Monumen Mendur Bersaudara di Kawangkoan

Monumen Mendur Bersaudara
WARGA yang melintas di komplek Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kawangkoan Utara di Kelurahan Talikuran pasti tidak menyangka  ada kegiatan pembangunan monumen pahlawan jurnalistik.

Hal tersebut bisa dimaklumi karena pembangunan monumen dari dua bersaudara, Alex dan Frans Mendur berlangsung tertutup. Dari luar hanya tampak pembangunan rumah panggung khas Minahasa, sedangkan bagian depan rumah tertutup terpal biru berukuran sekitar lima kali enam meter.

Di balik  terpal itu ada struktur monumen setengah jadi. Puluham bambu berdiri sekeliling patung semen itu dan papan saling silang sebagai tempat berpijak. Sekitar tiga meter dari tanah bisa diintip seorang pria berambut panjang sedang memoleskan semacam pisau kecil pada struktur patung.

Jolen Liow (53), perupa yang dipercayakan membuat patung Alex dan Frans Mendur sedang konsentrasi penuh membuat mahakaryanya. Dahi pria asal Kawangkoan ini berkerut. Sosok Alex dan Frans Mendur bersaudara seakan luput dari catatan sejarah Indonesia. Padahal peran dua tokoh pers asal Sulut ini begitu vital dalam mengabadikan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Tanpa jasa kedua kakak beradik ini, rakyat Indonesia tak mungkin bisa menikmati foto momen sejarah ketika Ir Soekarno-Muhammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta tanggal 17 Agustus 1945.

Jepretan foto proklamasi Indonesia karya Mendur bersaudara kini menjadi arsip negara dan bisa dinikmati khalayak umum. Karena itulah peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2013 di Manado  menjadi momen penting untuk mengenang kedua tokoh yang layak menjadi pahlawan nasional itu. Kini Pemerintah Provinsi Sulut sedang membangun monumen peringatan Alex dan Frans yang akan diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Di tengah kesibukannya mengerjakan membuat monumen, Jolen meluangkan waktu berbincang dengan Tribun Manado, Senin (4/2/2013). Hanya beralaskan papan yang berada tiga meter di atas tanah, pria yang juga aktif dalam dunia teater ini mengatakan, pembuatan monumen Alex dan Frans Mendur memberikan kesan dan tantangan tersendiri untuknya. Pembangunan monumen itu dimulai saat dia dihubungi keluarga besar Mendur pertengahan tahun lalu. Selanjutnya proses pembuatan dimulai pada akhir Oktober 2012. Dia mengajukan konsep bentuk monumen yang akan dibuat.

Monumen pahlawan jurnalistik ini menunjukkan sosok Alex disebelah kiri dan Frans di kanan. Kedua patung setinggi sekitar tiga meter berdiri pada sebuah struktur berbentuk kamera Leica IIIC yang konon digunakan Frans untuk memotret detik-detik Proklamasi 17 Agustus 1945.

"Saya memilih konsep dua patung berdiri di atas sebuah kamera foto untuk mempertegas bahwa dua sosok ini adalah pahlawan jurnalistik yang mengabadikan momen pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia," ujarnya. Detail dua patung melalui perencanaan dan penelitian. Jolen mengumpulkan banyak  informasi terkait karakter masing-masing tokoh tersebut. Dalam penelusuran itu gambaran karakter dua putra Kawangkoan ini diwujudkan dalam dua patung.

Alex digambarkan sebagai sosok yang berpenampilan rapi. Pada patung tersebut, pria yang bertugas sebagai reporter ini mengenakan jas yang rapi. Tangan kirinya memegang gulungan kertas dan tangan kanannya menunjuk seolah memberi ekspresi mengeluarkan ide-ide yang brilian.

Sedangkan Frans yang berada di sebelah kanan digambarkan sebagai sosok yang sederhana dan pekerja keras. Pada patung tersebut Frans mengenakan kemeja yang satu kancing bagian atas dibuka. Di dadanya tergantung sebuah kamera. Tangan kanannya memegang tas, sedang tangan kiri memegang buku. "Saya coba menggambarkan para tokoh penting di dunia jurnalistik ini semirip mungkin dengan karakter mereka," kata Jolen.

Dari sisi tingkat kesulitan, Jolen mengakui bagian yang paling sulit dibuat adalah wajah. Menurutnya, bagian tubuh ini sangat penting karena melalui wajah kita bisa mengenali seseorang. Kesalahan dalam pembuatan wajah akan membuat patung tidak mirip aslinya atau lebih parah lagi malahan mirip orang lain.

"Bagian wajah yang paling sulit karena pembuatan satu wajah bisa mencapai dua pekan. Kalau dibuat terlalu terburu-buru maka bisa terjadi kesalahan," ujarnya. Saat ini fisik monumen tersebut telah mencapai sekitar 80 persen. Dalam beberapa hari lagi rampung. (lucky kawengian)

Sumber: Tribun Manado edisi cetak 6 Februari 2013 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes