Sang Gadis yang Mengenal Batas Diri


Angela Merkel (ist)
Mengenal batas. Batas kemampuan diri manusia.

Ada saatnya bertakhta, ada waktunya pamit dari hiruk pikuk tepuk dan sorak.

Konsistensi sikap itu terdengar dari Jerman.

Negeri yang pertama kali berani mulai menjalani hidup normal baru melalui sepak bola sebagai pintu masuknya.

Sang pemimpin yang dicintai rakyatnya, Angela Merkel mengatakan, akan tetap pada keputusannya yaitu mengakhiri masa jabatan sebagai Kanselir Jerman periode ini.

Angela Merkel tidak akan maju lagi untuk periode kelima.

Saatnya menyerahkan estafet kepemimpinan kepada yang lebih muda kendati secara konstitusi kesempatan baginya masih terbuka.

Apalagi riuh terdengar suara rakyat Jerman yang mengharapkan kanselir masih dalam pangkuannya.

Hari Kamis 4 Juni 2020, dalam wawancara dengan wartawan stasiun televisi Jerman, ZDF, sebagaimana diberitakan Kompas.Com, Angela Merkel menolak tegas terkait ekspektasi rakyat negeri itu bahwa dia akan maju lagi dalam pemilihan kanselir tahun 2021 mendatang.

"Apakah Angela Merkel akan mempertimbangkan untuk maju lagi?" tanya wartawan.

"Tidak, tidak. Benar-benar tidak," jawab Merkel.

Dia kembali ditanya, apakah keputusannya pada tahun 2018 lalu akan mengakhiri masa jabatan periode ini masih berlaku?

Merkel menjawab tegas, "Sangat yakin."

Angela Merkel terpilih pertama kali pada tahun 2005 dan telah menjabat selama empat periode.

Pada akhir tahun 2018 dia menyerahkan estafet kepemimpinan sebagai Ketua Partai Kristen Demokrat (CDU) kepada Annegret Kramp-Karrenbauer yang kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) Jerman.

Kramp-Karrenbauer, yang digadang-gadang akan jadi penerus Merkel sebagai kanselir secara mengejutkan mengumumkan pengunduran dirinya dalam pencalonan kanselir Jerman sekaligus sebagai Ketua CDU pada Februari 2020.

Dengan demikian masih teka-teki siapa calon kanselir Jerman berikutnya.

Pencarian pengganti Kramp-Karrenbauer tertunda akibat pandemi Covid-19.

Pencarian pengganti ketua fraksi terbesar di parlemen Jerman, Bundestag sesuai keputusan internal CDU itu mungkin belum terlaksana hingga akhir tahun ini.

Pada awal Mei 2020, Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer mengatakan, kepada surat kabar Bild am Sonntag bahwa keberhasilan Angela Merkel mengatasi pandemi Covid-19 telah memunculkan spekulasi dia mungkin melanjutkan masa jabatan kelima.

Pemilihan parlemen federal Jerman akan diselenggarakan aling lambat 24 Oktober 2021.

Hasilnya akan menentukan siapa yang menjabat kanselir setelah Angela Merkel.

Wanita Paling Berpengaruh

Tanggal 12 Desember 2019, Majalah Forbes merilis daftar 100 wanita paling berpengaruh di dunia.

Kanselir Jerman Angela Merkel kembali menempati peringkat pertama sebagai wanita paling berpengaruh.

Ini adalah kali keempat belas nama Merkel tercatat dalam daftar wanita paling berpengaruh dalam 16 tahun sejarah daftar tersebut.

Pada tahun sebelumnya, Merkel merupakan orang paling berpengaruh nomor 4 di dunia versi Forbes.

Siapa Angela Merkel?

Dikutip dari Wikipedia, wanita kelahiran Hamburg 17 Juli 1954 itu merupakan politikus dan mantan ilmuwan peneliti yang menjabat i kanselir sejak 2005 dan Ketua Persatuan Demokrat Kristen (CDU) sejak 2000.

Merkel adalah perempuan pertama yang memegang kedua jabatan tersebut.

Dialah wanita paling berpengaruh di dunia setelah era kepemimpinan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher.

Nama kecilnya Angela Dorothea Kasner. Merkel merupakan nama suaminya Ulrich Merkel.

Angela adalah buah kasih pasangan Horst Kasner dan Herlind Jentzsch.,

Ayahnya seorang pendeta Lutheran dari Berlin dan ibunya Herlind Jentzsch asal Danzig, sehari-hari mengabdi sebagai guru.

Pada tahun 1954 ayahnya melayani gereja di Quitzow dan keluarganya pun pindah ke Templin.

Merkel dibesarkan di daerah pedesaan, 80 km di sebelah utara Berlin.

Sejak remaja Angela Merkel aktif dalam organisasi gerakan pemuda.

Ia kuliah di Universitas Leipzig, mendalami fisika dari 1973 hingga 1978.

Gelar doktornya dalam bidang fisika dia peroleh tahun 1986 dengan disertasi tentang akselerasi partikel dengan hidrokarbon sederhana.

Doktor kimia fisik ini mulai terjun ke panggung politik Jerman pascarevolusi yang kemudian meruntuhkan Tembok Berlin 1989.

Anak pendeta dan guru ini sarat pengalaman di bidang politik dan pemerintahan.

Sejak usia muda Angela Merkel telah memegang jabatan penting.

Angela Merkel menjadi wakil juru bicara untuk kabinet Jerman Timur yang terpilih secara demokratis pertama kalinya tahun 1990.

Setelah penyatuan kembali Jerman tahun 1990, ia menjadi anggota parlemen Jerman (Bundestag) mewakili Stralsund-Nordvorpommern-Rügen di negara bagian Mecklenburg-Vorpommern.

Dalam usia baru 37 tahun, Angela Merkel diangkat Kanselir Helmut Kohl sebagai Menteri Perempuan dan Pemuda Jerman pada tahun 1991.

Dia merupakan menteri paling muda di kabinet Kohl saat itu.

Kanselir Helmut Kohl biasa menyebutnya sebagai "das Mädchen" atau Sang Gadis.

Helmut Kohl merupakan mentor Angela Merkel.

Tahun 1994 Angela Merkel menjabat Menteri Lingkungan Jerman.

Setelah pemerintahan Helmut Kohl kalah dalam pemilihan tahun 1998, Merkel menjabat Sekretaris Jenderal CDU.

Sejak itu karier politiknya terus menanjak.

Tahun 2000, Merkel diangkat menjadi ketua Partai CDU setelah Wolfgang Schäuble dipaksa turun karena terlibat skandal sumbangan.

Nama Merkel makin populer di kalangan masyarakat Jerman.

Dia sempat menjadi kandidat favorit penantang Kanselir Gerhard Schroeder dalam pemilu 2002. Namun, tidak populer di dalam partai sendiri khususnya dengan partai mitranya Uni Sosial Kristen atau CSU yang berbasis di Bavaria.

Itulah sebabnya Angela Merkel tersingkir dari pencalonan.

Pemimpin CSU Edmund Ruediger Stoiber yang maju menantang Schreder namun kalah tipis.

Setelah kekalahan Stoiber pada tahun 2002, Merkel menjadi pemimpin oposisi konservatif di Majelis Rendah parlemen Jerman.

Kekalahan Partai Demokratik Sosial (SPD) pimpinan Kanselir Gerhard Schroeder pada pemilu negara bagian bulan Mei 2005 di Nordrhein-Westfalen yang merupakan pendukung tradisional partai CDU membuat langkah Schroeder meminta pelaksanaan pemilu.

Saat pemilu 18 September 2005, CDU meraih 226 kursi parlemen dan 222 kursi diraih oleh SPD.

Kedua partai ini membangun koalisi besar.

Setelah memenangi voting di Bundestag 22 November 2005, Angela Merkel resmi menduduki jabatan sebagai Kanselir Jerman menggantikan Gerhard Schroeder.

Merkel juga sekaligus menjadi pemimpin koalisi besar mencakup CDU, CSU dan Partai Demokrat Sosial Jerman (SPD).

Dalam pemilu federal 2009, CDU meraih suara terbanyak dan Merkel dapat membentuk pemerintahan koalisi berkat bantuan Partai Demokrat Bebas (FDP).

Pada pemilu federal 2013, Merkel memperoleh 41,5 persen suara dan membentuk koalisi besar kedua bersama SPD setelah FDP kehilangan seluruh kursinya di Bundestag.

Pada tahun 2007, Merkel terpilih sebagai Presiden Dewan Eropa dan mengetuai Forum G8.

Ia memainkan peran utama dalam perundingan Perjanjian Lisbon dan Deklarasi Berlin.

Salah satu prioritas utamanya adalah memperkuat hubungan ekonomi transatlantik lewat penandatanganan perjanjian Dewan Ekonomi Transatlantik tanggal 30 April 2007.

Merkel berperan dalam penanganan krisis keuangan di level Eropa dan dunia.

Dalam krisis tersebut, ia mendapat julukan sebagai "sang pengambil keputusan".

Tidak mengherankan tatkala Jerman dilanda krisis karena pandemi Covid-19, Sang Gadis lagi-lagi mengambil keputusan yang tepat.

Sampai hari ini Angela Merkel masing dipandang sebagai pemimpin de facto Uni Eropa.

Ia terpilih sebagai tokoh paling berkuasa kedua di dunia menurut majalah Forbes tahun 2012, 2015 dan peringkat pertama tahun 2019, pencapaian tertinggi seorang perempuan.

Setelah meraih semua itu, Angela Merkel berusaha konsisten pada keputusannya dua tahun silam yaitu tidak lagi mencalonkan diri sebagai kanselir.

Mungkin sudah waktunya bagi “Sang Gadis” menjauhi hiruk-pikuk politik.

Dia mengenal tapal batas kapan harus berhenti. (dion db putra)

Sumber: Tribun Bali

Bendera Setengah Tiang di Anfield

Andrea Casula sangat ceria hari itu. Dia akan menyaksikan langsung laga tim kesayangannya Juventus berusaha meraih gelar juara Liga Champions Eropa.

Namun, kegembiraan si bocah begitu lekas berlalu.

Tiba-tiba tubuh mungilnya terjepit di antara para penonton yang bergerak mundur menuju tembok pembatas.

Sepuluh menit berselang tembok renta tak sanggup menahan beban ribuan orang.

Ambruk berderai. Andrea Casula terhempas di antara jerit tangis kepanikan. Terinjak-injak kaki. Pun tertimpa material bangunan. Bocah berusia 10 tahun itu berpulang.

Tangis ibunya menyayat. Mata berlinang.

Andrea Casula meninggal dunia bersama 31 orang Italia lainnya seperti Rocco Acerra, Bruno Balli, Giancarlo Bruschera, Nino Cerrullo, Giuseppina Conti, Dionisio Fabbro dan lain-kain.

Andrea paling muda usianya. Korban lain rata-rata berumur 17 hingga 45 tahun.

Secara keseluruhan 39 orang suporter sepak bola meninggal dalam tragedi ini.

Terbanyak dari Juventus yaitu 32 orang, 4 warga negara Belgia, 2 orang Prancis serta seorang Irlandia. Sebanyak 600 orang terluka.

Kegetiran ini terjadi 35 tahun silam. Tepatnya 29 Mei 1985. Tragedi Heysel namanya.

Saat laga final memperebutkan trofi Piala Champions Eropa (kini Liga Champions) musim kompetisi 1984-1985 antara Juventus (Italia) melawan Liverpool (Inggris).

Peristiwa tersebut merupakan sejarah kelam dunia sepak bola yang paling menggetarkan hati.

Selalu diperingati saban tahun untuk mewanti-wanti agar duka yang sama tidak terulang.

Gara-gara tragedi itu tim-tim dari Inggris sempat dilarang bermain di level internasional selama 5 tahun.

Sebanyak 14 fans Liverpool masuk bui atas tindak pidana pembunuhan tak berencana.

Tragedi Heysel bermula dari fans kedua klub saling mengolok dan melecehkan di dalam stadion.

Sekitar satu jam sebelum kick off, kelompok hooligan Liverpool tiba-tiba bergerak menerabas barikade tipis polisi lalu menyerang tifosi (fans) Juventus, mendorong mereka hingga terpojok ke ujung batas Sektor Z Stadion Heysel Brussel, Belgia.

Tidak terjadi perlawanan karena yang berada di bagian tersebut bukanlah kelompok Ultras Italia.

Pendukung Juventus berusaha menjauh namun terhalang tembok pembatas stadion.

Dinding yang telah termakan usia roboh karena tidak kuasa menahan beban orang-orang yang terus merangsek dan berusaha melompati pagar.

Ratusan orang tertimpa tembok. Terinjak-injak massa. Sebanyak 39 tak tertolong dan 600 terluka berat hingga ringan.

Kendati korban jiwa berjatuhan, panitia melanjutkan pertandingan guna meredam kerusuhan yang mulai menyebar luas. Tifosi Ultras Juventus di bagian lain Stadion Heysel sempat berusaha membalas.

Mereka coba bergerak ke arah pendukung Liverpool namun dapat dicegah aparat keamanan Belgia yang sigap bertindak.

Tatkala pertandingan berlanjut, suasana panas pun bisa diredam. Saat memasuki lapangan, para pemain kedua tim bahkan sama sekali belum tahu sudah ada korban jiwa terenggut.

Mereka bermain seperti biasa. Juventus menang 1-0 berkat gol penalti si jenius asal Prancis, Michel Platini.

Tragedi Heysel membuat Italia marah, Belgia meratap dan Inggris meradang malu.

Kepolisian Inggris melakukan penyelidikan menyeluruh. Sebanyak 27 orang ditahan atas kasus penganiayaan dan pembunuhan.

Sebagian besar mereka berasal dari Merseyside yang telah berulangkali berurusan dengan hukum karena kerusuhan sepak bola.

Hukuman penjara dijatuhkan bagi 14 pendukung Liverpool. Yang tidak bersalah bebas.

Tanggal 30 Mei 1985 Badan Sepak Bola Eropa (UEFA) melalui penyidik Gunter Schneider menyatakan kesalahan sepenuhnya ada di pihak Liverpool.

Tragedi Heysel mengakibatkan kemunduran bagi sepak bola Inggris dan Liverpool.

Seluruh tim Inggris dilarang tampil di kompetisi Eropa selama lima tahun, kecuali The Reds yang menjalaninya selama 6 tahun.

Dua puluh tahun kemudian, tepatnya tanggal 29 Mei 2005, Belgia meresmikan sebuah tugu peringatan di komplek Stadion Heysel. Berbentuk jam matahari, tugu tersebut berhiaskan batu-batuan alam dari Italia dan Belgia.

Sebuah puisi Funeral Blues karya penyair Inggris WH Auden melengkapi simbolisasi kesedihan tiga negara.

39 mata lampu bersinar untuk setiap korban Heysel. Tugu peringatan ini didesain apik seniman Prancis Patrick Remoux.

Pesan Mengharukan

Hari Jumat 29 Mei 2020, Juventus dan Liverpool memperingati 35 tahun tragedi Heysel pada final Piala Champions 1984-1985 di Stadion Heysel, Brussel.

Juventus secara khusus menuliskan pesan mengharukan untuk mengenang peristiwa kelam tersebut.

“Kata Heysel adalah salah satu yang tidak akan pernah kami lupakan,” tulis Juventus di situs web resminya.

“35 tahun telah berlalu, tetapi ingatan tentang siapa yang ada di sana, tentang mereka yang menonton dari televisi di rumah, dan juga mereka yang belum dilahirkan, tetapi mengetahui fakta-fakta melalui sejarah, adalah sesuatu yang membangkitkan emosi di antara semua orang."

Berikut kutipan lengkap pesan Juventus mengenang 35 tahun tragedi tersebut.

"Heysel."

“Matahari bersinar di Brussels hari itu. Dan ketika sedang meninggalkan sinar terakhirnya di lapangan, peristiwa yang tak terpikirkan terjadi di tribun, sebelum dimulainya final Liga Champions antara Juventus dan Liverpool."

“Tragedi terjadi."

“Itu semua terjadi dalam beberapa saat, yakni penyerbuan, mencoba untuk melarikan diri, dan akhirnya tembok runtuh kemudian terjadi kepanikan. 39 orang kehilangan nyawa di Brussel, hampir semuanya orang Italia, dan yang termuda di antara mereka baru berusia 10 tahun.

“Ada dalam ingatan mereka, bahwa hari ini, seperti setiap hari, kami mendedikasikan ingatan kami, dan rasa sakit kami.

“Tahun-tahun berlalu, tapi kata itu terus membangkitkan perasaan yang sama dan tidak berubah, yakni rasa sakit."

Juventus mengakhiri pesannya dengan menulis nama 39 korban tragedi Heysel. Adapun nama mereka sebagai berikut.

Rocco Acerra, Bruno Balli, Alfons Bos, Giancarlo Bruschera, Andrea Casula, Giovanni Casula, Nino Cerullo, Willy Chielens, Dirk Daenecky, Dionisio Fabbro, Jacques François, Eugenio Gagliano, Francesco Galli, Giancarlo Alberto Guarini.

Giovacchino Landini, Roberto Lorentini, Barbara Lusci, Franco Martelli, Gianni Mastroiaco, Sergio Bastino Mazzino, Loris Messore, Luciano Rocco Papaluca, Luigi Pidone, Benito Pistolato, Patrick Radclife.

Domenico Ragazzi, Antonio Ragnanese, Claude Robert, Ron Domenico Russo, Tarcisio Salvi, Gianfranco Sarto, Giuseppe Spalaore, Mario Spanu, Tarcisio Venturin, Jean Michel Walla dan Claudio Zavaroni.

Wali Kota Turin, Chiara Appendino, menambahkan penghormatan terhadap para korban.

"Selama 35 tahun terakhir, kami tak pernah melupakan satu pun dari ke-39 korban malam horor yang mengubah sepak bola untuk selamanya.

Kepada semua keluarga mereka, saya menyampaikan peluk hangat dari seluruh Turin," tuturnya seperti dikutip dari Gazzetta Dello Sport.

Presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), Gabriele Gravina juga mengungkapkan rasa belasungkawa.

"Tragedi Heysel adalah peringatan senantiasa agar sepak bola Eropa selalu membuka mata.

Setelah sekian lama, kami terus mengenang mereka agar tak ada lagi drama seperti ini," demikian Gravina.

Bendera Setengah Tiang

Pada Jumat pagi 29 Mei 2020, Liverpool meletakkan karangan bunga di samping plakat memorial Tragedi Heysel di Tribune Sir Kenny Dalglish Stadion Anfield serta mengibarkan bendera setengah tiang sepanjang hari.

Fans The Reds – julukan Liverpool pun menunjukkan solidaritas melalui media sosial.

"Hari ini kami memberi hormat kepada mereka yang kehilangan nyawa di Heysel. Sebagai klub kami mengenang dan menghormati mereka serta semua yang terpengaruh oleh tragedi ini. Mereka berada dalam ingatan kami hari ini dan tak akan pernah dilupakan," tutur Direktur Komunikasi Liverpool, Susan Black seperti dikutip Kompas.com.

Sama seperti Juventus, The Reds pun mencantumkan ke-39 nama korban tragedi Heysel di situs mereka.

Sir Kenny Dalglish merupakan satu di antara pemain Liverpool yang menjadi saksi mata tragedi Heysel. Pemain asal Skotlandia tersebut tidak bisa melupakan kejadian itu. Dia sangat terpukul.

“Kami melihat fans Italia menangis dan mereka memukul-mukul bagian luar bis ketika kami meninggalkan hotel. Ketika kami meninggalkan Brussel, sejumlah orang Italia marah-marah. Tapi saya bisa memahami itu karena mereka baru saja kehilangan 39 rekannya dalam tragedi tersebut,” kata Dalglish.

“Saya ingat betul ada seorang Italia yang wajahnya tepat di bawah jendela tempat saya duduk. Ia menangis dan marah. Anda bisa rasakan bagaimana ia kehilangan seseorang dalam kondisi seperti itu.” tambahnya.

Sejarah bola kemudian mencatat, Inggris memetik pelajaran berharga dari tragedi  Heysel. Aparat keamanan bertindak sangat keras terhadap kaum hooligan yang berulah.

Federasi Sepak Bola Inggris (FA) pun tidak lagi menolerir klub yang supoternya membuat kerusuhan di dalam maupun di luar stadion.

Tragedi Heysel mendewasakan suporter Inggris dalam menonton pertandingan sepak bola. Sebelum peristiwa kelabu di ibu kota Belgia itu, stadion-stadion di Inggris dilengkapi pagar pembatas agar para suporter tidak bisa melakukan tindakan yang mengganggu pertandingan.

Namun setelah tragedi Heysel, FA mengambil langkah berani yaitu menghilangkan pagar pembatas di stadion-stadion Inggris. FA juga menghilangkan tribune berdiri di dalam stadion.

Ide tersebut menjadi kontroversial kala itu, namun FA tetap pada pendiriannya karena menganggap dua hal tersebut menjadi biang dari arus radikalisme hooliganisme di Inggris.

Dengan hilangnya pagar pembatas dan tribune berdiri, para fans diberi kebebasan mengekspresikan segala aksi mereka. Hasilnya para suporter tim Inggris lebih dewasa dalam bertindak.

Satu dekade terakhir jagat sepak bola Inggris relatif bersih dari aksi hooliganisme. Minim kerusuhan yang menelan korban jiwa.

Liga Inggris pun berubah menjadi surga para bintang sepak bola dari berbagai belahan dunia. Mereka merasa aman, nyaman serta bangga bisa bermain di Liga Inggris.

Saat ini Liverpool merupakan juara bertahan Liga Champions Eropa.

Di liga domestik tim asuhan Juergen Klopp tinggal butuh dua kemenangan lagi untuk meraih trofi juara Liga Inggris musim 2019-2020 setelah menanti selama 30 tahun. Peluang tersebut terbuka lebar.

Harapan kian menguat setelah FA memutuskan lanjutan Liga Inggris musim ini bergulir kembali 17 Juni 2020 mendatang. (dion db putra)

Sumber: Tribun Bali

Karena Ibu yang Memutuskan


ilustrasi
Ternyata  semuanya baik-baik saja.

Dua pekan sudah Bundesliga bergulir dengan hasil sesuai harapan seorang ibu yang mengambil keputusan bersejarah.

Pertandingan berjalan lancar. Para penggemar si kulit bundar menikmati lagi liukan dan goyangan seniman lapangan hijau menciptakan gol-gol indah.

Kendati tanpa penonton seorang pun di dalam stadion, sepak bola tak kehilangan pesonanya melalui layar kaca virtual.

Paling menggembirakan hati berputarnya roda kompetisi sepak bola level tertinggi di Jerman tidak melahirkan klaster baru Covid-19.

Itu berarti pelatih, pemain dan segenap perangkat pertandingan disiplin menjalankan protokol kesehatan yang telah dipatok bersama.

Disiplin memang keutamaan bangsa Jerman sejak dahulu kala sehingga mereka sukses dan unggul dalam banyak lapangan hidup termasuk di jagat sepak bola.

Delapan kali mencicipi babak final Piala Dunia, empat di antaranya meraih trofi merupakan bukti tak terbantah.

Jumlah trofi cuma selisih sebiji dengan Brasil yang lima kali.

Jerman hampir selalu berjaya di level kompetisi sepak bola terbaik dunia.

Piala Eropa atau Piala Dunia. Pun di ajang antarklub. Tim spesial juara.

Bintang legendaris Inggris Gary Lineker pernah berujar demikian.

“Sepakbola adalah permainan sederhana: 22 orang mengejar bola selama 90 menit dan di akhir cerita, Jermanlah pemenangnya.”

Jerman kini sedang merangkai catatan sejarah baru bagi bangsanya.

Mereka akan memenangi “perang” melawan Covid-19.

Pintu masuknya sepak bola. Maka keputusan seorang ibu bernama Angela Dorothea Merkel (66) mendapatkan momentum yang tepat.

Bolehlah dunia belajar darinya.

Kodrat ibu adalah memelihara kehidupan. Sejak dari rahimnya.

Tiga pekan silam tatkala memerintahkan operator Bundesliga melanjutkan kompetisi musim 2019-2020, Merkel pastilah menggunakan insting keibuannya.

Mengizinkan kompetisi berputar lagi di tengah kecemasan dunia akan pagebluk yang sedang berkecamuk hebat, Merkel tak mungkin mempertaruhkan nyawa anak-anaknya sendiri di lapangan bola.

Saat mengambil keputusan itu, dia bertindak sebagai seorang ibu yang sangat menghargai kehidupan.

Syaratnya berat. Bundesliga harus mematuhi sekurangnya enam item panduan.

Disiplin dan konsisten merupakan kaca kunci.

Setelah dua pekan berlangsung, semuanya baik-baik saja.

Saat banyak pemimpin di dunia masih berwacana merajut apa yang disebut sebagai kehidupan normal baru atau new normal, Angela Merkel malah sudah mempratikkannya.

Dia memilih jalan masuk melalui lapangan bola.

Dan, sejauh ini berhasil sehingga memberi inspirasi bagi bangsa lain di dunia untuk mulai keluar dari kerangkeng Covid-19.

Bahwa beradaptasi dengan karakter si virus merupakan pilihan bijak karena tidak mungkin selamanya berdiam diri di rumah saja.

Kehidupan harus berlanjut dan perubahan pola dan gaya hidup merupakan keniscayaan karena hari-hari ini umat manusia berdampingan dengan Coronavirus Disease 2019 alias Covid-19.

Kalau sebelumnya hanya virus penyebab flu dan batuk kini bertambah lagi koleksi virus yang menimbulkan penyakit kerumuman bernama corona.

Manusia mesti menata ulang cara hidupnya, mulai dari hal-hal sederhana semisal etika batuk dan bersin baik di ruang privat maupun publik.

Coronavirus mengingatkan sungguh bahwa perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) itu mestinya dari dulu menjadi gaya hidupmu.

Bukan sekadar jargon atau slogan pepesan kosong.

Penjaga Keluarga yang Tangguh

Kembali ke laptop. Survei yang diselenggarakan tim sebuah korporasi terkemuka di Indonesia baru-baru ini menunjukkan hasil menarik.

Ibu merupakan penjaga keluarga yang tangguh selama pandemi Covid-19.

Ibu menjadi tokoh sentral di rumah. Bukan ayah.

Hampir semua keputusan penting ada di tangannya.

Ibu yang memutuskan seluruh anggota keluarga makan apa dan minum hari ini. Boleh keluar rumah untuk suatu urusan atau tidak.

Survei pada bulan April 2020 itu menunjukkan, mayoritas ibu lebih memilih masak sendiri di rumah dibandingkan pesan makan online atau beli di luar.

Ibu tak mau suami dan anak-anaknya terpapar virus corona karena makan di luar rumah yang belum tentu terjamin aspek higienitasnya.

Ibu pula yang berperan sebagai guru saat mengendalikan anak-anak belajar dari rumah. Ibu yang mengingatkan jadwal ibadah, berolahraga dan aktivitas lainnya di rumah selama pandemi Covid-19.

Pada level negara dan bangsa, kiranya ibu jualah penjaga yang tangguh itu.

Saat krisis perempuan lebih sensitif dan akan berusaha habis-habisan untuk melindungi keluarganya.

Melindungi keluarga berarti melindungi bangsa bukan?

Dari 200-an negara di dunia hanya segelintir yang dipimpin oleh perempuan.

Selain Jerman, sebut misalnya Denmark (Mette Frederiksen), Norwegia (Erna Solberg), Finlandia (Sanna Marin), Islandia (Katrín Jakobsdóttir), Taiwan (Tsai Ing-wen) dan Selandia Baru yang dipimpin Jacinda Ardern.

Mengagumkan melihat cara mereka melindungi warganya dari amukan pandemi Covid-19. Negara-negara itu tergolong rendah angka kematiannya.

Coba tuan dan puan periksa fakta dan datanya sekarang.

Jerman dan Merkel sudah saya ceritakan sebagian di atas. Cara Presiden Tsai Ing-wen di Taiwan mengundang decak kagum.

Awal Januari 2020, baru beberapa hari setelah virus corona merebak di Wuhan, Presiden Tsai Ing-wen langsung menginstruksikan 124 langkah untuk memblokir penyebaran. Mereka menjalankan secara disiplin.

CNN menjuluki dia sebagai pemimpin yang memiliki respons terbaik dalam menangani Covid-19.

Jacinda Kate Laurell Ardern di Selandia Baru paling cepat melakukan karantina wilayah atau lockdown dibandingkan dengan negara lainnya.

Instruksi cepat untuk isolasi diri membuahkan hasil manis. Negeri kiwi ini minim ratap dan tangis karena corona.

Mari kita jalan-jalan ke Norwegia. Perdana Menteri Erna Solberg menerapkan strategi berbasis rasa kasih. Kasih seorang ibu terhadap anaknya.

Erna Solberg memilih pola komunikasi interaktif yang unik melalui telekonferensi.

Dia berkomunikasi dengan anak anak.

PM Solberg meluangkan waktu menjawab pertanyaan dari anak anak seluruh negeri.

Anak anak biasanya bicara jujur, polos, apa adanya. Lugu dan kritis.

Tujuannya membangun rasa percaya diri anak-anak.

Wajar seseorang takut dan cemas terhadap Covid-19. Namun, dengan sikap waspada dan patuh mengikuti protokol kesehatan niscaya kecemasan itu akan sirna.

Sekeping aksi yang mengharukan dan tak banyak mata berlinang di Norwegia karena terenggut Covid-19.

Mereka, entah Angela Merkel, Tsai Ing-wen, Jacinda Ardern, Erna Solberg sungguh memperlihatkan bahwa Ibu adalah Tiang Negara.

Pandemi Covid-19 menebarkan cemas dan ketidapastian.

Namun, dalam rangkulan kasih ibu semua terlindungi dan merasa nyaman.

Ibu adalah rahim dan pemelihara nadi kehidupan.

Terima kasih kaum ibu di manapun kalian berada, mengabdi dalam rupa dan cara beragam. (dion db putra)

Sumber: Tribun Bali

Membaca Keengganan Gubernur Koster


Wayan Koster
Wacana yang mulai menggelinding hari-hari ini adalah berdamai dengan Covid-19.

Beradaptasi dengan karakter si virus yang belum ada vaksin dan obatnya.

Lain kata, mari merajut hidup normal baru.

New normal, bisik anak milenial.

Meski tak terkatakan secara tandas, dorongan itu berembus.

Lumayan kuat menerpa wajah Pulau Dewata yang banyak mendapat sanjungan dalam hal menangani pandemi Covid-19.

Sebut misalnya partisipasi desa adat yang luar biasa sebagai garda terdepan memberi edukasi dan rasa aman kepada masyarakat.

Bali pun terbaik secara nasional dalam hal tingkat kesembuhan pasien Covid-19 sampai pekan ketiga Mei 2020 ini.

Kalau begitu, mengapa Bali tidak segera memulai hidup normal baru?

Menarik nian sikap Gubernur Bali, I Wayan Koster.

Beliau enggan. Tak mau buru-buru.

Menurut Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali Dewa Made Indra, Gubernur Koster menunda penerapan kehidupan normal di ini provinsi karena masih adanya transmisi lokal yang jumlahnya kian gemuk.

"Tentu ini (kasus transmisi lokal) tidak bisa kita abaikan," kata Dewa Made Indra saat konferensi pers secara virtual di Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Provinsi Bali, Senin (18/5/2020) petang.

Menurut Dewa Indra, gubernur akan membuka kehidupan normal di Bali jika grafik kasus positif Covid-19 mulai melandai atau menurun.

Merajut kehidupan normal baru di Bali pun tidak serta merta seratus persen. Harus bertahap.

"Jangan sampai keinginan yang terlalu cepat untuk hidup normal malah membuahkan hasil yang tidak sesuai harapan," kata Dewa Indra sebagaimana ditulis rekan saya jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana.

Dewa Indra menyebut Gubernur Koster telah mempunyai beberapa skema untuk normalisasi Bali.

"Semuanya sudah dibahas skema-skema itu, tapi tentu tidak bisa disampaikan hari ini. Karena hari ini masih fokus dalam pengendalian transmisi lokal," tegasnya.

Pandemi Terlupakan

Semua orang pasti memburu hidup normal sekarang ini setelah hampir tiga bulan terkurung di rumah saja.

Tapi buru-buru hidup normal baru bisa membuat manusia takabur.

Artinya keengganan Gubernur Koster merupakan pilihan sikap yang bijaksana.

Bali jangan sampai salah buka langkah hingga melahirkan masalah yang jauh lebih ruwet.

Saat ini fokus dulu mengurusi Covid-19 terutama mencegah munculnya kasus baru.

Sejenak mari buka lembaran masa lalu pagebluk global.

Pandemi yang terlupakan dalam sejarah adalah flu Spanyol.

Tak banyak dipercakapkan hingga Corona merebak di Wuhan awal 2020.

Ketika Covid-19 menelan korban jiwa hari demi hari, dunia sontak mengenang lagi pandemi terparah satu abad yang lalu.

Persoalannya apakah umat manusia akan belajar dari kegetiran itu ?

Belum tentu kawan.

Wikipedia menulis, pandemi terparah dalam sejarah adalah Flu Spanyol pada tahun 1918.

Flu ini berlangsung selama dua tahun dalam tiga gelombang serangan.

Para peneliti dan sejarawan meyakini sepertiga penduduk dunia, yang saat itu berjumlah sekitar 1,8 miliar orang, terkena penyakit tersebut.

Tercatat 500 juta orang terinfeksi dan lebih dari 50 juta orang meninggal dunia.

Menariknya itu di sini. Angka kematian tertambun terjadi pada gelombang serangan kedua ketika masyarakat buru-buru menikmati hidup normal baru.

Mereka merasa tidak nyaman dengan karantina, menjaga jarak sosial dan jarak fisik.

Tatkala pemerintah mengizinkan mereka keluar rumah lagi, semua orang bersukaria.

Berbondong-bondong ke pasar, kafe.

Memenuhi jalan-jalan kota.

Hasilnya nyata. Beberapa pekan kemudian serangan flu Spanyol gelombang kedua merebak, merenggut nyawa puluhan juta orang.

Hampir empat kali lipat dari serangan pertama.

Pandemi flu Spanyol baru benar-benar pulih penghujung 1920 setelah warga Bumi disiplin beradaptasi dengan karakter si virus dan menjalani hidup normal baru secara bertahap.

Karakter Covid-19 sesungguhnya telah memberi sinyal kuat agar manusia tidak buru-buru menjalani hidup normal baru.

Butuh uji coba serta persiapan yang memadai agar tidak menambah korban.

Si virus cilik telah memperlihatkan fenomena itu.

Gelombang serangannya pada episode kedua jauh lebih trengginas. Banyak orang terhenyak.

Saya sebut beberapa sebagai misal.

Saat belahan lain Eropa dan dunia kurvanya melandai, Rusia berselimut salju justru melesat ke angkasa.

Laksana astronot terbang menuju bintang gemintang.

Sejak 12 Mei 2020 jumlah kasus di Rusia merupakan yang terbanyak kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Fenomena Rusia itu unik.

Setelah sempat dipuji sebagai negara teraman di dunia karena tanpa kasus Corona, dalam sekejap justru masuk klasemen tertatas.

Ketika sejumlah negara melonggarkan karantina wilayah atau lockdown, Rusia malah tunggang-langgang.

Itulah sebabnya Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan Rusia agar tidak main-main lagi.

Mereka yang terinfeksi di negeri Beruang Merah tersebut bukan cuma wong cilik.

Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengumumkan ia terinfeksi virus Corona pada 30 April.

Direktur Kedaruratan WHO, Michael Ryan dalam sebuah briefing virtual melukiskan Rusia mengalami epidemi tertunda dan harus belajar dari negara lain.

Ya harus belajar memang.

Maklumlah kabar dari baru dari Singapura dan Korea Selatan pun mencengangkan.

Kedua negara itu sempat dipuji WHO sebagai negara yang berhasil mengendalikan Covid-19.

Eh sejak pekan pertama bulan Mei 2020 ini mengalami anomali setelah muncul serangan gelombang kedua Covid-19.

Pekan lalu terbetik kabar setidaknya 85 orang tertular virus corona di sebuah klub malam di Kota Seoul.

Pemerintah setempat memerintahkan penutupan tempat hiburan malam sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Menurut Kementerian Kesehatan Korea Selatan, sebanyak 35 kasus baru terdeteksi di negara itu pada Minggu 10 Mei.

Dari kasus baru itu, 29 kasus terkait dengan klub malam di Itaewon, distrik kehidupan malam yang populer di Seoul.

Pemerintah Kota Seoul mengumpulkan nama 5.517 orang yang mengunjungi klub malam antara 24 April dan 6 Mei 2020.

Muncul Lagi di Wuhan

Tribunnews.com melaporkan, setelah sebulan tanpa kasus infeksi baru, China kembali mengumumkan terdapat kasus virus corona yang berlokasi di Wuhan pada 10 Mei 2020.

Pihak berwenang menyebut lima kasus baru.

Pemerintah China sudah membuka kembali sekolah, transportasi antarkota, pusat perbelanjaan, tempat hiburan dan sebagainya.

Ternyata China belum benar-benar aman.

Tanggal 13 Mei 2020, klaster baru virus corona ditemukan di timur laut China, tepatnya di Provinsi Jilin.

Sebanyak 1.205 desa harus karantina wilayah (lockdown).

The Independent seperti dikutip Kompas.Com, Minggu (17/5/2020) mewartakan, dalam upaya mencegah penyebaran virus, sebagian besar transportasi ke 1.205 desa dan daerah sekitarnya telah ditangguhkan.

Awalnya kasus baru virus corona di Jilin hanya secuil, yang dikaitkan dengan kembalinya warga China dari perbatasan Rusia.

Kasus-kasus baru ini sebagian besar berpusat di Kota Shulan yang langsung menerapkan lockdown di kota berpenduduk 600.000 jiwa itu akhir pekan lalu.

Kabar dari Prancis juga menarik.

Muncul 70 kasus infeksi baru setelah seminggu sekolah di negeri asal Zinedine Zidane itu kembali melaksanakan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Minggu lalu sejumlah sekolah dasar (SD) dan SMP telah dibuka.

Sebenarnya, pembukaan sekolah melegakan para orang tua.

Lantaran mereka merasa berat mengawal homeschooling sementara mereka disibukkan dengan pekerjaan.

Alih-alih menambah sekolah yang akan dibuka, Menteri Pendidikan Prancis Jean-Michel Blanquer menegaskan pembukaan kembali sekolah telah membahayakan anak-anak.

Dia pun memerintahkan sekolah ditutup lagi selekasnya.

Menuju hidup normal baru sungguh tak mudah. Tak boleh takabur.

Dibutuhkan disiplin tinggi menerapkan protokol kesehatan Covid-19.

Hari-hari ini kita saksikan sejumlah pasar di persada Nusantara padat merayap, pusat perbelanjaan ramai pengunjung yang beli baju baru dan aneka kebutuhan lainnya.

Terminal bandara hiruk-pikuk.

Penumpang berdesak-desakkan saat antre untuk check-in atau ambil bagasi.

Stasiun kereta api dan terminal bus tak kalah sibuk.

Bus-bus travel mengangkut rombongan mudik.

Ada juga yang lolos dari awasan aparat keamanan.

Pun oknum tertentu menjual surat keterangan sehat alias bebas Covid-19 palsu.

Berharap tidak terjadi serangan gelombang kedua di negeri ini yang jauh lebih dahsyat korbannya!

Berdamai dengan si virus sungguh tak mudah tuan dan puan.

Demikian pula merajut hidup normal baru.

Ini bukan sekadar angka statistik mati yang saban hari disampaikan Satgas Gugus Tugas Covid-19.

Ini tentang membangun budaya hidup.

Disiplin pakai masker, rajin cuci tangan di air mengalir, pakai hand sanitizer, jaga jarak fisik aman, olahraga, makan makanan bergizi.

Meminjam kampanye klasik pemerintah negara ini, disiplin menjalani perilaku hidup bersih dan sehat.

Disiplin itu kata sederhana tapi implementasinya tidak benar-benar sederhana.

Saya sendiri pun sulit mewujudkannya.

Bagaimana dengan tuan dan puan?

(dion db putra)

Sumber: Tribun Bali

Sehat Tapi Palsu di Gilimanuk


ilustrasi
GILIMANUK itu sebuah nama besar di Pulau Dewata.

Kesohorannya setara dengan Bandara Internasional Ngurah Rai. Bahkan jauh lebih tenar ketimbang Kuta, Sanur atau Ubud.

Kalau tuan masuk Bali pilihan favorit ya Gilimanuk atau Bandara Ngurah Rai. Selebihnya baru Pelabuhan Benoa dan Padang Bai.

Saban hari ribuan orang menginjakkan kakinya di Gilimanuk. Mereka datang dan pergi.

Bergerak ke Barat atau ke Timur, menuju Pulau Jawa atau sebaliknya.

Gilimanuk terkenal karena di sanalah letak pelabuhan kapal feri yang menghubungkan Bali dan Jawa, pulau dengan populasi tertambun di negeri ini.

Pelabuhan sibuk itu persisnya berada di Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana.


Saban hari ratusan perjalanan kapal feri melayani penumpang dan kendaraan dari Gilimanuk menuju Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi dan sebaliknya.

Kapal berlayar kira-kira satu jam melewati Selat Bali yang tenang mendayu dan sesekali mengamuk kala cuaca sedang murung.

Sibuknya Gilimanuk masih terjadi sampai hari ini kendati pemerintah telah mengekang sekuat-kuatnya agar orang tidak bepergian di saat pandemi Covid-19.

Berdasarkan data Ditlantas Polda Bali, jumlah kendaraan yang keluar Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk bulan April-Mei 2020 sebanyak 45.659 unit dan jumlah orang yang keluar Bali pada periode itu sebanyak 91.284 orang.

Sebelum Corona menyerbu buana, mobilitas manusia dan barang jauh lebih banyak lagi. Berlipat ganda dari kondisi sekarang.

Pelabuhan Gilimanuk berada dalam pengelolaan manajemen ASDP Indonesia Ferry.

Saya pertama kali menapaki tempat luar biasa ini 32 tahun silam saat berkelana ke Jawa sejenak sebagai aktivis mahasiswa dari Timor yang mau menambah kawan dan pengalaman.

Hari- hari ini nama Gilimanuk kembali menjulang. Sedikit geger mencabik langit setidaknya bagi sebagian penghuni Pulau Dewata.

Maklum ini urusan sehat walafiat di tengah serangan pandemi Covid-19 yang kurvanya di Indonesia serta Bali seperti enggan melandai ke lembah.

Sehat sebagai syarat bisa mudik atau pulang kampung.

Cerita demikian. Tofik, pemudik dari Denpasar yang menyeberang ke Jawa melalui Pelabuhan Gilimanuk, mengungkap adanya praktik penjualan surat keterangan sehat palsu di Gilimanuk.

Cukup membeli surat sehat palsu seharga Rp 100- Rp 300 ribu, pemudik diizinkan petugas berwenang naik kapal feri menuju Ketapang. Beres urusannya.

"Saya beli di Gilimanuk. Awalnya saya gak mau beli, tapi karena kepepet pulang, terpaksa saya beli Rp 100 ribu. Kalau ramai dijual Rp 250 sampai Rp 300 ribu per surat," kata Tofik kepada teman saya, jurnalis Tribun Bali I Wayan Erwin Widyaswara melalui sambungan telepon, Rabu 13 Mei 2020.

Tofik tidak asal omong. Dia memberikan foto surat keterangan sehat palsu yang meloloskannya pulang kampung.

Terlihat pada kop surat itu bertuliskan "UPTD Puskesmas II Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Barat".

Tofik pertama kali bagikan informasi surat sehat palsu tersebut di sebuah grup Facebook.

Sontak viral dan menjadi perbincangan warganet.

Menurut cerita Tofik, semua berawal pada Senin 11 Mei 2020.

Hari itu ia sudah berada di Pelabuhan Gilimanuk. Dia mengaku terpaksa tinggalkan Denpasar karena untuk bayar uang kos pun sudah tak mampu.

Saat mau menyeberang ke Ketapang petugas berwenang mengatakan tidak, sebab Tofik tak mengantongi surat keterangan sehat yang menjadi syarat bagi setiap orang yang hendak bepergian sekarang ini.

Tofik pun duduk merenung di Pelabuhan Gilimanuk. Bingung. Mau balik ke Denpasar atau bagaimana.

Malam pun tiba. Tiba-tiba, seorang pria yang diduga ojek pangkalan (opang) di kawasan Pelabuhan Gilimanuk mendekatinya.

Si pria itu menawarkan surat keterangan sehat. Awalnya Tofik enggan. Lama-kelamaan dia tertarik juga.

"Yang nawarin saya bukan petugas polisi, tapi kaya opang itu. Ojek pangkalan, dari kemarin malamnya saya ditawari Rp 250 ribu, saya bilang gak ada uang, sampai besok paginya saya didekati lagi, saya tawar Rp 50 ribu gak dikasih, dan akhirnya Rp 100 ribu dikasih, akhirnya saya beli," ungkap Tofik.

Setelah Tofik bersedia membeli surat tersebut, pria yang menawarkan itu pergi ke suatu tempat tak seberapa jauh dari Tofik duduk merenung tadi. Tak lama berselang pria tersebut menyerahkan surat keterangan sehat kepada Tofik.

Tofik tak tahu di mana pria tersebut mendapatkan surat sehat dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Tofik menduga pria ini mempunyai soft copy atau konsep surat yang kemudian ia perbanyak di Gilimanuk.

"Yang beli bukan saya saja, banyak pemudik yang beli. Daripada balik lagi ke Denpasar, ya terpaksa beli di sana," kataTofik.

Sebelum memutuskan pulang ke Jawa, sebetulnya Tofik sempat berkoordinasi dengan prajuru banjar tempatnya tinggal di Kota Denpasar.

Namun prajuru banjar mengaku tidak bisa mengeluarkan surat apapun karena mudik dilarang.

"Akhirnya saya nekat langsung ke Gilimanuk, karena kos-kosan sudah gak ada buat bayar," ungkapnya.

Saat ingin menyeberang dari Gilimanuk, Tofik cuma menunjukkan surat keterangan sehat tersebut ke petugas.

Setelah itu, ia pun diizinkan masuk kapal dan menyeberang dengan tenang.

Saat ini Tofik sudah berada di kampung halamannya di Sumerno.

Kepala UPTD Puskesmas II Dinas Kesehatan Denpasar Barat, dr Lana Wati sudah tahu tentang adanya surat palsu tersebut. Dia pun telah melaporkan kasus ini kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar.

"Saya serahkan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar," kata Lana Wati saat dihubungi Rabu 13 Mei 2020.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, Luh Putu Armini menjelaskan, Dinas Kesehatan Kota Denpasar melalui Puskesmas memang mengeluarkan surat keterangan sehat bagi warga yang sudah menjalani rapid test di Denpasar.

"Yang jelas kami hanya memberikan untuk satu orang saja. Kalau diberbanyak atau gimana. Itu (surat keterangan sehat palsu) kami tidak tahu, silakan tanyakan ke pihak sana," kata Armini saat dihubungi melalui telepon, Rabu 13 Mei 2020.

Ditegaskannya, untuk rapid test dan mendapatkan surat keterangan sehat di Kota Denpasar masyarakat tidak perlu bayar sampai Rp 250 ribu.

"Untuk rapid test gratis, untuk suratnya itu (surat keterangan sehat) dia bayar sesuai Perda cuma Rp 15 ribu saja," kata Armini.

Nah? Makin jelas adanya oknum yang bermain di air keruh. Untung polisi gesit bergerak.

Dalam tempo kurang dari 24 jam aparat Polres Jembrana mengamankan dua orang yang diduga pelaku.

Polisi tangkap tangan.

Kapolres Jembrana, AKBP Ketut Gede Adi Wibawa mengatakan, penyidik masih melakukan pemeriksaan mendalam.

"Tunggu lengkapnya besok kita rilis, benar tadi malam kita tangkap tangan, " ujar Wibawa, Kamis 14 Mei 2020.

Jual Secara Online

Kalau di Gilimanuk jual surat sehat palsu secara langsung, yang satu ini jual online. Si penjual memberi tawaran dua paket. Paket A: Surat Keterangan Negatif Covid dan Paket B: Surat Keterangan Negatif Covid+Surat Hasil Lab.

Teman saya jurnalis Tribunnews coba menghubungi penjual melalui aplikasi pesan.

Informasi didapat dari sosial media yang mencantumkan foto berbentuk surat keterangan warna putih dari rumah sakit.

Bertuliskan pernyataan dokter yang menyatakan hasil pemeriksaan seorang pasien, "sehat dan tidak ada tanda dan gejala terinfeksi covid-19". Surat itu bertanggal 9 Mei 2020 dan diberi cap oleh salah
satu rumah sakit.

Penjual jasa tersebut, saat dihubungi, memberikan formulir untuk diisi pembeli.

"Halo, kalau mau order dibantu isi form order dulu ya," kata penjual itu, Kamis 14 Mei 2020. Lalu penjual menawarkan dua paket seharga Rp 70 ribu dan Rp 90 ribu. Penjual mengarahkan pembeli ke blogspot.

"Untuk detail mengenai penjelasan tiap paket silahkan mengunjungi link dibawah ini," balasnya mencantumkan link situs penjual.

Formulir yang perlu diisi adalah paket yang dipilih, nomor ponsel pembeli, nama, umur, berat badan, tinggi badan, tanggal pemeriksaan, pekerjaan, nama perusahaan, alamat kantor, alamat tinggal, alamat
pengiriman.

"Isi juga untuk keperluaan apa, misal lamar kerja, travel, lain-lain. Jika memilih lain mohon tuliskan keperluan lainnya," balasnya.

Si penjual juga minta mengisi asal rumah sakit (RS), yang akan dicantumkan bahwa pembeli telah bebas dari covid. "Request RS : (Jika tidak ada Request) maka dari kami akan kasih RS/klinik yang sesuai
dengan domisili tempat tinggal Anda," tulisnya.

Setelah seluruh formulir diisi, pembeli diminta memilih cara pengiriman.

Bisa sehari sampai. Terakhir cara pembayaran, bisa melalui beberapa rekening bank.

Saat ditanya apakah penjual dapat memastikan surat itu bisa meloloskan pembeli untuk mudik atau pulang kampung, dia menjawab enteng, "Silakan diisi dulu formnya."

Praktik busuk itu sudah sampai di telinga polisi. Kadiv Humas Polri Brigjen Pol Raden Prabowo Argo Yuwono memastikan polisi akan melakukan penyelidikan. "Kalau ditemukan illegal kita proses," kata Argo.

Begitulah tuan dan puan onak dan duri pandemi Covid-19.

Ada yang bertarung hidup dan mati menyelamatkan mereka yang terinfeksi.

Ada yang berusaha membantu sesama meski dirinya sendiri pun dalam kondisi sulit.

Tapi ada pula yang bermain di air keruh.

Memanfaatkan situasi demi keuntungan diri sebesar mungkin. Pun ada yang kepala batu. Ngeyel. Nekat dan melawan aturan.

Pemerintah sejak 21 April 2020 melarang mudik kecuali untuk urusan yang benar-benar urgen.

Namun, masih saja banyak yang tak peduli. Mereka mencari celah agar bisa mudik.

Beragam cara dipakai untuk mengelabui petugas semisal melewati jalan tikus yang tak terjaga hingga bersembunyi di dalam truk logistik.

Sebagian lolos. Sebagianya bisa dicegah pihak berwenang.

Sejak 7 Mei 2020 pemerintah membolehkan moda transportasi umum di darat, laut dan udara beroperasi lagi dengan sejumlah persyaratan lumayan ribet. Satu di antaranya ya surat keterangan sehat itu.

Terbukti surat sehat pun bisa dimainkan oknum-oknum tertentu sebagaimana terungkap di Gilimanuk tersebut.

Pertanyaan sekenanya saja, apakah mereka yang sekarang ini ramai-ramai bepergian dengan pesawat, kereta api, bus atau kapal laut benar-benar sehat walafiat hasil pemeriksaan dokter sungguhan?

Praktik KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) di negeri gemah ripah loh jinawi ini bukan isapan jempol.

Dari hari ke hari KKN masih saja berasyik masyuk.

Pandemi Covid-19 masuk kategori darurat. Force majeure. Pemerintah pusat dan daerah gelontorkan dana bukan main besarnya untuk penanganan corona.

Pos lain dipangkas habis. Semua itu baik adanya. Musuh bersama hari ini adalah Covid-19.

Semoga manajemen keuangan Covid-19 transparan dan akuntabel. Berharap sungguh tak ada yang memanfaatkan keadaan untuk memperkaya diri sendiri dan kelompoknya.

Bola panas tersebut ada di tangan mereka yang berwenang mengelola.

Dalam dekapan eksekutif dan legislatif, di pundak aparat penegak hukum serta semua unsur penyelenggara negara yang mendapat mandat sah dan konstitusional.

Quis custodiet ipsos custodes? Begitu ungkapan Latin yang ditemukan dalam karya penyair Romawi, Juvenal. "Siapa yang akan menjaga penjaga. Siapa yang akan mengawasi pengawas?”

Pada akhirnya semua ini bukan soal Covid-19. Ini tentang kejujuran.

Pandemi Corona sedang menguji kemurniannya. (dion db putra)

Sumber: Tribun Bali

16 Mei dan Hidup Normal ala Covid-19

ilustrasi
ENTAH mengapa saya begitu merindukan tanggal itu, 16 Mei 2020.

Ini bukan tanggal lahirku.

Hari itu adalah momen mendebarkan kala Bundesliga bergulir lagi setelah vakum dua bulan lebih karena Covid-19.

Soal sepak bola, pesona Jerman memang tak pernah pudar.


Bukan semata karena sejak remaja saya memuja klub langganan juara Bayern Munich serta mengagumi kompetisinya yang jauh dari hingar bingar, gosip dan nyinyir semisal Liga Inggris dan Spanyol.

Bukan! Ini tentang keberanian mulai berdamai dengan virus yang sudah menginfeksi lebih dari 4 juta jiwa dan membunuh hampir 300 ribu orang di seluruh dunia.

Hidup harus berlanjut dan permainan ajaib sepak bola mesti terus berdenyut.

Kematian akibat Corona masih terjadi di kampung halaman Juergen Klopp itu, namun Deutsche Futball (DFL) sebagai operator Liga Sepak Bola Jerman memutuskan Bundesliga musim 2019-2020 yang tersisa 9 pekan harus dituntaskan.

DFL merasa nyaman dan aman beraksi karena yang memberi izin serta menjamin adalah wanita lembut hati paling berkuasa di negeri itu, Kanselir Angela Merkel.

Setelah berdiskusi via telekonferensi dengan 16 pimpinan negara bagian, Merkel setujui proposal Liga Jerman bergulir kembali hari Sabtu 16 Mei 2020.

Syaratnya super ketat.

Laga berlangsung tertutup dan tanpa penonton di dalam stadion.

Fans klub dan pemuja bola silakan menonton dari rumah melalui layar kaca saja.

Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mewanti para pemain, tim pelatih dan ofisial mematuhi enam protokol kesehatan melawan corona yang sudah dia gariskan.

Jika melanggar Bundesliga bakal ambyar lagi.

Keenam protokol itu adalah sebagai berikut.

Pertama, pemain harus menjalani tes kesehatan sehari sebelum laga.

Hasil tes diumumkan pada hari laga digelar.

Kedua, jika ada pemain yang positif Corona, yang bersangkutan harus masuk karantina selama dua pekan.

Ketiga, pemain dan staf yang melakukan perjalanan tandang harus terbagi dalam tiga bus klub dalam kondisi berjarak satu sama lain.

Keempat, ketika memasuki pitch di stadion, pemain harus tetap berjarak satu sama lain dan dilarang saling berjabat tangan.

Kelima, pemain harus tetap berada di hotel sebelum laga berlangsung dan tak diperkenankan menerima tamu.

Sementara, makanan dan minuman hanya dikirim ke kamar oleh staf klub yang sudah ditentukan.

Keenam, ruang ganti pemain akan disiapkan dalam jumlah banyak dan pemain harus bergilir dengan waktu tertentu saat mandi.

Berbeda dengan Belgia, Belanda dan Prancis yang sudah mengakhiri musim ini, Bundesliga akan menjadi liga domestik pertama di Eropa yang melanjutkan kompetisi 2019-2020.

Liga Jerman bakal menjadi role model.

Spanyol, Inggris, Italia, Portugal dan negara lainnya kini mengintip cara DFL menyelenggarakan kompetisi di tengah pandemic Covid-19 yang mencemaskan manusia sejagat.

Pada saat ditangguhkan Maret lalu, Bundesliga telah mencapai pekan ke-25.

Artinya, sebagian besar klub peserta akan melakoni sembilan laga sisa.

Hanya dua klub yang baru melakoni 24 laga yakni Eintracht Frankfurt dan Werder Bremen.

Bayern Muenchen memimpin klasemen sementara dengan koleksi 55 poin.

Klub berjuluk Die Roten itu unggul empat poin dari Borussia Dortmund yang menduduki peringkat kedua.

Posisi ketiga dihuni klub yang sempat memimpin klasemen, RB Leipzig dengan 50 poin.

Hari Sabtu 16 Mei akan tersaji lima pertandingan.

Duel panas antara Borussia Dortmund vs Schalke 04 dalam laga bertajuk Rivierderby termasuk dalam jadwal tersebut.

Sehari sesudahnya, klub idolaku Bayern Muenchen berkunjung ke markas Union Berlin.

Pekan ke-26 Bundesliga ditutup pertandingan Werder Bremen vs Bayer Leverkusen pada Senin 18 Mei 2020.

Jika semua berjalan lancar Bundesliga musim ini akan berakhir pada pekan ketiga bulan Juni 2020.

Doa saya FC Hollywood juaranya. Subjektif amat ya.

Maklum teman, psikologi idola itu tahi kucing rasa cokelat.

Hanya mau menerima yang enak-enak saja. Mau bilang apa. Hahahaha…

Normal Versi Corona

Mengapa Jerman nekat memutar roda Bundesliga di tengah pandemi Covid-19 yang begitu mematikan?

Di saat Rusia mulai kelimpungan karena kasus positif menjulang, keempat terbesar di Eropa, dan Iran
alami serangan gelombang kedua?

Bahkan si virus cilik sukses menerobos masuk menginfeksi pejabat Gedung Putih, ikon dan pusat kekuasaan negara adidaya Amerika Serikat.

Patut diduga Jerman sedang berikhtiar mendefinisikan ulang apa yang kita sebut sebagai kehidupan normal.

Merindukan normal sebagaimana masa pra pandemi Covid-19 adalah sesuatu yang berlebihan untuk tidak menyebutnya muskil.

Toh sampai detik ini tak seorang pun bisa memastikan kapan hadirnya vaksin mujarab menyembuhkan Covid-19.

Pejabat senior Badan Kesehatan Dunia (WHO) Dale Fisher pada 4 Mei 2020 bahkan menyebut vaksin tidak akan siap hingga akhir tahun 2021. Lama nian.

Riwayat obat tak pernah instan.

Butuh penelitian dan uji coba klinis berulang, berkali-kali sampai benar-benar aman bagi tubuh manusia.

Naif mengharapkan sebulan atau dua bulan lagi obat Corona tersedia berlimpah di apotek.

Dalam penantian itu Jerman coba mengusap jendela lalu keluar dari rumah, dari jeruji karantina wilayah atau lockdown, berusaha berdamai dengan Covid-19.

Kehidupan harus normal kembali. Normal dalam versi Corona.

Virus ini tidak boleh mematikan sepak bola.

Dia hanya membawa cara baru dalam mengemas permainan bola.

Tak akan sama lagi atmoster dan eforianya, namun esensinya tak berubah.

Ceria, sehat, sportif, respek dan berlaku adil bagi semua.

Berhasilkah Jerman?

Ini bangsa super disiplin.

Jangan tanya urusan karakter itu.

Ada optimisme semua pemain, pelatih, tim ofisial dan perangkat pertandingan akan mematuhi protokol kesehatan sehingga sisa musim Bundesliga berakhir tanpa menambah korban Covid-19.

Kalaupun gagal setidaknya Angela Merkel dan rakyatnya sudah mencoba ketimbang tidak sama sekali.

Habitus baru. Tuan tak mungkin selamanya berada di rumah.

Harus keluar sarang agar asap dapur tetap mengepul.

Industri berputar, ekonomi berdenyut sehingga manusia tidak mati kelaparan.

Aktivitas sosial budaya mesti tetap bergetar supaya anak-anak bangsa tak kesepian serta kehilangan orientasi masa depan.

Caranya berpulang pada redefinisi konsep normal.

Normal ala Corona ya tetap pakai masker, alat pelindung diri (APD) yang di antaranya mirip baju astronot, jaga jarak fisik aman, rajin cuci tangan, hindari kerumunan dan seterusnya.

Kuncinya menjalani pola hidup sehat dan bersih. Secara disipin!

Juga beradaptasi. Seperti esensi teori Darwin, bukan si kuat kuasa yang bertahan hidup di Bumi fana.

Tapi yang mau beradaptasi dengan perubahan zaman.

Dikau yang cantik dan rupawan hidup di era Corona.

Beradaptasilah termasuk dengan kekejiannya.

Patuhi terus protokol kesehatan yang sekarang sudah menjadi bagian dari keseharian tuan dan puan.

Maka semua lini kehidupan boleh mulai mendesain agenda aksi masing-masing.

Agenda hidup normal ala Corona. Jangan menanti virus berlalu baru bergerak. Keburu ludes semua energi dan sumber daya.

Kalau nanti lanjutan Bundesliga musim ini bergulir lancar dan tidak menjadi klaster baru pandemi Covid-19, langkahnya bakal dititu liga lain seperti Inggris, Spanyol, Polandia dan sebagainya.

Pun menjadi role model untuk bidang lain di luar sepak bola.

Intinya adalah hidup dengan cara baru. Restart Project, meminjam diksi Liga Inggris.

Hidup normal ala Covid-19 artinya hotel, restoran, mal, toko silakan buka lagi agar ekonomi bergeliat sehingga tidak menambah jumlah karyawan yang dirumahkan atau PHK.

Disiplin sungguh mengikuti petunjuk protokol memerangi virus.

Di restoran misalnya, atur meja dan kursi berjarak aman agar orang tidak berdesak-desakkan.

Mungkin rombak pula interior dan eksteriornya.

Hotel pun demikian. Barangkali satu kamar satu orang.

Tak perlu semua kamar hotel terisi tamu. Masuk lift satu atau dua orang cukup.

Jangan ramai -ramai. Naik eskalator di mal pakai antre.

Lapak penjual di pasar tradisional harus berjarak agar menjauhkan kerumunan.

Penataan jarak antar lapak pedagang minimal 1,5 meter di Pasar Kumbasari dan Pasar Badung Denpasar sejak 7 Mei 2020 merupakan langkah elok.

Bisa dimengerti dalam konteks berdagang normal ala Corona.

Hidup normal versi Corona menuntut aturan ulang cara menumpang moda transportasi umum darat, laut dan udara.

Pesawat Boeing atau Airbus berkapasitas 200 penumpang, cukup angkut separuhnya atau malah seperempat.

Bus 30 kursi cukup muat 10 sampai 15 orang.

Gerbong kereta api atau kapal laut pun demikian.

Pokoknya semua diseting sedemikian rupa mencegah kontak fisik, berdesak-desakkan yang memudahkan virus Corona berbiak.

Penumpang moda transportasi umum harus sehat. Negatif Corona. Tugas negara menghadirkan sarana prasarana rapid test, PCR swab test di mana-mana.

Mudah diakses oleh siapa saja dan tanpa biaya mestinya.

Hasil tes pun cepat diketahui. Jangan lebih dari 24 jam. Yang reaksi positif harus tahu diri. Segera isolasi mandiri atau terorganisir.

Lembaga pendidikan berasrama semisal pondok pesantren dan seminari patut tata kembali rumah tangganya.

Tidak mudah memang tetapi harus mulai dirancang agar anak-anak bangsa tetap melanjutkan sekolah pada waktunya.

Tahun ajaran baru 2020-2021 sudah di depan hidung.

Model pembelajaran sekolah mulai dari tingkat PAUD hingga perguruan tinggi tak mungkin sama kali.

Perlu modifikasi dan kombinasi antara belajar dari rumah seperti yang sudah berjalan saat ini dengan pertemuan tatap muka di kelas.

Tatap muka di kelas barangkali tak mesti saban hari.

Jumlah peserta didik pun tidak boleh bertumpuk 30 sampai 40 orang dalam satu kelas.

Sebagian bisa kelas online saja agar tidak berhimpit-himpitan.

Urusan ibadah, para pemuka agama tentu lebih tahu cara terbaik yang layak diambil agar umatnya tidak ramai berkumpul lalu terserang Corona.

Diperlukan modifikasi dan inovasi cerdas dan bijaksana.

Konser musik yang menampilkan artis dan musisi top boleh berlangsung dalam format baru.

Baru-baru ini tepatnya tanggal 17 April 2020, penggemar musik di Jerman menyaksikan pertunjukan band secara langsung.

Caranya unik dan bisa ditiru. Band Brings di Cologne, naik ke panggung pertunjukan drive-in terbuka. Penonton tetap di dalam 250 mobil.

Setiap mobil hanya menampung maksimal dua orang dewasa dan seorang anak.

Staf keamanan terus memeriksa keliling untuk pastikan tidak ada pelanggaran.

Ketika band bermain live di panggung, penampilan mereka disiarkan di layar lebar lalu suaranya dikirim ke mobil penonton melalui nirkabel.

Para penggemar boleh bergoyang pinggul di dalam mobil dan menunjukkan apresiasi mereka setelah satu lagu selesai diputar dengan membunyikan klakson. Asyik bukan?

Contoh lain hidup normal ala Covid-19 sudah terjadi di ruang seminar.

Selama pandemi ini gairah diskusi dan seminar malah meluap-luap sehingga pemilik Zoom kaya raya.

Namanya webinar. Seminar virtual tanpa kehadiran secara fisik.

Ini bakal jadi opsi seterusnya. Cukup andalkan zoom selesai perkara.

Rapat koordinasi via telekonferensi.

Malah makin mudah melakukan koordinasi karena bisa di mana saja ketimbang harus rapat konvensional di kantor.

Corona diam-diam melahirkan cara kerja baru yang jauh lebih efisien dan efektif.

Pemerintah pusat dan daerah jangan terlalu lama lagi menahan realisasi proyek fisik tahun anggaran berjalan agar padat karya dapat menghidupkan khalayak.

Pun pabrik-pabrik boleh secara bertahap beroperasi lagi.

Atur shift kerja yang memungkinkan karyawan tetap jaga jarak fisik.

Covid-19 mengurangi produksi dan profit perusahaan.

Ya pastilah. Inilah waktunya dunia agak mengekang produksi untuk memenuhi nafsu konsumerisme dan kapitalisme semata.

Pandemi Covid-19 tentu mengurangi mobilitas manusia dan barang.

Pendapatan berkurang. Wajib ikat perut. Hidup hemat. Kurangi hura-hura.

Tapi berani mulai menjalani hidup normal ala Corona niscaya jauh lebih elok ketimbang berbulan-bulan diam di rumah saja, tanpa pendapatan dan roda ekonomi, politik, sosial dan budaya mati gaya.

Pandangan ini sungguh sekenanya saja.

Takkan enteng merealisasikannya semudah pakai masker atau semprot hand sanitizer.

Hanya selalu ada keyakinan bahwa normal ala Corona mungkin pada akhirnya akan menjadi normal sesungguhnya.

Keterlaluan kalau pandemi ini tidak bertepi.

Dari purnama ke purnama selalu ada waktu sampar mengamuk dan membunuh.

Tapi manusia tetap tegak berdiri karena Sang Pencipta memberinya otak dan hati.

Dia mau belajar dan beradaptasi. Dia tetap memelihara harapan hidup.

Pepatah Jerman berkata ’’Die Hoffnung stirbt zuletzt.” Atau versi Inggris, ”Hope dies last.” Keduanya bermakna harapan adalah yang terakhir tumbang atau mati.

Selama masih bernapas, tetaplah berharap. Dum spiro spero. Kata Cicero, negarawan dan filsuf Romawi kuno.

Selamat menjalani hari baru saudaraku. Pelihara semangatmu selalu.(*)

Sumber: Tribun Bali
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes