kaisar dan terakhir di salah satu ruko Megamas, tak jauh dari lapangan futsal.

Lalu mengapa bisnis yang diduga berindikasi perjudian ini begitu menjamur? Sumber Tribun Manado berinisial IN mengungkapkan, bisnis amusemen begitu mengiurkan. Bila sedang ramai pengunjung, omset sehari bisa mencapai Rp 100 sampai 200 juta. Investasinya pun terbilang murah. Untuk satu lokasi amusemen cukup membutuhkan modal Rp 200 juta. "Dalam sebulan, dua bulan sudah bisa kembali modal itu," sebut IN.

Lebih lanjut dijelaskannya, biaya operasionalnya cukup menyewa ruko, membayar listrik, karyawan dan pengurusan izin di sejumlah instansi di Pemerintah Kota (Pemko)  Manado. "Ruko dan listrik berapa sih? Karyawan sehari bayar Rp 80 ribu sampai 100 ribu, lalu bayar izin di instansi-intansi, selesai," kata IN.

Tentu saja, kata dia, komponen utama mesin amusemen. Bagi mereka yang sudah punya jaringan, mesin bisa diperoleh dari Jakarta. Bisa disewa, bisa pula langsung dibeli tunai.  "Sewa Rp 3,5 juta per mesin, kalau beli Rp 6,5 juta," jelasnya.  IN mengatakan urus izin di Pemko menggunakan jasa calo. Dengan dana  Rp 15 juta, izin game zone bisa dikeluarkan Pemko Manado.  "Jadi izinnya game zone, semacam time zone," ujarnya.

Menurut IN, kebanyakan investor amusemen adalah orang lokal Sulut. Namun diakuinya  setahun belakangan ini sudah muncul investor dari luar seperti Batam dan Makassar.  Para pemain pemain amusemen rata-rata orang dewasa dari berbagai kalangan. Ia sendiri mengaku sangat mengandrungi permainan amusemen. Kalau lagi asyik-asyiknya bermain, dalam hitungan jam bisa habis puluhan juta rupiah. "Pernah saya main lagi sial kalah Rp 10 sampai 20 juta. Itu main sehari. Pernah juga menang, sampai Rp 10 juta," kata IN.

Sebenarnya, kata dia,  bila dilihat tampilan permainan seakan tak menarik, namun entah kenapa  saat bermain dia merasakan ada kenikmatan "Menariknya berharap dapat poin tinggi dan menang," katanya. IN tak membantah ada unsur judi, karena hadiah untuk pemenang bukan barang-barang seperti yang dijanjikan justru poin yang dimenangkan ditukar uang tunai. "Menang tukar uang," sebut dia.

Tidak Ilegal
Tribun Manado pun menelusuri salah satu lokasi permainan amusemen, letaknya di lantai dua salah satu bangunan ruko di Blue Banter. Beda dengan bisnis lain memasang papan tempat usaha untuk menarik pengunjung, di lokasi ini justru tak ada. Memasuki lantai satu ruko terlihat kosong, hanya ada warung kelontong menyiapkan makanan kecil dan rokok. Tepat di depan pintu masuk tiga orang pria paruh baya duduk bermain kartu. Mereka terlihat seperti penjaga pintu masuk.
Lokasi bermainnya di lantai dua. Memasuki ruangan suasana remang-remang, jalan masuk cahaya dari jendela ditempeli poster-poster tokoh game produk konsol playstation.Setidaknya ada puluhan mesin amusemen mengitari hampir seluruh ruangan. Namun ada tiga mesin berbeda di bagian tengah ruangan.

Hampir seluruh mesin amusemen menawarkan permainan poker. Namun ada sebuah mesin menawarkan permaina balap ikan, semacam pacuan kuda tapi karakternya terdiri dari kepiting, kura-kura, ikan lele, ikan mas koi, belut, dan lele. Khusus mesin itu bisa dimainkan 8 orang sekaligus.

Satu mesin khusus lain dimainkan juga oleh 8 orang. Setiap pemain diharuskan menembak ikan untuk mengumpulkan poin.Satu mesin khusus terakhir semacam mesin permainan poker namun dipandu dengan tulisan mandarin. Khusus mesin-mesin tersebut didampingi oleh karyawati muda yang bertugas  memandu pemain pemula.

Ditemui Tribun Manado, Tommy, pengawas amusemen mengungkapkan, bisnis yang dijalaninya tersebut murni game zone, ia memberi nama Big Time zone. Pria berkumis ini menolak bila dikatakan game zone yang dikelolanya ada unsur judi.
"Ini hanya permainan biasa tidak ada unsur perjudian, makanya kami taruh di situ (stiker di dinding) di larang berjudi. Yang menang bisa bawa pulang hadiah," ujar Tommy sembari menujuk kumpulan hadiah yang disiapkan.

Hadiah tersebut diletakkan di satu meja, terdiri dari bermacam-macam barang elektronik, lengkap dicantumkan jumlah poin yang harus ditukar untuk membawa pulang hadiah tersebut. Tommy membantah, kalau poin yang dimenang pemain ditukar uang tunai.

"Di sini diutamakan hadiah, kepada pemenang. Istilahnya belum ada sistem begitu (tukar uang). Tujuan mesin ini cuma permainan siapa menang bawa pulang hadiah," kata dia. Bisnis ini pun kata Tommy bukan ilegal, ia mengantoingi izin usaha dari berbagai instansi Pemko Manado. Ada izin dari Kesbangpol, Dinas Pariwisata, Surat Izin Usaha Perdangan (SIUP), Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, bahkan ada surat keterangan fiskal. Untuk meyakinkan usahanya legal, seluruh izin tersebut ditempel di dinding.

Untuk jam operasional, kata Tommy,  dimulai pukul 10.00 sampai 22.30 Wita. Meski bertajuk game zome, namun hanya orang dewasa yang diizinkan masuk, "Anak-anak tak dizinkan ke dalam, dari bawah saja sudah dicegat. Apalagi yang masih berseragam sekolah, ini aturan yang ditetapkan perusahaan," ujarnya. (ryo)


Kapolda: Akan Ditindak


KEPALA Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulut, Brigjen Pol Robby Kaligis menegaskan walaupun mengantongi izin dari pemerintah, kepolisian  akan menindak bila ada unsur perjudian dalam permainan amusemen. Jajaran Polda Sulut kini gencar melakukan razia tempat permainan yang terindikasi judi.

"Operasi ini akan dilakukan terus-menerus," kata Kapolda kepada Tribun Manado, Kamis (4/7). "Judi itu untung-untungan. Kita punya etika baik sehingga jangan diberi kesempatan. Ada perintah Mabes Polri bahwa segala bentuk perjudian harus kita ditindak," tegasnya.

Mengenai izin amusemen, kata Kaligis,  kepolian akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah. "Itu yang saya bilang, dikoordinasikan dengan pihak Pemda dengan tentunya membawa bukti. Jika dalam ditemukan unsur judinya, itu akan diterapkan pasal 303 KUHP," katanya.

Direktur Reskrim Umum Polda Sulut, Kombes Pol Jeffry Lasut saat ditemui terpisah mengungkapkan pihaknya telah melakukan operasi di Bitung. Dua amusemen di daerah tersebut diamankan polisi karena tidak memiliki izin.
Di Manado, kata Lasut, sebenarnya akan dilakukan razia. Namun, rencana  operasi tersebut bocor sehingga beberapa tempat permainan ketangkasan langsung tutup. "Belum operasi saja saya dengar sudah tutup," tuturnya.

Menyikapi rencana kepolisian memerangi penyalahgunaan amusemen sebagai bisnis perjudian,  Pemko Manado melalui Sekretaris Kota (sekot) Ir Haefrey Sendoh mengatakan, masalah itu sudah didiskusikan dengan Kapolres Manado.
"Kami sudah diskusikan dengan Kapolres. Pada prinsipnya kami  mengeluarkan izin sesuai dengan peruntukan. Bila ditemukan tidak sesuai dengan peruntukan maka sanksi akan dijalankan mulai dari teguran sampai ke pencabutan izin," kata Sendoh di Hotel Peninsula Manado, Kamis (4/7/2013).

Diakuinya,  pejabat Pemko Manado seperti asisten II dan kabag perekonomian telah melakukan inspeksi mendadak (sidak) di lapangan untuk mencari tahu penyagunaan amusemen. "Pada saat kami sidak,  tidak ditemukan penyalahgunaan. Kami  harus menyamar dalam tanda petik untuk mencari tahu lagi," tuturnya.

Dia mengimbau pemegang izin amusemen agar menggunakan izin sesuai aturan. "Kepada masyarakat gunakanlah untuk ketangkasan bukan judi. Kerja sama dan dukungan sangat diperlukan supaya apa yang dikuatirkan oleh berbagai pihak dapat diminimalisir," tandasnya. (kev/crz)

Sumber: Tribun Manado 5 Juli 2013 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes