Watublapi

 

NAMA harumnya berembus jauh ke seluruh persada Nusa Bunga. Melekat kuat dalam benak dan hati banyak orang, termasuk kami para bocah berseragam putih merah yang kerap ke sekolah beratap ilalang tanpa alas kaki di penghujung 1970-an.

Watublapi! Nama itu begitu populer. Mengalahkan nama kampungku yang permai di kaki pegunungan Ndura dengan susur alur sungainya yang mengalir sampai jauh hingga Muara Lia Tola, Watuneso di timur Lio, Flores.

Ingat Watublapi, ingat kakao, cengkeh, lamtoro, terasering dan seabrek praktik cerdas yang membuat tanah gersang menjadi hijau menawan hati. Bumi yang seolah tanpa harapan berubah melahirkan senyum dan tawa ceria. 

Ayahku sering bercerita tentang kiprah tokoh tersebut dalam aneka kegiatan kemasyarakatan. Pun kepada kami putra-putrinya. 

“Sang gembala yang luar biasa,” kata ayahku. Sungguh namanya jadi buah bibir, terutama setelah kepahitan busung lapar di wilayah Paga 1978. 

Peristiwa itu membuka mata hati, pikiran dan aksi konkret masyarakat Flores memperlakukan alam secara lebih bijaksana demi kesejahteraan hidup. 

Puji Tuhan setelah 1978, Flores belum pernah lagi masuk halaman koran, majalah, layar televisi, audio radio dan media online tentang adanya busung lapar.

Karya sang tokoh di Watublapi menjadi inspirasi. Ditiru dan dipraktikkan masyarakat di berbagai pelosok Kabupaten Sikka, Ende bahkan seluruh Pulau Flores, dan daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) lainnya.

Berkat bimbingan dan motivasinya, masyarakat mau bekerja keras menaman aneka pohon dan tanaman berguna di atas lahan kering dan gersang. 

Sungai kering selama bertahun-tahun akhirnya basah jua. Sumber mata air tumbuh di mana-mana. Air yang menghidupkan bumi dan seisinya.

Sang tokoh tak sekadar berkotbah di mimbar gereja. Menyebut ayat kitab suci. Dia ikut masuk kebun, menyiangi rumput, meramas tanah berlumpur. Mandi keringat bersama umatnya yang sederhana.

Dia pun tak hanya beraksi di ladang ilalang. Karya sosialnya segudang termasuk mengurus anak-anak telantar. 

Sang gembala juga berperan sebagai pendidik, guru, pemimpin yang melahirkan para pemimpin masa depan Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur bahkan Indonesia. 

Murid-muridnya berbakti di aneka lapangan hidup. Ada yang jadi anggota Dewan, birokrat, guru, aktivis sosial, pengusaha bahkan kepala daerah. 

Saya ingat beberapa di antaranya seperti Romanus Woga (kini Wakil Bupati Sikka), mantan Ketua DPRD Kabupaten Sikka, Rafael Raga, dan Paolus Nong Susar (mantan Wabup Sikka).

Tokoh luar biasa itu bernama Heinrich Bollen, seorang pastor dari kongregasi Serikat Sabda Allah (bahasa Latin: Societas Verbi Divini, disingkat SVD). Dia lahir di negeri adidaya sepak bola dunia, Jerman.

Heinrich Bollen lahir di Landstuhl Jerman, 2 Juli 1929 dari pasangan Johann Bollen dan Katharina Leithesiser. Dia merupakan anak kedua dari enam bersaudara. 

Konon dia penggemar berat sepak bola. Klub idolanya Bayern Muenchen. Ya, kami sama-sama pemuja Die Rotten. Hehehehe…

Dalam keluarga inti akrab disapa Heinrich. Setelah dewasa khususnya di kalangan masyarakat Maumere dan Sikka lebih tenar menyapa dia, tuan (g) Bollen atau Pater Bollen.

Bollen bertumbuh dalam suasana perang dunia. Saat usia 15 tahun, dia menjadi relawan Palang Merah. 

Malah pernah ditangkap tentara musuh Jerman lalu dilepaskan lagi. Semula dia bercita-cita menjadi dokter. Tapi pupus seiring waktu.

Setelah lulus SMA tahun 1947, Bollen masuk Seminari Tinggi dan Novisiat di St Agustin tahun 1951. Tanggal 10 Mei 1958 ia ditahbiskan menjadi imam SVD. Setahun kemudian tepatnya 14 Agustus 1959, Heinrich Bollen diutus menuju tanah misi Indonesia.

Dia rupanya berjodoh dengan Pulau Flores, khususnya Sikka. Hampir seluruh karya pastoralnya di wilayah tersebut. Tahun 1960-1962, ia menjabat Pastor Pembantu Paroki St Yoseph Maumere. 

Tahun 1962-1974 menjadi Pastor Paroki Watublapi. Tahun 1967-1974 menjadi delegatus sosial (delsos) Keuskupan Agung Ende untuk wilayah Maumere. 

Ia sempat menjadi pastor umat Jerman di Jakarta, pastor pariwisata Indonesia Timur, Ketua Pembina Yaspem Maumere serta tugas-tugas lainnya.

Nah, mengenai kiprah Pater Heinrich Bollen, SVD, saya berterima kasih kepada abang rasa kawan, Paolus Nong Susar yang menghadiakan saya buku yang disuntingnya berjudul: Berkhotbah di Ladang Ilalang (Penerbit Ledalero, 2008).

Buku tersebut berisi kumpulan karya pastoral P Heinrich Bollen, SVD di tanah misi Pulau Flores. Buku setebal 121 halaman itu terdiri dari tiga bagian utama dilengkap testimoni dari banyak tokoh mengenai karya Pater Bollen.

Mantan Menteri Lingkungan Hidup RI, Emil Salim mengenal sosok Pater Bollen yang pernah menerima Kalpataru itu secara baik. Emil Salim melukiskan kekagumannya sebagai berikut.

Di hulu Sungai Batik Wair di Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, rakyat berkelompok membangun teras dan menanam pohon di bawah bimbingan Pater Bollen, seorang pemimpin Gereja di sana.

Tanah NTT kering gersang dihempas angina panas dari gurun Australia, Di atas tanah kering ini, alang-alangpun segan hidup. Dan tanpa tanaman tidak ada hewan, tanpa tanaman dan hewan tidak ada kehidupan manusia. Tapi berkat kerja keras bertahun-tahun, Sungai Batik Wair dialiri air kembali. Juga di musim kemarau rakyat bisa tersenyum kembali (Berkhotbah di Ladang Ilalang, hal 104).

Pada perayaan pesta perak imamat Pater Bollen di Watublapi, 28 Mei 1983, Uskup Agung Ende Mgr. Donatus Djagom, SVD memuji dalam nada puitik.

Dalam rangka pesta perak Imamat Pater Heinrich Bollen dan pemberkatan gedung Gereja Paroki Watublapi, manusia berdendang dan melagukan pujian bagi Tuhan. Pujian dan syukur karena umat Watublapi mendapat anugerah iman dan imam.

Karena Imam Yubilaris (Pater Bollen) sudah dengan tabah hati membangun paroki dan umatnya ke arah peningkatan penghayatan iman dan peningkatan taraf hidup. Manusia bersuara memuji Tuhan. 

Cengkeh, lamtoro, kakao memuji dan berlagu pujian bagi Pencipta dan Yubilaris. Karena mereka berguna bagi rakyat Watublapi dan sekitarnya, malah sampai jauh-jauh di seluruh Flores dan pulau-pulau lain. Yubilaris mewartakan Tuhan. Cengkeh, kakao dan lamtoro mewartakan Yubilaris (halaman 101).

Drs. Daniel Woda Palle adalah Bupati Sikka yang sukses menghijaukan wilayah itu lewat program lamtoronisasi. 

Woda Palle berterima kasih kepada Pater Bollen atas praktik cerdasnya di Watublapi yang menginspirasi. Testimoni lainnya dari Mantan Gubernur NTT, Ben Mboi, Mantan Menteri Dalam Negeri Soeparman, J Mannes Tiwang (mantan ketua DPRD Sikka) dan masih banyak lagi.

Membaca buku karya Paolus Nong Susar menghadirkan kesan sangat kaya tentang Heinrich Bollen. Ada yang bilang dia pater “kakao”, pater “lamotoro”, pater “cengkeh”, pastor “petani”, pastor “pengasuh anak”, pastor “kampung”, pastor “salah ambil jurusan”, pastor “dermawan”, pastor “blusukan dari rumah ke rumah” dan lainnya.

Kesan beragam kiranya lumrah. Yang pasti sebagai imam, Pater Bollen mewariskan karya pastoral yang kontektual. Sesuai kebutuhan masyarakat di zamannya. Pioner pembangunan sejati. Dia guru yang tidak menggurui melulu. Dalam bahasa khas umat Katolik, dia memang sungguh gembala yang baik,

Lukisan Nong Susar tentang sosoknya mengena di hati.

“Bollen berjalan keliling menemui anak-anak burung pipit yang tak pernah sepi berkaok dan mencabik tirai gelagah. Suara mereka memang tak menghalilintar. Tapi cicitannya lirih menyapu langit. Bollen tak jemu-jemunya naik turun gunung untuk mencari dan mendapati anak-anak, tua muda serta laki perempuan yang tengah bergelut dan bergulat dengan situasi padang gurun nan kembara.”

Kembara dan pengembaraan Heinrich Bollen berakhir tiga hari menjelang Natal. Sang empunya kehidupan memanggil pulang hambaNya itu pada Selasa, 22 Desember 2020 di Maumere. 

Waktu Tuhan adalah yang seindah-indahnya. Pater Bollen mengakhiri ziarah hidup pada umur 91 tahun lebih. Usia yang panjang bagi manusia.

Pater Bollen sudah menunaikan tugas pastoralnya yang paripurna di ladang ilalang Nusa Bunga yang dia cintai sampai akhir hayatnya. 

Anak Jerman ini sudah memberi diri sehabis-habisnya demi kesejahteran sesama serta keagungan Sang Pencipta. 

Requiescat in Pace.


Kupang, 23 Desember 2020

Dion DB Putra

Pilkada di Zona Merah

 


TINGGAL hitungan  menit sebanyak 270 daerah, yakni 9 provinsi, 34 kota, dan 224 kabupaten di Indonesia akan melaksanakan  Pilkada serentak di tengah pandemi Covid-19.

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)  pun tak ketinggalan.  Sebanyak sembilan dari 22 kabupaten/kota di NTT menyelengarakan Pilkada tahun ini yaitu Kabupaten  Manggarai Barat (Mabar), Manggarai, Ngada, Belu, Malaka, Timor Tengah Utara (TTU), Sabu Raijua, Sumba Timur, dan Kabupaten Sumba Barat.

NTT kini zona merah.  Hampir merah total.  Hingga 7 Desember 2020,  tinggal Alor satu-satunya kabupaten di bumi Flobamora yang nihil kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Sampai awal pekan lalu, Kabupaten Sabu Raijua sempat bertahan hijau. Tapi akhirnya jebol juga pada 3 Desember 2020.

Bagaimanapun  pelaksanaan  Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di tengah pandemi  Covid-19 menebarkan kecemasan terutama pada hari H 9 Desember 2020 serta eurofia sesudahnya. 

Fakta selama tahapan Pilkada serentak 2020 sudah memperlihatkan Pilkada musim ini  jauh dari kata aman alias bebas penularan Covid-19. Tak kurang, enam calon maupun bakal calon yang meninggal dunia karena tertular virus corona. 

Jumlah calon yang positif Covid-19 jauh lebih banyak yakni 63 orang. Hal ini merupakan sinyal  serius untuk menghitung dampak negatif pelaksanaan Pilkada serentak di 270 wilayah Indonesia pada 9 Desember 2020.

Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Nurul Amalia Salabi belum lama ini  mengatakan, jumlah bakal calon atau calon yang meninggal sudah enam orang jika dihitung sejak masa pendaftaran calon 4 September 2020.

Jumlah tersebut  lebih banyak dari data KPU RI yang menyebut tiga orang saja. "Sebetulnya ada satu bacalon, empat petahana kepala daerah dan satu calon petahana yang meninggal dunia akibat Covid-19," ujarnya.

Pada hari H Pilkada, Rabu  9 Desember 2020,  ratusan juta penduduk Indonesia yang sudah memiliki hak pilih akan berbondong-bondong menuju ke TPS. Mereka akan menyalurkan hak politiknya memilih pasangan kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk masa bakti lima tahun.

Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berdasarkan data KPU, Pilkada 2020 akan  diikuti 1.217.794 pemilih di sembilan kabupaten. Mereka terdiri dari dari 602.761 pemilih laki-laki dan 615.033 pemilih perempuan.

"Berdasarkan rekapitulasi jumlah pemilih pemilihan serentak 2020 di NTT tercatat sebanyak 1.217.794 pemilih," kata Juru Bicara Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi NTT, Yosafat Koli awal September lalu.

Dia menjelaskan, Daftar Pemilih Tetap sebanyak itu tersebar di sembilan kabupaten, 118 kecamatan, 1.185 desa/kelurahan. Para pemilih ini akan menggunakan hak suara pada 3.999 tempat pemungutan suara (TPS).

Penerapan Prokes 3M

Pertanyaan kunci hari ini adalah bagaimana penerapan protokol kesehatan (prokes) mencegah Covid-19 di 3.999 TPS tersebut? Pun setelah itu terutama euforia kemenangan atau sakit hati karena gagal.

Kalau tidak disiplin, maka seminggu atau dua minggu pascapelaksanaan Pilkada bakal terjadi ledakan kasus Covid-19 di NTT.  Kedisipilinan menerapkan prokes akan menentukan apakah kasus positif Covid-19 di Provinsi NTT akan melandai atau malah melonjak drastis pada saat Natal dan Tahun Baru.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur David Mandala sudah mengingatkan hal itu. 

Dia  mengatakan disiplin dalam melaksanakan prokes 3M, yakni mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan merupakan kunci keberhasilan menekan laju penyebaran Covid-19 di daerah berbasis kepulauan tersebut. 

"Selain itu, diikuti dengan kegiatan pemantauan dan penindakan di lapangan," kata David Mandala kepada wartawan di Kupang, Kamis (3/12).

Menurut dia, jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di NTT selama beberapa pekan terakhir ini mengalami peningkatan cukup signifikan dan semuanya bersumber dari transmisi lokal.

Di Kota Kupang misalnya, angka kasusnya terus meningkat dari hari ke hari, dan sebagian besar merupakan transmisi lokal dan pelaku perjalanan.  

Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain selain menerapkan protokol kesehatan secara ketat dengan pengawasan yang ketat pula, agar pertumbuhan kasus positif bisa ditekan.

Berdasarkan rilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Provinsi NTT  hingga Senin 7  Desember 2020 , jumlah kasus positif Covid-19 di NTT mencapai 1.448 orang, pasien sembuh 755 orang, masih dirawat 666 dan meninggal dunia 27 orang. Kasus tertinggi di Kota Kupang yakni mencapai 594 orang, dengan angka kematian 15 orang.

Pentingnya disiplin menerapkan prokes 3M pada hari H Pilkada NTT mutlak menjadi perhatian penyelenggara pemilu, pasangan calon, partai pendukung serta masyarakat lantaran  eskalasi jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Provinsi NTT semakin tidak terkendali dalam tiga bulan terakhir.

Data GTTP menunjukkan, sejak awal September hingga 7 Desember 2020, terjadi penambahan jumlah terkonfirmasi positif Covid-19 di NTT dari "hanya" 179 orang di akhir Augustus menjadi 1.448 orang.

Total kenaikan jumlah pasien lebih dari 500  persen. Kota Kupang menyumbang pasien terbanyak disusul  Kabupaten Ende dan Manggarai Barat.  

Secara geografis, ketiga daerah tersebut memang merupakan  pintu masuk dan keluar  bagi lalulintas orang ke dan dari NTT maupun  ke daerah lain di dalam dan luar wilayah NTT.

Jumlah kematian akibat Covid-19 di NTT juga meningkat beberapa pekan terakhir. Sampai posisi 7 Desember 2020 pasien meninggal dunia 27  orang.  Angka tertinggi kematian di Kota Kupang.

Kebanyakan kasus Covid-19 di Kota Kupang dan kabupaten lainnya di NTT  berasal dari transmisi lokal. 

Menariknya klaster lokal juga berasal dari perkantoran seperti BPN, bank  dan fasilitas kesehatan. Sejumlah dokter dan perawat terpapar Covid-19 sehingga empat  Puskemas di Kota Kupang terpaksa tutup sementara pekan kedua November 2020.

Keempat fasilitas kesehatan itu yakni Puskesmas Oepoi, Puskesmas Oebobo, Puskesmas Sikumana, dan Puskesmas Oesapa. Sebelumnya, Puskesmas Pasir Panjang ditutup setelah seorang dokter yang bertugas di sana terpapar Corona.

Tingginya klaster lokal boleh jadi disumbang oleh kerumunan yang tercipta saat hajatan keluarga atau resepsi pernikahan di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur ini. Maklum sejak bulan Juli, Agustus  sampai November 2020 acara  pernikahan, misalnya, berlangsung terus-menerus. 

Dalam sepekan bisa lebih dari tiga sampai empat acara pernikahan yang resepsinya menghadirkan undangan hingga ribuan orang. Pemerintah tidak secara tegas melarang, hanya berupa imbauan agar mematuhi protokol kesehatan. Fakta di lapangan tidak seindah harapan ideal. 

Kenyataan yang sama pun terjadi di berbagai daerah di provinsi berbasis kepulauan tersebut. Masyarakat umumnya menggelar acara menghadirkan banyak orang seperti biasa.  

Meningkatnya jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di NTT saat ini pun merupakan  konsekuensi logis dari semakin masifnya masyarakat menjalani tes rapid dan swab.  Cukup lama NTT minim tes untuk memastikan seseorang terpapar corona atau tidak. 

Selama tahapan kampanye Pilkada serentak 2020 di NTT tak luput dari pelanggaran prokes.   Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Provinsi NTT mencatat sebanyak 58 kali pelanggaran prokes pencegahan Covid-19 terjadi saat massa kampanye.

"Pelanggaran protokol Covid-19 ini di antaranya 19 kali dilakukan pasangan calon maupun tim kampanye," kata Koordinator Divisi Pengawasan Bawaslu NTT Jemris Fointuna seperti dirilis Antara, Senin (7/12/2020).

Jemris menyebutkan,  kampanye berupa pertemuan tatap muka dan terbatas berlangsung sebanyak 6.257 kali dilakukan 27 pasangan calon  di sembilan kabupaten. Bagi yang melanggar prokes, Bawaslu memberikan teguran lisan dan tertulis.  "Ada 55 kali teguran tertulis yang dikeluarkan Bawaslu di sembilan kabupaten.” Kata Jemris.

Itu data resmi Bawaslu. Patut diduga jumlah pelanggaran bisa lebih banyak selama 70 hari masa kampanye dari tanggal 23 September-5 Desember 2020. Bergidik jua melihat sejumlah video yang sempat beredar di media sosial mengenai euforia kampanye di Flobamora.

Rumah Sakit Darurat

Bila dibandingkan daerah lain di Tanah Air, kasus Covid-19 di NTT memang tergolong kecil. Namun, trennya dalam tiga bulan terakhir  mestinya jadi sinyal kuat agar lebih tegas dan disiplin menerapkan prokes mencegah Covid-19. Ketegasan sikap kepala daerah dibutuhkan saat ini.

Fakta terbaru mengenai klaster lokal dari acara pernikahan menimpa tujuh pegawai Kantor Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Provinsi NTT. 

Kantor Provinsi NTT di Jalan Polisi Militer Kota Kupang itu ditutup sejak Selasa (24/11/2020) setelah tujuh pegawai positif Covid-19. 

“Mereka terkonfirmasi positif setelah kembali dari menghadiri pesta pernikahan di So’e, Kabupaten Timor Tengah Selatan,” kata Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT, Marius Ardu Jelamu di Kupang, Kamis (26/11/2020) lalu.

Menurut Marius, saat ini sudah ada dua klaster kantor pemerintah di NTT yakni Kanwil BPN dan Bappelitbangda.

Ia meminta seluruh masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona. Pasalnya kasus transmisi lokal di NTT terus bertambah terutama di Kota Kupang.

Semakin  bertambahnya kasus terkonfirmasi positif Covid-19 membuat sejumlah rumah sakit  di Kota Kupang sudah  kewalahan menampung para pasien. Jumlah pasien terpapar corona terus bertambah sementara kapasitas ruang khusus perawatan atau ruang isolasi sangat terbatas. 

RSUD Prof  Dr W Z Johannes Kupang sebagai rumah sakit rujukan, RSUD SK Lerik, RS Siloam, RS Leona, RS Bhayangkara Drs. Titus Uly Kupang, RST Wirasakti Kupang sudah over kapasitas menampung pasien Covid-19.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Kupang Ernest Lujdi menyebutkan 300 orang pasien terkonfirmasi positif  di Kota Kupang melakukan karantina mandiri.

Hal ini tentu agak mencemaskan karena pengawasan yang lemah terhadap penerapan prokes berpotensi menambah penyebaran kasus transmisi lokal. 

Tak ada jaminan 300 orang tersebut sungguh menerapkan prokes sebagaimana terjadi kalau karantina terintegrasi di bawah kendali  Satgas Covid-19 setempat. Gugus Tugas Covid-19 Pusat sangat menganjurkan isolasi terpusat agar  terawasi secara baik.

Ernest Ludji mengatakan,  Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang sedang menyiapkan sebuah rumah sakit (RS) darurat. RS darurat  untuk menampung para pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang tak bisa ditampung  berbagai RS di kota itu.

Ernest menyatakan, sejauh ini ada dua calon lokasi untuk RS Darurat  yakni gedung di Susteran Belo dan gedung Panti Asuhan Nok Manekan di Kelurahan Fatukoa, Kota Kupang.

Langkah Pemkot Kupang tersebut patut diapresiasi. Kehadiran RS darurat itu lebih cepat lebih baik agar pasien terkonfirmasi positif menjalani isolasi atau karantina terintegrasi. 
Gugus Tugas Kota Kupang niscaya tak sanggup memantau seluruh aktivitas ratusan pasien yang menjalani isolasi mandiri di rumah.

Sebagai pembanding, sembilan kabupaten dan kota di Provinsi Bali menyiapkan hotel khusus  untuk karantina pasien Covid-19 yang tidak tertampung lagi di rumah sakit. Pengawasan dan perawatan terhadap mereka pun jauh lebih mudah. Tingkat kesembuhan pasien di Bali tergolong paling baik secara nasional.

Nusa Tenggara Timur kini hampir merah total.  Jumlah kasus Covid-19 pun makin menjulang hari demi hari. Semoga Pilkada 9 Desember 2020 tidak mendambah derita karena orang tidak tertib menerapkan prokes 3M.  

Selamat berpesta demokrasi sambil ingat,  kalau  kawan  kena Covid-19, mereka yang tuan dan puan pilih 9 Desember belum tentu peduli.  Jadi, jaga diri dan keluargamu baik-baik. (dion db putra)

Sumber: Pos Kupang

Espana 82

 


Paolo Rossi

Saya baru sesaat melepas seragam putih merah ketika dia menjadi bintang pujaan  dunia. 

Belum banyak paham soal bola tapi sebagai anak dusun saya sungguh beruntung dianugerahi ayah hebat bernama Thomas Bata yang hobi dengar radio transistor.

Pun mengoleksi majalah bulanan dan buku-buku.

Siaran idola ayahku mulai dari RRI, Radio Australia, Suara Amerika (VoA) hingga BBC London.

Itulah sebabnya sekalipun bermukim di kampung udik Lio Timur Flores, saya dan kakak adikku berenam tidak terlalu jauh ketinggalan informasi.

Sekilas terekam dalam memori bocahku satu nama yang berulangkali disebut penyiar berita olahraga RRI. Radio Autralia ataupun BBC.

Awalnya kudengar sambil lalu saja. Namun, saat masuk SMP Negeri 2 di Kota Ende pada bulan Juli yang hangat 1982, saya  mulai mengenal lebih jauh tentang sang bintang.

Lebih-lebih lagi pada sampul depan buku tulis  yang kakak sulungku, Eman Bata Dede beli di Toko Fungkam Ende,  terpampang jelas foto dan nama  Paolo Rossi. 

Dia sedang beraksi bersama si kulit bundar. Tertulis pula di sana dengan huruf mencolok,  Espana 82.

Espana 82 menunjuk pada kejuaraan sepak bola empat tahunan Piala Dunia yang berlangsung di Spanyol tanggal 13 Juni hingga  11 Juli 1982.

Italia juara Piala Dunia untuk kali ketiga.  Setelah  tahun 1934 dan 1938, Italia baru juara lagi tahun 1982 berkat kontribusi luar biasa Paolo Rossi.

Paolo Rossi menjadi idola kami pada masa itu. Saya memiliki lebih dari tiga buku tulis untuk catat mata pelajaran bersampul depan foto Paolo Rossi.

Kawan-kawan sekelasku di SMPN 2 Ende seperti Mohammad Husen.  Kletus Kamu,  M Khaidir,  Baltasar Kadju, Ishak Marzuki,  Gerard Gaga dan Dus Lolo juga sama.

Ketika bermain bola plastik saat isi waktu istirahat di halaman sekolah di Jalan Kelimutu Kota Ende, kami membayangkan diri sebagai Paolo Rossi.

Pun ketika anak seusia kami main bola di pantai Ipi, Nanganesa, Ndao, Roworeke, Nuabosi, Detusoko, Wolowaru, Watuneso, Nggela, Jopu, Nangapanda, Pulau Ende  atau di bawah rimbunnya pohon kelapa di Onekore tempo itu.

Ya,  demikianlah sejumput kenangan tentang Paolo Rossi, legenda sepak bola Italia yang meninggal dunia di Siena,  9 Desember 2020.

Kepergiannya menambah duka setelah dunia ditinggalkan  megabintang Argentina, Diego Maradona yang wafat p25 November 2020. 

Kurang dari sebulan dua seniman besar lapangan hijau menghadap Sang Khalik.

Paolo Rossi yang  lahir 23 September 1956 di  Prato, daerah Santa Lusia Italia, meninggalkan seorang istri dan tiga anak yaitu Alessandro Rossi, Sofia Elena Rossi, dan Maria Vittoria.

Kabar meninggalnya Rossi bermula dari cuitan rekan kerjanya di RAI Sport, Enrico Varriale. Paolo Rossi bekerja sebagai pakar sepak bola di saluran tv tersebut, sedangkan Varriale adalah pembawa acara saluran itu.

"Berita yang sangat menyedihkan: Paolo Rossi telah meninggalkan kami," tulis Enrico Varriale di Twitter yang dikutip Reuters. "Pablito yang tak terlupakan, yang membuat kita semua jatuh cinta pada musim panas 1982."

Istri Paolo Rossi, Federica Cappelletti mengunggah foto diri dan suaminya di Instagram disertai pesan mengharukam. Ia membubuhkan kata "selamanya."

Ucapan duka cita mengalir dari dunia sepak bola, di antaranya dari pahlawan Jerman, Jurgen Klinsmann. "Pabilto, kami selalu mengingat Anda!" tulis Klinsmaan di akun twitternya.

Tiga Kali Operasi Lutut

Paolo Rossi  mungkin tak sefenomenal  Diego Armando  Maradona yang bagi sebagian orang di negerinya bahkan dunia dipandang sebagai dewa bola. Tapi bagi Italia, Paolo Rossi merupakan  juru selamat.

Setelah Italia tercoreng skandal pengaturan skor yang memalukan, pada tahun 1982 Rossi memimpin negerinya meraih gelar Piala Dunia  FIFA edisi ke-12. Dia mencetak enam gol untuk memenangkan Sepatu Emas sebagai pencetak gol terbanyak  dan Bola Emas sebagai pemain terbaik turnamen nomor wahid sejagat.

Rossi adalah satu dari hanya tiga pemain yang meraih ketiga penghargaan di Piala Dunia sekaligus. Dia sejajar dengan Garrincha tahun 1962, dan Mario Kempes  1978. Rossi pun meraih Ballon d'Or 1982.

Bersama Roberto Baggio dan Christian Vieri, dia pencetak gol terbanyak Italia dalam sejarah Piala Dunia, dengan sembilan gol secara keseluruhan.

Wikipedia mencatat di level klub, Rossi  merupakan pencetak gol produktif  bagi Vicenza. Dia pencetak gol terbanyak Serie B tahun 1977, memimpin timnya promosi ke Serie A. 

Musim berikutnya,  Rossi mencetak 24 gol, menjadi pemain pertama yang memuncaki daftar pencetak gol  Serie B dan Serie A Liga Italia di musim berurutan. Hebat!

Pada tahun 1981 Rossi debut  untuk Juventus.

Dia membantu tim berjuluk La Vecchia Signora (Nyonya Tua) itu  memenangkan dua gelar Serie A, Coppa Italia, Piala Winners UEFA, Piala Super UEFA, dan Piala Eropa.

Dunia mengingat Paolo Rossi  sebagai  pesepakbola Italia terbesar sepanjang masa, Pada tahun 2004, dalam rangka perayaan 100 Tahun FIFA, Pele menobatkan Paolo Rossi sebagai satu dari 125 pesepakbola terbaik yang masih hidup. Pada tahun yang sama, Rossi berada di peringkat ke-12 dalam Polling Jubilee Emas UEFA.

Paolo Rossi  merupakan Juventini sejati. Namun, masa awal kariernya bersama Si Nyonya Besar justru kurang menggembirakan. Debut profesionalnya di Liga Italia bersama Juventus  mulai tahun 1973.

Cedera  terus menyerangnya  sehingga dia hanya tampil tiga  kali di Coppa Italia bersama Juventus antara tahun 1972 dan 1975  dan nihil mencetak gol. Rossi bahkan naik meja operasi sebanyak tiga kali untuk operasi lutut.

Dia kemudian dikirim ke klub Como untuk memperkaya pengalaman bermain.

Tubuhnya yang kecil bukan penghalang  ketika pelatih Como menempatkannya sebagai pemain sayap kanan. Dia mencatat  enam penampilan Serie A untuk klub itu  tapi lagi-lagi gagal mencetak gol.

Kariernya mencapai titik balik ketika Vicenza Calcio meminjamnya.

Pelatih Fabbri  memindahkan Rossi dari sayap ke tengah tengah serangan, mengganti posisi striker utama yang cedera sebelum musim kompetisi bergulir.

Paolo  Rossi mengaum bagai singa lapar. Gol demi gol lahir dari kaki dan kepalanya. Dia meraih Sepatu Emas Serie B dengan 21 gol di tahun pertama pada posisi ideal tersebut.

Pada musim kompetisi 1976-1977, kualitas Rossi makin mumpuni. Dia membawa Vicenza promosi ke Serie A dan  babak penyisihan grup kedua Coppa Italia.

Pada musim berikutnya (1977-1978), Rossi mencetak 24 gol, menjadi pemain pertama yang memuncaki daftar pencetak gol di Serie B dan Serie A di musim berturut-turut, juga membawa Vicenza ke posisi kedua Serie A setelah Juventus.

Pelatih tim nasional (timnas) Italia Enzo Bearzot mulai jatuh cinta pada Rossi. Dia masuk skuat  Piala Dunia 1978. 

Rossi menjalani debutnya bagi Italia  21 Desember 1977 saat Italia menang 1-0 atas Belga dalam  laga persahabatan .

Dunia mulai mengenal namanya di  ajang  Piala Dunia  1978.

Bermain sebagai penyerang tengah, ia kerap tukar posisi dengan dua penyerang lainnya. Dia bisa bermain dari posisi aslinya di sayap kanan.

Rossi mencetak tiga gol dan empat assist saat Italia finis posisi keempat di Piala Dunia yang berlangsung di Argentina tersebut.

Rossi meraih Bola Perak sebagai pemain terbaik kedua Piala Dunia 1978. Dia hanya kalah tenar sedikit dibandingkan bintang tuan rumah Mario Kempes.

Pada musim 1978-79, Rossi merasakan kompetisi level Eropa bersama Vicenza di Piala UEFA. Kendati mencetak 15 gol untuk klub di Serie A, cedera kembali menderanya hingga Vicenza degradasi ke Serie B. Rossi kemudian dipinjamkan ke Perugia  untuk bermain di Serie A musim berikutnya.

Skandal Totonero

Di Perugia, ia berhasil mencetak 13 gol di Serie A selama musim 1979-80 serta membantu klub tersebut melaju ke babak 16 besar Piala UEFA.

Namun, namanya tercoreng di sini.  Dia terlibat dalam skandal taruhan pengaturan skor pertandingan tahun  1980 yang dikenal di Italia sebagai Totonero.

Dilansir BBC, skandal Totonero pertama kali  terkuak 23 Maret 1980. Sejumlah pemain sepakbola dari klub Seri A dan Serie B menjual pertandingan sepakbola untuk mendapatkan uang.

Klub-klub Serie A yang terlibat dalam skandal ini adalah Avellino, Bologna, Juventus, Lazio, AC Milan, Napoli, Perugia, Pescara.

Dari Serie B yakni klub Genoa, Lecce, Palermo, Pistoiese dan Taranto.

Paolo Rossi dihukum selama tiga tahun yang kemudian dikurangi menjadi dua tahun saja. Hukuman itu membuatnya absen di Piala Eropa 1980 bersama Italia.

Gli Azurri yang bermain di kandang sendiri  gagal juara. Harus puas di posisi keempat. Sama seperti Piala Dunia 1978.

Meskipun dilarang bermain, Rossi selalu mengaku tidak bersalah, dan menyatakan  dia telah menjadi korban ketidakadilan. Untung dalam posisi sebagai orang terhukum, Juventus tidak pernah meninggalkannya.

Juventus mengontrak Rossi lagi tahun 1981, dan dia kembali ke starting line-up tepat pada waktunya untuk akhir musim 1981-1982. Kehadirannya membantu Juventus meraih gelar Serie A. Rossi mencetak satu gol dalam tiga penampilan.

Manajer timnas Italia Enzo Bearzot memasukkan Rossi dalam skuat untuk Piala Dunia FIFA 1982 di Spanyol.  Para jurnalis sepak bola Italia dan tifosi protes keras.

Mereka menilai  Bearzot salah mengambil keputusan. Memberi kesempatan bagi  Rossi dalam kondisi yang sangat buruk.

Jurnalis Italia secara keji melukiskan Rossi sebagai "hantu yang berkeliaran tanpa tujuan di  lapangan",  merujuk pada penampilannya dalam tiga laga penyisihan grup Espana 82.  Tak satu biji gol pun lahir dari kaki Rossi.

Enzo Bearzot  kukuh pada keputusannya. Dia  tetap mempercayakan Rossi untuk putaran robin yang menentukan di babak kedua. 

Italia harus berhadapan dengan juara bertahan Argentina serta Brasil, tim favorit yang berkekuatan pemain berkelas seperti Sócrates, Zico, dan Falcão.

Italia  mengalahkan Argentina 2-1, sebagian berkat kerja keras Claudio Gentile dan Gaetano Scirea yang membungkam bintang muda Argentina Diego Maradona.

Laga paling mengesankan tatkala Paolo  Rossi mencetak hattrick bagi Italia saat  mengalahkan Brasil 3-2 dan  lolos ke semifinal.

Sejak itu  Paolo Rossi semakin tak tertahankan.

Melawan Polandia di semifinal, dua gol Rossi memenangkan  Italia, memberi negeri pizza itu  tempat di final Piala Dunia 1982. 

Jurnalis dan tifosi yang semula menyebut Rossi sebagai hantu, kini berbalik memujinya.

Di final melawan Jerman Barat, Paolo Rossi mencetak gol pertama dari tiga gol Italia. Sontekan mautnya memanfaatkan bola mati tidak langsung dari Gentile gagal dihadang kiper Jerman.

Italia menaklukkan Jerman Barat 3-1, meraih gelar Piala Dunia ketiga sepanjang sejarah.

Dengan total enam gol, ia meraih Sepatu Emas  sebagai pencetak gol terbanyak turnamen  serta  Bola Emas untuk pemain terbaik. Tahun 1982 milik Rossi. Dia juga mendapatkan gelar Pemain Terbaik Eropa dan Pemain Terbaik Dunia 1982.

Eksploitasi mencetak golnya selama turnamen membuatnya mendapat julukan Pablito  dan Torero.  Antara gol dan assistnya sepanjang turnamen, Rossi secara langsung bertanggung jawab atas 58 persen gol timnya selama Piala Dunia 1982.

Sampai detik ini  Paolo Rossi masih  dianggap sebagai satu di antara penyerang Italia terbesar dan paling produktif sepanjang masa.

Menonton kembali rekaman video aksinya di lapangan hijau, Paolo Rossi merupakan penyerang yang unik.

Meskipun tidak memiliki fisik ideal untuk tipikal striker, Rossi adalah penyerang tengah yang elegan, cepat, lincah, dan produktif.

Berkat teknik yang baik, keseimbangan, reaksi sangat cepat, tembakan akurat  dan ketajaman. memungkinkan dia mampu berkelit di antara tembok tangguh bek di kotak penalti lawan. Bola yang ada di kaki atau kepalanya dia ubah secara menawan menjadi gol.

Paolo Rossi tipe striker oportunis. Kurang lebih mirip yuniornya Filippo Inzaghi. Dia menebus kekurangan kekuatan  fisik dan daya tembak lewat penempatan posisi yang tepat dan terukur.

Saya kagumi keberaniannya berduel yang ditopang kualitas keterampilan kedua kaki yang sama bagus serta akurasi sundulan kepala.

Cukup sering dia unggul dalam duel  udara. Bahkan  mengalahkan lawan yang lebih besar posturnya untuk mendapatkan bola. Kekurangan Rossi tidak terlalu mahir dalam permainan bola-bola  mati.

Hebatnya lagi Rossi fleksibel dalam posisi. Meski  umumnya beroperasi di area tengah penalti, ia bisa bermain dari sayap kanan serta menjadi penyerang pendukung.

Misalnya saat di Juventus, dia menjadi pelayan bagi  Zbigniew Boniek dan Michel Platini di jantung  serangan Super Juve.

Berakhir di Verona

Setelah Piala Dunia 1982, Paolo  Rossi tetap menjaga ketajamannya di kotak penalti lawan.

Dia  terus bermain bersama Juventus.

Selama musim 1982-1983, Juventus finis kedua di Serie A. Rossi membantu tim ini meraih Coppa Italia 1983, dengan menyumbang lima gol.

Rossi juga membantu Juventus mencapai final Piala Champions (kini Liga Champions Eropa) 1983, namun kalah 0-1 dari Hamburg.  Dia menyelesaikan turnamen  itu sebagai pencetak gol terbanyak, dengan koleksi  enam gol.

Selama musim 1983-1984, Rossi meraih gelar scudetto kedua bersama Juventus. Dia mencetak 13 gol serta membantu Super Juve menggenggam trofi  Piala UEFA Cup Winners 1983-84 disusul Piala Super UEFA 1984.

Pada musim terakhirnya bersama Juventus, Paolo Rossi meraih trofi Piala Champions Eropa tahun 1985, menyumbang total 5 gol, di belakang rekan setimnya Michel Platini, dan Torbjörn Nilsson  dengan 7 gol.

Dari Juventus, ia pindah ke  AC Milan, berjuang selama satu musim pada tahun 1985.

Di AC Milan, ia selalu dikenang atas penampilan menawannya saat mencetak  dua gol ke gawang Internazionale Milan dalam duel klasik derbi Milan.

Pada Piala Dunia 1986 di Meksiko, Paolo Rossi  masuk skuat timnas Italia. Sayang  tidak sempat bermain dalam kompetisi yang melambungkan nama besar Diego Maradona tersebut.

Cedera memaksa Rossi tahu diri. Dia gagal tes kebugaran.  Giuseppe Galderisi menggantikan posisinya  di starting line-up timnas Italia.

Paolo Rossi terakhir memakai  kostum timnas Italia pada 11 Mei 1986, dalam kemenangan kandang 2-0 atas China di  Kota  Napoli.

Pada usia belum genap 30 tahun, Paolo Rossi harus mengucapkan sayonara kepada timnas Italia. Cedera merupakan alasan utama dia  memilih pensiun.

Setahun kemudian, dia mengakhiri karier  sebagai pemain profesional di klub Hellas Verona setelah membantu timnya finis di urutan keempat Serie A.

Setelah pensiun dari lapangan bola pada usia 31 tahun, Paolo Rossi tak tak pernah lepas dari pelukan dunia bola. Dia  bekerja sebagai pakar sepak bola Sky, Mediaset Premium, dan Rai Sport hingga akhir hayatnya 9 Desember 2020.

Ciao, Rossi  Beristirahatlah dalam damai dan kasih Tuhan. (dion db putra)

Sumber: Tribun Bali


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes