Ketika Orang Lain Masih Berbisik


EP da Gomez
Dion, coba kau baca dulu yang saya tulis itu kah. Menurut saya perlu segera dimuat karena masalahnya sedang aktual.

Itu katanya suatu ketika di awal 2000-an ketika masih aktif menulis artikel di Harian Pos Kupang.

Hampir tiap pekan dia kirim artikel untuk rubrik Opini Harian Pos Kupang.

Tema tulisannya sangat kaya perspektif,  umumnya mengenai masalah sosial politik, pemerintahan, pembangunan. Sesekali menyentil masalah ekonomi.

Kalau Pos Kupang agak lama tak menerbitkan  artikelnya,   dia pasti bertanya ke jajaran redaksi.  Saya termasuk yang kerap menerima telepon darinya.


"Coba Om agak bersabar sedikit. Soalnya  yang kirim artikel ke Pos Kupang ini banyak sekali tiap hari. Jadi harus antre." begitu penjelasan saya.

Beliau biasa menerima dengan senang hati. Yang penting baginya adalah penjelasan, termasuk ketika artikelnya sama sekali tidak diterbitkan.
Mungkin karena temanya sudah tidak kontekstual atau kalah cepat dikirim ke redaksi dibandingkan penulis lain.

Ya, dia adalah penulis yang produktif. Masih terus menulis hingga usianya 70-an tahun.

Untuk konsumsi pembaca media massa, artikelnya bertebaran di Harian Pos Kupang dan Harian Flores Pos. Bahkan jauh sebelum itu di Mingguan Dian dan lain-lain.

Hanya belakangan ini pembaca di Nusa Tenggara Timur agak jarang menikmati tulisannya di media massa umum.  Faktor usia kiranya menjadi kendala.

Dia juga produktif  menulis buku. Banyak karyanya. Jumlahnya kurang lebih 29 buku.  Ada buku sejarah, politik, pemerintahan. Juga biografi.

Terakhir bersua dengannya saat peluncuran buku di sebuah hotel di Kota Maumere tahun 2015. Saya menjadi editor buku biografi tersebut.

Sebagaimana biasa, dia banyak memberi catatan kritis terhadap buku tersebut.

Saya senang tak terkira karena meski tubuhnya mulai ringkih, beliau masih berkenan datang ke hotel untuk berdiskusi tentang isi buku.

Dia memang  orang hebat. Sejatinya adalah politisi. Tapi politisi yang tidak hanya cakap berkata-kata tetapi piawai merangkai kata dan kalimat.

Tidak banyak orang seperti dia. Kita lebih sering berjumpa politisi yang banyak omong saja.

Dia seorang pembelajar yang tekun.  Pendidikan formalnya tidak tinggi-tinggi amat.

Setahu saya dia tamat SMAK Syuradikara Ende, sekolah ternama di kampung halaman saya.

Sebagai politisi dia mulai merintisnya sejak bersama Partai Katolik kemudian Partai Demokrasi Indonesia (PDI) - belakangan jadi PDI Perjuangan.

Seperti tulisannya yang to the point kalau mengeritik atau membedah suatu persoalan, di panggung politik pun sama. Bicaranya lantang, langsung ke inti masalah.

Kalau tidak suka maka  akan dia bilang apa adanya. Kalau memuji memang patut dipuji.

Saya selalu ingat kata-katanya demikian. "Ketika orang lain masih berbisik, saya sudah berteriak."

Memang benar adanya. Kata-kata itu menggambarkan sikapnya dalam berpolitik pada  masa Orde Baru yang otoritarian.

Ketika banyak orang memilih bungkam saat itu, dia berani bicara tentang hal-hal yang tak berkenan di tengah kehidupan masyarakat. Baik untuk level  Kabupaten Sikka, NTT bahkan masalah bangsa Indonesia.

Sore ini dapat kabar duka dari Maumere, kota eksotik di pesisir utara Pulau Flores.

Eugenius Paceli Da Gomez, EP da Gomez berpulang.

Selamat jalan Om Epe. Tuhan maharahim mendekapmu dalam damai abadi.
Epangawang (terima kasih)untuk jasamu bagi Bangsa, Gereja dan Tanah Air tercinta.

Turut berduka buat saudaraku Edward Lodovikus da Gomez, Jannes Eudes Wawa dan seluruh keluarga besar Da Gomez di Sikka, Maumere dan di mana pun berada.

Denpasar, 18 Mei 2020

Mengenal EP da Gomez: Menutup Lembaran Terakhir



EP da Gomez
Oleh Jannes Eudes Wawa

Senin, 18 Mei 2020 siang kita dikejutkan berita duka berpulangnya EP da Gomez, politisi kawakan di Sikka.

Berita duka ini seolah menyapu segala  hingar bingar di jagat media sosial di kalangan orang Maumere terkait wabah virus corona (Covid) 19 yang menulari 21 warga Kabupaten Sikka. Langit Sikka pun mendung mengantar kepergiannya.

Hidup EP da Gomez begitu melekat dengan buku. Dia sangat maniak membaca buku.

Dia bukan hanya mengetahui isinya, tetapi menghafal dengan pasti nama pengarang, serta warna kulit buku tersebut. Termasuk posisinya dalam rak perpustakaan pribadinya.

Pernah suatu ketika seorang teman diminta EP da Gomez untuk mengambil buku judul tertentu di rumahnya di Maumere.


Sebelum teman itu menuju rumahnya, dia menjelaskan letak dan warna buku yang dimaksud. Begitu tiba di rumah ternyata yang semua informasi itu benar. Teman ini pun acungi jempol.

Selain buku, dia juga konsisten membaca koran, terutama harian Kompas setiap hari. Jika ada artikel yang dinilai penting, dia menglipingnya. Membaca seolah telah senafas dengan hidupnya.

Kecintaannya ini sejalan dengan bakat dalam menulis. Bakat itu diasah dengan tekun dan disiplin sehingga dia mampu menulis dan menuangkan gagasan dengan runut, logis, lugas, bernas dan menggunakan kalimat yang sederhana dan  mudah dimengerti pembaca.

Sudah 29 buku serta ribuan artikel yang ditulis. Ini merupakan warisan yang tidak ternilai, sebab didukung dengan data yang valid, dan pengalaman pribadi mengikuti perkembangan lintas zaman.

Bagi dia, berpolitik tidak cukup hanya berteriak di atas panggung atau beradu pendapat dalam ruang rapat. Berpolitik juga harus diwartakan kepada publik melalui tulisan yang diterbitkan di media massa.

Hanya dengan menulis, gagasan yang dilontarkan diketahui masyarakat dan pembuat kebijakan dengan jangkauan yang lebih luas.

Lebih dari itu, perjuangan dalam gelanggang politik selalu diwarnai dengan perdebatan yang bermutu, bukan kekuatan massa. Debat berkualitas harus didukung dengan pengetahuan yang luas dan data yang akurat.

Pengetahuan itu hanya didapat melalui membaca bacaan yang berkualitas.
Di gelanggang politik yang dibahas adalah upaya mewujudkan kesejahteraan umum.

Di sana, tidak membahas soal kepentingan kelompok mayoritas atau kelompok kepentingan penguasa atau lain semacamnya.

Karenanya, siapa yang mampu menampilkan pikiran dan gagasan yang bernas dan inovatif untuk kepentingan rakyat yang didukung data akurat akan dihormati, dan diterima.

Tidak mengherankan, dalam berbagai kesempatan, terutama saat berkumpul dengan anak muda, EP da Gomez selalu mengingatkan agar mecintai buku.

Harus membaca buku! Bagi dia, semua orang dikaruniai bakat. Tetapi, hanya sedikit orang yang tekun memelihara, memberdayakan serta mengoptimalkan bakal itu bagi diri serta masyarakat luas.

Jalan perjuangan

Keterlibatan lelaki kelahiran 2 Desember 1940 ini di panggung politik dimulai tahun 1961, saat baru berusia sekitar 21 tahun, setelah lulus dari SMA Syuradikara, Ende, tahun 1959, melalui Partai Katolik.

Bahkan, sejak tahun 1965 dia telah dipercaya menjadi anggota DPRD Sikka dari Partai Katolik.

Pengabdiannya itu berlanjut hingga masuk Partai Demokrasi Indonesia (PDI) hasil fusi dari Partai Katolik, Parkindo, PNI dan sejumlah partai lainnya pada Januari 1974. Di sinilah, perjuangan sesungguhnya dimulai.

Politisi asal Sikka yang mau terlibat dalam PDI semakin sedikit, menyisahkan Frans Seda, Ben Mang Reng Say dan VB da Costa di tingkat nasional,  Kanis Pari (Bung Kanis) seorang diri di Kupang, lalu di Sikka hanya FM Hekopung, OLM Gudipung, FX Babanong, Stef Wula, Thomas Nining Pau, EP da Gomez dan beberapa orang lagi.

Selama Orde Baru, PDI dimana-mana diberangus. Hampir semua kabupaten di NTT, Golkar seratus persen dalam setiap pemilihan umum. Warga yang ingin menjadi pengurus PDI diintimidasi dan diancam pengusaha bersama segala kekuatannya agar tidak melibatkan diri.

Tidak heran, nyaris tidak ada warga yang berani terang-terangan untuk terlibat mengurusi partai politik.

Kampanye PDI diberbagai tempat dihalangi dengan sangat kasar dan brutal. Rakyat pemilih PDI dianiaya, rumah dilempari batu, diintimidasi dan dikucilkan oleh penguasa setempat.

Bahkan, di wilayah tertentu, sejumlah warga mengaku memilih PDI, tetapi yang diumumkan petugas pelaksana Pemilu adalah Golkar 100 persen.

Tantangan yang dihadapi sungguh berat. Pengorbanan yang diberikan sulit terhitung. Tetapi, mereka tidak pantang menyerah.

Intimidasi, ancaman, tekanan, hinaan, cemooh dan segala tindakan represif lainnya dari penguasa dianggap sebagai risiko yang harus dihadapi dalam perjuangan membela kebenaran dan keadilan.

Kuatnya pengaruh rezim otoriter Orde Baru itu tidak mematikan semangat dan langkahnya Bersama sekelompok kawanan banteng yang seide dan tahan memikul derita untuk terus berjuang dan berpihak kepada rakyat kecil.

Semakin ditekan, mereka semakin kreatif. Selalu mencari sejuta peluang untuk keluar dari tekanan agar terus berjuang dan menghidupi keluarga.

Konsistensi dan sikap pantang mundur itu membuat perpolitikan di Sikka berbeda warna dibanding kabupaten lain di NTT.

PDI Sikka selalu mendapatkan kursi DPRD dalam setiap pemilihan umum. Bahkan pada Pemilu 1987 meraih tiga kursi dan Pemilu 1992 dapat lima kursi.

Berbekal kecerdasan inteletual yang dimiliki didukung pengetahuan yang luas serta data yang akurat, wakil rakyat dari PDI ini mampu mewarnai dinamika perpolitikan di Sikka, dan menjadi mitra yang kritis bagi pemerintahan di bawah Bupati Laurens Say, Daniel Woda Palle hingga beralih ke masa reformasi.

 Itu sebabnya, Sikka selalu dianggap sebagai barometer politik di NTT. Salah satu yang memberi kontribusi ini adalah EP da Gomez.

Ketika demokrasi yang diperjuangkan mulai sedikit mekar, Bung Kanis pergi selamanya pada November 1987.

Selepas Orde Baru tumbang, satu demi satu pejuang dan petarung pun berpulang ke Pangkuan Ilahi, dan menyisahkan EP dan Gomez seorang diri  berjuang bersama generasi baru yang mau berkorban dalam barisan itu.

 Dia seolah diberi tugas oleh teman-temannya untuk menulis lebih banyak buku dan artikel sebagai warisan tidak ternilai, mengingatkan generasi berikutnya agar dalam berpolitik utamakan kepentingan rakyat, dan jangan silau dengan uang serta harta.

Setelah pensiun dari anggota DPRD, dia tidak pernah diam. Seperti dalam salah satu judul bukunya bahwa hidup itu membaca, menulis dan berbicara, dia pun terus melakukannya hingga ajal menjemputnya pada Senin, 18 Mei 2020 pukul 13.45 Wita di Maumere.

Ibarat buku, kini kita telah menutup lembaran terakhir dari sebuah dokumen tidak ternilai tentang Pejuang Demokrasi asal Sikka.

Orang terakhir dari lembaran terakhir tersebut akhirnya harus pergi. Pergi untuk selamanya..

Jannes Eudes Wawa
Wartawan tinggal di Jakarta

Bukan Salah Bunda Mengandung


ilustrasi
NEGERI tercinta sungguh tak pernah kehilangan selera humor.

Hanya beberapa jam setelah pemerintah memberlakukan kebijakan #Dirumahsaja awal Maret 2020, muncul aneka meme lucu-lucuan.

Beredar luas di jagat media sosial (medsos).

Satu di antaranya berbunyi “Corona negatif istri positif.”

Awalnya sekadar guyon. Tapi hari-hari ini kok kesannya menjurus serius nih.

Sungguh. Boleh jadi ada korelasi tegas antara pandemi Covid-19 dengan melonjaknya kehamilan tak diinginkan atau tak terduga.

Tiga hari lalu viral di medsos tayangan berita Tribunews.com mengenai meningkatnya kehamilan di Tasikmalaya Jawa Barat selama pandemi Covid-19.


“Efek kelamaan di rumah tuh,” komentar rekanku di grup alumni SMA.

Warta Kompas.com mengenai kehamilan di Tasikmalaya memang menarik perhatian khalayak.

Maklum kenaikannya lebih dari 100 persen pada Januari-Maret 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Dilaporkan , jumlah wanita yang hamil tercatat sebanyak 3.219 orang.

Khusus bulan Maret 2020, lebih dari 1.000 wanita yang hamil.

Rentang usia mereka 20 -45 tahun.

Usia produktif. Bulan April dan Mei 2020 diprediksi angkanya masih di atas seribuan orang.

"Pada tahun ini ada peningkatan jumlah perempuan positif hamil di bulan Januari hingga Maret mencapai 105 persen. Tahun sebelumnya di tiga bulan sama hanya 1.500-an orang. Bulan April kemungkinan meningkat tetapi sekarang masih dihitung setiap Puskesmas,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Yuyun Darmawan, Senin 4 Mei 2020.

Kata Yuyun data tersebut diperoleh dari Puskesmas, rumah sakit bersalin dan bidan-bidan praktik di seluruh wilayah Kota Tasikmalaya.

"Kebanyakan memang kehamilan terjadi pada perempuan usia muda. Terutama pasangan yang baru menikah," tambahnya.

Tentu tidak semua kehamilan di Tasikmalaya itu masuk kategori tak terduga atau tak diinginkan.

Kiranya banyak pasangan suami istri di sana yang berbahagia karena sang buah hati yang mereka rindukan akan lahir pada waktunya.

Kendati tidak signifikan, tren kehamilan meningkat pada periode Januari-Maret 2020 pun terjadi di Nagekeo, satu di antara 22 kabupaten dan kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Tetangga dekat Bali.

Seperti dikutip dari Vox NTT, selama Januari hingga Maret tercatat 1.946 wanita di Nagekeo positif hamil. Pada periode yang sama tahun 2019 tercatat sebanyak 1.879 orang wanita hamil.

Bikin menggelitik justru data BKKBN Kabupaten Nagekeo.

Pada bulan Maret 2020, bertepatan dengan mulai terkuaknya kasus pasien positif Corona pertama di Indonesia, terjadi penurunan drastis penggunaan alat kontrasepsi.

Pandemi Covid-19 ditengarai turut membawa dampak lain bagi sejumlah Pasangan Usia Subur (PUS) serta realisasi penggunaan alat dan obat kontrasepsi.

“Selama pandemi Covid-19, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Nagekeo tak bisa melakukan sosialisasi kepada PUS karena adanya pemberlakuan aturan pembatasan sosial” kata Serly Nuwa, Sekretaris BKKBN Kabupaten Nagekeo, Kamis 30 April 2020.

Alat kontrasepsi praktis tak tersetuh. Pada Maret tahun 2020, BKKBN Nagekeo mencatat untuk alat kontrasepsi jenis Implant, dari 420 set yang disediakan hanya satu set yang digunakan.

Pil KB, dari 4.500 strip yang tersedia hanya hanya 558 strip yang digunakan.

Kondom dari 240 dos, hanya 1,5 lusin yang digunakan.

Suntikan, dari 4.180 vial, hanya 582 vial yang dipakai.

Sedangkan alat kontrasepsi jenis IUD, dari 50 Set yang disediakan bahkan masih utuh.

Pembatasan sosial dan kebijakan tinggal di rumah saja demi memutus mata rantai sampar Covid-19 membawa implikasi lain yang tak kalah ruwet.

PUS enggan ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan alat kontrasepsi karena takut tertular Corona.

Lagipula ada pembatasan sosial.

Harus jaga jarak fisik.

Maka boleh jadi fakta yang terungkap dari Tasikmalaya dan Nagekeo terjadi pula di Provinsi Bali serta berbagai daerah di Tanah Air.

Data yang disodorkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hasto Wardoyo memperlihatkan kecenderungan itu.

Menurut dia, rata-rata penggunaan alat kontrasepsi dari Februari hingga Maret 2020 secara nasional menurun 40 persen.

Di daerah tertentu seperti Nagekeo bahkan angkanya lebih dari 50 persen.

7 Juta Kehamilan Tak Terduga

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Dana Kependudukan (UNFPA) sudah memprediksi meledaknya kehamilan tak terduga gara-gara Coronavirus Disease 2019.

Dalam beberapa bulan ini jutaan perempuan di seluruh dunia tidak dapat mengakses pelayanan keluarga berencana, mengalami kehamilan tidak diinginkan, kekerasan berbasis gender dan praktik berbahaya lainnya.

Data penelitian UNFPA seperti dikutip Kompas.com, mengungkapkan dampak Covid-19 dalam skala besar bagi kaum perempuan. Kondisi ini terjadi lantaran sistem kesehatan mengalami kelebihan beban, penutupan fasilitas atau hanya tersedia pelayanan terbatas bagi perempuan dan anak perempuan.

Sebagian perempuan juga melewatkan pemeriksaan medis yang penting karena cemas tertular virus corona. Gangguan pada rantai pasokan logistik global juga berakibat pada keterbatasan stok alat kontrasepsi.

Selain itu kekerasan berbasis gender berpotensi meningkat karena perempuan tertahan di dalam rumah dalam jangka waktu lama.

"Pandemi ini akan memperparah ketidaksetaraan, jutaan perempuan dan anak perempuan sekarang berisiko kehilangan kemampuan untuk merencanakan keluarga mereka, melindungi tubuh dan kesehatan mereka,” ujar Direktur Eksekutif UNFPA Dr. Natalia Kanem, Rabu 6 Mei 2020.

Data UNFPA menunjukkan, 47 juta perempuan di 114 negara berpenghasilan rendah-menengah tidak mampu mengakses alat kontrasepsi modern.

Akibatnya sekitar 7 juta kehamilan tak diinginkan akan terjadi jika karantina wilayah (lockdown) berlangsung hingga 6 bulan dan ada gangguan pelayanan kesehatan.

Setiap rentang 3 bulan karantina wilayah akan bertambah sekitar 2 juta perempuan yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi.

Tak hanya itu. Menurut Natalia Kanem, sekitar 31 juta tambahan kasus kekerasan berbasis gender akan terjadi bila karantina wilayah berlangsung hingga 6 bulan.

Untuk setiap rentang 3 bulan karantina wilayah, tambahan 15 juta kasus kekerasan berbasis gender akan terjadi.

UNFPA juga menyebut Covid-19 akan mengganggu upaya mengakhiri perkawinan anak, yang berpotensi menambah angka perkawinan anak hingga 13 juta pada periode 2020 hingga 2030.

Sesuatu yang seharusnya dapat dihindari.

“Kesehatan dan hak reproduksi perempuan harus dilindungi dengan segala cara. Pelayanan harus tetap berlanjut, persediaan harus tetap dikirimkan, dan kelompok rentan harus dilindungi dan didukung," demikian Natalia Kanem.

Artinya apa dari semua cerita lebar dan panjang di atas?

Poinnya bukan salah bunda mengandung.

Sebelum terlambat jauh, mari kampanyekan dengan sungguh gerakan mengendalikan kehamilan selama pandemi Covid-19.

Negeri gemah ripah loh jinawi ini amat berkepentingan dengan itu.

Soalnya begini tuan dan puan. Indonesia menghadapi perkara sangat serius terkait laju pertumbuhan penduduk. Dengan laju pertumbuhan 1,49 persen saat ini, penduduk bertambah 4,5 juta orang saban tahun.

Bukan jumlah yang rawit kan?

Sejak lima tahun lalu pemerintah sudah bertekad menekan laju pertumbuhan penduduk pada angka 1,1 persen.

Salah satu cara ialah menggelorakan kembali program Keluarga Berencana (KB).

Pemerintah bangun kampung KB di mana-mana.

Nah, program KB terancam gagal selama masa pandemi covid-19.

Kebijakan kerja dari rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah menyebabkan terbatasnya akses masyarakat menuju fasilitas kesehatan.

Karena itu, pemerintah mulai dari level kepala negara sampai ketua RT mesti giat mengkampanyekan KB di tengah pandemi.

Bahasa kerennya, harus ada intervesi dari negara. Segera!

Ajak pasangan usia subur pakai kontrasepsi agar tidak kecolongan.

Rencanakan kehamilan secara baik.

Covid ini sudah bikin ekonomi sulit, pahit dan pailit.

Jangan tambah derita si kecil ketika lahir karena untuk segelas susu pun orang tuanya tak mampu beli.

Gubernur, wali kota, bupati, camat, lurah, perbekel, hukum tua, tokoh agama, tetua adat atau apapun namanya, tak cukup lagi sekadar mengimbau masyarakat pakai masker, cuci tangan, jaga jarak, rajin olahraga dan sebagainya.

Bicara juga soal hamil, melahirkan dan merawat anak.

Kebijakan #Dirumahsaja memang momen indah merajut kasih sayang.

Cuma si buah hatimu mesti direncanakan kehadirannya agar dia sehat, cerdas, sejahtera dan bahagia.

Anakmu Bukanlah Milikmu, kata penyair Khalil Gibran sejak abad yang lampau.

Mari merenungkan kembali kata-katanya.

Anakmu bukanlah milikmu,

mereka adalah putra putri sang Hidup,

yang rindu akan dirinya sendiri.



Mereka lahir lewat engkau,

tetapi bukan dari engkau,

mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.



Berikanlah mereka kasih sayangmu,

namun jangan sodorkan pemikiranmu,

sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.



Patut kau berikan rumah bagi raganya,

namun tidak bagi jiwanya,

sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,

yang tiada dapat kau kunjungi,

sekalipun dalam mimpimu.



Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,

namun jangan membuat mereka menyerupaimu,

sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,

ataupun tenggelam ke masa lampau.



Engkaulah busur asal anakmu,

anak panah hidup, melesat pergi.



Sang Pemanah membidik sasaran keabadian,

Dia merentangkanmu dengan kuasaNya,

hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.


Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah,

sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat,

sebagaimana dikasihiNya pula busur yang mantap.

(dion db putra)

Sumber: Tribun Bali

Sirnanya Spontanitas Permainan Ajaib


ilustrasi
SEPAK bola adalah permainan ajaib.

Tapi si ajaib itu mungkin tak akan sama lagi bobotnya dalam waktu dekat karena pudarnya spontanitas gara-gara teror virus corona atau Covid-19.

Bola mungkin dimainkan dengan lebih hati-hati.

Bayangan buruknya kira-kira begini.

Dikau akan melihat manusia bermasker di lapangan hijau yang disiplin menjaga jarak.

Sedapat mungkin menghindari kontak fisik dengan rekan atau lawan.

Lebih utamakan kepiawaian individu meliuk-liuk bersama bola.


Selebrasi setelah mencetak gol pun tidak lagi berangkulan apalagi pelukan erat 11 pemain sambil berguling-guling ria.

Selebrasi lebih terkontrol secara individual agar peluh tak berpadu menjadi satu.

Percikan ludah dan ingus tak mengenai wajah rekan sendiri. Pokoknya selalu ingat physical distancing. Duh!

Antropolog Richard Giulianotti menyebut sepak bola sebagai sihir karena membentuk ikatan ekstrem dengan manusia pemujanya. Kalau serba dibatasi sebagaimana kecemasan saya di atas, apakah bola masih menebarkan sihir?

Main bola sejatinya bentrok kaki ke kaki, dada dan dada, pinggul, tangan, kepala dan bagian tubuh yang lain.

Orgasme kepuasan dalam bola tercipta justru karena sentuhan fisik para pemain tersebut.

Beda dengan cabang olahraga lain semisal bulu tangkis, renang, angkat berat, atletik dan sebagainya.

Semoga ini kekhawatiran yang berlebihan.

Anggap saja efek jelek karena lama #dirumahsaja dan sudah tiga purna puasa menonton pertandingan bola pula.

Sungguh tersiksa, kawan.

Cuma begini tuan dan puan pemuja sepak bola.

Urusan ingus dan ludah masuk agenda liga paling atraktif sejagat, Premier League alias Liga Inggris.

Mereka mulai membolehkan pemain latihan di luar ruangan bulan ini.

Liga Inggris termasuk kompetisi top Eropa yang berkomitmen menyelesaikan musim 2019-2020 seperti rekomendasi kuat dari UEFA.

Inggris ogah mengikuti jejak Belgia, Belanda dan Prancis yang sudah memutuskan berhenti.

Sky Sport seperti dikutip Kompas.com memberitakan, urusan ingus dan ludah merupakan bagian dari panduan "Project Restart" yang disusun Direktur sepak bola Premier League, Richard Garlick.

Dalam panduan itu disebutkan, setiap pemain selalu memakai masker wajah saat latihan.

Masker kualitas terbaik bukan kaleng-kaleng.

Pemain, pelatih dan semua personel di lapangan dilarang meludah dan peras ingus saat latihan.

Syarat lain adalah membatasi latihan hanya untuk lima pemain per grup.

Pemain siapkan botol air sendiri, mobil-mobil harus parkir tiga slot terpisah.

Intinya jaga jarak aman.

Tuan sudah bisa membayangkan betapa kakunya suasana latihan demikian.

Nihil spontanitas alami.

Pemain dan pelatih serba hati-hati.

Mau bilang apa, pandemi Covid-19 belum memperlihatkan sinyal akan berakhir. Kesehatan harus tetap nomor satu.

Demi menjaga keselamatan pemain, pelatih dan semua personel tim, manajemen klub-klub Liga Inggris sejak akhir April telah belanja masker dalam jumlah tambun untuk persediaan.

Pendiri Altitude Mask, Saif Rubie, mengutarakan perusahaan maskernya telah mendapat order pesanan dari klub-klub Premier League.

"Tigahari terakhir kami telah dipenuhi oleh pesanan, terutama dari Bundesliga dan Premier League," tutur Saif Rubie kepada Sky Sports pekan lalu.

"Produk kami telah dikirim ke enam atau tujuh kubu Premier League dalam dua hari terakhir," tuturnya lagi.

Ia mengutarakan perusahaannya telah menyediakan masker bagi atlet-atlet kelas dunia jauh sebelum
pandemi virus corona.

Bintang Manchester United, Marcus Rashford, Gareth Bale (Madrid) dan Dele Alli (Spurs) adalah beberapa pesepak bola yang memakai masker produksi Altitude Mask.

"Kami selalu berada di area terdepan dalam menciptakan lingkungan terbaik di latihan dan aktivitas pernapasan. Saya tak bisa menceritakan klub-klub mana saja tetapi kami telah bekerja dengan kubu-kubu terbesar," kata Rubie lagi.

Situs perusahaan tersebut menulis, Altitude Mask adalah masker berspesifikasi N95 yang mempunyai dua lapisan neoprene.

Masker ini memiliki filter N95 yang bisa diganti dan perekat velcro yang nyaman serta mengikat erat di wajah.

Altitude Mask mengklaim masker produksi mereka dapat meningkatkan kapasitas paru-paru penggunanya serta efisiensi oksigen.

Masker tersebut pun diklaim sebagai anti pasir, debu dan air.

Tidak Boleh Mandi

Tenis lapangan adalah juga permainan ajaib di luar sepak bola.

Cabang olahraga elite tersebut bahkan sudah menetapkan aturan ketat.

Petenis tidak boleh mandi di venue pertandingan dan bola tenis untuk setiap pemain dibedakan.

Protokol ini akan diterapkan dalam turnamen tenis dunia setelah pandemi virus corona berakhir.

Federasi Tenis Internasional (ITF) merilis pedoman tersebut pada hari Jumat 1 Mei 2020.

ITF belum bisa memastikan kapan menyelenggarakan turnamen lagi setelah seluruh kompetisi ditunda sejak medio Maret 2020.

Namun, sebagai antisipasi ITF mengeluarkan pedoman penyelenggaraan turnamen setelah pandemi sembari menanti rekomendasi dari pihak berwenang mengenai izin kompetisi.

"Kami akan tetap menunggu keputusan dari pemerintah. Turnamen tenis tidak akan dimainkan sampai pemerintah memberi lampu hijau. Pedoman yang kami berikan berguna untuk meminimalisir risiko penularan virus corona di setiap turnamen," demikian pernyataan ITF.

Pedoman ITF fokus untuk mengatur dan menjaga keselamatan petenis yang akan bertanding.

Pertama, ITF melarang pemain menggunakan kamar ganti atau kamar mandi sebelum atau sesudah pertandingan.

ITF meminta semua pemain sudah memakai pakaian tanding ketika memasuki venue dan langsung meninggalkan lapangan setelah pertandingan berakhir.

Kedua, pemain harus mengenakan masker saat berada di luar lapangan dan tetap menjaga jarak minimal dua meter satu sama lain.

Mereka pun tidak boleh berjabat tangan.

Ketiga, setiap pemain akan mendapatkan bola yang akan digunakan untuk servis.

Untuk membedakan dengan pemain lain, bola akan diberi nomor.

Keempat, pengambil bola di pinggir lapangan wajib memakai sarung tangan karet.

Kelima, pemain tidak boleh melewati wilayah permainannya saat istirahat dengan net menjadi pembatas.

Keenam, pemain dilarang berinteraksi dengan fans seperti memberi tanda tangan, berfoto, memberi bola atau botol minum. Terakhir, turnamen kemungkinan besar akan digelar tanpa penonton atau tertutup.

Super ketat bukan?

Tidak bisa kita pungkiri bahwa Coronavirus Disease 2019 alias Covid-19 membawa banyak perubahan hampir semua lini kehidupan umat manusia sejagat.

Mari berdoa dan disiplin mengikuti seluruh protokol kesehatan yang dianjurkan agar corona lekas berlalu sehingga permainan ajaib tidak terlalu lama meninggalkan manusia yang mengasihinya. (dion db putra)

Sumber: Tribun Bali

Corona dan Lockdwon Pun Jatuh Cinta


ilustrasi
KELAK, kira-kira 22 hingga 25 tahun dari sekarang, Corona dan Lockdown saling jatuh cinta lalu sepakat mengikat janji suci perkawinan.

Orangtua mereka pun mengirim undangan resepsi kepada keluarga, kerabat, kolega dan mitra. Mungkin termasuk tuan dan puan.

Isinya demikian.

Mohon kehadiran bapak/ibu pada resepsi pernikahan anak, cucu terkasih kami, Maria Josepha Corona dengan Joseph Alexander Lockdown di Ballroom hotel A pada tanggal sekian, bulan sekian, tahun sekian mulai jam sekian.

Dua puluh lima tahun mungkin terlalu lama.

Boleh jadi setahun atau dua tahun dari hari ini, puan mendapat undangan merayakan hari ulang tahun Bryant Covid, Marshanda Sanitizer, Pascal Masker, Michael Swab, Kiki Amalia Rapid atau Ricardo Joao Disinfektan.


Nama-nama rekaan? Ya benar.

Itu umpama saja.

Tapi yang ingin kubagikan di sini adalah sesuatu yang nyata.

Pandemivirus mengerikan tersebut telah melahirkan “anak-anak Corona”.

Orangtua mereka dengan kesadaran penuh mengabadikan nama si buah hati yang lahir di tengah badai Covid-19 menerjang dunia.

Kantor berita Agence France-Presse (AFP) seperti dikutip Kompas.Com mewartakan, sejumlah orangtua tampaknya tidak merasa khawatir secuilpun dengan prospek anak-anak mereka yang dikaitkan dengan sampar corona.

Covid-19 yang telah membunuh lebih dari 200 ribu orang di seluruh dunia.

Kini sudah ada bayi bernama Corona Kumar, Covid Marie, Lockdown Sanjay dan Sanitizer.

Ketika Colline Tabesa melahirkan seorang bayi perempuan yang sehat di Kota Bacolod Filipina tengah pada 13 April 2020, dia dan suaminya, John Tupas (23) menandai peristiwa kelahiran putri mereka dengan rasa syukur.

"Wabah virus corona telah menyebabkan penderitaan besar di seluruh dunia," ujar Tupas yang mengekspresikan kelegaan setelah persalinan buah cintanya berjalan lancar.

"Saya ingin namanya (bayi) mengingatkan kami bahwa Covid tidak hanya membawa penderitaan namun juga keberkahan buat kita semua," ujarnya semringah.

Begitulah asal muasal nama putri mereka menjadi Covid Marie.

Tupas mengatakan meskipun dia telah menerima sejumlah kritik di media sosial karena pilihannya yang tidak lazim, dia tidak akan terpengaruh.

"Dia mungkin akan mengalami bullying, tapi saya hanya akan mengajari putri saya untuk menjadi orang yang baik. Kami tidak ada pertimbangan lain," tandasnya.

Lagi-lagi terjadi di negeri kebanggaan petinju hebat Manny Pacquiao.

Seorang anak yang lahir pada 15 Maret 2020 di Fipina diberi nama Covid Bryant.

Kabar ini viral cepat di Twitter melalui unggahan akun @ninacayosa.

Nama tersebut merupakan kombinasi dari Covid dan nama belakang Kobe Bryant, bintang basket dunia yang meninggal dalam kecelakaan helikopter Januari 2020 lalu.

Dilansir dari Mirror, seorang warganet mengomentari unggahan tersebut dengan menulis "Anak ini akan di-bully pada waktunya nanti."

Kemudian warganet lain melontarkan candaan "Anak ini akan mengubah dunia. Hahaha."

"Para orangtua seharusnya berkonsultasi dulu sebelum menamai anaknya. Bryant nama yang oke, tapi menamai anakmu dengan nama virus? Serius?" tulis warganet lainnya.

Satunya lagi berkomentar, "Ini benar-benar 2020."

Pada 6 April 2020, dua orang ibu di India Tenggara memiliki ide serupa terpinspirasi dari saran dokter tempat kedua ibu itu melahirkan bayi mereka.

Bayi yang satu bernama Corona Kumar, satunya lagi Corona Kumari. SF Basha, dokter yang memberi usul nama berkata, "Saya katakan pada mereka hal ini bisa membantu menciptakan kesadaran tentang penyakit dan menghapus stigma terkait virus corona. Saya terkejut, mereka setuju."

Tidak mau kalah, masih dari negeri Sharukh Khan, pasangan suami istri (pasutri) pekerja migran di timur laut India yang terdampar ribuan kilometer dari rumah mereka di negara bagian Rajasthan, dengan bangga menamai nama anak mereka Lockdown Sanjay.

"Kami menamainya Lockdown mengingat semua masalah yang harus kami hadapi selama masa sulit ini," demikian laporan media setempat mengutip ayah sang bayi, Sanjay Bauri.

Masih dari India, bayi kembar yang lahir pada hari Jumat 27 Maret 2020 dinamakan Covid dan Corona. Sang ibu, Preeti Verma (27) mengatakan, ia sengaja menamai anaknya seperti itu sebagai pengingat atas apa yang terjadi saat kelahiran mereka.

"Persalinan ini terjadi setelah kesulitan yang kami hadapi. Jadi, saya dan suami ingin menjadikan hari ini sangat berkesan," kata dia.

Mereka menamai bayi laki-laki Covid. Sementara saudara kembarnya yang perempuan bernama Corona.

Dilansir Daily Mirror 3 April 2020, Verma merasa bahagia kelahiran dua bayinya tanpa halangan di tengah pandemi Covid-19.

Meski begitu, Verma mengakui bahwa setelah kedua anaknya itu beranjak dewasa, dia mempertimbangkan untuk memberikan nama baru bagi mereka.

Ibu yang sudah mempunyai putri berusia dua tahun tersebut menuturkan, virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu memang berbahaya.

Namun, di sisi lain, ada sisi positif yang menyertai, yakni masyarakat mulai fokus pada sanitasi, higienitas, dan pola hidup lebih sehat.

"Karena itu, kami memberikan nama ini," ujar dia.

Verma mengungkapkan, pada 26 Maret, dia mulai merasakan rasa sakit.

Suami Verma segera menelepon ambulans untuk membawa mereka ke rumah sakit.

Saat itu, kendaraan dilarang melintas karena India berlakukan lockdown.

Ambulas sempat dihentikan polisi di sejumlah tempat, tetapi segera dibiarkan pergi begitu melihat Verma akan melahirkan.

Saat itu, dia mengaku khawatir karena sampai di rumah sakit pada tengah malam.

Untungnya, dokter dan perawat sigap membantunya bersalin.

Covid dan Corona lahir selamat dan sehat.

Peristiwa atau Tokoh Terkenal

Orangtua memberi nama anak terinpirasi dari peristiwa atau kejadian tertentu sebenarnya bukan hal baru.

Masyarakat Indonesia pun lazim melakukan hal tersebut.

Saya punya seorang kenalan bernama Yasinta Sengsara.

“Ibuku sangat menderita ketika melahirkan saya di kampung udik di Flores,” katanya ketika kutanya mengapa namanya demikian.

Rekanku wartawan generasi awal Harian Pos Kupang bernama Stanislaus Peluru.

Stanis ulet dan rajin bekerja.

Suka bercanda dan piawai menjalin relasi dengan siapa saja.

Stanis pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Alor, daerah asal pemain Bali United Yabes Roni Malaifani dan penyanyi muda yang lagi naik daun, Andmesh Kamaleng.

Selain peristiwa, orang doyan memberi nama sang anak dari nama figur terkenal, mulai dari tokoh agama, atlet profesional, pemimpin bangsa dan sebagainya.

Nama pemain bintang sepak bola termasuk yang favorit.

Hari-hari ini tuan dan puan tentu biasa bertemu seseorang bernama Ronaldo, Messi, Rivaldo, Wayne, Beckham, Zidane, Zico, Baggio, Maldini, Dede Sulaiman, Johan Pasla, Bambang Nurdiansyah dan lainnya.

Tahun 1986 ketika Diego Armando Maradona berada di puncak kejayaannya, mengantar Argentina menjadi juara Piala Dunia, lebih dari 200 bayi yang lahir bulan Mei-Agustus tahun ini diberi nama Maradona.

Maradona menghipnotis dunia. Bukan cuma itu.

Seorang gadis dari Benfleet Inggris, Jeniece Harris rela membayar 3 ribu poundsterling kepada seorang ahli hukum di negeri Ratu Elizabeth II itu guna mengubah namanya menjadi Janiece Jennifer Dorothy Arsenal Maradona.

Maradona tergolong nama pesepakbola yang paling banyak dipakai.

Maklum dia merupakan pemain terbaik abad ke-20 selain bintang Brasil, Edson Arantes do Nascimento alias Pele.

Para pakar pernah meneliti anatomi Maradona saat bermain bola.

Bagian tubuh Maradona yang paling berperan adalah pinggul.

Liukannya menipu dan memabukkan lawan.

Kesimpulan lain, Maradona itu jenius bola, skill-nya gabungan lima seniman bola terbesar dalam sejarah.

Ia mampu mengutak-atik bola seperti Pele, menguasai lapangan tengah selevel Johan Cruyff, berkelit bagaikan George Best, gerakan kakinya laksana Roberto Baggio dan umpan-umpannya matang terukur seperti Franz Beckenbauer pada masa puncaknya.

Satu dekade terakhir nama bintang sepak bola yang paling banyak diadopsi adalah Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.

Wajar karena keduanya silih berganti meraih penghargaan terbaik mulai dari level klub hingga sejagat.

Ada yang bilang nama adalah doa.

Memberi nama anak sama artinya dengan mendoakan anak sehat, sejahtera dan bahagia.

"What's in a name? Demikian ungkapan terkenal William Shakespeare dalam roman klasik tentang kasih tak sampai Romeo dan Juliet.

Apalah arti sebuah nama?

Andaikan tuan memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi bukan?

Selamat datang ke dunia generasi yang lahir di tahun Corona.

Dikau tetaplah anak cantik dan rupawan yang kami kasihi selalu meskipun namamu Covid, Corona, Sanitizer, Lockdown atau Swab. Sehat selalu ya.

Buat ayah ibumu yang sedang berbahagia, jangan lupa tetap di rumah saja.

Pakai masker, hand santizer, jaga jarak kalau sedang keluar rumah.

Maklum Covid dan Corona yang asli masih berkeliaran bebas lepas di luar sana.

Kejam dia. Belum ada obatnya pula.

(dion db putra)

Sumber: Tribun Bali

Sepak Bola Mati Gaya


ilustrasi
CORONA semoga lekas berlalu. Makin lama wabah bergulir bikin sepak bola sungguh mati gaya.

Sekarang pun sebagian sudah sekarat bahkan memilih langkah tandas: menghentikan kompetisi musim 2019-2020. Duh!

Kabar murung berembus dari daratan Eropa dan Latin Amerika, dua sumbu utama sepak bola dunia.

Sampai 30 April 2020, empat negara sudah memastikan tidak lagi menggulirkan kompetisi musim ini.

Liga Belgia (Jupiter Pro League), Liga Belanda (Eredivisie), Liga Argentina (Superliga Argentina) dan Liga Prancis ( Ligue 1).


Mungkin dalam satu dua hari ke depan akan ada lagi negara yang mengakhiri kompetisi.

Liga Belanda dan Prancis masuk daftar liga terbaik di Eropa selain Inggris Spanyol, Jerman dan Italia.

Otoritas Prancis dan Belanda melarang aktivitas olahraga yang menghadirkan kemurunan massa sampai bulan September 2020.

Liga Prancis sudah melakoni 28 pekan sebelum dihentikan permanen per 28 April 2020.

Keputusan itu berdasarkan perintah Perdana Menteri Prancis Edouard Philippe.

"Musim 2019-2020, terutama untuk kompetisi sepak bola, tidak dapat dilanjutkan," tegas Philippe seperti dikutip AFP.

Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) dan Liga Sepak Bola Profesional Prancis (LFP) dalam waktu dekat merumuskan penentuan tim juara, degradasi, promosi, dan wakil kompetisi Eropa musim depan.

Klub kaya dan bertaburan bintang Paris St. Germain (PSG) kini memimpin klasemen Ligue 1 dengan keunggulan 12 poin dari Olympique Marseille.

Rennes dan Lille di posisi ketiga dan keempat, sedangkan Toulouse berada di dasar klasemen.

Di Ligue 2 tim lima besar cuma terpisah empat poin saja.

Lorient, Lens, Ajaccio, Troyes dan Clermont berpeluang promosi ke divisi teratas.

Liga Belgia merupakan kompetisi pertama di Benua Biru yang berakhir sebelum waktunya.

Jupiter Pro League musim ini telah menggelar pertandingan hingga pekan ke-29 dengan Club Brugge sebagai pimpinan
klasemen.

Berbeda dengan Prancis yang masih menanti rapat lanjutan untuk memutuskan tim juara, Belgia lebih praktis.

Tidak bertele-tele. Dewan Direktur Liga Belgia bersama pimpinan 24 klub dari dua divisi langsung putuskan Club Brugge sebagai juara musim ini. Beres.

Tetangga Belgia, Belanda pun menyetop kompetisi Eredivisie pada 26 April 2020 karena teror Covid-19 yang belum ada vaksinnya ini.

Tapi lain padang lain belalang. Lain Belgia, lain pula Belanda.

Di negeri Kincir Angin, tak ada tim yang juara dan terdegradasi.

Sejumlah pemain Ajax Amsterdam pun meradang lantaran mereka memimpin klasemen dengan koleksi 56 poin dari 25 laga.

Tapi ini keputusan bijak dari Koninklijke Nederlandse Voetbalbond (KNVB) atau Asosiasi Sepak Bola Kerajaan Belanda.

Soalnya Ajax tak seberapa unggul.

Poinnya sama dengan musuh bebuyutannya AZ Alkmaar.

Kedua tim hanya dibedakan selisih gol.

Daripada repot mendingan tak ada tim juara. Habis perkara. Kalau mau juara kompetisi lagi musim depan.

Di Amerika Selatan, Liga Argentina menjadi korban perdana krisis virus corona.

Argentina, siapa yang tidak kenal?

Negeri bertaburan bintang sepak bola dari masa ke masa, tak pernah habis-habisnya.

Gara-gara pandemi Covid-19, Argentina menghentikan kompetisi lebih lekas.

Maradona pun meneteskan air mata.

Apalagi klub asuhannya, Gimnasia La Plata bertengger di dasar jurang klasemen.

Saat kompetisi itu dihentikan Gimnasia berada di peringkat ke-19 dari 24 kontestan Superliga Argentina.

Asosiasi Sepak Bola Argentina (AFA) berbesar hati.

Menerima keputusan pahit tersebut.

"Kompetisi sudah berakhir. Keputusan ini diratifikasi oleh Komite Eksekutif dalam konferensi video pada Selasa (28 April 2020)," ujar Presiden AFA, Claudio Tapia.

"Kami hanya akan kembali ke lapangan jika otoritas kesehatan memberikan lampu hijau. Singkatnya, kami baru bermain lagi jika
waktunya sudah tepat," tuturnya.

Kita menanti kabar teranyar dari bumi Latin Amerika.

Negara mana lagi bakal menyusul Argentina.

Apakah Brasil, Uruguay, Paraguay atau Kolombia? Walahualam.

Suara dari Spanyol

Suara dari Spanyol bernada kritik menggelitik.

Adalah Presiden La Liga (Liga Spanyol), Javier Tebas yang menilai Prancis dan Belanda yang menghentikan kompetisi domestik sebagai keputusan tergesa-gesa.

Menurut Javier Tebas, kompetisi musim ini seharusnya masih berlanjut lantaran main bola di tengah pandemi Covid-19 risiko bahaya lebih kecil ketimbang memancing di laut lepas.

Opsi menggelar pertandingan tanpa penonton masih bisa diambil.

"Saya tak mengerti mengapa bermain bola tanpa penonton dengan tetap memperhatikan keselamatan dan kesehatan masih dianggap berbahaya," kata Javier Tebas seperti dikutip dari situs Goal, Rabu 29 April 2020.

Javier Tebas memastikan Liga Spanyol musim ini tetap berlanjut demi menekan dampak buruk ekonomi yang sangat memukul industri sepak bola.

"Di Spanyol, sepak bola adalah salah satu pendorong ekonomi yang penting sehingga harus diaktifkan kembali," tutur Javier Tebas.

Penegasan Tebas memang tak asal tebas.

Kata dia, kompetisi La Liga bisa bergulir lagi sesegera mungkin dengan tetap mematuhi prosedur keamanan dan protokol kesehatan Covid-19.

Persyaratan itu mutlak.

Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, telah memberi lampu hijau atlet termasuk pesepak bola di Negeri Matador itu kembali berlatih di luar ruangan mulai 4 Mei 2020.

Namun, semua atlet hanya diizinkan latihan di luar ruangan secara individu.

Adapun untuk latihan secara berkelompok setiap tim bisa memulai dari 11 Mei 2020 dengan tetap memperhatikan aturan keamanan dan kesehatan.

Pengumuman PM Sanchez seiring tekad Javier Tebas.

Liga Spanyol yang dihentikan sementara pada medio Maret lalu berpeluang jalan lagi paling lambat awal atau pertengahan Juni 2020.

Artinya para pemuja Lionel Messi. Antoine Griezmann, Karim Benzema, Gareth Bale, Eden Hazard dan lain-lain boleh menyaksikan pemain kesayangannya beraksi di lapangan hijau.

Italia negara Eropa yang paling menderita karena pandemi Corona malah yang pertama mengumumkan para pemain sepak bola sudah bisa latihan lagi mulai 4 Mei 2020.

Di negeri pizza ini sedikitnya 26.644 orang tewas sejak kasus pertama positif virus corona merebak Februari lalu.

Pemerintah Italia memberlakukan lockdown sejak 10 Maret.

Kini kasus Covid-19 di Italia berangsur menurun.

Pada tanggal 4 Mei pemain hanya diizinkan berlatih sendiri di luar ruangan.

Klub-klub Serie A baru boleh latihan bersama mulai 18 Mei 2020.

Tentunya ini merupakan kabar gembira, memberi peluang Serie A bakal bergulir tak lama lagi.

Mungkin akhir Mei atau awal Juni 2020.

Sejauh ini sikap klub-klub Serie A terbelah dua.

Ada yang menolak melanjutkan musim 2019-2020. Ada pula sebaliknya.

Brescia merupakan klub yang lantang tak mau main lagi pada sisa musim kompetisi 2019-2020.

Juventus dan Lazio merupakan dua tim teratas klasemen Serie A 2019-2020, sebelum kompetisi dihentikan Maret lalu. Juventus berada di puncak klasemen dengan koleksi 63 poin dari 26 pertandingan.

Sementara Lazio menempati peringkat kedua dengan hanya selisih satu poin.

Jika kompetisi tidak berlanjut, ada ide menggelar laga playoff untuk menentukan siapa yang berhak meraih scudetto (juara).

Presiden Lazio Claudio Lotito, mengaku bersedia melakoni laga playoff melawan Juventus.

"Hari ini kami hanya berselisih satu poin dari Juventus," ungkap Lotito seperti dikutip dari Football Italia.

"Saya akan menerima opsi playoff untuk menentukan scudetto, tapi saya tidak pernah mengusulkan itu," tandas Lotito.

Bagaimana akhir kisah Serie A musim ini kita nantikan bersama seiring waktu berlalu.

Sama juga dengan kelanjutan Liga 1, kasta tertinggi Liga Sepak Bola Indonesia.

Kita masih boleh berharap kompetisi tersebut berlanjut.

Bagaimana Liga Inggris, ajang kompetisi sepak bola paling aktraktif dan kompetitif sejagat?

Terbetik kabar Liga Premier bisa kembali bergulir pada Juni 2020 lantaran situasi pandemi corona di Inggris mulai membaik. Wow!

Klub-klub Liga Inggris pun telah mengagendakan latihan mulai 18 Mei nanti.

Situasi yang baik ini membuat Sekretaris Inggris untuk Bidang Digital, Kebudayaan, Media, dan Olahraga, Oliver Dowden, optimistis Premier League kembali bergulir bulan Juni nanti.

Dowden berencana mengadakan pertemuan dengan klub-klub peserta Liga Inggris pada Jumat 1 Mei 2020.

Pertemuan itu membahas kemungkinan melanjutkan kompetisi Liga Inggris musim 2019-2020 mulai Juni mendatang.

"Saya secara pribadi sudah berbicara dengan Liga Premier dengan sebuahpandangan untuk secepatnya memulai kembali kompetisi demi mendukung seluruh komunitas sepak bola," kata Dowden, dilansir dari Goal, Selasa 28 April 2020.

Kalau Spanyol dan Italia baru mulai latihan awal Mei, di Inggris malah pemain sudah latihan sejak awal pekan ini.

Hari Senin 27 April 2020, Arsenal, Everton, dan West Ham telah mengizinkan pemain kembali ke pusat latihan.

Meski demikian, para pemain tetap diimbau disiplin physical distancing.

Jaga jarak fisik yang aman.

Langkah Arsenal, Everton, dan West Ham disusul Tottenham Hotspur.

Klub asuhan Jose Mourinho itu membuka kembali markas latihan mereka pada Selasa 28 April.

Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) sudah meminta operator liga-liga diEropa menentukan kelanjutan kompetisi paling lambat pada  25 Mei 2020.

Para pejabat kompetisi domestik setiap negara diharapkan segera memutuskan apakah liga mereka akan berlanjut atau tidak.

Batas waktu 25 Mei ditetapkan UEFA sesuai pedoman untuk kompetisi Eropa.

UEFA menetapkan 25 Mei karena dua hari setelah tanggal itu akan ada pertemuan komite eksekutif membahas kelanjutan Liga Champions dan Liga Europa.

Liga-liga di Eropa yang belum memutuskan sikapnya kini seolah berpacu dengan waktu sembari berdoa agar pandemi Covid-19 segera berlalu.

Bagaimana Liga Inggris? Drama di Inggris paling menarik terutama bagi penggemar Liverpool yang sudah menanti gelar juara selama 30 tahun.

Liverpool tinggal selangkah lagi menjadi juara musim ini.

Namun, virus corona membuat klub dengan fans fanatik sejagat itu harus menunggu keputusan resmi.

Menanti dengan rasa waswas.

The Reds, julukan Liverpool, patut berharap juara Liga Inggris 2019-2020.

Toh poinnya unggul jauh dari rival terdekatnya Manchester City.

Liverpool sudah unggul 25 poin atas City saat Liga Inggris dihentikan pada pekan ke-29 medio Maret silam.

Kalau liga tak berlanjut dan keputusannya mengikuti langkah Belanda, betapa sakitnya hati pemuja The Reds di seluruh dunia.

Sepak bola benar-benar mati gaya bagi mereka bukan?

Kalau saya sih santai saja bung.

Klub kesayanganku Bayern Muenchen masih Berjaya di Bundesliga.

Die Rotten tetap jaga jarak aman dengan Borussia Dortmund dan Leipzig.

Lagipula hampir pasti Bundesliga Jerman musim ini bergulir lagi bulan Mei nanti.

Jerman, negara di Eropa yang paling aman dari amukan virus Corona setelah Israel.

Jadi peluang tersebut sangat besar terwujud.

Kalaupun Bayern Muenchen kali ini gagal juara, tidak apa-apa kawan.

FC Hollywood sudah biasa juara Bundesliga Jerman.

Beda sama putra Jerman, Juergen Klopp yang berambisi mencetak sejarah di Liga Premier bersama Liverpool setelah puasa gelar selama tiga dekade.

Begitulah. (dion db putra)

Sumber: Tribun Bali

Prahara Mudik atau Pulang Kampung


ilustrasi
CORONAVIRUS Disease 2019 alias Covid-19 ikut mengguncang jagat perbahasaan.

Corona memperkaya bahasa Indonesia. Tapi serentak jua merendahkan martabatnya.

Kok bisa?

Gara-gara virus yang menyerang pernapasan ini, cara dan gaya kita berbahasa Indonesia yang memang doyan bikin singkatan dan akronim, kini menambah lagi koleksinya.

Sekarang keponakanku yang masih di bangku Sekolah Dasar (SD) pun sudah hafal apa itu ADP, ODP, PDP, OTG dan sebagainya.

ODP (Orang Dalam Pantauan), PDP (Pasien Dalam Pengawasan), OTG (Orang Tanpa Gejala), APD (Alat Pelindung Diri).


Bahkan keponakanku familiar dengan istilah asing semisal WFH (Work From Home), SFH (Studi From Home), Lockdown dan lain-lain.

Pandemi Covid-19 pun mempertebal kegandrungan sebagian pejabat menggunakan istilah asing. Bahasa Inggris khususnya.

Mereka terlihat bangga bukan main memakai diksi social distancing lalu belakangan physical distancing.

Padahal ada padanannya dalam bahasa Indonesia yang niscaya lebih enteng dimengerti khalayak ketika si pejabat menyebarkan pesan tersebut.

Physical distancing itu sebenarnya jaga jarak fisik.

Bisa ditambahkan jaga jarak minimal satu sampai satu setengah meter ketika berbincang atau bertemu orang lain.

Begitu cara jitu anjuran Badan Kesehatan Dunia (WHO) guna mengamankan diri dari kemungkinan terpapar Covid-19.

Work From Home sinonimnya kerja dari rumah. Penghuni Ibu Pertiwi kiranya langsung mengerti apa itu konsep belajar dari rumah, ibadah di rumah dan seterusnya.

Lockdown ya pembatasan, penutupan suatu wilayah atau karantina wilayah.

Pokoknya bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa ini memiliki kosa kata yang kaya dan niscaya dipahami secara baik oleh segenap lapisan masyarakat.

Fidelis Bata Dosi, keluargaku dari garis ayah yang drop out kelas V SD di kampung pedalaman Flores, mengaku hanya bisa garuk-garuk kepala saat pertama kali mendengar istilah physical distancing di televisi.

“Saya bingung,” ujarnya.

Dr Marsel Robot, dosen senior Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, menyebut kegandrungan menggunakan istilah asing itu gejala psikologis semacam gengsi atau prestise.

Mereka beranggapan menggunakan istilah asing lebih keren, lebih hebat. Padahal dia sendiri tidak mengerti asal usul istilah tersebut.

Kedua, menutup kenyataan dengan cara menghaluskan bahasa yang sering disebut eufemisme.

“Hasilnya membingungkan dan tidak menggugah orang melakukan sesuatu.

Inilah cara merendahkan martabat bahasa Indonesia oleh anak bangsa sendiri,” kata Marsel Robot yang mengemban tanggung jawab selaku Kepala Pusat Studi Kebudayaan dan Pariwisata Undana.

Syukurlah belakangan pemerintah mulai menggunakan bahasa Indonesia ketika menggulirkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di daerah zona merah pandemi Covid-19 semisal DKI Jakarta, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.

Meski demikian, PSBB tetap saja melahirkan secuil tanya, mengapa pemerintah tidak menggunakan diksi “Skala” (Pembatasan Sosial Skala Besar) saja tetapi “Berskala”?

Para pakar bahasa Indonesia tentu lebih piawai menjelaskan fungsi imbuhan tersebut.

Prahara Mudik

Dua tiga hari terakhir ramai nian di jagat maya dan jagat nyata diskusi soal mudik atau pulang kampung.

Muncul pengamat bahasa dadakan dan pengamat yang benar-benar ahli.

Tak ketinggalan bumbu penyedap diskusi berupa kritik dan nyinyir. Pun mengarah ke perundungan.

Pemicu diskusi hangat tersebut adalah orang nomor satu di ini negeri, Presiden Joko Widodo.  Jokowi  menyebut mudik dan pulang kampung saat tampil dalam acara Mata Najwa asuhan presenter kondang Najwa Shihab.

Najwa bertanya kepada Presiden Jokowi, apakah mudik itu dilarang atau tidak karena sudah banyak orang yang mudik sebelum pemerintah akhirnya resmi melarang pada 24 April 2020.

Jokowi lantas menjawab begini.

"Kalau itu bukan mudik, itu namanya pulang kampung. Memang bekerja di Jabodetabek, di sini sudah tidak ada pekerjaan, ya mereka pulang. Karena anak istrinya ada di kampung," ujar Jokowi dalam wawancara eksklusif acara Mata Najwa yang disiarkan Trans7, Rabu malam 22 April 2020.

Menurut Jokowi, pulang kampung berbeda dengan mudik.

Jokowi mengatakan mudik dilakukan saat menjelang Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran.

Sementara pulang kampung tidak terbatas pada momen Lebaran.

Orang bisa pulang kampung kapan saja dan untuk konteks saat ini mereka pulang antara lain karena tak ada lagi pekerjaan di kota,.

"Ya kalau mudik itu di hari Lebaran-nya, beda, untuk merayakan Idul Fitri. Kalau yang namanya pulang kampung itu bekerja di Jakarta, tetapi anak-istrinya ada di kampung," kata Jokowi.

Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbitan Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kata 'mudik' memiliki dua arti.

Mudik: (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman). Misalnya dari Palembang mudik sampai ke Sakayu. Kedua, pulang ke kampung halaman.

Contoh seminggu menjelang Lebaran sudah banyak orang yang mudik.

Berikut arti pulang kampung: kembali ke kampung halaman; mudik. Contoh: dia pulang kampung setelah tidak lagi bekerja di kota.

Pengertian 'mudik' dan 'pulang kampung' memang mirip. Ada contoh dalam KBBI, yakni mudik disertai contoh konteks Lebaran, sedangkan pulang kampung disertakan konteks kondisi pekerjaan di kota.

Sulit menampik kenyataan bahwa diksi 'mudik' sangat populer dalam suasana Lebaran, baik menjelang, hari H ataupun sesudahnya. Mudik kemudian diasosiasikan dengan Lebaran.

Mudik mengalami pergeseran makna secara semantik karena asal usul sesungguhnya tidak dikaitkan
dengan Lebaran.

Apapun itu, keduanya, entah mudik atau pulang kampung, tak patut dilakoni pada masa pandemi Covid-19 ini agar bisa memutus mata rantai penyebaran virus Corona. Prahara menanti bila orang tetap nekat. Mengapa?

Coba perhatikan data pergerakan kasus Covid-19 di Indonesia. Grafiknya masih terus menanjak. Sampai Sabtu 25 April 2020 tercatat 8.607 orang yang positif atau ketambahan 396 kasus baru dari kondisi sehari sebelumnya.

Sebanyak 6.845 dirawat, 1.042 orang sembuh dan 720 yang meninggal dunia.

Kondisi di Bali pun setali tiga uang. Bali tetap masuk 10 besar provinsi di Indonesia dengan kasus tertinggi.

Sampai 25 April 2020, Bali bertahan di urutan ketujuh klasemen dengan pasien positif 183 orang, bertambah 6 dari sehari sebelumnya.

Meninggal dunia 4 orang, sembuh 70 orang dan masih dalam perawatan 109 orang.

Jumlah kasus diprediksi masih bertumbuh tambun sehingga langkah pemerintah melarang masyarakat mudik, meski sejumlah pihak menganggapnya telat, merupakan pilihan bijak dan tepat.

Pemerintah sudah bertindak tegas, menghentikan penerbangan pesawat komersial mulai 24 April hingga 1 Juni 2020.

Demikian pula moda transportasi darat dan laut dengan beberapa pengecualian seperti angkutan kargo dan lainnya.

Larangan tersebut dikunci melalui Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) RI Nomor 25 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441 Hijriah dalam Rangka
Pencegahan Penyebaran Covid-19.

Ada sanksi bagi pelanggar berupa denda Rp 100 juta dan penjara 1 tahun.

Aparat negara pun mulai bertindak lugas dan tandas.

Sebagai misal di Kabupaten Jembrana, rekan kami jurnalis Harian Tribun Bali I Made Ardhiangga melaporkan, sampai Minggu pagi 26 April 2020, polisi mencegat 465 orang yang hendak pulang ke Jawa. Mereka akhirnya kembali ke rumah.

Ketegasan aparat di lapangan sangat penting. Jangan sampai aparat main mata atau main kelingking alias kongkalikong dengan pemudik atau mereka yang mau pulang kampung.

Sangat perlu mewaspadai kemungkinan tersebut karena di ini negeri ada saja oknum yang suka menggayung di air keruh.

Memanfaatkan setiap celah guna menguntungkan diri sendiri.

Tenteram dan Makmur

Omong-omong soal pulang kampung, boleh jadi merupakan pilihan sebagian masyarakat karena alasan sosial ekonomi.

Di tengah badai pandemi Covid-19, mereka terpaksa pulang kampung karena tidak ada pendapatan
lagi di kota lantaran roda ekonomi bukan cuma mati suri tapi sekarat.

Seudik-udiknya kampung, ada suatu keutamaan di sana yang tak dipunyai kota yaitu modal sosial. Tak semata ekonomi. Modal sosial berwujud kebersamaan, persaudaraan dan kekeluargaan.

Kalau tuan lapar, masih boleh berharap pada kebaikan hati paman, bibi, kakak, adik, saudara, tetangga, teman.

Mereka mungkin miskin secara ekonomi tetapi dalam kemiskinannya masih mau berbagi.

Kampung dalam situasi seperti sekarang jelas jauh lebih baik ketimbang seseorang bertahan di kota yang egois dan cenderung individualis.

Dia bisa mati lapar dan haus karena tak ada orang yang peduli.

Ketika kembali ke desa atau kampung, teringat jaring pengaman sosial paling klasik dan ampuh di negeri gemah ripah loh jinawi (tenteram dan makmur serta sangat subur tanahnya) yaitu sektor pertanian dan
kelautan.

Tapi siapakah petani Indonesia itu? Siapakah nelayan Nusantara? Apakah mereka hidup tenteram dan makmur sehingga saat krisis krisis seperti saat ini kaum urban berbondong-bondong mudik. Berduyun-duyun pulang kampung.

Gemah ripah loh jinawi, betapa kaya alam raya Indonesia, dari Sabang hingga Merauke, Miangas sampai Pulau Rote.

Jangan-jangan itu cuma angan, kawan. Toh ini negara agraris impor sembako melulu, dari beras, bawang putih hingga garam dapur.

Setiap kali ingat kampung, entah mengapa, saya selalu suka mendengar lirik lagu Koes Plus berjudul Kolam Susu.

Maklum lirik lagu karya Yon Koeswoyo ini terinspirasi dari Kolam Susuk, sebuah danau eksotik di Pulau Timor, persisnya di pesisir wilayah Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Bukan lautan hanya kolam susu

Kail dan jalan cukup menghidupimuu

Tiada badai tiada topan kau temui

Ikan dan udang menghampiri dirimu

Bukan lautan hanya kolam susu

Kail dan jala cukup menghidupmu

Tiada badai tiada topan kau temui

Ikan dan udang menghampiri dirimu

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman


Benarkah tanah kita masih tanah surga?

Hingga tongkat kayu dan batu akan tetap jadi tanaman?

Tanaman yang menghidupkan khalayak marhaen.

Apakah negeri ini masih gemah ripah loh jinawi ?

Aih.. saya pun tidak tahu.

Om Ebiet G Ade bilang, coba pinjam catatan langit atau tanyakan pada rumput yang bergoyang. (dion db putra)

Sumber: Tribun Bali

Bumi Hening Memulihkan Diri


ilustrasi
Ketika Bumi rapuh dan letih

Semesta mengutus Covid

Saat Bumi sesak napas karena polusi

Diare akut lantaran sampah

Langit menurunkan Corona



Tatkala Bumi bising berisik

Merintih terkuras habis isi perutnya

Cakrawala menebarkan sampar

Agar Bumi berselimut sunyi

Boleh hening memulihkan diri





Ini bukan kebijakan manusia

Bukan kebajikan pemimpin bangsa-bangsa

Bukan karya para kepala negara

Pun bukan pula aksi nyata khalayak

Ini murka alam kawan



Buana mengamuk

Dikau terkurung di rumah saja

Telah berhari-hari

Berbulan-bulan

Entah sampai kapan…


Selamat Hari Bumi 2020.

Hari yang spesial. Niscaya akan lama terkenang.

Cita-cita sang penggagas Hari Bumi, Gaylord Nelson sejak tahun 1970 mulai tampak.

Setidaknya wajah Bumi lebih ceria dari lazimnya.

Senang melihat langit biru menghiasi kota-kota dunia.

Dari Roma, New York, Beijing. Abuja hingga Batavia.

Amboi indahnya menatap jalanan lengang, asap kendaraan bermotor dan pabrik cuma serawit cilik.

Dan, sampah plastik berkurang drastis. Udara yang puan hirup terasa lebih segar bukan?

Ketika Bumi letih rupanya semesta mengutus Covid-19 lantanan manusia gagal mendesain perawatan Bumi yang terencana dan berkesinambungan.

Sudah banyak forum membahas isu lingkungan, dari sekelas lobi bilateral hingga Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) dunia.

Tak sedikit kesepakatan diteken pemimpin bangsa-bangsa namun tetap saja tak bergigi.

Dari waktu ke waktu manusia di planet Bumi ini tak pernah mampu mencapai kesepakatan global hingga level aksi untuk menjaga keseimbangan alam agar Bumi tidak sekarat.

Eksekusi agenda aksi luruh berderai menghadapi egoisme dan keserakahan yang demikian super.

Maka untuk mengerem keserakahan itu, alam dengan caranya yang unik menyembuhkan dirinya dan membungkan kesombongan manusia.

Semesta minta sokongan virus. Benda tak kasat mata yang sungguh mematikan.

Sampai Selasa 21 April 2020, berdasarkan catatan worldometers, Covid-19 telah menjangkiti 2.475.356 orang di seluruh dunia.

Dari jumlah itu sebanyak 170.069 orang meninggal dunia dan pasien yang sembuh 645.200 orang.

Angka kematian diprediksi masih bergulir hingga air mata terus mengalir sampai jauh.

Kadar Polusi Menurun

Kita sudah hidup di era Revolusi 4,0 tapi masih saja bersikap kolot.

Menanti jagat menebar sampar baru sadar. Ironis!

Demi iklim Bumi yang lebih sehat bagi penghuninya, semesta mendatangkan pagebluk bernama Corona. '

Ada tangis menyayat hati tapi juga senyum mengulum.

Saya kutip secuil kabar baik. Kabar mengenai kadar polusi udara dunia yang menurun selama pandemi Covid-19.

Kepada BBC yang dikutip pada Minggu 29 Maret 2020, sejumlah peleliti di New York menyebutkan, tingkat polusi udara dan gas rumah kaca di beberapa kota dan wilayah di dunia terjun secara signifikan.

Hasil riset awal para peneliti itu menunjukkan karbon monoksida, terutama dari mobil berkurang hampir 50 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

Tidak heran bila emisi berbagai gas terkait energi dan transportasi anjlok.

Toh aktivitas ekonomi global menurun drastis selama pandemi Corona yang kini memasuki bulan keempat sejak pertama meledak di Wuhan China.

BBC melaporkan, dengan minimnya penerbangan, pembatasan perjalanan dan jutaan orang bekerja dari rumah, emisi di banyak negara tak akan menjulang.

Para ilmuwan mengatakan, pada Mei 2020 tatkala emisi CO2 mencapai puncaknya berkat dekomposisi daun, level yang tercatat mungkin terendah.

"Saya berharap kita akan memiliki peningkatan terkecil pada Mei,” kata Prof Roisin Commane dari Columbia University.

Profesor ini rutin sekali memantau tingkat polusi udara New York.

Menurut laporan teranyar, emisi karbon dunia mengalami penurunan terbesar sejak Perang Dunia II.

Berikut ini sampel menurunnya emisi karbon monoksida hingga akhir Maret 2020 di beberapa negara.

Kota New York,wilayah paling menderita akibat serangan Covid-19 di Amerika Serikat, tingkat lalu lintas turun 35 persen dibandingkan dengan tahun lalu.

Emisi karbon monoksida, terutama yang keluar dari lambung mobil dan truk, turun sekitar 50 persen.

Peneliti di Columbia University juga menemukan ada penurunan CO2 sebanyak 5-10 persen serta menyusutnya metana di New York.

"Dan ini adalah yang terbersih yang pernah saya lihat. Kurang dari setengah dari apa yang biasanya kita lihat pada bulan Maret," kata Prof Commane.

Kabar baik pun datang dari negeri Tirai Bambu.

Analisis untuk situs web iklim, Carbon Brief, terungkap penurunan 25 persen dalam hal penggunaan energi dan emisi di China selama periode bulan Maret 2020.

Italia utara mencatat penurunan signifikan nitrogen dioksida terkait pengurangan perjalanan mobil dan aktivitas industri.

Gas tersebut merupakan polutan udara serius dan secara tidak langsung berkontribusi terhadap pemanasan planet kita.

Sampah Menyusut

Kebijakan bekerja dari rumah, tutupnya sebagian besar mal, hotel, restoran dan fasilitas publik karena lockdown, karantina atau pembatasan sosial, ikut menyusutkan produksi sampah.

Teristimewa sampah plastik yang memang mencemaskan dunia sejak lama.

Sebagai misal saya sajikan data dari Jakarta dan Bogor, dua kota padat populasi di Indonesia.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta menyebut jumlah sampah dari Jakarta menuju Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Bantargebang, Bekasi, berkurang signifikan sejak penerapan Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah pada 16 Maret.

Kepala DLH DKI Jakarta Andono Warih menyatakan penurunan itu rata-rata mencapai 620 ton per hari.

"[Penurunan itu] jika dibandingkan dengan data rata-rata harian periode 1-15 Maret 2020 sebelum penerapan WFH, dengan rata-rata tonase sampah 16-31 Maret 2020 setelah penerapan WFH," kata Andono dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu 8 April 2020 dikutip dari kantor berita ANTARA.

Menurut Andono, penurunan aktivitas masyarakat memang berdampak terhadap berkurangnya timbunan sampah.

"Kebijakan bekerja, belajar dan beribadah dari rumah membuat sampah berkurang terutama dari sumber komersial, seperti hotel, mal, restoran, perkantoran dan tempat wisata," tuturnya.

Penurunan volume sampah juga terjadi di Kota Bogor. Kepala Bidang Persampahan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor, Dimas Tiko menyatakan, penurunan sampah di Kota Bogor mencapai 100 ton per hari.

Dari lazimnya 500 ton kini menyusut jadi 400 ton.

"Jika dibandingkan awal bulan lalu sampai hari ini penurunannya cukup banyak, bisa mencapai 100 ton," kata Dimas, 7 April 2020. Berkurangnya sampah terjadi karena aktivitas manusia di Kota Bogor relatif menurun akibat Covid-19.

Penurunan volume sampah juga karena hotel, restoran dan objek wisata yang menjadi penyumbang sampah tutup sementara selama pandemi Covid-19.

Kondisi yang sama bisa dipastikan terjadi pula di Bali, berbagai kota di Tanah Air serta belahan dunia lainnya.

Bahkan setiap rumah tangga hari ini bisa mereken sendiri produksi sampahnya setelah terkunci di rumah saja.

Menarik pernyataan pegiat lingkungan Dwi Sasetyaningtyas dalam diskusi daring bertajuk "Pro Kontra Covid-19 sebagai Obat Bumi" yang diselenggarakan #SayaPilihBumi pada Sabtu 4 April 2020 lalu.

Sasetyaningtyas, founder Sustaination melukiskan situsi saat ini sebagai Bumi sedang memulihkan dirinya sendiri.

Menurut Tyas, sebagaimana dikutip dari Nationalgeographic.co.id, momentum ini menjadi waktu yang tepat bagi kita memperbarui sikap merawat alam.

"Kita bisa mulai menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. Saat ini, ketika banyak melakukan aktivitas di rumah, bisa dimanfaatkan untuk belajar memilah sampah sendiri di rumah dan membuat kompos.

Mungkin saja, setelah pandemi berakhir, muncul kesadaran pada setiap individu untuk lebih menjaga alam," ujarnya.

Tyas berharap, perubahan gaya hidup tidak hanya melibatkan individu tapi juga kepedulian dari pemerintah dan industri.

"Aku ingin proses produksi berjalan selaras alam sesuai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG). Jangan lagi kembali ke aktivitas-aktivitas yang menyebabkan kerusakan dan polusi," katanya.

Tyas mengajak semua orang bersama-sama merefleksi diri. Memikirkan apa yang bisa tuan dan puan kerjakan untuk membantu sesama dan menjaga kelestarian alam setelah pandemi Coronavirus Disease 2019 bertepi.

Poinnya adalah menurunnya level polusi dan produksi sampah hari-hari ini hingga wajah Bumi lebih riang bukan efek by design karya manusia.

Manusia yang selama berabad-abad mencicipi kemurahan Bumi dan segenap isinya.

Kondisi Bumi memang agak membaik selama pandemi, tapi ini bukan hal yang patut dirayakan dengan pesta pora lantaran terwujud karena murka alam.

Bumi mencari keseimbangan baru lewat mekanisme dan caranya sendiri.

Manusia berjanji, dia juga yang mengingkari. Perayaan Hari Bumi di seluruh dunia pada 22 April sejatinya untuk menunjukkan dukungan bagi perlindungan lingkungan.

Hari Bumi dirancang sedemikian rupa demi meningkatkan kesadaran dan apresiasi umat manusia terhadap planet yang indah ini.

Faktanya Hari Bumi sekadar ritual tahunan yang hampa. Tahun berganti Bumi makin sesak dan muram.

Akhir kata, udara segar dan langit biru sekarang benar-benar hanya sementara kawan.

Ketika badai Covid-19 berlalu, dikau tak pernah tahu apakah manusia yang luput dari maut akan mengubah cara pandang dan aksi merawat Bumi lebih baik dan kontinu.

Jangan-jangan menanti sampar baru lagi agar Bumi kembali hening memulihkan diri.

Teringat Mahatma Gandhi.

Bumi dan segala isinya lebih dari cukup memenuhi kebutuhan seluruh penghuninya.

Berapa pun banyaknya. Tapi tak pernah cukup untuk satu orang yang serakah. (dion db putra)

Sumber: Tribun Bali

Mereken Rupiah Marhaen


ilustrasi
ADA secuil kisah menarik dari Bangli, daerah sejuk subur sumber air melimpah bagi Bali.

Di sana pemerintah kabupaten mengalokasikan dana Rp 33 miliar untuk penanganan Covid-19.

Lumayan besar.

Maklum Bangli sejauh ini mencatat jumlah orang terjangkit virus corona nomor dua terbanyak di Pulau Dewata setelah Kota Denpasar.

Pemerintah mutlak memberi perhatian sungguh-sungguh.

Namun, sampai tanggal 15 April 2020, dari dana yang disiapkan sebesar Rp 33 miliar tersebut baru dicairkan Rp 600 juta. Cuma nol koma nol sekian persen.

Cilik amat. Apa pasal?


Kepada rekanku jurnalis Harian Tribun Bali, M Fredey Mercury, Kepala Badan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah (BKPAD) Bangli, I Ketut Riang menyebut ada semacam keraguan dari pimpinan dan staf OPD (Organisasi Perangkat Daerah).

Mereka ragu segera mencairkan dana tersebut untuk penanganan Covid-19. Padahal, menurut Riang, dalam beberapa kali rapat, Bupati Bangli I Made Gianyar sudah memerintahkan OPD segera mencairkan dana mengingat saat ini merupakan kondisi emergency. Darurat!

Bupati Bangli pun sudah menandatangani Peraturan Bupati (Perbup) mengenai refocusing anggaran.

Jadi mengapa takut?

“Yang penting tidak ada penyalahgunaan anggaran untuk memperkaya diri. Rapat hari ini kembali ditegaskan agar PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) maupun Bendaraha OPD agar tidak ragu-ragu gunakan uang yang memang khusus untuk covid. Sehingga anggaran yang tersedia cepat dieksekusi,” kata Riang, Rabu lalu.

Semua pemerintah provinsi, kabupaten dan kota di Indonesia hari-hari ini memang menempuh langkah sebangun yaitu mengalihkan anggaran untuk penanganan Covid-19.

Pandemi global ini masuk kategori urusan super prioritas karena soal hidup dan mati. Tak boleh dipandang remeh.

Setiap daerah alokasikan dana dalam jumlah berbeda sesuai kondisi setempat.

Namun, rata-rata angkanya tambun pada level miliar sampai triliunan rupiah.

Presiden Joko Widodo bahkan sudah menginstrusikan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dan Menteri Keuangan Sri Mulyani menegur daerah yang belum mengalokasikan dana untuk  Covid-19.

Pandemi corona yang menelan korban jiwa hari demi hari ini merupakan musibah luar biasa sehingga harus ditangani lewat cara luar biasa pula.

Dana jangan sampai menjadi perintang.

Kira-kira begitu pesan Jokowi sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan RI dalam sejumlah kesempatan.

Lalu mengapa OPD ragu-ragu? Sebaiknya tuan jangan buru-buru memvonis pemerintah daerah lamban mengeksekusi.

Sikap tersebut dapat dimaklumi.

Sebab birokrasi di negeri ini punya mekanisme kerja tak seenteng memakai masker pada level implementasi.

Apalagi urusan duit. Salah kelola penjara menanti.

Maka diperlukan payung hukum sahih serta petunjuk teknis operasional yang jelas dan tidak mengangkangi regulasi.

Pun tak abai terhadap pertanyaan, apa urgensi penggunaan dana tersebut?

OPD tentu tidak asal mengajukan proposal atas nama corona.

Prinsip kehati-hatian tetap mereka kedepankan ketika hendak membeli masker,hand santitizer, disinfektan, Alat Pelindung Diri (APD) atau kebutuhan lainnya terkait Covid-19.

Keraguan sejumlah OPD di Kabupaten Bangli tersebut dapat dimengerti konteksnya.

Mungkin suasana batin yang sama juga dialami pimpinan dan OPD di daerah lainnya di Provinsi Bali dan luar Bali.

Oknum Pendompleng

Pandemi Covid-19 memang butuh langkah gesit guna memutus mata rantai penularannya.

Tapi tidak berarti belanja barang sesuka hati. Perlu analisa kebutuhan yang masuk akal agar dana tepat sasaran dan tepat guna.

Prinsip kehati-hatian dalam menggunakan anggaran negara itu penting sebab sejarah sudah membuktikan selalu ada pendompleng alias penumpang tidak sah yang memanfaatkan keadaan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah mengingatkan hal ini.

"Saya tekankan jangan ada pendompleng dari usaha kita untuk melakukan tindakan cepat. Jangan ada korupsi," tandasnya, Jumat 20 Maret 2020.

Kala itu Sri Mulyani menyebut pemerintah telah mengidentifikasi Rp 56 triliun sampai Rp 59 triliun dana desa yang akan dialihkan untuk penanganan virus corona.

Tahun ini, total transfer dana desa ke daerah mencapai Rp 850 triliun.

"Ada yang bisa direalokasikan membantu masyarakat untuk penanganan Covid-19," kata Sri Mulyani melalui telekonferensi,

Pesan yang sama dia ulangi pada 2 April 2020 saat mewakili pemerintah menyampaikan Surat Presiden (Supres) tentang Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan ke DPR.

Sri Mulyani menuturkan pemerintah sudah berkomunikasi dengan aparat penegak hukum dalam hal implementasi Perppu tersebut.

Hal ini bertujuan mencegah potensi penyelewengan.

“Pemerintah dalam hal ini KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) bekerja sama dengan Kejaksaan, Kepolisian, dan bahkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) agar potensi moral hazard atau penyalahgunaan dari Perppu ini bisa dihindari,” kata Sri Mulyani seperti diwartakan Kompas.Com.

Tepat sekali! Sri Mulyani mewanti-wanti kemungkinan oknum tertentu bakal memanfaatkan situasi darurat pandemi virus corona demi memperkaya diri.

Kaya lewat cara menyalahgunakan wewenang dan jabatan untuk menggarong uang marhaen.

Sebut saja virus OKB alias Orang Kaya Baru.

Pengalaman kehidupan kita berbangsa dan bernegara memperlihatkan selalu ada yang riang bermain di air keruh.

Saat musibah mereka tetap mereken berapa rupiah yang masuk ke rekeningnya.

Apakah tuan dan puan yakin setelah pandemi Covid-19 ini berlalu, urusan keuangan negara pun bersih dari praktik korupsi?

Transparency International Indonesia (TII) juga sejak dini mengingatkan pemerintah pusat mengenai potensi penyalahgunaan dana bantuan sosial penanganan Covid-19 oleh para kepala daerah.

Manajer Riset TII Wawan Suyatmiko mengatakan, tidak tertutup kemungkinan kepala daerah memanfaatkan dana bantuan tersebut untuk kepentingan politiknya.

"Bisa jadi ada penumpang gelap, freerider-nya beberapa pejabat daerah memanfaatkan bansos sebagai pork barrell-nya. Jadi penerima bansos itu daerah-daerah kantong pemilihannya dia, ini menarik," kata Wawan dalam sebuah diskusi, Selasa 14 April 2020.

Menurut Wawan, kemungkinan tersebut terbuka mengingat kontestasi Pilkada 2020 yang ditunda membuat kepala daerah petahana cari modal dengan memanfaatkan dana bantuan tersebut.

"Artinya butuh sumber daya publik, penanganan Covid ini bisa jadi penumpang gelapnya masuk ke situ juga," ujar Wawan.

Pemerintah pusat gelontorkan dana tak sedikit untuk Covid-19. Ada stimulus Rp 405 triliun.

Wawan menyebut modus korupsi lainya seperti mark-up anggaran, mark-down pendapatan hingga memberi keuntungan bagi lingkaran terdekat penguasa.

Dalam sebuah diskusi online, Kamis 9 April 2020, Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Misbah Hasan menyebutkan beberapa potensi korupsi dalam penanganan Covid-19.

Potensi korupsi antara lain saat pemerintah menggelontarkan dana bantuan untuk warga yang mengalami pelemahan ekonomi karena pandemi Covid-19.

Boleh jadi jumlah bantuan tak sesuai dengan yang diterima masyarakat.

Selain itu, bisa terjadi pungutan liar hingga dobel pembiayaan akibat data penerima yang amburadul.

Apalagi, kata Misbah, bantuan langsung tunai (BLT) yang sudah diwajibkan dalam anggaran pendapatan belanja negara (APBN) juga terdapat dalam anggaran pendapatan belanja daerah (APBD).

Kalau mau litani peluang terjadinya penyelewengan masih panjang daftarnya. Kita cukupkan dulu di sini.

Bagaimana tanggapan pimpinan lembaga anti rasuah?

Hari Minggu yang cerah 22 Maret 2020, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri berkata tegas. Lugas dan tandas.

Firli Bahuri mewanti penyelenggara negara tidak memanfaatkan pandemi Covid-19 untuk mencuri uang negara.

Pelaku korupsi saat terjadi bencana seperti saat ini dapat dipidana mati sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

“Korupsi pada saat bencana ancaman hukumannya pidana mati,” kata Firli Bahuri.

Bagus sekali peringatan beliau ini biar oknum pendompleng tahu diri.

Bahwa setiap rupiah pajak hasil keringat marhaen tidak boleh digarong yang kuat kuasa.

Cuma begini Pak Firli, mengapa KPK sampai sekarang belum tahu keberadaan tersangka Harun Masiku dan belum menahannya juga?

Kami rakyat Indonesia dengan ini menyatakan bahwa kami masih mendamba KPK yang gigih dan bergigi.

Sekian dan terima kasih. (dion db putra)

Sumber: Tribun Bali
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes