Puting

DALAM hitungan detik 160 rumah penduduk dan fasilitas umum di delapan kelurahan dalam Kota Kupang porak-poranda. Puting menerbangkan atap. Beliung mengobok-obok rumah dan segala isinya. Rumah para jelata berdinding bebak, beratap seng kumal dengan konstruksi bangunan seadanya.

Tak ada korban jiwa, namun terjangan angin puting beliung Jumat 14 Januari 2011 memaksa ratusan jiwa kehilangan tempat bernaung dalam sekejap. Air mata tumpah lagi di Kota KASIH. Beta sedih dan prihatin mengingat nasib para korban.

Seorang ibu nyaris kehilangan bayi berusia enam bulan. Si buah hati sedang lelap dalam kantong tidur dari bahan tenunan Timor saat beliung menerbangkan rumah. Jika ibu muda itu terlambat meraih kantong tidur yang sedang dihela angin, tak tahu lagi seperti apa nasib anak yang mungil. "Tuhan masih sayang beta pung anak," katanya sambil memeluk erat putranya.



Siapa orang pertama yang berada di lokasi bencana? Tak segera tampak batang hidung mereka yang bertanggung jawab di Kota Kupang. Yang saban hari bercakap demi rakyat! Di hari Jumat kelabu itu, beta maklum mereka masih merapatkan barisan guna melanjutkan rapat. Mereka amat disibukkan oleh penjadwalan ulang agenda sidang di gedung kokoh nan megah.

Terima kasih puting. Syukur untuk beliung. Alam selalu punya cara menampar kepongahan manusia. Kalau manusia bisa menciptakan puting beliung lewat pertarungan kepentingan politik antarelite, alam juga bisa menghadirkan puting beliung yang bikin kepala pening. Kalau manusia bangga melancarkan badai kebohongan publik, alam cukup kirim si topan Vince. 

Vince mencurahkan air dari langit berhari-hari. Tak kenal siang dan malam. Manusia pun tunggang-langgang. 

Perlawanan alam terhadap manusia di awal tahun 2011 ini lewat media air dan angin. Air bah melanda hampir seluruh muka bumi. Di Australia, Kota Brisbane nyaris lumpuh. Sejumlah wilayah di ibukota Queensland yang elok kini laksana zona perang. Banjir menenggelamkan rumah, membenamkan mobil, menggerus bangunan pencakar langit. Merusak jaringan listrik dan air bersih. Taman kota buruk rupa. Bunga-bunga berlumuran lumpur dan sampah. Teknologi canggih Australia lunglai menghadapi tumpahan air. Sedikitnya 80 orang tewas, sebagian besar korban hilang entah ke mana.

Di negeri bola Brasilia, 270 orang tewas tertimbun tanah longsor dan banjir saat mereka lelap dalam mimpi. Di malam gelap tak berbintang tanah longsor mengubur hidup-hidup warga kota pegunungan di dekat Kota Rio de Janeiro. 

Saat fajar menyingsing, tim SAR menemukan mayat tergeletak di banyak tempat dalam kondisi mengenaskan. Sebagian tertimbun lumpur. Hujan lebat juga menewaskan 13 orang di negara bagian Sao Paulo, 130 orang di Teresopolis dan 107 orang di Nova Friburgo. Brasil yang baru saja berdansa atas terpilihnya Dilma Rousseff sebagai perempuan pertama negeri itu menjadi presiden kini berduka. 

Brasil tidak sendirian diterjang tanah longsor yang berawal dari curah hujan di atas rata-rata. Tragedi yang sama terjadi di Belu, tapal batas Indonesia-Timor Leste. Longsor di jalan raya Halilulik-Nanaet Duabesi mengisolasi tiga desa, yaitu Desa Nananoe, Fohoeka dan Nanaet sejak Kamis 13 Januari 2011.
Kisah air bah kini sudah menjadi kenyataan sehari-hari. Dunia dikepung air. Dari laut lewat abrasi, tsunami dan terus naiknya permukaan air akibat pemanasan global. Di daratan gundul banjir mengamuk. Dan, langit menumpahkan air lebih dari lazim. Badai sekadar menyempurnakan kesengsaraan bumi.

Ingat air bah, bangsa Rusia rupanya terinspirasi kisah Nabi Nuh. Perusahaan arsitektur Rusia, Remistudio tengah merancang hotel yang berperan sebagai bahtera penyelamat saat permukaan air laut naik secara ekstrim dan menenggelamkan sebagian bumi. Namanya Ark Hotel yang bisa berada di laut atau darat. Hotel mirip kerang ini tahan banjir, gelombang dan gempa. Ark Hotel bisa mengapung dan muncul otomatis di permukaan air. 

Arsitek Rusia mengklaim, desain yang terdiri dari konstruksi busur dan kabel dengan bantalan bisa mendistribusikan berat secara merata. Selain itu struktur bawah tanah berbentuk tempurung, tanpa tepian atau sudut. Hotel raksasa ini diklaim juga sebagai biosfer, surga yang nyaman bagi penghuninya. Desain hotel futuristik itu menggunakan panel matahari dan instalasi pengumpul air hujan guna menjamin ketersediaan energi dan air bagi penghuninya. Lingkungan yang mirip rumah kaca memungkinkan tanaman tumbuh subur, meningkatkan kualitas udara dan menyediakan makanan. Hebat!

Beta ingat inspirasi batin dari Ramakrishna yang diceritakan kembali Anthony de Mello, SJ. Menurut Ramakrishna, Allah tertawa pada dua kesempatan. Pertama, Allah tertawa saat dokter berkata kepada seorang ibu. "Jangan takut, anak itu akan saya sembuhkan." Allah berkata kepada dirinya sendiri. "Saya merencanakan untuk mengambil hidup anak ini, tetapi orang ini berpikir bahwa ia dapat menyelamatkannya!"

Allah juga tertawa kalau Ia melihat dua orang bersaudara membagikan tanah mereka, menandainya dengan garis dan berkata, "Sisi ini adalah milikku dan sisi lain adalah milikmu." Allah berkata kepada dirinya sendiri. "Jagat ini adalah milik saya dan mereka merasa berhak menjadi pemilik atas bagian-bagiannya!" 

Jadi, silakan saja orang Rusia yang pintar itu membuat Ark. Mereka lupa dalam hitungan detik si empunya hidup dapat melumat Ark. Siapa mampu meraba rencana Tuhan? Yang jelas ada yang bisa tuan raba dan lihat di beranda kampung kita. Sebagian pemimpin tiada henti bertarung. Kata-kata mereka tidak saling menyembuhkan. Itulah puting beliung yang menerbangkan harapan dan mencabut rumah persaudaraan. Dampaknya? Oe.. ngeri kawan! (dionbata@yahoo.com)

Pos Kupang, Senin 17 Januari 2010 halaman 1

Pemain

KITA adalah homo ludens, makhluk bermain. Maka bermainlah adik. Jadilah pemain, main sesuai aturan main. Jika permainanmu dimainkan main-main hasilnya sekadar mainan. Tiada berguna. Kau akan jadi korban permainan, terhempas dari gelanggang kehidupan yang demikian keras.

Kata-kata manis itu acap diucapkan para senior saat membina anak baru di organisasi ekstra kampus tahun 1980-an dulu. Pembinaan iman kali otak kali watak selalu dikemas dalam suasana bermain. Ada waktu bermain logika. Ada saat mainkan rasa. Rasa dan nalar mesti seimbang. Nalar semata dunia akan kehilangan hati. Rasa melulu hidup enggan mati tak mau.



Urusan main, pemain, bermain, permainan dan aturan main kini menghangatkan Indonesia yang baru sepuluh hari menghirup udara 2011. Juga memanasi tungku beranda Flobamora yang hari-hari ini terus diguyur hujan disertai angin. 

Di fora nasional hardikan perang terlontar dari mulut Nurdin Halid, ketua umum PSSI, merespons inisiatif Arifin Panigoro menggulirkan Liga Primer Indonesia (LPI) mulai 8 Januari 2011. Pemain yang bermain di klub peserta LPI haram masuk tim nasional karena kompetisi tanpa dana APBD tersebut dianggap ilegal. Nurdin berdalih sesuai aturan main PSSI dan FIFA hanya mengakui kompetisi sepakbola di bawah asuhan PSSI yaitu Liga Super Indonesia (LSI). Wuih!

Hardikan itu sungguh membilur luka. Masyarakat Indonesia yang baru saja mereguk secuil bahagia atas penampilan apik tim Garuda di ajang Piala AFF selama Desember 2010, meski gagal menjadi juara, tiba-tiba sadar menjejak bumi yang getir. Betapa negeri ini amat riang mencabik-cabik. Melukai. 

PSSI kobarkan perang terhadap LPI. Konfrontasi. Ganyang habis. Lebih garang ketimbang semangat ganyang Malaysia yang gagal Merah Putih taklukkan di final Piala AFF 2010. Kental benar arogansi pengurus organisasi tertinggi persepakbolaan nasional. Jalan dialog seolah tabu di medan bola Indonesia. 

Sebagai ajang kompetisi yang dicita-citakan menjadi profesional dan menjujung tinggi fair play, seyogianya LPI diberi kesempatan dulu untuk membuktikan misinya tanpa harus diganggu. Ini belum apa-apa PSSI sudah main ancam. Tebar teror! Atas nama aturan main, inisiatif LPI dimainkan PSSI sedemikian rupa agar layu sebelum berkembang. 

PSSI tidak berperan sebagai induk yang memelihara anak-anak bola Indonesia agar tumbuh besar dan berjaya. Oleh kepentingan terselubung PSSI justru menjadi pemain. Pemain dengan karakter menyerang siapa saja yang dianggap mengganggu privelesenya. Jangankan level Asia atau dunia, sekadar jawara di Tenggara Asia pun sekadar mimpi bila mengelola sepakbola dengan cara main-main semacam ini.
Pemain paling yahud alias top markotop tak pelak lagi milik Gayus Tambunan. 

Gayus mempermainkan aturan main serta keangkeran Tahanan Brimob dengan uangnya berkarung-karung. Setelah heboh pelesir ke Bali yang wajahnya terekam kamera wartawan, tanggal 24-30 September 2010 Gayus juga melakukan perjalanan ke luar negeri yakni ke Makau dan Kuala Lumpur dengan paspor palsu, rambut palsu, identintas palsu. Namanya Sony Laksono. Dapat paspor dari kantor imigrasi menggunakan jasa calo.

Negeri ini kalah melawan seorang Gayus yang mungkin berprinsip terlanjur basah lebih baik mandi sekalian. Semua orang tahu kelihaian Gayus memainkan aturan perpajakan demi perkaya diri. Uang gemuk, kenapa tidak dipakai? Selagi mungkin manfaatkan kesempatan. Mumpung penjaga tahanan juga muka uang. Sekali sorong langsung monyong. Dengan uang Gayus menunjuk bukti bahwa dia tidak sendirian. Gayus bukan pemain tunggal di medan laga korupsi, kolusi dan nepotisme. Hampir semua lini penegak hukum merupakan pemain profesional. 

Republik ini mirip kartel yang dikendalikan para bandit dan penggarong. Fiat justitia et ruat coelum. Keadilan harus ditegakkan meskipun langit runtuh adalah utopia di negeri kita. Langit hukum di ini negeri telah runtuh beribu kali. Dewi hukum berderai air mata oleh permainan memuakkan.

Saat heboh Gayus pelesir ke Bali terungkap medio November 2010, pemimpin negeri berkoar dalam waktu sepuluh hari kasus itu masuk pengadilan. Puihh... omong kosong belaka. Hampir dua bulan sudah proses hukumnya tidak jelas. Kalau di jantung ibukota negara saja cara kerjanya semacam itu, apalagi jauh di dusun seperti Nusa Tenggara Timur. Hancur-lebur. 

Dalam dua tahun terakhir beribu kali media mewartawakan penahanan batu mangan oleh aparat negara karena melawan aturan main. Belum seorang pun masuk bui karena mangan. Maklumlah semua pemain profesional. Mangan adalah uang. Menjadi kabur air siapa pemain, siapa wasit, siapa penjaga. 

Di ujung Timur Nusa Bunga yang kaya panorama gunung dan laut membiru, permainan tak kalah menggemparkan. Setahun sudah Pemilu kada Flores Timur jalan di tempat. Pengatur laku telah berganti tapi perang, perang dan perang lagi. Semua ingin menang sendiri. Perjuangkan kepentingan sendiri. 

Semua jadi pemain, entah kiri dalam atau kanan luar. Aturan main dimain-mainkan. Menjadi bola permainan baru. Repotnya lagi semua mau menjadi pemain menyerang. Serang sana serang sini. Tak ada yang berbesar hati menjadi wasit saja. Pengamat saja. Menjadi penengah atau pengayom menuju solusi. Lilin sudah lama redup di Nagi. Sedih. Energi rakyat nyaris terkuras habis.

Energi juga tercurah di Kota Kupang. Jalan buntu ketika elite eksekutif dan legislatif membahas anggaran untuk pembangunan dan pemerintahan tahun 2011. Mereka bertemu tapi tak saling sapa. Bersua tanpa jumpa. Kau di sana, aku di sini. Ini dadaku, mana dadamu? Dialog seolah haram. Pintu maaf terkunci rapat. Natal Bersama dengan pesan damai riuh rendah bergema di kota seribu gereja ini. Hallo para pemimpin, tunjukkan secuil kepada kami apa makna pesan damai dan kasih itu? Main, pemain, permainan, aturan main, main aturan, main-main, mainkan, mainan dimain-mainkan untuk permainanmu?

Saat guntur mencabik langit Kupang, angin dan hujan tumpah berjam-jam lamanya sepanjang akhir pekan lalu, seorang teman menulis status di akun FB-nya. Tuhan e.., apakah ini tanda-tanda ada yang mau tumbang ko? Tuhan tahu meski Ia tak menyahut. 

Beta berkomentar, bukan lagi-lagi tanda-tanda bung, memang sudah ada yang tumbang! Ya, itu... beberapa pohon di dekat pondok tinggalku di Kolhua. Dia ngakak dari balik telepon. Senang beta masih ada tawa di Kota KASIH, di tengah telaga kasih yang kian mengering. (dionbata@yahoo.com)

Pos Kupang Senin, 10 Januari 2010 halaman 1

Kudis

PAYAH! Tahun ini kinerja unit yang kupimpin tidak mencapai target yang telah dituangkan dalam KPI (Key Perfomance Indicator). Soalnya saya dan para stafku menderita banyak penyakit, kudis, asma, TBC, kram, asam urat, ginjal, pucat dan flu. Selain sering flu, saya sendiri malah kena penyakit kudis.

Demikian isi pesan singkat dari seorang kawan perempuan jelang tutup tahun 2010. Beta tercenung sejenak. Kok bisa ya? Wanita karir secantik dia yang selalu rutin ke salon merawat diri dan dua kali sepekan berolahraga kena kudis? Kalau pilek sih maklumlah, itu penyakit dasar yang bisa menimpa siapa saja. Apalagi saat cuaca kurang bersahabat seperti sekarang. "Ah tidak mungkin kamu kudisan," jawabku enteng.

Tiba-tiba telepon genggam berdering. "Serius bung, saya kudis alias kurang disiplin, sehingga kinerja tahun ini anjlok," ujarnya diikuti tawa berderai. Sialan! Beta terkecoh. Kemudian meluncurlah cerita panjang lebar dari mulutnya tentang delapan jenis penyakit yang dia sebutkan tadi.



Kudis: kurang disiplin dia lukiskan sebagai penyakit utama. Sebagai pemimpin unit dia kurang disiplin mengendalikan seluruh kegiatan sehingga pencapaian target tidak terpenuhi. Kudis pun menjadi tabiat umum para staf. Mereka kurang disiplin masuk kerja, kurang disiplin menyelesaikan pekerjaan harian, membuat laporan bulanan dan kurang disiplin melakukan evaluasi dan sebagainya.

Penyakit kedua asma: asal mengisi absen. Bagi sebagian karyawan-karyawati yang penting mengisi absen sesuai ketentuan agar tercatat masuk kerja. Tidak terlalu penting bagi mereka bagaimana hasil kerja. Absensi hanya menjadi tanda yang sah bahwa mereka masuk kantor. Perkara setelah absen terus pelesiran ke pasar, toko atau pusat perbelanjaan sampai ditangkap aparat Sat Pol PP, itu bukan masalah besar.

Penyakit ketiga TBC: Tidak Bisa Computer. "Maksudku kalau kerja dengan komputer suka gagap. Paling lancar ya MS Word. Kalau kita minta pakai program excel atau powerpoint hanya satu dua orang yang mampu," kata temanku itu. Dia merasa heran di 'zaman komputer' dewasa ini masih banyak yang gatek alias gagap teknologi. Beta bilang tidak perlu heran karena banyak juga bos-bos di banyak kantor yang TBC. Maklum kebiasaan suruh anak buah. Saat harus kerja sendiri dengan komputer bingung. He-he-he..

Penyakit keempat kram: kurang terampil. Kebanyakan pegawai kurang terampil dan teliti (akurat) saat mengerjakan suatu tugas yang diberikan. Mereka kerjakan asal jadi sehingga hasilnya jauh dari harapan. Ada karakter umum orang kita yakni tidak mau belajar lagi atau mengasah keterampilan setelah menjadi pegawai atau karyawan tetap. Akibatnya mereka miskin inisiatif dan kreativitas untuk melakukan suatu perubahan.

Kelima, penyakit asam urat: asal sampai kantor terus uring-uringan atau tidur. Uring-uringan itu terjadi karena beragam sebab yang memicu. Boleh jadi karena tugas pokok tidak sesuai minat dan kompetensi pegawai yang bersangkutan. Selain itu dari sononya ada saja tipe pegawai pemalas. Kerja tunggu perintah atau komando. Kalau tidak disuruh dia tidur- tiduran. Sonde malu makan gaji buta, kata orang Kupang.

Penyakit keenam, ginjal: ingin selalu naik gaji meski kerja lamban. Kalau urusan duit kiranya terjadi di mana-mana. "Yang ada dalam otak dan hati pegawai adalah gaji naik. Bila perlu naik berkali-kali," kata temanku tadi. "Orang lupa kalau uang itu hanya mengenal kata kurang," tambahnya. "Setuju dengan pandangamu. Cuma sebagai pemimpin kita ini mendadak pelit kalau bicara soal gaji," jawabku sekenanya saja. Sebelum melanjutkan cerita dia terdiam sejenak. Beta tidak tahu apa yang sedang bergejolak di hatinya. Dalamnya hati siapa tahu?

Pucat: pulang cepat. Itulah penyakit ketujuh. Masuk kantor acap terlambat, tapi pulang selalu yang pertama bahkan sebelum jam kantor berakhir sekian menit. Untuk perilaku semacam ini ada istilah yang mirip yakni tenggo. Teng Go! Misalnya jam pulang kantor pukul 16.00, maka tepat jam itu pegawai tertentu langsung go (pergi). Dia tidak peduli apakah pekerjaannya hari itu sudah rampung atau belum. Baginya tepat jam harus pulang.
Pekerjaan sisa lanjut besok. Kalau mau tambahan jam kerja hitung baik-baik dulu uang lembur.

"Nah penyakit yang kedelapan ini bikin saya pusing soal cara meminimalisirnya yakni flu: facebook melulu," ujar temanku. Sejak booming facebook (fb) di Indonesia dua tahun terakhir para stafnya ketagihan fb. Saat masuk kerja pagi, pekerjaan pertama adalah up date status. Banyak waktu kerja tersita untuk berkomunikasi dengan teman di fb.

Mereka lupa tugas pokok yang lebih urgen. Gara-gara fb kita melihat banyak orang senyum sendiri di pojok ruangan kerja, di kantin atau di dalam angkutan umum. Mereka asyik senyam senyum sambil menatap layar komputer, laptop atau ponsel di tangan. Tidak peduli dengan orang lain di sekitarnya.

Senyum sendiri di zaman ini bukan hanya tabiat orang gila sungguhan. Selamat tahun baru 2011. Apanya yang baru bagi tuan dan puan? (dionbata@yahoo.com)

Pos Kupang, Senin 3 Januari 2011 halaman 1

Suanggi Makan Korban di Adonara

ilustrasi
LARANTUKA, POS KUPANG.Com -- Setelah di Rote, Alor, Kota Kupang dan Ende, tuduhan suanggi kembali makan korban. Kali ini terjadi di Adonara, Kabupaten Flores Timur. Dua rumah hancur dirusak massa. Penghuni yang dituduh suanggi tinggalkan Adonara.

Korban tuduhan suanggi adalah Dominggus Libu Kleden (66) dan Kamilus Ketan Lier Kleden, warga RT 6/RW 12, Dusun Watodei, Kecamatan Adonara Barat. Rumah keduanya dirusak massa hingga rata tanah pada Jumat (31/12/2010) dan Sabtu (1/1/2011).

Semua harta benda milik korban tidak terselamatkan kecuali pakaian di badan. Bahkan, semua perkakas dapur dan rangka jendela untuk bangunan sekolah dasar (SD) Danibao dihancurkan dan bakar massa sekitar 100 orang.


Warga Dusun Watodei menuding korban sebagai suanggi yang menyebabkan anak mereka meninggal dunia. Karena itu mereka membakar dan mengusir korban yang sudah bermukim puluhan tahun di desa tersebut.

Dominggus Libu Kleden saat ditemui di rumah keluarganya di Kelurahan Lewerang, Kecamatan Larantuka, Selasa (4/1/2011), menuturkan kronologis kejadian itu. Menurut dia, pada Rabu (29/12/2010), menantunya Florentina Perada yang juga kader posyandu diminta salah satu keluarga di desa itu untuk menyembuhkan seorang balita menggunakan jampi-jampi.

Dia melarang karena menantunya bukan dukun. Namun keluarga itu terus memaksa untuk menyembuhkan balita itu. Sehari kemudian, balita yang diduga menderita gizi buruk tersebut meninggal dunia. Karena balita itu meninggal, Kamis (30/12/2010), beberapa anggota keluarga balita itu langsung datang ke rumah Keleden dan marah-marah. 

"Mereka mengatakan kami menggunakan ilmu hitam sehingga anak mereka meninggal. Apa yang mereka sampaikan, kami tidak tanggapi. Namun, esoknya mereka datang membawa massa sekitar 100 orang lebih hendak membakar rumah saya yang permanen dan rumah anak saya yang semi permanen. Saat itu saya bersama istri, anak dan cucu berada dalam rumah. Rumah tidak dibakar. Mereka melempar rumah saya dengan batu dan benda-benda keras lainnya. Saat itu, kami sekeluarga keluar lewat pintu belakang untuk menyelamatkan diri. Dibantu beberapa keluarga yang ada di desa serta pihak keamanan kami ke Larantuka," tutur Kleden yang pada kesempatan itu didatangi Penjabat Bupati Flotim, Drs. H. Muhammad S. Wongso, ketua Tim Penggerak PKK, Hj. Rosmini Semsi Wongso, SE, Inspektorat Daerah (Irda) Flotim, Ahmad Bethan, Kabag Humas, Rufus Koda Teluma, Camat Adonara Barat, Valentinus Basa, Lurah Lewerang, Yoseph K. Matutina serta keluarga korban.

Ia mengakui, setelah rumahnya dirusak harta benda di dalamnya dibakar. "Saya tidak bisa menghitung kerugian, karena yang dibakar selain dua rumah juga kios dan mebel. Kami tidak punya apa-apa lagi. Kami harus memulai dari nol," kata Kleden sambil menahan air mata.

Kleden mengakui, saat itu dia sempat berpikir untuk berhadapan dengan warga yang datang dengan beringas saat itu. Namun, mengingat sejumlah cucunya yang masih kecil di dalam rumah sehingga ia memilih untuk keluar dari rumah.

"Saya ini tidak takut dengan orang, tapi berpikir banyak anak dan cucu. Ini negara hukum sehingga saya memilih mengamankan keluarga saya. Dan, saya juga minta kepada keluarga agar tidak terpancing. Biarlah pemerintah yang mengatur. Kami ingin keadilan. Karena itu, kami minta kepada bapak Kapolres, bapak bupati untuk memberikan rasa adil kepada kami. Kami kami juga berterimakasih kepada semua khususnya bapak kapolres, bupati, kapolsek dan masyarakat yang bersimpati kepada kami," katanya. 

Korban akibat tudingan suanggi sebelumnya menimpa rumah pasangan suami- istri Frans da Cunha dan Yosefina da Lima di Jalan Undana, Kelurahan Kota Raja, Kecamatan Ende Tengah, Kabupaten Ende. Rumah mereka dilempari massa, Minggu (28/11/2010) sekitar pukul 02.00 Wita. Rumah itu dihujani batu hingga pintu dan jendela rusak. Tuan rumah, Yosefina terkena lemparan batu di pelipis. Ia dilarikan ke RSUD Ende.
Polisi masih menyelidiki motif dari pelemparan itu. Tetapi kuat dugaan aksi itu dilatarbelakangi tudingan yang menyebutkan keluarga ini memiliki ilmu hitam atau suanggi. (iva)

Serahkan Bantuan

KEJADIAN tragis yang menimpa dua warga Dusun Watodei, mendapat atensi dari Penjabat Bupati Flotim, Drs. Muhammad S Wongso. Di hadapan Uskup Larantuka, Mgr. Frans Kopong Kung, Pr, Kapolres Flotim dan Dandim Larantuka pada acara Natal bersama di Gedung Orang Muda Katolik (OMK), Senin (3/1/2011) malam, Wongso meminta agar Kapolres Flotim menangani kasus tersebut secara juga meminta uskup dan para rohaniwan mendoakan keluarga yang sedang didera masalah.

"Pantaskah di tengah-tengah kita melaksanakan kedamaian di malam Natal ini, masih ada saudara kita yang diperlakukan tidak adil. Batin tidak tenang. Karena itu saya minta agar Kapolres memberikan mereka keadilan. Negara ini negara hukum. Tidak ada yang boleh main hakim sendiri," kata Wongso.

Wongso yang baru menerima informasi dari Camat Adonara Barat, Senin (3/1/2011) malam, langsung meminta stafnya menyiapkan bantuan. Hari Selasa (4/1/2010), Wongso menyerahkan bantuan berupa uang Rp 10 juta dan beras 500 kepada keluarga korban. Bantuan itu diterima Dominggus Libu Kleden (66) dan istri, Yasinta Tulit (65) di rumah keluarga mereka di Kelurahan Lawerang.

"Bantuan ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan kerugian yang bapak derita, namun ini bagian dari partisipasi pemerintah untuk keluarga bapak. Bahwa bapak tidak sendiri namun bersama kami semua," kata Wongso.

Ia juga meminta kepada Camat Adonara Barat agar mengurus cucu-cucu dari keluarga Kleden yakni, Yohanes Sabon Ama Doni, SMP kelas I, Magdalena Tuto Kleden, SD kelas 4, Philipus Dahe Kleden SD kelas 5 dan Stevenia Ina Libu Kleden, SD kelas II untuk sekolah di Larantuka.

"Saat ini camat masih konsentrasi pemulihan suasana di Desa Bukit Saburi. Anak-anak harus sekolah. Jangan dipersulit saat proses pemindahan untuk dititipkan sementara agar pendidikan mereka tetap jalan," harapnya.

Sementara Kapolres Flotim, AKBP Eko Kristianto yang dihubungi pertelepon ketika berada di Adonara Barat mengakui, pihaknya sedang mengidentifikasi pelaku.

"Kami masih melakukan identifikasi. Secepatnya, kami akan ungkapkan siapa pelaku pengrusakan karena tidak semua orang yang datang ke kediaman korban ikut merusak," katanya. (iva)

FloresStar 5 Januari 2011 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes