Adrianus Taroreh |
Datang dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun empat para anggota keluarga, sahabat dan penggemar mantan petinju itu berkumpul di depan Rumah Sakit Siloam. Mereka merasa sangat kehilangan.
Menurut Herman Sasuhu, keponakannya Adrianus Taroreh meninggal dunia sekitar pukul 21.30 Wita tadi malam di ruang ICU RS Siloam Manado.
Herman mengatakan, keponakannya itu sakit ginjal sehingga pada Selasa pekan lalu masuk rumah sakit. Batu ginjalnya sempat dioperasi menggunakan laser pada hari Rabu (30/1). "Ia (Adrianus) mengatakan kepada saya untuk buang air kecil masih sakit," kata Herman. Saat mau dipindahkan ke ruang rawat inap, Minggu (3/2), tiba-tiba kondisinya langsung drop. "Ia juga mengalami sakit asam urat," tambah Herman.
Kesedihan tampak di wajah Feibe Rattu, istri almarhum. Air mata menetes di pipi wanita ini. Adrianus Taroreh meninggalkan seorang istri dan lima orang anak masing-masing Glaydie, Glaysie, Glayn, Glaynda, Glayro. Seperti disaksikan Tribun Manado di kamar jenazah RS Siloam, terlihat kerumunan warga Kleak dan Bahu. Glaysie, anak kedua Adrianus Taroreh menangis sambil mengelus tangan ayahnya. "Sudah tidak bisa lihat papa lagi," tangisnya.
Sebelum terjun ke tinju profesional, Adrianus Taroreh adalah seorang petinju amatir yang berprestasi, dengan prestasi puncak memperoleh medali perak kelas bulu di Asian Games X tahun 1986 di Seoul, Korea Selatan. Di ring profesional,
Adrianus Taroreh pernah menjadi juara kelas ringan OPBF.
Pada tanggal 15 April 1994, Joppy, nama panggilan Adrianus Taroreh menantang petinju Rusia Orzubek Nazarov di Jepang guna merebut sabuk juara kelas ringan WBA yang melilit di pinggang Nazarov. Sayang impian Joppy dan impian jutaan penggemar tinju Indonesia buyar setelah Joppi kalah KO ronde ke-4. Sebelum mengakhiri kariernya, Joppi memiliki rekor 13 kali bertanding, 12 menang (3 dengan KO) dan 1 kali kalah. Pada tahun 2006, Joppy menjabat lurah di Manado. Selain itu dia aktif sebagai pembina tinju amatir hingga akhir hayatnya. (erv/kev)
Sumber: Tribun Manado edisi cetak 6 Februari 2013 hal 1