Ziarah Bola Carlo Ancelotti

Carlo Ancelotti
Carlo Ancelotti menjadi pilihan terbaik yang bisa didapat Real Madrid sepeninggal Jose Mourinho. Jauh lebih tenang, Ancelotti punya punya cara yang berbeda membangun sukses sebuah tim. Don Carletto dianggap punya segalanya.

Euforia yang dirasakan fans Madrid terkait kedatangan Ancelotti ke bisa jadi tak sebesar tiga tahun lalu, saat Mourinho memutuskan meninggalkan Inter Milan dan menerima pinangan El Real. Itu agak bisa dimaklumi, Ancelotti memang tak dapat sorotan sebanyak Mourinho. Juga tak punya banyak kisah kontroversial, yang seperti Mourinho membuat dia makin sering masuk halaman koran.

Ancelotti malah dianggap telah dinilai di bawah kemampuannya. Padahal, jika melihat apa yang sudah dia torehkan selama ini, pria 54 tahun itu adalah salah satu yang terbaik sekaligus tersukses yang ada di Eropa saat ini.

Lantas, apa yang dibawa Ancelotti ke Bernabeu? Ancelotti punya pengalaman yang luar biasa, mentalitas juara dan pastinya dia sangat baik secara taktik bermain. Ancelotti disebut sebagai pelatih yang selalu punya hubungan baik dengan pemain, yang membuat dia bisa mengeluarkan kemampuan terbaik anggota skuatnya. Ingat bagaimana dia 'menemukan' Andrea Pirlo dan kemudian mempertahankan John Terry sebagai kapten The Blues saat diterpa isu perselingkuhan?

Sebagai Italiano dia jelas sangat tahu bagaimana cara bertahan, sebagaimana Milan menunjukkan hal itu saat dua kali menjuarai Liga Champions. Dan di saat bersamaan, Rossoneri -- serta Chelsea -- juga dibuatnya menjadi tim yang punya lini depan sangat baik bersama nama-nama seperti Shevchenko, Ronaldo, Ronaldinho, Inzaghi hingga Didier Drogba dan Nicolas Anelka.

"Saya sudah pernah bekerja dengan pelatih-pelatih hebat, tapi tidak pernah dengan seorang pelatih yang punya hubungan seperti ia dengan para pemainnya. Itu adalah kunci kesuksesannya. Dan ia elegan, bahkan saat ia sedang berbicara. Metodenya lembut dan amat sabar. Ia membuat para pemain merasa aman," puji Zlatan Ibrahimovic pada Ancelotti.

"Dari semua pelatih yang pernah bekerja sama dengan saya, ia yang menangani tim dengan paling tenang. Ia menyimpan kerisauan dan ketegangannya sendiri sehingga tim tetap tenang," komentar Paolo Maldini.

Skill unik lain yang dipunya Ancelotti adalah kemampuannya untuk bertahan saat berhadapan dengan para bos besar, yang umumnya egois, tak sabaran dan penuh campur tangan. Delapan tahun kebersamaan dengan Silvio Berlusconi di Milan menunjukkan hal tersebut, juga saat berelasi dengan Roman Abramovic di Stamford Bridge.

Kapten Roma

Lahir di Provinsi Reggiolo Emilia, Italia, pada 10 Juni 1959, Ancelotti muda mengawali karier sepakbolanya di Parma dan memperkuat klub tersebut dalam kurun 1976-1979. Setelah itu, Ancelotti kemudian pindah ke Roma, di mana dia meraih sukses besar sebagai pemain. Menjadi kapten I Lupi, Ancelotti sukses mempersembahkan Scudetto 1983, meraih empat trofi Copa Italia dan mengantar klub tersebut lolos ke final Liga Champions 1984.

Delapan musim berseragam Roma, Ancelotti lantas pindah ke Milan. Di San Siro kisah suksesnya berlanjut. Milan yang saat itu dianggap punya tim terkuat di Eropa berhasil menjuarai Liga Champions dua kali di tahun 1989 dan 1990. Meski Milan periode itu dikenal dengan trio Belandanya, Ancelotti jadi bagian penting dalam sukses yang diraih Diavolo Rosso dengan perannya di lapangan tengah permainan.

Milan kemudian jadi klub terakhir yang dibela Ancelotti. Di akhir musim 1991/1992 dia memutuskan gantung sepatu. Total dia punya 14 gelar juara bersama tiga tim berbeda: lima saat memperkuat Roma dan sembilan dalam seragam Milan.

Roma
Serie A (1): 1982-83
Coppa Italia (4): 1979-80, 1980-81, 1983-84, 1985-86

Milan
Serie A (2): 1987-88, 1991-92
Supercoppa Italiana (1): 1988
European Cup (2): 1988-89, 1989-90
UEFA Super Cup (2): 1989, 1990
Intercontinental Cup (2): 1989, 1990


Menjadi Pelatih
Carlo Ancelotti mengawali karier melatihnya dengan menuntut ilmu di Coverciano, sebuah lokasi yang sejatinya adalah markas FIGC namun juga berisi museum sejarah sepakbola Italia dan menjadi tempat mendapatkan akreditasi pelatih. Karya tulis yang dia hasilkan untuk mendapatkan sertifikasi tersebut adalah Il Futuro del Calcio: Più Dinamicità atau The Future of Football: More Dynamic.

Pengalaman pertama Ancelotti jadi pelatih adalah membesut Reggiana di tahun 1995. Dia cuma semusim di sana, karena setelah berhasil mengantar klub tersebut promosi ke Seri A (dengan rekor W16 D13 L9) Ancelotti lantas pindah ke Parma.

Rosoblu juga diantar Ancelotti meraih prestasi membanggakan. Di antaranya diperkuat oleh Gianluigi Buffon dan Fabio Cannavaro, Parma bisa menuntaskan musim 1996/1997 di posisi dua klasemen dan lolos ke Liga Champions. Di musim selanjutnya Parma menuntaskan kompetisi di urutan lima.

Membangun Dinasti di Milan

Tahun 1999 Ancelotti akhirnya dapat kesempatan membesut tim besar saat Juventus menunjuknya sebagai pelatih menggantikan Marcello Lippi. Ketika itu, Ancelotti mengawali musim dengan sangat menjanjikan setelah menjuarai Piala Intertoto dengan mengalahkan Rennes dengan agrgat 4-2. Namun di dua musim berikutnya dia gagal menyumbang gelar manjor dan dua kali beruntun finis sebagai runner up Seri A.

Fakta tersebut membuat Ancelotti sempat dijuluki sebagai spesialis runner up. Di akhir musim 2009/2001 dia diputus kontraknya oleh Bianconeri.

Pemecatan Fatih Terim oleh Milan di awal, musim 2001/2012 menjadi awal sukses Ancelotti karena dialah yang kemudian ditunjuk sebagai pelatih pengganti. Tak ada gelar dipersembahan Ancelotti di musim pertamanya itu, namun dia berhasil membangun pondasi yang kuat dan menunjukkan indikasi positif setelah mengantar Milan melangkah sampai semifinal Piala UEFA. Milan menuntaskan musim di posisi empat, yang membuat mereka kembali berhal main di Liga Champions.
(din/roz)Tiga Final, Dua Trofi Liga Champions

Meski dapat kritik dari Silvio Berlusconi karena dianggap bermain terlalu bertahan, Ancelotti memberi sukses besar buat Milan di musim 2002/2013. Setelah menjuarai Copa Italia, Rossoneri diberinya trofi Liga Champions nomor lima. Uniknya, dalam laga final yang digelar di Old Trafford Milan mengalahkan Juventus melalui adu penalti.

Keberhasilan Milan di musim itu datang dari kejelian Ancelotti melihat potensi pemain-pemainnya, dengan salah satu yang paling sentral adalah penempatan Andrea Pirlo sebagai pengatur permainan namun jauh ke belakang. Selain itu Ancelotti juga berhasil menjadikan Andriy Shevchenko dan Filippo Inzaghi sebagai duet mematikan di lini depan.

Setahun berselang Milan meraih kejayaan lain setelah sukses merebut Scudetto. Rossoneri dipaksa menelan pil pahit setelah kalah di final Liga Champions 2004/2005, namun dua tahun kemudian mereka bisa membalas kekalahan atas Liverpool tersebut.

Milan bersama Ancelotti menjalani final Liga Champions ketiganya di musim 2006/2007. Dan laga yang dilangsungkan di Yunani itu berakhir dengan skor 2-1 untuk kemenangan Diavolo Rosso. Milan lantas menyempurnakan sukses tersebut dengan menjuarai Piala Dunia Antarklub, di tahun yang sama.

Delapan tahun bersama Milan, Ancelotti total memenangi Scudetto, Coppa Italia, Piala Super Italia, Liga Champions (2), Piala Super Eropa (2) serta Piala Dunia Antarklub.

Menyeberang ke Inggris dan Perancis


Setelah berulang kali ramai dirumorkan akan ke Chelsea, Ancelotti akhirnya benar-benar pindah ke klub tersebut pada 1 Juli 2009. Sekitar sebulan setelah menjabat, Ancelotti langsung mempersembahkan gelar Community Shield, setelah menang adu penalti atas Manchester United.

Musim pertama Carletto bersama Chelsea benar-benar berjalan mulus. Di akhir kompetisi dia langsung mengantar Johh Terry jadi juara Premier League, plus mengangkat trofi Piala FA. Itu artinya, tiga gelar langsung dipersembahkan Ancelotti buat klub barunya itu.

Namun Ancelotti gagal mengulang sukses tersebut di musim berikutnya. Setelah kalah dari MU di Community Shield, Chelsea juga gagal bersaing di Premier League. Dia pun dapat surat pemecatan usai kalah dari Everton jelang berakhirnya musim 2010/2011.

Ancelotti resmi ditunjuk sebagai pelatih PSG sehari sebelum tahun baru 2012, menggantikan pelatih sebelumnya Antoine Kombouare. Musim perdana Ancelotti di Parc des Prince berakhir tanpa satupun gelar. PSG duduk di posisi dua klasemen akhir dan tertinggal tiga poin dari sang juara.

Baru semusim kemudian Ancelotti berhasil mempersembahkan gelar juara. Kompetisi masih menyisakan dua pertandingan saat PSG memastikan mengunci gelar juara Liga Prancis. Sementara di Liga Champions, Zlatan Ibrahimovic dkk berhasil melangkah sampai ke perempatfinal. Mereka didepak Barcelona dengan aturan agresivitas gol tandang, dalam laga yang berkesudahan dengan agregat 3-3. (*)

Sumber: Detikcom

Berburu Ikan di Danau Tondano

Danau Tondano
Sejak ratusan tahun lalu Danau Tondano menjadi penopang hidup warga Minahasa dan sekitarnya.

SAAT ini keberadaan danau ini bahkan makin vital karena melalui Danau Tondano sebagian besar warga Sulut bisa menikmati listrik, sebagian warga Manado bisa mendapatkan air bersih, dan ribuan nelayan di sekitar danau ini bisa mendapatkan penghasilan sehari-hari.

Sebagai sumber air tawar terbesar di Sulut, tidak heran kalau Danau Tondano menjadi penyuplai terbesar kebutuhan ikan mujair dan ikan mas di Sulut. Ikan dari Danau Tondano dipasarkan ke seluruh pasar tradisional di Minahasa, bahkan sampai pasar modern. Bisnis ikan air tawar di Danau Tondano sangat besar karena sekitar 300 orang membuka usaha tambak ikan di sana.

Jika berjalan mengelilingi Danau Tondano, bisa terlihat tambak jaring berjejer hampir mengelilingi danau tersebut. Hampir semua tempat ada patok bambu dan petak-petak jaring berisi ikan. Putaran uang dalam bisnis ini mencapai miliaran rupiah per bulan. Umumnya usaha tambak ikan ini dikelola orang-orang berduit karena membutuhkan modal yang besar.

Di antara persaingan para pemodal besar yang berlomba-lomba memperbanyak jaring ikan, terselip kisah perjuangan hidup ratusan nelayan tradisional yang hidup dan bekerja dengan cara sederhana. Hari Jumat (8/3/2013) siang awan hitam menggantung di wilayah Kecamatan Remboken. Seorang pria bercelana pendek menenteng kacamata renang dan sebilah papan yang berbentuk seperti senapan menuju Danau Tondano.

Jerry Saerang adalah seorang nelayan tradisional yang setiap hari menghabiskan waktu mencari nafkah di danau tersebut. Caranya menangkap ikan bukan dengan jaring atau pancing, melainkan menggunakan senjata sederhana yang dibuat sendiri.
Papan dipotong sedemikian rupa dan dilubangi pada bagian pangkal. Sebuah batang besi yang ujungnya telah diruncingkan dimasukkan d iatas bilah papan itu. Ban dalam sepeda motor dipotong memanjang dan berfungsi sebagai pegas untuk meluncurkan potongan besi tajam. Alat sederhana inilah yang setiap hari menemani Jerry memburu ikan di Danau Tondano.

Saat berbincang dengan Tribun Manado, ayah dua anak ini mengatakan telah menggeluti usaha memanah ikan sejak lima tahun silam. Pekerjaan ini tidak membutuhkan modal besar namun hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. "Hampir setiap hari saya turun ke danau untuk berburu ikan. Cara ini lebih mudah dibanding memakai jaring dan ikan yang didapat lebih besar. Saya pernah bertahan dalam air sekitar lima jam, masuk pukul 09.00 Wita dan keluar danau pukul 14.00 Wita," ujarnya.

Dia berkisah, dalam berburu ikan menggunakan panah dia harus menyelam dan menahan napas sekitar dua menit dan  kembali ke permukaan untuk mengambil napas. Dalam air dia leluasa memilih ikan yang akan ditangkap. Ikan kecil diabaikan dan hanya memanah ikan yang berukuran di atas seperempat kilogram.
Selama lima tahun bekerja sebagai pemanah ikan dia pernah menangkap ikan mujair seberat 5 kilogram. Panjang ikan itu hampir satu meter. Saat melihat ikan besar itu dia langsung mengarahkan ujung senjatanya dan menekan pelatuk. Besi tajam meluncur kencang menembus badan ikan. Saat dipasaran, harga ikan hasil buruan jauh lebih mahal dibanding ikan budidaya. Harga ikan liar hampir dua kali lipat lebih mahal dibanding ikan yang dipelihara dalam jaring.

"Kalau ikan hasil buruan kami lebih mahal. Kalau misalnya harga ikan budidaya sekitar Rp 25.000 per kilogram, ikan liar yang kami tangkap sekitar Rp 50.000 per kilogram. Alasannya ikan liar lebih enak dan lebih manis karena ikan ini hanya makan lumut. Berbeda dengan ikan yang diberi makan pelet," ujarnya.

Setiap kali berburu ikan yang didapat berkisar tiga sampai tujuh kilogram. Namun ada saat-saat dimana hasil buruan hanya beberapa ekor ikan berukuran sedang. Dapat hasil yang banyak atau sedikit sudah dianggap hal yang biasa karena bagi para nelayan  tradisional rejeki sudah diatur oleh Tuhan. (lucky kawengian)

Sumber: Tribun Manado 9 Maret 2013 hal 1

Roring Kewalahan Tarik Blazer

ilustrasi
Pengembalian aset mobil dinas Chevrolet Blazer belum menemui titik terang. Sampai Jumat (8/3), belum tampak satu unit pun mobil yang dulu digunakan Anggota DPRD Sulawesi Utara (Sulut) itu berada di Kantor Gubernur.

Wakil Gubernur Sulut Djouhari Kansil menegaskan akan mengecek perkembangan pengembalian aset pemerintah itu. Ia memberi waktu lagi sampai pekan depan. Bagi yang acuh tak acuh, wagub berjanji memberi teguran khusus "Pasti saya tegur. Saya akan panggil secara khusus tanya masalahnya apa," kata Kansil, Jumat (8/3/2013).

Tak hanya masalah aset mobil Blazer. Menurut Kansil semua aset akan ditertibkan "Bukan cuma Blazer, semua kita lakukan pendataan kembali. Blazer itu ada cuma kita data lagi siapa yang pakai. Supaya akan terkontrol, saya minta dihadirkan mobilnya ada," tandasnya..

Pantauan Tribun Manado, Jumat (8/3) baru dua unit mobil Chevrolet Blazer yang terlihat di Kantor Gubernur Sulut. Kondisinya pun mengenaskan, terongok rusak dengan ban kempes, cat mulai pudar dan interior lusuh. Sementara satu mobil Chevrolet Blazer Silver DB 521 yang teronggok di Perumahan Paniki Manado tak terlihat wujudnya di Kantor Gubernur Sulut.

Kepala Biro Umum Setdaprov   Rudij  Roring mengatakan akan mengiventarisir semua mobil Blazer. "Sesuai aturan mesti ditarik dari yang tak berhak menggunakannya," katanya, Jumat (8/3).  Lanjut Roring, sejak tahun lalu, penarikan kembali Blazer tak kunjung tuntas. Dia dan stafnya kewalahan karena  ada tarik-menarik, dengan pengguna kendaraan.

"Sama dengan rumah dinas, yang tidak berhak tak mau meninggalkan rumah. Padahal sudah habis masa tugas. Begitu juga mobil dinas. Kita sudah minta berulang-ulang tapi tetap saja menolak. Bahkan sudah ada tanda tangan pak wagub," sebutnya.

Roring menceritakan, stafnya pernah  berhadapan dengan mantan pejabat senior yang pensiun, ada rasa hormat dan belas kasih. Bahkan ada yang sampai menangis agar kendaraan tak ditarik "Susah juga karena waktu mau ditarik kendaraan, penggunanya minta tolong, sampai menangis," ungkapnya.

Namun, kata dia, karena saat ini sudah menjadi BPK, Biro Umum akan bersikap tegas. Dia  mengimbau pengguna kendaraan punya kesadaran untuk mengembalikan barang yang bukan miliknya.

Roring mengatakan, kalau sudah ditarik, sebaiknya mobil Blazer tersebut dilelang saja.  "Setelah saya pelajari akan membebani keuangan kalau mobil Blazer diperbaiki. Onderdilnya mahal. Sudah mahal, tidak dijual di Manado lagi. Kalau saya boleh usul dilelang saja," katanya.

Diakuinya, mobil Blazer dibeli saat zaman pemerintahan Gubernur A.J Sondakh lewat pengadaan di Biro Umum. Dari situ, Blazer berpindah tangan dipinjam pakai Sekretariat DPRD Sulut sebagai mobil dinas bagi Anggota DPRD.  Hingga pemerintahan saat ini dan habis masa periode anggota Dewan sebelumnya,  jejak Chevrolet Blazer masih misterius. Meskipun mobil-mobil  tersebut kerap terlihat berada di jalanan dalam kondisi tak terurus. (ryo)

Sumber: Tribun Manado 9 Maret 2013 hal 1

Arie dan Brian Sudah tak Bernyawa

ilustrasi
Arie Ratumbanua (31) dan Brian Telew (20) yang terjebak reruntuhan di lubang tambang emas Tatelu 1 Maret 2013 akhirnya ditemukan pada Kamis (7/3/2013). Arie dan Brian ditemukan  dalam kondisi tidak bernyawa pada kedalaman sekitar 25 meter.

Kasi Ops Badan SAR Manado, Djefri DT Mewo mengatakan meski telah ditemukan posisi kedua korban namun belum bisa dievakuasi  hingga Kamis (7/3/2013) malam. Kondisi lubang yang sempit tidak memungkinkan untuk proses evakuasi. Tim penyelamat yang bekerja maraton sejak Jumat lalu harus melebarkan lubang dan memasang dinding untuk mencegah longsor.

"Tadinya kita akan upayakan malam ini akan dievakuasi, tapi sepertinya waktu tidak memungkinkan karena masih ada pengerjaan buka pintu dan pasang dinding baru. Kemungkinan evakuasi akan dilakukan besok pagi (hari ini)," kata Mewo.
Kabar penemuan kedua petambang telah beredar di masyarakat sejak Kamis (7/3) pagi.  Namun,  kebenarannya baru bisa dipastikan pukul 18.00 Wita. Sejak kabar penemuan kedua korban beredar, situasi di lokasi kejadian mendadak ramai dengan orang-orang yang hendak melihat situasi terakhir.

Petugas kepolisian dan Tim SAR agak kesulitan mencegah rasa keingintahuan penduduk. Untuk mengantisipasi membludaknya penonton, sekitar lima meter dari bibir lubang dipasangi pagar bambu. Hal itu dilakukan agar tim penyelemat bisa leluasa dalam bekerja. Sedangkan di bagian atas tebing siapapun dilarang masuk karena kondisi tanah yang lunak dan berpotensi longsor.

Tidak hanya sekitar bibir lubang yang padat pengunjung. Di tenda tempat orangtua dan keluarga korban tinggal pun dipadati masyarakat asal Desa Pinabetengan, Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa. Ayah Brian, Ever Telew dan mertua Arie, Hengky Kotabunan terlihat tegar. Ever belakangan mulai mengeluhkan sakit kepala. Dia ikat kepalanya dengan handuk biru. Matanya merah dan di bawahnya mulai membentuk cekungam karena susah tidur sejak kejadian yang menimpa anak sulungnya. "Saya pasrah karena kondisinya sudah lama seperti ini. Yang penting anak saya bisa ditemukan," ungkap Ever.

Meski telah mengetahui anaknya ditemukan, Ever enggan melihat situasi lokasi lubang dimana anaknya terjebak. Ia mengaku tidak mampu melihat medan tempat pencarian nafkah anaknya itu. "Saya tidak mampu," kata Ever.


Berbeda dengan Hengky yang terus memantau proses pencarian di dekat bibir lubang kedua korban terjebak. Hengky lebih tegar meski ia merasakan duka yang mendalam. Sebab ia teringat cucunya Gerald Rantumbanua (9) yang kini telah menjadi yatim piatu setelah tiga tahun silam anak kandungnya (istri Arie) meninggal dunia. "Kasihan saja sama Gerald sudah jadi yatim piatu," kata  Hengky.

Proses pencarian kedua korban sebelumnya sempat terjadi masalah karena medan yang cukup berat. Pada saat kejadian pencarian dilakukan secara manual selama dua hari. Melihat situasi pencarian belum membuahkan hasil, Merfi Ticoalu selaku pemilik lubang mendatangkan satu unit alat berat eksavator untuk memenuhi permintaan keluarga korban. Selama tiga hari satu unit alat berat eksavator dan tiga operator dikerahkan. Penggunaan alat berat dihentikan pada Rabu (6/3) dinihari. Kemarin dilanjutkan dengan pencarian secara manual menggunakan fasilitas kerja  Tim SAR Manado hingga menemukan posisi kedua petambang. (nty)

Sumber: Tribun Manado 8 Maret 2013 hal 1

Sehan Gunakan Fasilitas Lama

ilustrasi
BILA sejumlah kepala daerah di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) seperti berlomba menganggarkan pengadaan perabot rumah dinas (rudis)  dengan angka yang cukup fantastis setiap tahun anggaran, tidak demikian bagi Bupati Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Sehan Landjar.

Data yang dihimpun Tribun Manado dari bagian umum sekretariat daerah (Setda)  Kabupaten Boltim menyebutkan anggaran untuk biaya pemeliharaan dan pengadaan perlengkapan rumah tangga rudis bupati dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2013 tak lebih dari Rp 45 juta."Anggaran untuk pemeliharaan dan pengadaan perabotan rumah tangga rumah dinas pak bupati hanya sekitar Rp 45 juta tahun ini," ujar Kabag Umum Setda Boltim Iksan Pangalima,  Rabu (6/3/2013).

Iksan mengatakan walaupun sudah ditata dalam APBD 2013 namun angka tersebut akan berkurang karena Bupat Sehani telah memerintahkan agar beberapa perabotan yang ada tidak perlu diganti. "Beliau meminta agar pengadaan piring, dispenser, kulkas dan lainnya untuk dihapus  karena barang tersebut masih ada. Kalau tidak salah angka yang dikurangi hampir Rp 15 juta," jelas Iksan.

Iksan menjelaskan biaya untuk tiga rumah dinas yaitu  milik bupati, wakil bupati dan sekretaris daerah dalam setahun hanya Rp 168 juta. Namun, angka sebesar itu telah dipangkas menjadi Rp 90 jutaan. Untuk pengadaan gorden baru hanya Rp 45 juta. Sedangkan biaya pemeliharaan rumah seperti pengecatan, pergantian plafon dan lainnya sebesar Rp 25 juta untuk ketiga rudis tersebut.

"Pengadaan perabotan seperti sofa di rudis bupati ditolak beliau. Demikian juga pengecatan yang dianggarkan dua kali dimintanya sekali saja. Beliau katakan masih lebih penting dialihkan untuk kepentingan rakyat," ungkap Iksan.

Bupati Boltim Sehan Landjar saat dikonfirmasi melalui telepon, kemarin  tidak menampik hal tersebut. Dia menyatakan, lebih memilih menggunakan fasilitas  perabotan dan interior rumah tangga yang lama ketimbang membeli yang baru. "Untuk tahun ini saya katakan jangan dulu menganggarkan yang begitu, barang-barang masih ada. Kan piring yang dibeli dua  tahun lalu tidak kami makan. Jadi,  saya pikir pakai yang ada dulu," jelas Sehan sembari tertawa.

Sehan mengatakan total untuk pengadaan barang dan pemeliharaan rumah dinasnya dalam setahun berkisar Rp 30-50 juta. Dia mengatakan anggaran tersebut sudah termasuk penggantian gorden sekitar Rp 15 juta "Sedangkan per bulan untuk makan minum rumah tangga bupati hanya Rp 42-45 juta," ungkap Sehan.

Sehan mengatakan sebagian besar perabotan rudisnya dibeli sejak dua tahun silam saat dia dilantik sebagai Bupati Boltim. Dia berjanji  menggunakan perabotan tersebut hingga dia pindah ke rumah dinas baru yang akan dibangun tahun depan. "Harus bawa dong apa yang ada. Sepanjang bisa dipakai saya pakai. Saya tidak akan membeli yang baru jika itu masih bisa dipakai. Jadi begini saat saya terima rumah jabatan  hanya ada kursi dan itu milik tuan rumah. Kan disewa, terpaksa beli," beber Sehan.

Dia menambahkan total biaya operasional Bupati dan wakil Bupati Boltim  termasuk kepentingan rumah tangga, gaji, dan biaya lainnya hanya Rp 3 miliar dalam setahun. Pantaun Tribun Manado, rumah dinas Bupati  Boltim yang berada di Desa Tutuyan Dua  memiliki lima  kamar. Rumah tersebut hanya disewa dari warga setelah Boltim dimekarkan. Beberapa perabotan sudah tampak kusam. (ald)


JWS Akui Terlalu Besar


TIDAK sampai dua pekan lagi penghuni rumah dinas (rudis) Bupati Minahasa di Kelurahan Sasaran, Kecamatan Tondano Utara akan berganti. Berdasarkan pantauan Tribun Manado, Rabu (6/3/2013), rudis sudah dibenahi untuk menyambut penghuni yang baru.

Cat tembok yang sebelumnya kusam telah berganti warna menjadi putih bersih. Tanaman di taman depan rumah juga mulai ditata ulang. Hampir semua sudut rumah mendapat sentuhan perbaikan dan perawatan.

Walau saat ini masih resmi menjabat sebagai Bupati Minahasa, Drs Stefanus Vreeke Runtu ternyata tidak lagi tinggal di rumah dinas ini. Seorang anggota Satpol PP Minahasa mengatakan, sejak akhir Desember 2012, Bupati Minahasa dua periode itu tidak lagi tinggal di rumah tersebut. Menurutnya secara bertahap barang-barang milik sang bupati telah dipindahkan ke rumah pribadi.

"Pak Bupati (Vreeke) tidak tinggal di sini lagi. Hanya beberapa kali mampir namun tidak sampai bermalam di rumah. Pakaian Pak Bupati sudah dipindahkan. Mungkin tinggal beberapa barang pribadi yang masih tersisa," ujarnya.

Seperti disaksikan Tribun Manado beberapa perabotan rumah tanggal masih tertata rapi. Dua set sofa berukuran cukup besar masih berada di tempatnya. Pada dinding ruangan tamu nampak sebuah lukisan kuda berukuran besar. Perabotan rumah lainnya seperti godern, vas bunga dan meja juga masih terlihat di sana.

Seperti diwartakan kemarin, dalam APBD Kabupaten Minahasa tahun 2013 ada item pembiayaan sebesar  Rp 2.125.000.000 untuk pengadaan perabot rudis bupati dan wakil bupati Minahasa. Menelisik lebih detail penggunaan dana ini, hampir semua warga Minahasa mungkin terpana karena dalam satu item belanja modal pengadaan tempat tidur dialokasikan dana Rp 650 juta. Angka yang fantastis untuk membeli beberapa tempat tidur. Dialokasikan pula Rp 450 juta untuk gorden.

Bupati Minahasa terpilih, Drs Jantje W Sajouw Msi (JWS)   mengatakan dirinya tidak tahu-menahu soal penyusunan anggaran untuk pengadaan perabot rumah dinas tersebut.  Menurutnya dia tidak pernah dilibatkan apalagi melakukan intervensi dalam penyusunan anggaran tahun 2013.

Menurut Sajouw, dia tidak terbiasa menikmati fasilitas mewah walau selama lima tahun terakhir menjabat sebagai Wakil Bupati Minahasa. Dihubungi Rabu (6/3),
JWS  menjelaskan, menjelang akhir masa jabatannya, hampir tidak ada pembelian barang mewah untuk rumah dinas. Beberapa perabotan rumah tangga di rumah dinasnya saat ini malah dibeli menggunakan uang pribadi. Barang-barang yang dimaksud adalah tempat tidur, televisi, perabotan dapur, dan beberapa perabotan lainnya.

Diakuinya hanya lemari baju yang dibeli menggunakan dana pemerintah dan nilainya tidak seberapa. "Saya terkejut mendengar besaran dana tersebut (Rp 2,1 miliar untuk membeli perabotan rudis bupati dan wakil bupati). Bagi saya jumlah ini memang terlalu besar. Saya tidak akan menggunakan dana yang besar untuk hal-hal yang tidak perlu apalagi yang menjurus pada pemborosan," ujarnya. JWS dan Wakil Bupati Minahasa Terpilih  Ivan Sarundajang akan dilantik pada tanggal 17 Maret  2013 di Tondano. (luc)

Sumber: Tribun Manado 7 Maret 2013 hal 1

Biaya Gorden Setara Fortuner

ilustrasi
"Dengan uang Rp 450 juta akan didapat sekitar 900 meter gorden mewah, panjangnya hampir satu kilometer atau tiga kali mengelilingi lapangan bola."
Johan
Penjual kain di Tondano


BILA tidak ada aral melintang Drs Jantje W Sajouw Msi (JWS)  dan Ivan Sarundajang (Ivansa) akan dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Minahasa periode 2013-2018 tanggal 17 Maret 2013.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Minahasa tahun 2013 ada item pembiyaan yang lumayan besar untuk rumah dinas  pasangan pemimpin baru tersebut. Berdasarkan penelusuran Tribun Manado, pada pos anggaran Sekretariat Daerah Pemkab Minahasa tertera anggaran pengadaan perlengkapan rumah jabatan atau dinas yang nilainya mencapai Rp 2.125.000.000. Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun Manado, anggaran ini khusus untuk rumah dinas (rudis)  bupati dan wakil bupati.

Menelisik lebih detail penggunaan dana ini, hampir semua warga Minahasa mungkin akan terpana karena dalam satu item belanja modal pengadaan tempat tidur dialokasikan dana sebesar Rp 650 juta. Sebuah angka yang fantastis untuk membeli beberapa tempat tidur.

Alokasi anggaran lain yang membuat tercengang adalah belanja modal pengadaan sofa dianggarkan Rp 475 juta, belanja modal pengadaan alat dapur (piring, gelas, mangkok, cangkir, sendok, garpu, pisau, tempat air, dan panstof) dianggarkan Rp 275 juta. Selain itu ada belanja modal pengadaan gorden/sampiran yang mencapai Rp 450 juta atau setara harga mobil toyota grand fortuner keluaran terbaru.

Data pembanding yang diperoleh dari Johan, seorang penjual kain di Kota  Tondano menyebutkan, umumnya harga gorden kelas menengah sepanjang lima meter dijual seharga Rp 1 juta atau Rp 200.000 per meter. Gorden yang masuk kategori mewah dijualnya seharga Rp 500.000 per meter.

"Kalau gorden yang paling mahal saya jual seharga Rp 500 ribu per meter. Itupun hanya beberapa orang yang membeli karena dianggap mahal," ujarnya. Jika harga gorden permeter dihargai Rp 500.000 maka dengan uang Rp 450 juta akan didapat sekitar 900 meter gorden mewah atau panjangnya  hampir mencapai satu kilometer, atau hampir tiga kali mengelilingi lapangan sepakbola," kata Johan.

Dikonfirmasi Tribun Manado, Selasa (5/3/2013), Kepala Bagian Umum Pemkab Minahasa, Femmy Lembong menjelaskan, anggaran tersebut tidak mutlak digunakan semuanya. Menurutnya dana itu masih sebatas penganggaran dan belum dibelanjakan untuk rudis bupati dan wabup Minahasa terpilih.

Menurut Lembong, apakah dana Rp 2,1 miliar itu digunakan atau tidak dana tersebut tergantung dari bupati dan wakil bupati Minahasa yang baru. Menurutnya Pemkab Minahasa hanya  mengalokasikan anggaran untuk kebutuhan penunjang kedua pejabat negara itu.

"Itu kan hanya penganggaran dana. Kalau pimpinan tidak mau menggunakan semua dana itu maka dana yang keluar hanya sebatas yang dibutuhkan. Bisa saja pimpinan menyatakan ingin menggunakan peralatan dan dekorasi yang sederhana," ujarnya.

Lembong mengatakan, sebagai pejabat negara, bupati dan wakil bupati memang layak untuk mendapat fasilitas yang lebih. Menurutnya hal tersebut adalah bagian dari standar protokoler."Kalau akan digunakan penuh maka pengadaan peralatan itu harus ditenderkan karena dananya cukup besar," ujarnya.

Pada Pemilukada Kabupaten Minahasa tanggal 12 Desember 2012, pasangan Jantje W Sajouw dan Ivan Sarundajang (JWS- Ivansa) yang meraih suara terbanyak dibanding empat pasangan lainnya. Pada rekapitulasi perhitungan suara yang ditetapkan KPU Minahasa, pasangan JWS-Ivansa berhasil meraih suara terbanyak yaitu 78.521 suara atau 36,96 persen.

Adapun hasil lengkap rekapitulasi perhitungan suara Pemilukada Minahasa untuk kelima pasangan calon sesuai nomor urut adalah sebagai berikut. AFN-JJM meraih 817 suara (0,38 persen),  HAG-RJM meraih 55.223 suara (25,99 persen), CNR-DJT meraih 75.326 suara (35,45 persen), pasangan JWS-Ivansa 78.521 suara (36,96 persen) dan pasangan Kamang 2.585 suara (1,22 persen). (luc)

JWS: Sesuai Kebutuhan


BUPATI Minahasa terpilih, Drs Jantje W Sajouw MSi  mengatakan, fasilitas apa yang akan dinikmatinya di rumah dinas bupati akan dilihat setelah pelantikan tanggal 17 Maret mendatang.

Menurutnya, perabotan yang akan diisi di rumah dinas pasti  dibeli sesuai kebutuhan rumah tangga. Menurutnya jika ada yang tidak perlu maka tidak akan dibeli.

"Apa yang dibeli nanti akan dilihat setelah pelantikan dan disesuaikan dengan kebutuhan. Intinya anggaran dan barang yang akan dibeli nanti sesuai dengan harga dan tidak ada mark up harga. Barang-barang yang akan dibeli adalah alat-alat yang wajar dari sisi fungsi dan harga, dan tentunya akan sesuai kebutuhan," ujar JWS kepada Tribun Manado, Selasa (5/3/2013).

Menurut JWS yang kini menjabat Wakil Bupati Minahasa, pada masa kepemimpinannya tidak ada alokasi anggaran yang mengada-ada atau sengaja diatur untuk keuntungan pribadi. Semua pembelanjaan harus sesuai aturan dan harus tercatat.

Sajouw sering mengatakan dirinya akan melakukan pengelolaan dana secara efektif.
Berdasarkan pantauan Tribun Manado, sejak beberapa hari lalu beberapa pekerja tampak mulai menata ulang rumah dinas Bupati Minahasa di Kelurahan Sasaran, Kecamatan Tondano Utara.  Para pekerja sedang mengecat ulang bagian luar rumah dinas tersebut. (luc)

News Analysis

Drs Jefry Paat
Dosen FISIP Unsrat

Itu Pemborosan

SALAH
satu hal penting yang dimiliki seorang pemimpin adalah kemampuan mengatur anggaran keuangan yang efektif dan efisien. Apalagi di zaman pemerintahan modern saat ini, pemimpin dituntut bisa mengatur keuangan agar sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut demi kesejahteraan rakyat tentunya.

Hal terpenting dalam penganggaran di sebuah daerah provinsi atau kabupaten dan tentu saja memprioritaskan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan dan fasilitas umum lainnya. Lalu jaminan pendidikan, kesehatan dan ketersediaan lapangan kerja yang adil dan merata.

Jadi kurang tepat jika alokasi anggaran lebih banyak untuk kepentingan internal pimpinan. Informasi bahwa ada pos anggaran Rp 2,1 miliar dari APBD Minahasa 2013  untuk perabot rumah dinas bupati dan wakil bupati yang baru  rasanya ironis dan riskan. Pemimpin daerah memang harus dijamin fasilitasnya tapi tidak boleh dalam kategori pemborosan seperti ini. Masa untuk isi rumah dinas bupati dan wakil bupati anggaran sampai lebih dari 2 miliar? Itu namanya pemborosan.

Khusus daerah Minahasa banyak fasilitas umum yang harus diperbaiki. Lagipula rumah dinas masih ada dan rasanya pemimpin yang terpilih yaitu JWS-Ivansa adalah kandidat yang berkecukupan. Memang secara aturan ada alokasi anggaran untuk rehabilitasi rumah dinas dan ditata dalam ABPD. Ada juga alokasi anggaran untuk isi rumah dinas tersebut namun kalau angkanya sampai Rp 2 miliar, sungguh- sungguh pemborosan.

Rakyat Minahasa sedang membutuhkan pemimpin yang lebih peduli dengan kehidupan mereka. Apalagi banyak yang mengeluh keberadaan jalan rusak dan fasilitas pariwisata yang minim. Harusnya anggaran lebih diprioritaskan pada pembenahan dan saya kira itu sesuai janji JWS-Ivansa saat kampanye.

Saran saja, belum ada kata terlambat, sebaiknya kebijakan itu ditinjau kembali. Terlalu besar anggaran Rp 2 miliar untuk isi rumah dinas. Itu perabotannya sudah model apa dengan dana sebesar itu? Menurut saya anggaran Rp 1 miliar pun untuk isi rumah dinas bupati dan wakil bupati pun terlalu mewah. Idealnya jangan lewat Rp 500 juta untuk mengisi rumah dinas satu pimpinan. Alangkah bijaksana dan patut diteladani lagi jika kepala daerah tidak perlu memberatkan anggaran di APBD hanya untuk interior rumah. Tapi masih adakah pemimpin seperti itu? Semoga masih ada di Sulut. (dit)

Sumber: Tribun Manado 6 Maret 2013 hal 1

Gurihnya Bisnis Tambang Emas di Minahasa Utara

ilustrasi
TANAH bergelimpangan emas memang cukup menjanjikan bagi petambang meraup penghasilan tinggi. Sejak dibuka tahun 1998, tambang rakyat di Desa Tatelu, Minahasa Utara  masih terus beroperasi hingga sekarang. Diperkirakan ribuan petambang mengadu nasib, meski nyawa taruhan.

Suara mesin tromol terdengar menderu, ketika Tribun Manado menjejakkan kaki di tambang rakyat di Desa Tatelu, Senin (4/3/2013). Meski baru pekan lalu, dua petambang terjebak di lubang dan nasibnya belum diketahui, aktivitas penambangan dan pengolahan emas masih terus berlangsung

Tribun pun mengunjungi salah satu tempat pengolahan emas, setidaknya ada puluhan lagi tempat sejenis di lokasi itu. Emas diolah menggunakan mesin tromol, atau mesin penggilingan batu yang mengandung emas. Mesin itu digerakkan dengan diesel. Itu masih satu set dengan mesin penumbuk untuk menghancurkan batu rep. Batu rep, merupakan sebutan petambang untuk batu yang mengandung emas. Batu rep inilah yang diambil dari lubang tambang.

Proses awal memisahkan emas dari material lain dengan menghancurkan batu rep menggunakan mesin penumbuk. Dari situ, batu rep halus dimasukkan ke tromol untuk digiling bersama takaran air perak. Biasanya untuk satu mesin tromol diisi 1 ons air perak. Kira-kira tiga jam lamanya batu rep digiling hingga halus. Proses itu diulang beberapa kali, hingga merkuri dirasa cukup menangkap emas.

Menurut Denny Kasehung, pemilik tempat pengolahan emas, air merkuri atau air perak menjadi kunci memisahkan emas dari material lainnya. Sesudah itu, hasil gilingan diremas menggunakan kain. Dari situ hasilnya bisa kelihatan.Sedangkan sisa ampas hasil olahan dibuang ke bak penampung. Setidaknya proses itu belum berakhir, ampas sisa olahan bisa diolah kembali menggunakan sianida.

Senin sore itu, Denny mengaku sudah memperoleh emas seberat 1,5 gram. Emas mentah kadar 70 persen itu  dibandrol Rp 350 ribu. Pada saat yang sama, ia masih menunggu hasil olahan yang ia tafsir bakal menghasilkan 2 gram emas.

Gambaran emas pun berbeda dari gambaran masyarakat awam pada umumnya. Dari amatan Tribun, emas yang diperlihatkan Denny, malah berwarna perak. Teksturnya pun terasa rapuh saat disentuh, mirip kertas timah pembungkus rokok. Menurut Denny, hal itu karena emas tersebut belum diolah lebih lanjut. Kalau diolah akan memunculkan gambaran emas pada umumnya. "Gambaran emas kan biasanya sudah jadi perhiasan. Itu sudah diolah dibakar hingga berwarna emas," kata Denny.

Emas inilah yang dijual Denny. Sehari ia mengolah, Denny mengaku bisa memperoleh uang Rp 1 juta, bahkan sampai puluhan juta  bila batu rep yang dihasilkan banyak mengandung emas. Ia mengibaratkan, menambang emas hasilnya cepat. "Biasanya penambang masuk lubang malam, bawa batu rep pagi hari. Pagi itu diolah, siang hari sudah ada hasil. Uangnya juga cepat," ungkapnya.

Denny mengatakan dulunya, ia berprofesi sebagai petani, sebelum mengenal penambangan. Saat tambang rakyat di Tatelu buka, ia pun ikut berkecimpung. Awalnya karena belum punya mesin, hasil yang ia peroleh diolah dengan menyewa mesin. Tapi sejak setahun silam, ia sudah punya mesin pengolahan sendiri.
Penghasilan dari menambang kata dia, cukup menjanjikan, meski enggan ia ungkap nilainya. Setidaknya ia sudah punya rumah, tanah dan tabungan dari hasil menambamg, dan tak harus pusing memikirkan biaya anaknya sekolah. (ryo)

Yanto Tewu Pernah Tertimbun


Bulir keringat membasahi tubuh Yanto Tewu dan Kiki Matialo, dua petambang emas Tatelu, Minahasa Utara, Minggu (3/3). Dua pemuda itu baru saja  keluar dari lubang tambang rakyat tempat rekan mereka Arie Ratumbanua (31) dan Brian Telew (20) terjebak reruntuhan sejak Jumat (1/3/2013).

Bermodal blower untuk asupan udara lewat pipa, Yanto dan Kiki nekat turun ke lubang yang lebar kurang dari satu meter untuk memastikan keberadaan dua korban, sekaligus memastikan kedalaman lokasi longsor. Sampai  Senin (4/3), upaya mengevakuasi Arie Ratumbanua dan Bria belum membuahkan hasil.
Usai keluar dari lubang, Yanto mengungkapkan sebuah batu besar dan tanah menutup jalan masuk lubang di kedalaman 25 meter. Tak ada celah lubang untuk udara mengalir. "Hanya mukjizat Tuhan yang bisa menyelematkan mereka," ujarnya kepada Tribun Manado.

Pemuda berusia 25 tahun ini merupakan kerabat dekat Arie. Ia pesimistis karena pernah juga merasakan terjebak longsor saat menambang emas. Itu terjadi  tiga tahun lalu, ia terjebak bersama dua rekannya Mekel dan Steve. Mereka terjebak sehari semalam. Beruntung tanah dan batu tak menimpa tubuh mereka. Yanto akhirnya bisa keluar hidup-hidup dengan bantuan petambang lainnya.

Kunci untuk bertahan hidup lebih lama, kata Yanto, adalah celah untuk aliran udara di antara reruntuhan. Ketika terjebak, ada celah sebesar 20 centimeter yang jadi saluran udara untuk mereka bernapas.

Yanto mengisahkan pengalaman saat tertimbun. Ketika itu, ia dan rekan-rekannya tengah membelah bongkahan batu tempat serpihan emas bernaung menggunakan palu. Tanda-tanda longsor sebenarnya sudah terpantau, batu dan tanah perlahan  berjatuhan. Beberapa waktu kemudian longsoran menutup jalan keluar,  mereka tak sempat keluar dan terjebak. Kata Yanto, udara langsung terasa panas, bulir keringat membasahi tubuh. Napas sesak,  tubuh jadi lemas tak berdaya.

Ketika terjebak, rasa takut memenuhi pikiran. Ingatan pun menerawang kepada keluarga di rumah. Ia pasrah, memohon doa ke Sang Khalik "Saya berpikir, kenapa saya kerja seperti ini. Kerja berisiko nyawa taruhan," ungkapnya. Tanpa makan dan minum, Yanto tetap bertahan. Ia tak banyak bergerak. Tubuhnya ia sandarkan ke dinding bongkahan batu. Tak banyak berbicara, ia hanya fokus meminimalisir aktivitas, sampai bantuan datang "Waktu itu saya bernapas satu-satu, susah sekali dada terasa sesak," katanya. Setelah sehari semalam, petambang Tatelu berhasil mengeluarkan Yanto dari lubang. Yanto mengaku, tubuhnya lemas tak bisa digerakkan, sakit terasa di seluruh tubuh. Ia harus berisitirahat sebulan lamanya.
Meski tertimpa musibah, tak mengurungkan niat Yanto kembali menambang emas.

"Kerja seperti ini, di antara hidup dan mati. Risikonya tinggi, salah-salah nyawa melayang," ungkapnya. Menurut dia, memang ada pekerjaan lain yang bisa ia lakoni, namun ia lebih suka menambang emas. Sejak usia 15 tahun ia telah mempertaruhkan nyawa di lubang-lubang tambang. Kejadian tiga tahun silam pun menjadi pelajaran berharga agar lebih waspada. Kini, perasaan tak enak di hatinya saja sudah cukup menjadi alasan untuk keluar dari lubang.

Kiki Matialo, petambang lain pun pernah merasakan hal serupa. Kejadiannya sudah lama, saat menambang di Toraut Bolmong. Ia selamat karena sempat di tolong rekannya sesama petambang. Namun seorang sehabatnya tak tertolong.

Kisah itu pun membentuk solidaritasnya sesama petambang. Bila ada yang tertimpa musibah, Kiki pun tak segan memberi bantuan, termasuk masuk ke lubang tambang berupaya menyelamatkan. Kiki menungkapkan, ia sebenarnya sudah berupaya turun langsung menyelamatkan Arie dan Brian. Namun, kondisi lubang tambang begitu rentan longsor. Sejak hari pertama, ia sudah masuk menggali kembali longsoran yang menutup jalan masuk. Dibantu rekan-rekan lainnya, hasil galian ditampung dengan karung dan ditarik ke permukaan. Cara ini sudah lazim digunakan petambang untuk menyelamatkan rekan mereka. Namun kali ini, setiap ia menggali, longsoran susulan terus terjadi. Salah sedikit bisa-bisa dia ikut tertimbun.

Kiki bahkan sudah berupaya membuat penyanggah kayu menahan dinding lubang agar tak longsor, namun tetap saja usaha itu gagal. Kayu peyanggah tak mampu menahan tekanan tanah. Padahal menurut Kiki,  tinggal 5 meter lagi akan sampai di posisi Arie dan Brian terjebak. Meski bersiko, Kiki sudah mencoba cara ini dua hari lamanya, sampai pemilik lubang memutuskan menggunakan alat berat untuk menyelamatkan dua korban.Kiki pun menyadari risiko pekerjaannya, tapi tak ada niatnya untuk mundur dari pekerjaannya sebagai petambang. (ryo)
 

Sumber: Tribun Manado 5 Maret 2013 hal 1

Dua Petambang Emas Terjebak Reruntuhan

ilustrasi
DUA petambang emas yakni Arie Ratumbanua (31) dan Brian Telew (20) asal Desa Pinabetengan, Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa terjebak reruntuhan tanah di dalam lubang saat mencari emas di Tambang Rakyat Desa Tatelu, Kabupaten Minahasa Utara,  Jumat (1/3/2013) siang.

Hingga tadi malam nasib  keduanya belum diketahui. Pencarian pun masih terus dilakukan masyarakat setempat yang dibantu oleh Tim SAR Manado. Saksi  mata yang juga petambang,  Fery Gahung (35) menuturkan peristiwa tersebut begitu cepat terjadi. Sebelum Arie dan Brian  turun ke  pantongan (lubang galian tambang), Jumat (1/3) sekitar pukul 11.00,  mereka masih sempat makan siang bersama  Jeckson dan Alvin.

Setelah beristirahat sejenak Arie langsung mengambil posisi  turun lebih dulu ke dalam lubang tambang disusul Brian. Sudah jadi standar saat ada yang turun, harus ada yang menemani dan berjaga-jaga di bibir lubang masuk tambang. "Sesuai shift, sebenarnya yang mau turun giliran saya dan Arie, tapi sudah didahului oleh Brian.
Kalau kalau turun tidak boleh sendiri, karena dikhawatirkan jika terjadi sesuatu masih ada yang bisa memberikan informasi. Akhirnya saya putuskan untuk jaga di bibir pantongan saja ditemani Jeckson. Sedangkan Alvin selaku kepala rombongan memilih istirahat karena baru naik dari lubang tambang," jelas Fery kepada Tribun Manado di lokasi kejadian, Sabtu (2/3/2013).

Sekitar sepuluh menit setelah Brian turun ke dalam lubang, kata Fery, tiba-tiba terdengar bunyi tanah longsor disertai getaran. Fery dan Jeckson  memanggil-manggil nama Arie dan Brian namun tak ada jawaban dari kedua korban. Keduanya menarik tali yang biasa digunakan untuk menarik rep (tanah dan batu diperkirakan bercampur emas), namun tali tersebut tak bisa ditarik lagi karena tertimbun runtuhan tanah. Keduanya cemas. Fery memutuskan memanggil Alvin dan teman-teman petambang di sekitar lokasi kejadian untuk membantu mencari tahu kondisi dua rekannya di dalam lubang. Saat itu pula, kejadian tersebut langsung dilaporkan kepada Hukumtua Tatelu dan Polsek Dimembe.

"Sekitar jam setengah dua belas (11.30 Wita), ada bunyi seperti longsor disertai getaran. Kira-kira posisi mereka sekitar 25 meter dari bibir lubang tambang.  Kejadian itu begitu cepat, kami sendiri tidak ada firasat atau tanda-tanda apapun, karena terakhir seperti biasanya kita makan dan bicara-bicara biasa," tambah Fery.


Ratusan anggota keluarga Arie dan Brian dari Desa Pinabetengan, Pinabetengan Utara, dan Pinabetengan Selatan, Sabtu (3/2) siang,  mendatangi lokasi kejadian.  Bahkan rombongan tersebut turut didampingi oleh tiga Hukumtua dari tiga desa yang saling berdekatan. Maria Singal mertua dari Arie Ratumbanua hanya bisa menatap lubang tambang yang dijaga para petambang saat melakukan pencarian. Ia pasrah. Ia tidak ada firasat buruk sebelum kejadian  menimpa Arie. Namun, firasat tersebut terlihat pada perilaku cucunya Gerald Ratumbanua (9). "Kalau firasat saya tidak ada, mungkin terjadi sama anaknya. Malam terakhir sebelum kejadian,  cucu saya tidak bisa tidur nyenyak, gelisah dan bayak mengigau," jelas Maria yang terus didampingi suaminya Hengky Kotambunan.

Sosok Arie  di mata Maria adalah anak yang baik, periang, dan senang bicara. Arie menikahi anak tunggalnya pada 10 tahun yang lalu. Tiga tahun lalu anaknya meninggal dunia karena sakit. Sepeninggalnya anak perempuannya, Arie dan anaknya masih tetap memilih tinggal bersama Maria dan Hengky, hingga pada tahun 2012 Arie memutuskan untuk menikah lagi dan kini telah dikaruniai satu orang anak yang baru berusia tiga bulan.

"Hubungan masih tetap baik, begitu juga dengan istri keduanya. Kalau soal biaya anak kalau ada dia kasih, kita juga tidak menuntut. Terakhir dua minggu yang lalu Arie pulang ketemu saya di rumah. Saat ditanya ada apa, Arie bilang tidak ada apa-apa. Itu pertemuan terakhir dia masih sempat minta selimut kepada saya, saya bilang ambil saja dan dibawa ke tempat kerja. Hari Rabu, Arie juga datang tapi tidak sempat bertemu dengan saya dan anaknya karena sekolah," ujar Maria.

Istri kedua Arie tidak tampak di lokasi kejadian, begitupula dengan orangtua kandung korban. Menurut Maria istri keduanya tidak bisa hadir karena masih memiliki anak bayi. Sedangkan orang tua korban telah mempercayakan semuanya kepada Maria dan Hengky, karena masih syok mengetahui kabar anaknya.
Selain Maria dan Hengky, yang sangat terpukul adalah ayah Brian Telew, Ever Telew. Ever tak henti-hentinya menangis membayangkan bagaimana nasib anaknya kini yang terjebak di dalam tambang.

"Brian itu anak manja dan sejak pertama saya sama sekali tidak pernah mengizinkan dia (Brian) bekerja diseperti ini, karena saya tahu dia tidak punya keahlian di hal-hal begini. Saya kalau kerja berangkat ke Jakarta bawah dia, saya jaga dia seperti jaga telur yang takut mau pecah, begitu juga kalau ke Surabaya atau kemana saja," ratap Ever yang mengaku belum bisa tidur.

Terakhir Ever bertemu Brian saat pulang ke rumah pada Rabu pekan lalu, sekitar lima hari Brian tinggal dirumah dan kembali ke Tatelu, Senin (25/2).  Ever mengaku tidak sempat bertemu dengan Brian karena saat itu ia berada di Gorontalo dan balik pada hari Senin saat Ever kembali ke lokasi tambang. Ayah tiga orang anak itu mengaku marah besar terhadap istrinya karena tidak melarang Brian pergi ke lokasi tambang. "Saya marah sekali waktu itu, tapi mungkin ibunya agak sulit mengatur," tambah Ever sambil mengusap air mata.

Brian  merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Ia telah menikah dan dikaruniai satu orang anak yang pada 9 Maret mendatang akan berusia satu tahun. Niatnya yang hendak membuatkan pesta ulang tahun untuk anaknya membuat Brian semakin giat mencari nafkah meski harus masuk ke lubang mencari emas yang hasilnya belum pasti. Dan kejadian ini sangat disesalkan Ever. "Dia memang sudah berkeluarga, tetapi saya tidak pernah menuntut dia untuk bekerja, apalagi bekerja seperti ini," ungkap Ever.  (nty)

Doa di Depan Lubang

KELUARGA dua petambang emas di Lokasi Penambangan Emas Tatelu, Kecamatan Dimembe, Minahasa Utara menggelar doa bersama di depan lubang, Sabtu (2/3) petang. Seperti disaksikan Tribun Manado, bersama itu diikuti pula oleh ratusan petambang dan warga lainnya yang saling bahu membahu melakukan pencarian sejak Jumat (1/3).

Tim SAR Manado dibantu warga mencoba menyusuri lubang sempit berdiameter 30 cm dengan kedalaman sekitar 30 meter.  Kedua korban tertimbun material tanah di dasar lubang saat sedang mencari emas. Hingga tadi malam belum ada tanda-tanda keberadaan kedua korban. Puluhan petambang yang berpengalaman silih berganti keluar masuk lubang untuk menggali. Lubang yang sempit dan kurang cahaya menyulitkan para penyelamat.

Kasi Ops Tim SAR Manado, Jefry Mewo, S.Pd mengakui timnya kesulitan karena tidak mengetahui medan. "Pencarian dari kami Tim SAR Manado agak sulit karena tidak menguasai medan, dan yang lebih tahu posisi lubang adalah para petambang," kata  Jefry Mewo. Meski demikian, kata Jefry, tim  akan terus melakukan pencarian hingga kedua korban ditemukan.

"Anggota tim kami tetap berada di sini," ujar Jefry.  Pantauan Tribun Manado proses pencarian memang agak sulit karena kondisi lubang yang sempit serta alat yang digunakan seadanya. Untuk mengangkat material yang longsor mereka menggunakan karung kecil dan diangkat dengan tali. Hal itu pun dibenarkan Fery Gahung rekan korban. "Lubanganya memang sempit, hanya berukuran satu kali satu meter. Pokoknya hanya untuk ukuran satu orang, ya kita berharap saja mudah-mudahan masih ada peluang," kata Fery.

Sejumlah petambang yang ada di lokasi kejadian memperkirakan peluang selamat kedua korban sangat kecil apalagi mereka sudah terjebak di dalam lubang lebih dari 24 jam. "Peluang hidup tipis karena tidak ada tembusan dari lubang lain. Kalau ada tembusan masih bisa dapat saluran udara. Dulu lubang ini ada tembusan tapi karena longsor sudah tertutup rapat," ujar Ucok yang bekerja sebagai pengangkut rep.

Merfi Ticoalu selaku pemilik lubang tambang masih berharap  anak buahnya selamat. Pasalnya belum lama ini kata Merfi pernah ada kejadian tiga orang terjebak di dalam lubang akibat longsor selama tiga hari tiga malam, dua di antaranya selamat dan satu meninggal dunia karena asma. Ia berharap peluang seperti itu terjadi pada Arie dan Brian. "Semoga masih selamat," harap Merfi.

Selaku pemilik lubang, Merfi mengaku telah mempercayakan lubangnya kepada Kepala Rombangan dalam mengatur waktu dan jadwal kerja anak buahnya. Untuk keselamatan para petambang Merfi  menyiapkan saluran alat pernapasan yang  digunakan saat bekerja di dalam lubang. Alat itu berupa sebuah mesin penghasil udara yang disalurkan melalui plastik bening berdiameter 10 cm "Lubang ini belum lama dan belum pernah ada yang jadi korban. Lejadian ini sudah menjadi resiko, saya rasa para petambang tahu bahayanya seperti apa," tambah Merfi.

Bupati Minahasa Utara, Sompie Singal melalui Kabag Humas, Sem Tirayoh mengaku sudah mendapat laporan dari Camat Dimembe soal kejadian itu. Bupati menginstruksikan agar proses pencarian korban  terus dilakukan. (nty)

Sumber: Tribun Manado 3 Maret 2013 hal 1

Prasasti Teronggok di Bawah Tangga

Prasasti gedung CTI Manado
Pahatan tulisan pada prasasti itu sangat rapi dengan tinta berwarna emas. Tetapi tanpa tanda tangan Presiden Yudhoyono.

ANAK
tangga darurat yang terbuat dari kayu dan tripleks masih kokoh menahan setiap langkah manusia yang akan menuju ke gedung futuristik di Jalan AA Maramis Manado.  Hari Selasa (12/2/2013), spanduk besar bertuliskan Selamat Datang Bapak Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono di Gedung Center of Triangle Initiative  (CTI) masih berdiri tegak di pagar. Dengan gambar presiden di sisi kiri dan Gubernur Sulut di kanan setinggi orang dewasa terpampang megah.

Maket gedung CTI Center pun terpajang di bagian gedung yang terbuka. Di maket itu terlihat begitu indahnya bangunan yang terdiri dari enam lantai. Pada bagian dinding terdapat spanduk yang bertuliskan "Sekretariat Regional CTI-CFF Pusat pameran terumbu karang, pusat pendidikan dan pelatihan terumbu karang, pusat penelitian terumbu karang, perpustakaan terumbu karang". Cat gedung tersebut belum ada yang terkena noda atau tergores. Bau cat masih bisa tercium bahkan jika Anda berada di luar gedung megah tersebut.

Saat masuk ke dalam bau cat semakin kuat, spanduk berukuran besar yang menempel pada dinding lagi-lagi menarik perhatian. Spanduk tersebut  bergambar pemimpin enam negara yang datang pada saat CTI Summit tahun 2009. Di sebelah kanan jika telah masuk ke dalam gedung terdapat ruangan berisi meja dan kursi yang masih mengilat. Dua lift yang akan menghubungkan antar lantai terdapat di bagian lain pintunya tertutup rapat.

Ketika Tribun Manado berjalan ke sudut kiri menuju ke tangga yang menghubungkan lantai, mata menangkap prasasti dari batu marmer hitam teronggok di bawah tangga. Pada  marmer prasasti  tersebut terdapat gambar burung Garuda disertai tulisan Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa Center of Triangle Initiative on Coral Reefs Fisheries and Food Security, diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr H Susilo Bambang Yudhoyono, Manado 11 Februari 2013. Pahatan tulisan pada batu marmer itu rapi dengan tinta berwarna emas. Tetapi tanpa tanda tangan Presiden Yudhoyono.

Bagian bawah marmer tersebut masih terbungkus dengan kotak persegi yang terbuat dari kayu, yang melindungi dari berbagai benturan. Di sisi prasasti tersebut terdapat alat untuk membersihkan lantai.

Dua orang staf dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulut  terlihat sibuk mengangkat barang dari lantai atas berupa kabel-kabel stop kontak serta beberapa akuarium yang tidak ada isinya. Beberapa pot ukuran besar dengan tanaman hias di dalam pot tersebut juga telah dikeluarkan untuk dibawa kembali ke tempat asalnya.

"Kami hanya diberi tugas untuk membereskan barang kegiatan kemarin. Untuk penjelasan lain-lain silakan hubungi pihak yang berwenang," ujar seorang di antara mereka yang enggan disebutkan namanya. Beberapa karyawan yang bekerja di gedung tersebut naik turun tangga dengan membawa barang-barang.

Dalam sambutannya dalam puncak kegiatan Hari Pers Nasional (11/2/2013), Gubernur Sulut SH Sarundajang mengungkapkan keberadaan gedung sekretariat  CTI digagas presiden itu secara fisik telah rampung 95 persen dan dalam waktu tidak terlalu lama lagi bisa diresmikan  presiden. Enam negara yang masuk kawasan Coral Triangle adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon.

Staf Ahli Menteri Bidang Kebijakan Publik Kementeruian Kelautan dan Perikanan yang juga Sekretaris Eksekutif NCC CTI-CFF Viktor Nikijuluw mengakui  gedung tersebut masih dalam tahap finishing, yaitu pada lantai empat dan lima. Sedangkan peresmian akan dilakukan tahun ini juga dalam suatu acara yang  meriah. Dia berharap gedung ini tetap diresmikan Presiden SBY dengan dihadiri pimpinan negara-negara anggota CTI. "Segera pada tahun ini pasti diresmikan," katanya,
Selasa (12/2/2013).

 Seperti pernah diberitakan, gedung CTI di Jl AA Maramis sedianya diresmikan Presiden SBY pada puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Manado tanggal 11 Februari 2013. Namun, rencana tersebut batal karena fisik gedung belum rampung seratus persen. (herviansyah)

Sumber: Tribun Manado edisi cetak 13 Februari 2013

Hore pak Presiden Datang Lagi

Hujan tidak menyurutkan niat ribuan siswa dari berbagai SD di Manado melihat iring-iringan mobil Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Senin (11/2/2013).

DI antara  mereka bahkan ada yang rela kehujanan demi menunggu kedatangan presiden. Pingkan, misalnya. Meski mengaku sempat kehujanan, tetapi baginya kesempatan melihat Presiden SBY dari dekat adalah sebuah kebanggaan. Diakui siswi kelas V SD N 9 Manado ini, menunggu iring-iringan mobil Presiden SBY dan rombongan lewat adalah pengalaman kedua baginya.

"Hore pak Presiden datang lagi. Yang lalu waktu pak Presiden datang saya juga ikut menyambut sambil lambaikan bendera,"ungkapnya polos. Yang berbeda, kata  Pingkan,  kali ini suasana lebih sejuk dibanding saat Presiden SBY sebelumnya. "Senang, hari ini menunggunya  tidak panas, karena tadi hujan," tuturnya.

Diakui Pingkan, dia bersama teman-teman sudah menunggu sejak pukul 11.00 Wita di depan Kantor Coca-Cola Paal 2 Manado. "Sudah menunggu dari jam 11 siang. Karena dikasi tahu ibu guru kalau mau sambut pak presiden, jadi sudah makan dulu sebelum ke sini supaya tidak lemas," tuturnya.

Selain Pingkan, rasa bangga juga dirasakan Wahyu, siswa kelas 4 SD N 120 Manado. "Hari ini kami bawa bendera untuk menyambut pak Presiden SBY," ungkapnya semringah Meskipun lelah, tapi Wahyu mengaku tetap semangat menunggu rombongan Presiden SBY lewat. "Tidak apa-apa, kan tadi sudah makan," ujarnya.

Sebersit harapan sederhana dititipkan Wahyu untuk sang Presiden SBY. "Semoga pak Presiden selalu sehat, dan kalau bisa sering-sering datang ke Manado," tuturnya tersenyum. Kepala Sekolah SD N 120 Manado Theresia mengatakan pihaknya menurunkan semua siswa dari kelas IV hingga kelas VI untuk menyambut kedatangan Presiden SBY dan rombongan. "Termasuk semua guru diturunkan untuk ikut menyambut kedatangan presiden," tandas Theresia. Pantauan Tribun Manado,  siswa SD berbaris mulai dari depan kantor Coca-Cola Paal 2 Manado menuju ke arah lampu merah Jalan Martadinata.

Walau hanya sekilas melihat langsung wajah Presiden SBY dan  ibu Negara, Ani Yudhoyono, hal itu sangat menyenangkan bagi Joshua Supit (13), siswa kelas X SMP 10 Manado. Joshua dan teman-teman sekolahnya, sudah berjejer di trotoar jalan sebelah kiri arah Bandara Sam Ratulangi-Pusat Kota atau di di depan sekolah mereka di Kecamatan Mapanget. "Sudah berdiri menunggu sejak sejam yang lalu," ujar Joshua.

Sambil memegang bendera Merah Putih ukuran kecil yang terbuat dari bahan kertas fuya, Joshua mengibarkan bendera sambil tersenyum menyapa kedatangan Presiden RI yang juga memberikan lambaian tangan dari dalam mobil RI 1. Perasaan senang pun  diutarakan Lany Songket dan Anastasya Tatuil. Ketika ditemui Tribun, kedua siswi ini mengaku baru pertama kali melihat langsung wajah Presiden SBY.

"Senang sekali, walau tunggu lama, akhirnya bisa lihat pak presiden," ujar Lany
Wajah ceria pun diperlihatan Cut Mutia (12), murid SD Negeri II Manado saat menyambut Presiden SBY. Namun, bocah ini  mengaku lelah karena terlalu lama menunggu rombongan presiden lewat di depan sekolahnya. "Saya lelah," ungkapnya polos.

Hal yang sama diakui Adelina Kaligis (14), siswi kelas IX SMP Negeri I Manado. Dia merasa lelah karena menunggu dalam posisi berdiri di sisi jalan. Namun, wajah Adelina dan kawan-kawannya berubah ceria ketika sekitar pukul 16.00 Wita iring- iringan mobil Presiden SBY datang. Mereka pun melambai-lambaikan tangan kepada Presiden dan Ibu Ani Yudhoyono yang dari dalam mobil membalas lambaian tangan sambil menebarkan senyum. (ika/obi/dma)

Sumber: Tribun Manado edisi cetak 12 Februari 2013 hal 1

Indri Ingat Jasa Besar Sang Pelatih

Adrianus Taroreh
Jasad Adrianus Taroreh terbaring kaku di atas pembaringan jenazah pada ruang depan rumahnya di Kelurahan Bahu Lingkungan Lima, Rabu (6/1/2013).

KEPALAN kiri yang merupakan senjata andalan pria yang pernah mengkanvaskan puluhan lawannya ini membuka dan menyatu dengan tangan satunya lagi di atas perut sang legendaris.

Dalam sikap doa itu, Adrianus tampak tenang. Ia tak sendiri. Para anggota keluarga serta sahabat setia duduk sekeliling jenazah.  Sang istri, Veybe Ratu duduk tak jauh dari jenazah suaminya. Dengan mata basah, dipandanginya wajah pria yang setia didampinginya semasa jaya dan sesudahnya itu. Pelayat lainnya memenuhi tenda yang terpasang depan rumah itu. Sejak pagi, tenda itu tak pernah sepi.  Setiap satu atau rombongan pelayat pergi, ada saja yang datang untuk menggantikan. Semua ingin melihat jasad Adrianus serta memberi penghiburan bagi keluarganya.

Hari Rabu (6/2/2013) sore, giliran beberapa pegawai Dispora Sulut yang melayat. Seorang di antaranya, Indri Sambaimana, bekas anak asuh Adrianus Taroreh (46)  di ajang Pra PON dan PON Kaltim tahun 2008. Pada ajang dua tahunan itu, Indri meraih medali emas. Hal itu tidak lepas dari tangan dingin Adrianus Taroreh.

Di matanya, Jopie - panggilan akrab Adrianus adalah pelatih hebat, sehebat karirnya yang cemerlang sebagai petinju amatir dan profesional. "Ia pelatih yang sangat hebat, beda dengan pelatih lainnya, yang ia perhatikan bukan hanya teknis, tapi karakter," bebernya.

Indri ingat peristiwa seminggu jelang PON. Kala itu, ia tengah sakit dan Adrianus berkunjung ke rumahnya pada suatu sore. "Coach bertanya, apa saya siap, saya bilang siap," katanya.  Adrianus yang hendak memastikan kesiapan anak asuhnya lantas berkata. "Kalau kamu tidak siap, nanti saya yang ganti," tuturnya mengulangi perkataan Adrianus kala itu.

Indri paham akan makna kata-kata itu yaitu ajakan untuk bangkit dan bertempur. Kata dipompakan, semangat Indri pun menyala-nyala.  Langkah Indri tak tertahankan sejak babak penyisihan hingga puncak. Di final, ia menang dan meraih medali emas. "Itu semua karena jasa besar  Adrianus," katanya dengan mata berkaca-kaca.

Pada Selasa sore (5/2/2013) Indri sempat menjenguk mantan pelatihnya itu di RS Siloam Manado. Hatinya jatuh iba melihat Adrianus terbaring tak sadarkan diri. "Coach cepat sembuh ya," ujarnya. Selasa malam Adrianus Taroreh  meninggal dunia. Indri pun terkejut saat mendengar kabar itu. "Kasih sayangnya seperti orang tua" katanya.

Glayn Taroreh (16), anak ketiga Adrianus ingat dengan ayahnya semasa hidup.
Dari sekian pengalaman indah bersama ayahnya, satu yang bagi Glayn sangat berkesan. Empat tahun lalu, ia mengikuti sebuah turnamen tinju dan meraih gelar petinju harapan.  Dengan diantar ayahnya, Glayn menuju gedung MCC dan menerima hadiah dengan penuh rasa bangga. "Waktu itu sangat bangga, karena ia ayah sekaligus petinju andal, sedang saya masih petinju muda," ujarnya.

Glayn amat serius berlatih tinju. Namun ada seorang cucu Adrianus yang diprediksi mengikuti jejak opanya.  Stevandi Adriano Hutabarat, bocah yang masih berusia dua tahun itu sangat mirip opanya. "Mukanya mirip, perawakannya pun demikian," tuturnya.

Adrianus waktu meraba tulang vena anak ini yang berjumlah satu langsung berkata, "Ini calon pengganti saya". Adrianus makin sumringah ketika anak itu sudah bisa memeragakan pukulan jab dan straight. "Ia sudah bisa jab dan straight, sayang opa tak bisa melihatnya lagi," katanya sedih.

Briptu R Hutabarat, salah seorang menantu Adrianus menyebut, Adrianus masuk Rumah Sakit Siloam sejak Selasa (29/1/2013). "Ia kena asam urat dan kolesterol tinggi," sebutnya. Sehari sesudahnya ia  menjalani operasi ginjal. Usai operasi, Adrianus tampak membaik. Hutabarat menghitung, tiga hari lamanya Adrianus sadar dan mulai bisa diajak bercakap-cakap. "Ia sempat mencari akan keduanya yang masih berada di Jakarta," ujarnya.  Minggu (3/1) pagi kondisi Adrianus memburuk secara tiba-tiba. Ia kemudian tidak sadar lagi hingga wafat pada Selasa (5/2) malam.

Adrianus dimakamkan hari Jumat (8/2/2013)  di Desa Sea. "Ia akan dimakamkan pada hari Jumat," tuturnya. Pada hari pemakaman itu, petinggi Pertina Pusat rencananya akan hadir melepas petinju legendaris Sulut itu ke tempat peristirahatan terakhir.

Adrianus Taroreh merupakan petinju legendaris Sulut dan Indonesia. Sebelum terjun ke tinju profesional, Adrianus Taroreh adalah seorang petinju amatir yang hebat dengan prestasi puncak memperoleh medali perak kelas bulu di Asian Games X tahun 1986 di Seoul, Korea Selatan. Di ring profesional, Adrianus Taroreh pernah menjadi juara kelas ringan OPBF.

Pada tanggal 15 April 1994,  Adrianus Taroreh menantang petinju Rusia Orzubek Nazarov di Jepang guna merebut sabuk juara kelas ringan WBA yang melilit di pinggang Nazarov. Sayang impian Jopie dan impian jutaan penggemar tinju Indonesia buyar setelah dia kalah KO ronde ke-4.  Sebelum mengakhiri kariernya, Adrianus  memiliki rekor 13 kali bertanding, 12 menang (3 dengan KO) dan 1 kali kalah. Pada tahun 2006, Jopie menjabat  lurah di Manado. Selain itu dia aktif sebagai pembina tinju amatir hingga akhir hayatnya.  (arthur rompis)

Sumber: Tribun Manado edisi cetak 7 Februari 2013 hal 1

Monumen Mendur Bersaudara di Kawangkoan

Monumen Mendur Bersaudara
WARGA yang melintas di komplek Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kawangkoan Utara di Kelurahan Talikuran pasti tidak menyangka  ada kegiatan pembangunan monumen pahlawan jurnalistik.

Hal tersebut bisa dimaklumi karena pembangunan monumen dari dua bersaudara, Alex dan Frans Mendur berlangsung tertutup. Dari luar hanya tampak pembangunan rumah panggung khas Minahasa, sedangkan bagian depan rumah tertutup terpal biru berukuran sekitar lima kali enam meter.

Di balik  terpal itu ada struktur monumen setengah jadi. Puluham bambu berdiri sekeliling patung semen itu dan papan saling silang sebagai tempat berpijak. Sekitar tiga meter dari tanah bisa diintip seorang pria berambut panjang sedang memoleskan semacam pisau kecil pada struktur patung.

Jolen Liow (53), perupa yang dipercayakan membuat patung Alex dan Frans Mendur sedang konsentrasi penuh membuat mahakaryanya. Dahi pria asal Kawangkoan ini berkerut. Sosok Alex dan Frans Mendur bersaudara seakan luput dari catatan sejarah Indonesia. Padahal peran dua tokoh pers asal Sulut ini begitu vital dalam mengabadikan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Tanpa jasa kedua kakak beradik ini, rakyat Indonesia tak mungkin bisa menikmati foto momen sejarah ketika Ir Soekarno-Muhammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta tanggal 17 Agustus 1945.

Jepretan foto proklamasi Indonesia karya Mendur bersaudara kini menjadi arsip negara dan bisa dinikmati khalayak umum. Karena itulah peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2013 di Manado  menjadi momen penting untuk mengenang kedua tokoh yang layak menjadi pahlawan nasional itu. Kini Pemerintah Provinsi Sulut sedang membangun monumen peringatan Alex dan Frans yang akan diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Di tengah kesibukannya mengerjakan membuat monumen, Jolen meluangkan waktu berbincang dengan Tribun Manado, Senin (4/2/2013). Hanya beralaskan papan yang berada tiga meter di atas tanah, pria yang juga aktif dalam dunia teater ini mengatakan, pembuatan monumen Alex dan Frans Mendur memberikan kesan dan tantangan tersendiri untuknya. Pembangunan monumen itu dimulai saat dia dihubungi keluarga besar Mendur pertengahan tahun lalu. Selanjutnya proses pembuatan dimulai pada akhir Oktober 2012. Dia mengajukan konsep bentuk monumen yang akan dibuat.

Monumen pahlawan jurnalistik ini menunjukkan sosok Alex disebelah kiri dan Frans di kanan. Kedua patung setinggi sekitar tiga meter berdiri pada sebuah struktur berbentuk kamera Leica IIIC yang konon digunakan Frans untuk memotret detik-detik Proklamasi 17 Agustus 1945.

"Saya memilih konsep dua patung berdiri di atas sebuah kamera foto untuk mempertegas bahwa dua sosok ini adalah pahlawan jurnalistik yang mengabadikan momen pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia," ujarnya. Detail dua patung melalui perencanaan dan penelitian. Jolen mengumpulkan banyak  informasi terkait karakter masing-masing tokoh tersebut. Dalam penelusuran itu gambaran karakter dua putra Kawangkoan ini diwujudkan dalam dua patung.

Alex digambarkan sebagai sosok yang berpenampilan rapi. Pada patung tersebut, pria yang bertugas sebagai reporter ini mengenakan jas yang rapi. Tangan kirinya memegang gulungan kertas dan tangan kanannya menunjuk seolah memberi ekspresi mengeluarkan ide-ide yang brilian.

Sedangkan Frans yang berada di sebelah kanan digambarkan sebagai sosok yang sederhana dan pekerja keras. Pada patung tersebut Frans mengenakan kemeja yang satu kancing bagian atas dibuka. Di dadanya tergantung sebuah kamera. Tangan kanannya memegang tas, sedang tangan kiri memegang buku. "Saya coba menggambarkan para tokoh penting di dunia jurnalistik ini semirip mungkin dengan karakter mereka," kata Jolen.

Dari sisi tingkat kesulitan, Jolen mengakui bagian yang paling sulit dibuat adalah wajah. Menurutnya, bagian tubuh ini sangat penting karena melalui wajah kita bisa mengenali seseorang. Kesalahan dalam pembuatan wajah akan membuat patung tidak mirip aslinya atau lebih parah lagi malahan mirip orang lain.

"Bagian wajah yang paling sulit karena pembuatan satu wajah bisa mencapai dua pekan. Kalau dibuat terlalu terburu-buru maka bisa terjadi kesalahan," ujarnya. Saat ini fisik monumen tersebut telah mencapai sekitar 80 persen. Dalam beberapa hari lagi rampung. (lucky kawengian)

Sumber: Tribun Manado edisi cetak 6 Februari 2013 hal 1

Adrianus Taroreh Telah Tiada

Adrianus Taroreh
Ratusan orang sontak berbondong-bondong menuju RS  Siloam Manado setelah mendengar kabar duka petinju legendaris Sulawesi Utara (Sulut),  Adrianus Taroreh (46) meninggal dunia, Selasa (5/2/2013) malam.

Datang dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun empat para anggota keluarga, sahabat dan penggemar mantan petinju itu berkumpul di depan Rumah Sakit Siloam. Mereka merasa sangat kehilangan.

Menurut  Herman Sasuhu, keponakannya Adrianus Taroreh meninggal dunia sekitar  pukul 21.30 Wita tadi malam di ruang ICU RS Siloam Manado.

Herman mengatakan, keponakannya itu   sakit ginjal sehingga pada Selasa pekan lalu masuk rumah sakit. Batu ginjalnya sempat dioperasi menggunakan laser pada hari Rabu (30/1). "Ia (Adrianus) mengatakan kepada saya untuk buang air kecil masih sakit," kata Herman. Saat mau  dipindahkan ke ruang rawat inap, Minggu (3/2),   tiba-tiba kondisinya langsung drop. "Ia juga mengalami sakit asam urat," tambah Herman.

Kesedihan tampak di wajah Feibe Rattu,  istri almarhum.  Air mata menetes di pipi wanita ini. Adrianus Taroreh meninggalkan seorang istri dan lima orang anak masing-masing Glaydie, Glaysie, Glayn, Glaynda, Glayro. Seperti disaksikan Tribun Manado di  kamar jenazah RS Siloam, terlihat kerumunan warga Kleak dan Bahu.  Glaysie, anak kedua Adrianus Taroreh menangis sambil mengelus tangan ayahnya. "Sudah tidak bisa lihat papa lagi," tangisnya.

Sebelum terjun ke tinju profesional, Adrianus Taroreh adalah seorang petinju amatir yang berprestasi, dengan prestasi puncak memperoleh medali perak kelas bulu di Asian Games X tahun 1986 di Seoul, Korea Selatan. Di ring profesional,
Adrianus Taroreh pernah menjadi juara kelas ringan OPBF.

Pada tanggal 15 April 1994, Joppy, nama panggilan Adrianus Taroreh menantang petinju Rusia Orzubek Nazarov di Jepang guna merebut sabuk juara kelas ringan WBA yang melilit di pinggang Nazarov. Sayang impian Joppy dan impian jutaan penggemar tinju Indonesia buyar setelah Joppi  kalah KO ronde ke-4.  Sebelum mengakhiri kariernya, Joppi memiliki rekor 13 kali bertanding, 12 menang (3 dengan KO) dan 1 kali kalah. Pada tahun 2006, Joppy menjabat  lurah di Manado. Selain itu dia aktif sebagai pembina tinju amatir hingga akhir hayatnya. (erv/kev)

Sumber: Tribun Manado edisi cetak 6 Februari 2013 hal 1

Karnaval Figura di Mahakeret Barat

Karnaval Figura di Manado (foto Fransiska)
Pria dengan pakaian dan riasan khas wanita, sebaliknya wanita menggunakan pakaian dan dandanan ala pria. Itulah ciri khas dari tradisi Figura.

KARNAVAL
Figura  di Kelurahan Mahakeret Barat, Kecamatan Wenang Manado pada hari  Sabtu (2/2/2013) berlangsung meriah. Puluhan peserta dari lingkungan satu hingga enam Kelurahan Mahakeret Barat berkumpul di Jl Garuda untuk mengikuti acara pembukaan karnaval melalui rute yang sudah ditentukan.

Tradisi ini terbilang unik lantaran pria memakai pakaian wanita dan wanita memakain pakaian pria. Bukan itu saja. Mereka pun membawa alat musik seperti gitar, jug atau ukulele dan tambor, untuk mengiringi peserta figura. Diiringi musik
rombongan berjalan keliling di beberapa tempat. Tentu saja parade ini menimbulkan tawa setiap warga yang melihatnya.

"Acara ini dilaksanakan setiap tahun bekerjasama dengan pemerintah Kelurahan Mahakeret Barat. Tradisi ini tanda ungkapan syukur atas penyertaan dan berkat Tuhan serta menjalin kebersamaan antar warga, " kata Ketua Panitia Karnaval Figura dan Festival Kuliner, Youdi Lintjewas.

Menurutnya, selain ikut dalam karnaval warga juga berpartisipasi dalam festival kuliner bagi anggota PKK dengan total hadiah yang diperebutkan Rp 15 juta.

"Selain masyarakat Kelurahan Mahakeret Barat juga diundang masyarakat sekitar yang ingin berpartisipasi. "Kami akan memberikan tropi untuk dua kategori tersebut. Pemenang akan diutus mewakili Kelurahan Mahakeret Barat dalam event yang sama pada tingkat Kota Manado dan Provinsi Sulut," jelas Youdi.

Menurut dia, Mahakeret Barat selalu menjadi juara dalam Karnaval Figura di tingkat kota dan provinsi. "Kami memegang piala bergilir," ujarnya.
Penonton Karnaval Figura, Ros Lapulalan (67)  bangga dengan kehidupan warga Sulut yang masih mempertahankan budaya dan tradisi dari leluhur. "Meskipun kita sudah hidup di zaman moderen namun kita masih mampu mempertahankan budaya. Tentunya ini suatu kebanggaan bagi kita semua, " ujarnya.

Ros merasa terhibur dengan penampilan unik para peserta. "Selain lucu, kita juga dihibur dengan lagu-lagu. Apalagi kalau di kampung, para peserta figura ini berkunjung ke rumah-rumah membangun tali persaudaraan," ucap Ros
Budayawan Sulawesi Utara, Fendy Parengkuan, mengatakan, figura merupakan rangkaian acara kunci taong. Tradisi ini sudah digelar sejak abad ke-17. 

"Masyarakat sering mengistilahkan tradisi ini sebagai tradisi kunci tahun atau puncak dari seluruh kegiatan perayaan tahun yang baru, biasanya dilakukan pada awal tahun, yaitu bulan Januari atau Februari," ujarnya.

Menurutnya, figura mulai berkembang di Minahasa sejalan dengan masuknya pendatang dari luar seperti Belanda, Portugis, dan beberapa negara dan daerah di Indonesia. Figura merupakan tradisi dari etnis Borgo. "Etnis Borgo merupakan keturunan pendatang dari berbagai bangsa Eropa di antaranya Portugis, Spanyol, Belanda, Prancis, Jerman. Bangsa Eropa sewaktu berlayar ke berbagai belahan dunia juga ikut masuk ke pantai Sulawesi Utara. Tradisi Borgo yang dikenal dengan figura terus berkembang hingga saat ini," jelas Fendy.

Fendy mengungkapkan, tradisi pergantian tahun tersebut diadakan untuk mengungkapkan rasa syukur dan merekatkan tali persaudaraan. "Konsepnya adalah pria berpenampilan wanita, dan sebaliknya wanita berpenampilan layaknya seorang pria,  sambil diringi alunan musik tradisional, peserta  menyanyi dan mengunjungi rumah warga maupun berkeliling kampung atau kota," ucap Fendy.

Menurutnya, tradisi unik tersebut bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan asing maupun domestik untuk berkunjung ke  Sulut. "Tradisi ini perlu kita pertahankan dan kembangkan karena tidak ditemukan di daerah lain," ujar Fendy. (joice hape)

Sumber: Tribun Manado edisi cetak 4 Februari 2013 hal 1

Ular Betina Tenyata Lebih Banyak Makan

Elisabeth Supit bersama ular warna putih peliharaannya,
Sejak memelihara  ular, Eci masuk Manado Reptil Lover's. Di komunitas ini dia bertemu teman-teman yang punya hobi sama.

RUMAH
toko (ruko) di kawasan Citra Land Manado dari luar terlihat biasa saja. Makin dekat tampak sebuah kotak besar tersusun rapi serta diberi lubang udara. Apakah isi  kotak dengan panjangnya sekitar 1 meter itu? Saat dibuka sepasang ular putih menjulurkan lidahnya. Ular putih tersebut milik seorang wanita cantik.

Jika lazimnya orang hobi memelihara hewan seperti anjing ataupun kucing, namun tidak demikian pada Elisabeth Supit. Wanita ini mempunyai hobi yang menakutkan bagi sebagian orang. Eci sapaan akrabnya justru memelihara hewan reptil yaitu ular warna putih yang panjangnya sekitar 1 meter berjenis kelamin jantan.

Kesukaan Eci memelihara ular butuh  biaya tak sedikit. Ular peliharaannya adalah jenis leucistik bernama Lucy. Ular tersebut berasal dari Texas, Amerika Serikat.
Untuk ular berumur dewasa harganya bisa mencapai Rp 20 juta. Sedangkan  jika membeli telurnya saja, harga sekitar Rp 25 juta. "Kalau beli telurnya saja, sama seperti  kita sedang berjudi karena belum tentu telurnya bisa menetas," kata  Eci kepada Tribun Manado, Jumat (1/2/2013).

Eci mengaku membeli ular dewasa itu di Bali.  Ketertarikan Eci memelihara ular berawal dari temannya yang juga hobi reptil itu. Dia yang saat itu sedang berada di Jakarta melihat temannya asyik merawat ular. "Awalnya sih saya takut. Tapi setelah melihat teman, saya justru jadi tertarik," ungkapnya.

Ketertarikannya pun diwujudkan dengan membeli ular tersebut di Bali. Bagaimana caranya membawa ke Manado? Ular tersebut dibawa lewat pesawat. Dari bandara, ular miliknya dikarantina dalam tempat khusus. Sejak memelihara  ular, Eci pun masuk komunitas  Manado Reptil Lover's. Di komunitas ini dia bertemu teman- teman yang punya hobi sama.

Tak hanya itu. Cintanya bersemi di komunitas tersebut. Eci saling jatuh hati dengan ketua koordinator Manado Reptil Lover's, Ferdinan Paparang. Dua sejoli itu ternyata mempunyai ular jenis yang sama. "Pets (nama sapaan Ferdinan), punya ular jenis kelamin betina sedangkan saya punya ular jenis kelamin jantan," kata Eci.
Kedua sejoli ini menaruh pasangan ular putih pada kotak berukuran sekitar 1 meter. Mereka pun sama-sama merawatnya.

Pets mengatakan, untuk mengurus sepasang ular tersebut tidak begitu sulit. Berbeda dengan hewan lainnya, ular hanya dibersihkan jika sudah mengelurkan kotoran.
"Biasa dibersihkan antara satu hingga tiga minggu sekali. Jika sudah mengeluarkan kotoran maka kami berdua membersihkannya bersama-sama," ucapnya. Untuk makanananya, Pets dan Eci tiap bulan mengeluarkan uang Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu untuk membeli tikus putih.

"Satu ekor tikus putih harganya Rp 25 ribu. Biasanya untuk satu ekor ular, makan tikus putih sebanyak tiga  ekor. Tapi biasanya jenis kelamin betina yang banyak makan. Untuk jantan hanya dua  ekor," sebutnya. Nah, ular tersebut biasanya mengonsumsi tikus dan dicerna selama satu minggu. Ketika makan, tubuh ular tersebut akan bertambah besar dan kulitnya pun akan berganti.

Pets mengatakan, pemelihara  ular di Kota Manado tergolong langka. Disamping takut, ternyata masalah pakan adalah persoalan utama yang dihadapi penggemar  ular. "Berbeda di Jakarta yang anggotanya banyak. Kami di sini hanya 4 orang yang pelihara ular. Masalahnya selain takut karena biaya pakannya mahal. Di Jakarta untuk satu ekor tikus hanya Rp 3.000, berbeda dengan di Manado," tandas pria yang berprofesi sebagai dokter gigi tersebut. (kevrent sumurung)

Sumber: Tribun Manado edisi cetak 2 Februari 2013 hal 1

Mike Mengenal Ganja Sejak SMP

ilustrasi
Jangan sekali-kali gunakan obat terlarang". Kalimat itu lantang diucapkan Mike menyikapi maraknya penggunaan narkoba di kalangan generasi muda.

PRIA berumur 45 tahun ini ingat betul dengan masa mudanya yang terbiasa dengan narkotika. Sejak kelas satu SMP, ia sudah mengenal ganja. "Saya adalah pemakai ganja sejak masih bersekolah di salah satu SMP di Manado," katanya kepada Tribun Manado, Rabu (30/1/2013).

Waktu itu, gampang saja bagi seseorang untuk beroleh barang haram itu. Dari apotek hingga seles obat, Mike kecil memperoleh ganja. Selain ganja, barang yang ngetop waktu itu adalah Dumolit, Mogadon serta Morfin. Mike yang berasal dari keluarga berada, membayar Rp 20 ribu untuk seboks ganja dan morfin. "Sangat mudah memperoleh barang-barang itu," kata pria yang kini tinggal di Manado bagian selatan.

Ia kenal barang itu dari teman sekelasnya. Waktu itu, aturan belum seketat saat ini. Para siswa biasa memakai ganja di pinggir jalan tanpa diciduk. Kebiasaan itu berlanjut di SMA. Karena mudah didapat, ganja menyebar cepat. Di kalangan siswa terbentuk komunitas pengguna ganja. Bergaul dengan sesama pengguna, Mike sulit lepaskan diri dari kebiasaan itu. Dari seminggu dua kali menjadi setiap hari. "Hampir tiap hari saya pakai ganja, saya pakai sepulang sekolah" tuturnya.

Usai memakai, Mike merasakan rasa malas yang tiada tara. "Gejala umum dari orang yang pakai ini adalah merasa berani, sering berhalusinasi serta bisa jadi kleptomania," katanya. Meski begitu, sekolah tetap jalan dan ia tak pernah bolos.
Lulus SMA, ia lanjut kuliah. Di salah satu perguruan tinggi di luar Manado ini, Mike mendapat kawan baru. Mereka tak kenal narkoba. Mike pun terpengaruh, meski ia tak berhenti sama sekali. "Saya pakai pada waktu-waktu tertentu saja, contohnya saat week end," sebutnya.

Setamatnya dari sana, ia keluar negeri untuk kuliah lagi.Dia memilih Amerika Serikat. Masa kelam semasa SMA kembali berulang di negeri Paman Sam ini. Apalagi ia sudah kenal dengan kokain dan putauw.

Hiruk pikuk negeri adidaya ia kenal dengan baik. Namun seperti pengguna kokain lainnya, ia sering menyendiri. Dari Amerika, ia balik ke Jakarta.  Menceburkan diri dalam semarak ibu kota, ia makin terbenam dalam pengaruh narkotika. Bekerja pada siang hari, malamnya ia triping. Ekstasi menghebohkan Jakarta pada pertengahan tahun 1990-an. Mike ikut dalam kehebohan itu. "Dari kokain, saya lalu mengonsumsi ekstasi," jelasnya.

Ternyata hidup bagi para pengguna narkoba bukan hanya euforia. Seperti pengguna lainnya, Mike ingin berhenti. "Itu keinginan yang umum, biar masyarakat pun tahu," ujarnya. Lama dipendam, keinginan itu menguat di akhir 1990-an. Seminggu ia berhenti dan berhasil. Ia coba lagi untuk tidak mengonsumsi narkoba selama sebulan. Sayang banyak bobolnya.

"Penyebabnya klasik, dalam diri pengguna, ada rasa ingin mencoba lagi, apalagi bila ketemu dengan sesama pengguna," ujarnya. Tahun 1999, Mike pernah bertekad berhenti total, namun gagal. Sebulan lebih tak bisa tidur, ia lantas menyerah.
Tiga tahun kemudian, ia mencoba lagi dan berhasil. Sebelum "hari penentuan" itu, ia giat memotivasi diri. Ponselnya dimatikan, agar tidak lagi bisa berhubungan dengan sesama pengguna. Dari berbagai cara yang bisa ditempuh, Mike memilih 'pasang badan'. "Saya pilih tidak ke dokter atau tempat rehabilitasi, saya mau atasi sendiri," sebutnya. "Hari penentuan" itu baru berjalan beberapa jam, Mike sudah merasakan kesakitan pada sekujur tubuhnya.

Ingin makan, tapi tak bisa. Tidur pun demikian. Derita bertambah dengan adanya diare. Setiap detik adalah peperangan antara dirinya yang "tercemar" dan dirinya yang "suci". "Lima hari saya bertempur melawan diri sendiri," ujarnya.
Pada hari keenam, sakit berkurang. Hari ketujuh, ia menang. Meski menang, tapi suara-suara agar dirinya kembali mengonsumsi narkoba tak mau kalah.
Mike menguatkan diri dengan banyak berdoa dan masuk gereja. Seorang konselor rohani setia mendampinginya selama masa peralihan itu.

Dalam ruang pribadi yang hening, Mike mendengar suara Tuhan memanggil anaknya yang hilang. "Saya jadi lebih kuat untuk melawan godaan itu," bebernya. Usai sembuh, muncul keinginan Mike untuk mengajak para pengguna lainnya berhenti.  Keinginan itu kesampaian beberapa tahun kemudian. Kini, ia bergabung dalam Persaudaraan Korban Napsa Sulut (PKNS). "Kami sering sharing serta saling menguatkan satu dengan yang lain," kata Mike.

Lepas dari jerat narkotika, Mike mengaku sering lupa. "Itu akibat pengaruh jangka panjang," tuturnya. Mike yang menikah sejak tahun 2000 ini, kini bekerja sebagai wiraswasta. Jika bertemu dengan anak muda, kata pertama yang meluncur dari mulutnya adalah, "Say no to drugs".


Ketua Granat Sulut, Billy Johanis menyatakan, tekad yang kuat adalah syarat utama bagi seorang pengguna narkotika untuk berhenti. "Asal tekad kuat, maka mereka bisa lepas sewaktu-waktu," ujarnya. (arthur rompis)

Sumber: Tribun Manado edisi cetak 31 Januari 2013 hal 1

Gaya Hidup Eksekutif Muda Manado

ilustrasi
Nongkrong di cafe atau restoran sudah menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan termasuk kelompok remaja dan eksekutif muda di Manado.

BERDASARKAN pantauan Tribun Manado,  Sabtu (26/1/2013), beberapa tempat hang out dipadati oleh pengunjung yang didominasi oleh para remaja dan eksekutif muda.

Mereka makan dan ngobrol bersama rekan-rekan dan keluarga. Mereka menikmati kebersamaan di akhir pekan. Pamela (28) mengaku, sering hang out bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya di akhir pekan. "Saya jalan bareng mereka seminggu dua sampai tiga kali. Biasanya kami mencari tempat yang suasananya nyaman, " ujarnya.

Wanita yang saat ditemui sedang nongkrong bersama temannya di JW Restaurant and Bar Manado  ini mengatakan, hang out bersama sahabat dan kelurga juga termasuk kebutuhan hidup. "Nongkrong bisa memberikan banyak manfaat. Karena kita juga butuh refresing setelah sibuk bekerja. Dengan nongkrong bisa menghilangkan kepenatan dan kejenuhan di tempat kerja, " ujarnya.

Ia mengaku, restoran dan cafe selalu menjadi pilihannya untuk nongkrong karena  suasananya yang nyaman. "Selain ngobrol kita juga makan dan minum bersama, biar lebih asyik. Biasanya ditraktir teman atau kadang bayar sendiri. Kalau bayar sendiri biasanya sekali nongkrong Rp 100 ribu " kata Pamela.

Gledys (20) pun mengaku hobi nongkrong bersama teman-teman. Tempat yang dikunjungi adalah restoran-restoran mahal. "Saya biasa jalan bersama teman. Kami memilih restoran karena suasanya lebih nyaman sehingga kami bisa ngobrol sepuasnya, " katanya saat diwawancarai Tribun Manado di Dante Manado Town Square.

Menurutnya, selain makan dan minum, ia dan rekan-rekannya sering membahas topik tertentu. "Biasanya kami membahas tentang hobi kami masing-masing, atau artis idola dan masih banyak topik lainnya. Yah kami bisa duduk di sini sampai tiga jam, " kata Gledys.

Semakin tingginya daya beli masyarakat segmen ini, cafe dan restoran cepat saji makin kebanjiran pengunjung. Operational Manager JW Restaurant and Bar, Ferdy mengatakan, pada akhir pekan, pengunjung restorannya meningkat pesat. "Per hari itu bisa sampai 300 orang yang didominasi oleh kaum muda. Mereka bisa sampai jam dua pagi di sini, " ujarnya.

Ferdy mengaku, pengunjung yang datang bisa duduk hingga berjam-jam sambil menimati suasa restoran. "Selain makan mereka juga ngobrol hingga berjam-jam, apalagi di akhir pekan seperti ini kita buka hingga jam dua pagi sehingga mereka bebas ngobrol sepuasnya, " katanya. (joice hape)

Sumber: Tribun Manado edisi cetak 27 Januari 2013 hal 1

Menelusuri Museum Daerah Sulut

Patuang Toar dan Lumiuut
Di ujung lorong ditemukan peninggalan VOC dan di dekat pintu masuk museum terdapat peninggalan sejarah perjuangan sebelum dan sesudah kemerdekaan RI.

HUJAN deras baru saja membasahi kota Manado dan sekitarnya, Selasa (22/1/2013). Matahari belum berhasil menyibak lapisan mendung di langit. Tapi kegelapan itu tidak sebanding dengan kegelapan yang menyelimuti hampir semua ruangan Museum Daerah  Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Pemadaman listrik kerap dialami museum kebanggaan warga Sulut itu.

Walau demikian  terangnya sejarah bumi Toar Lumiuut ini mulai memendar dari ruangan pertama museum dari sisi kiri jalan masuk. Ruangan pertama diisi profil Provinsi Sulut dan kabupaten/kota yang tertampang penuh warna di dinding museum.  Beberapa perkakas yang biasanya dipakai masyarakat setiap daerah di Sulut memancarkan pesona tersendiri di balik kaca pameran. Bagian itu seakan menjadi prolog dalam perjalanan napak tilas terhadap sejarah umat manusia. Prolog itu berlanjut dengan pengembaraan ke masa lampau.

Sesosok patung Homo Erectus tampak berdiri tegak menunjukkan proses evolusi manusia, termasuk manusia yang menghuni bumi Minahasa. "Perjalanan evolusi  untuk saat ini berakhir pada homo sapiens," kata Robby Kolibu, salah seorang staf museum dari bagian Edukasi dan Publikasi

Perjalanan selanjutnya melewati lorong yang gelap. Lorong yang sebenarnya bercerita banyak tentang sejarah dinosaurus dan sejarah masyarakat Minahasa dahulu kala. Ruangan yang agak terang setelah bagian itu mulai bercerita lebih banyak. "Ini bagian yang banyak menunjukkan kuburan sekunder. Suatu peninggalan budaya yang dekat dengan Minahasa," tutur Kolibu lagi.

Di bagian kiri terdapat dua buah tempayan yang katanya berisi tulang belulang mereka yang telah dikuburkan lebih dahulu yang disebut Kure. Ini ditemukan di Kapitu dan Paso. Di bagian tengah terdapat sejumlah barang peninggalan almarhum yang juga diikutkan dalam kubur batu yang disebut Waruga. Robby menepis itu dipakai oleh arwah saat di alam baka. "Ini semacam peninggalan almarhum yang diminta untuk dibawa ke liang kubur. Banyak macamnya yang dibawa. Ada cincin, parang, piring dan  sebagainya,"ujar Kolibu.

Dialog pembedahan ilmu pengetahuan kemudian diperbanyak pada sebuah batu nisan yang agak menyerupai sebuah bangunan rumah. Bangunan yang terbuat dari kayu itu dinamakan Balosong. Kolibu menyebutnya lebih sebagai batu nisan. "Ada pengaruh animisme. Bisa jadi ini dianggap sebagai tempat arwah," ujarnya.

Bangunan ini memang unik. Sebuah bagian kuburan mirip Waruga tapi katanya hanya ada di Minahasa Tenggara. "Ini terekspos ketika ada kegiatan penelitian. Bangunan ini ada replikanya di Belanda dan diambil meseum nasional," kata Kasi Bimbingan Edukasi dan Preparasi Musium Sulut, Zusana Pontoh yang mendapatkan datanya dari Kasi Koleksi dan Konservasi. Lexi Nanne, SE.

Ada dua versi mengenai bangunan itu. Pertama bangunan ini merupakan kuburan, mirip Waruga. "Ini terbuat dari kayu Amurang yang keras. Bisa jadi ini menjadi tempat pesemayaman," ujar Lexi. Ada versi yang kedua, yakni jenasah dimasukkan dalam lubang kubur. Bangunan di atasnya kemudian menjadi rumah bagi arwah itu.  "Dengan ekspos di Tribun Manado, kami ingin ada peneliti atau orang yang mengerti di tengah masyarakat bisa memberi penjelasan tentang ini," tutur Lexi.

Pandangan Tribun kemudian  terarah pada barang lain di museum. Di ruangan yang sama ada lesung baru yang ditemukan di Kuala Morea. Kuat dugaan lesung batu ini merupakan tempat  mengiling emas. Di bagian lain ditemukan lesung yang lebih kecil yang biasa dipakai untuk mengiling padi.  Di dekatnya, ada dua buah batu yang sudah berbentuk. Batu itu disebut Batu Tumotowa. "Ini dipakai untuk menjaga kampung. Ada unsur mistisnya karena mereka yang masuk untuk berniat jahat tidak akan bisa masuk ke kampung itu," ujar Kolibu.

Perjalanan berakhir setelah melewati lorong sejarah masuknya umat Muslim di Minahasa yang dibawa Imam Bonjol dan Kyai Modjo. Ada beberapa marga perempuan Minahasa yang kawin mawin dengan pengikut kedua tokoh tersebut.  Di ujung lorong ditemukan peninggalan VOC dan di dekat pintu masuk museum terdapat peninggalan sejarah perjuangan sebelum dan sesudah kemerdekaan RI. (david manewus)

Sumber: Tribun Manado edisi cetak 23 Januari 2013 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes