Adrianus Taroreh |
KEPALAN kiri yang merupakan senjata andalan pria yang pernah mengkanvaskan puluhan lawannya ini membuka dan menyatu dengan tangan satunya lagi di atas perut sang legendaris.
Dalam sikap doa itu, Adrianus tampak tenang. Ia tak sendiri. Para anggota keluarga serta sahabat setia duduk sekeliling jenazah. Sang istri, Veybe Ratu duduk tak jauh dari jenazah suaminya. Dengan mata basah, dipandanginya wajah pria yang setia didampinginya semasa jaya dan sesudahnya itu. Pelayat lainnya memenuhi tenda yang terpasang depan rumah itu. Sejak pagi, tenda itu tak pernah sepi. Setiap satu atau rombongan pelayat pergi, ada saja yang datang untuk menggantikan. Semua ingin melihat jasad Adrianus serta memberi penghiburan bagi keluarganya.
Hari Rabu (6/2/2013) sore, giliran beberapa pegawai Dispora Sulut yang melayat. Seorang di antaranya, Indri Sambaimana, bekas anak asuh Adrianus Taroreh (46) di ajang Pra PON dan PON Kaltim tahun 2008. Pada ajang dua tahunan itu, Indri meraih medali emas. Hal itu tidak lepas dari tangan dingin Adrianus Taroreh.
Di matanya, Jopie - panggilan akrab Adrianus adalah pelatih hebat, sehebat karirnya yang cemerlang sebagai petinju amatir dan profesional. "Ia pelatih yang sangat hebat, beda dengan pelatih lainnya, yang ia perhatikan bukan hanya teknis, tapi karakter," bebernya.
Indri ingat peristiwa seminggu jelang PON. Kala itu, ia tengah sakit dan Adrianus berkunjung ke rumahnya pada suatu sore. "Coach bertanya, apa saya siap, saya bilang siap," katanya. Adrianus yang hendak memastikan kesiapan anak asuhnya lantas berkata. "Kalau kamu tidak siap, nanti saya yang ganti," tuturnya mengulangi perkataan Adrianus kala itu.
Indri paham akan makna kata-kata itu yaitu ajakan untuk bangkit dan bertempur. Kata dipompakan, semangat Indri pun menyala-nyala. Langkah Indri tak tertahankan sejak babak penyisihan hingga puncak. Di final, ia menang dan meraih medali emas. "Itu semua karena jasa besar Adrianus," katanya dengan mata berkaca-kaca.
Pada Selasa sore (5/2/2013) Indri sempat menjenguk mantan pelatihnya itu di RS Siloam Manado. Hatinya jatuh iba melihat Adrianus terbaring tak sadarkan diri. "Coach cepat sembuh ya," ujarnya. Selasa malam Adrianus Taroreh meninggal dunia. Indri pun terkejut saat mendengar kabar itu. "Kasih sayangnya seperti orang tua" katanya.
Glayn Taroreh (16), anak ketiga Adrianus ingat dengan ayahnya semasa hidup.
Dari sekian pengalaman indah bersama ayahnya, satu yang bagi Glayn sangat berkesan. Empat tahun lalu, ia mengikuti sebuah turnamen tinju dan meraih gelar petinju harapan. Dengan diantar ayahnya, Glayn menuju gedung MCC dan menerima hadiah dengan penuh rasa bangga. "Waktu itu sangat bangga, karena ia ayah sekaligus petinju andal, sedang saya masih petinju muda," ujarnya.
Glayn amat serius berlatih tinju. Namun ada seorang cucu Adrianus yang diprediksi mengikuti jejak opanya. Stevandi Adriano Hutabarat, bocah yang masih berusia dua tahun itu sangat mirip opanya. "Mukanya mirip, perawakannya pun demikian," tuturnya.
Adrianus waktu meraba tulang vena anak ini yang berjumlah satu langsung berkata, "Ini calon pengganti saya". Adrianus makin sumringah ketika anak itu sudah bisa memeragakan pukulan jab dan straight. "Ia sudah bisa jab dan straight, sayang opa tak bisa melihatnya lagi," katanya sedih.
Briptu R Hutabarat, salah seorang menantu Adrianus menyebut, Adrianus masuk Rumah Sakit Siloam sejak Selasa (29/1/2013). "Ia kena asam urat dan kolesterol tinggi," sebutnya. Sehari sesudahnya ia menjalani operasi ginjal. Usai operasi, Adrianus tampak membaik. Hutabarat menghitung, tiga hari lamanya Adrianus sadar dan mulai bisa diajak bercakap-cakap. "Ia sempat mencari akan keduanya yang masih berada di Jakarta," ujarnya. Minggu (3/1) pagi kondisi Adrianus memburuk secara tiba-tiba. Ia kemudian tidak sadar lagi hingga wafat pada Selasa (5/2) malam.
Adrianus dimakamkan hari Jumat (8/2/2013) di Desa Sea. "Ia akan dimakamkan pada hari Jumat," tuturnya. Pada hari pemakaman itu, petinggi Pertina Pusat rencananya akan hadir melepas petinju legendaris Sulut itu ke tempat peristirahatan terakhir.
Adrianus Taroreh merupakan petinju legendaris Sulut dan Indonesia. Sebelum terjun ke tinju profesional, Adrianus Taroreh adalah seorang petinju amatir yang hebat dengan prestasi puncak memperoleh medali perak kelas bulu di Asian Games X tahun 1986 di Seoul, Korea Selatan. Di ring profesional, Adrianus Taroreh pernah menjadi juara kelas ringan OPBF.
Pada tanggal 15 April 1994, Adrianus Taroreh menantang petinju Rusia Orzubek Nazarov di Jepang guna merebut sabuk juara kelas ringan WBA yang melilit di pinggang Nazarov. Sayang impian Jopie dan impian jutaan penggemar tinju Indonesia buyar setelah dia kalah KO ronde ke-4. Sebelum mengakhiri kariernya, Adrianus memiliki rekor 13 kali bertanding, 12 menang (3 dengan KO) dan 1 kali kalah. Pada tahun 2006, Jopie menjabat lurah di Manado. Selain itu dia aktif sebagai pembina tinju amatir hingga akhir hayatnya. (arthur rompis)
Sumber: Tribun Manado edisi cetak 7 Februari 2013 hal 1