ilustrasi |
Datang ke kantor Tribun Manado, Selasa (15/1/2013), lima mahasiswa CI mengungkapkan bahwa mereka sudah mempersiapkan ujian tesis. Dua kali waktu ujian disampaikan Rektor Philoteus Tuerah namun tidak juga terwujud.
"Keluarga sempat menggelar ibadah untuk persiapan saya ikut ujian. Sekitar satu kolom jemaat hadir dalam ibadah itu," ujar Stevanny Gumalang.
Mahasiswa asal Tomohon itu ikut program CI bersama istrinya, Chichilya Sondakh. Sebelum aktif kuliah ia mengembangkan usaha furnitur. "Usaha itu berhenti karena kami fokus di kuliah," ungkapnya.
Adapun Frangky Manoppo bingung saat keluarga bertanya kapan studinya selesai. Ia merasa malu karena orang-orang yang ia kenal selalu menanyakan kelulusannya. Kata dia, dirinya tertarik kuliah atas tawaran teman yang sudah selesai studi CI. Sebagai karyawan swasta ia termotivasi karena gelar yang akan diperoleh bisa mendatangkan pekerjaan yang lebih baik. "Saya sempat berpikir berhenti kerja dan fokus kuliah. Meski tak sempat berhenti, saya merasa malu karena banyak yang tahu saya kuliah S-2. Ini bukan masalah uang," ungkapnya.
Jeffry Montolalu mengatakan, dirinya dan teman-temannya sudah siap menjalani ujian tesis. Pertama kali mereka mendapat kabar dari Rektor Tuerah pada April 2012 bahwa ujian akan digelar pada 9 Mei. Selanjutnya sekitar akhir Mei mereka kembali dikabari akan ujian pada 15 Juni 2012.
"Kami tahu ujian batal digelar setelah bertanya ke bagian administrasi. Ternyata bagian administrasi tidak tahu. Saat kami tanyakan ke Prof Dr MIJ Umboh (ketua prodi), beliau meminta kami tanya ke rektor. Begitu kami tanya ke rektor, beliau bilang, Prancis belum datang," ujarnya.
Lanjut Jeffry, bukan hanya angkatan 2010/2011 yang bingung atas kelanjutan studi CI melainkan juga angkatan 2011/2012. Setahu dia, ada tiga mahasiswa pascasarjana angkatan 2011/2012 yang menantikan proses studi. Sebagai mahasiswa CI, Jeffry dan kawan-kawan sempat menjalani kuliah tatap muka di kampus Pascasarjana Unima di kompleks Universitas Sam Ratulangi Manado.
Semester pertama mereka kuliah selama empat atau lima hari dalam sepekan. Mereka mendapat materi kuliah di antaranya dari Dr Bambang Hermanto, Prof Dr Frangky Tulungen (anggota KPU Sulut), Prof Gerungan, Dr Herdy Liow (Sekretaris Program Studi), Prof Dr AJ Lonan, Prof Waworoentoe, Dr Robert Winerungan. Rektor Tuerah juga masuk dalam jajaran dosen namun matakuliah yang diajarkannya diwakilkan kepada Herdy Liow.
Mereka yang lulus CI akan mendapat gelar MSc. Sebelumnya para lulusan mendapat gelar dari Prancis, DEA (diplôme d'études approfondies) seperti disandang Wali Kota Manado GSV Lumentut dan Rektor Unima Philoteus Tuerah. Lulusan CI juga sebelumnya mendapat gelar MEng.
Untuk menjadi mahasiswa mereka harus menyetor biaya 550 Euro (sekitar Rp 7 juta). Kata Jeffry, mereka pun seharusnya membayar SPP namun belum sempat menyetor. Pasalnya, sesuai keterangan dari bagian administrasi biaya SPP dibayar jelang ujian. Hal itu juga berlaku pada angkatan-angkatan sebelumnya.
"Setelah kuliah dan mendapat nilai dari para dosen, kami merasa proses perkuliahan ini hanya pura-pura karena program studi ini tidak ada lagi," kata Jeffry. Dia dan teman-temannya menyesalkan sikap Rektor Tuerah dan Prof Umboh yang tidak berterus terang bahwa program studi tersebut sudah berakhir. Selama informasi pasti tidak disampaikan, mereka anggap program studi dan perkuliahan tetap ada.
Telusuri ke Prancis
Karena merasa janggal Jeffry pun menghubungi pihak Universitas Aix Marseille pada 16 November 2012. Di situlah ia mendapati jawaban bahwa kerja sama program studi CI antara Unima dan Universitas Aix Marseille sudah berakhir. Email balasan tertanggal 22 Desember 2012 dari Gaëlle Flouw selaku penanggung jawab hubungan internasional Universitas Aix Marseille menyebut bahwa kerja sama program studi tersebut sudah berakhir tahun ajaran 2009/2010.
Penelusuran ke Prancis juga dilakukan Ade Yulita Rea yang fasih berbahasa Prancis. Dari Prof Henry Dou yang beberapa kali menjadi dosen utusan Aix Marseille, ia mendapati jawaban bahwa perjanjian kerja sama lanjutan antara Unima dan Aix Marseille tidak disepakati. Alasannya, pihak Aix Marseille beberapa kali bertanya kepada Prof Umboh dan Rektor Tuerah tentang standar dan kualitas yang telah ditentukan namun tidak terpenuhi. Akibatnya pihak Aix Marseille memutuskan tidak lagi menerima mahasiswa CI dan membatalkan ujian tesis.
Namun alasan pihak Aix Marseille tersebut tidak disebutkan Prof Dr MIJ Umboh yang dihubungi terpisah, Selasa (15/1). Kepada Tribun ia mengatakan hambatan utama terhentinya program studi dan batalnya ujian tesis karena mahasiswa tidak terdaftar sebagai mahasiswa Unima.
"Kita harus ikut aturan. Kan aneh jika mereka belum terdaftar sebagai mahasiswa kemudian akan ujian tesis. Ini sudah standar dan ketentuan dari Dikti. Mereka meminta kami mengurus asalkan mereka juga kerja sama. Tidak sulit kok mendaftar sebagai mahasiswa Unima," kata dia.
Berbeda dengan informasi Aix Marseille, Prof Umboh menyebut kerja sama program CI tersebut baru berakhir pada tahun ajaran 2012/2013. Itu setelah Rektor Tuerah berangkat ke Prancis dan menanyakan lagi kerja sama. "Mungkin ini karena faktor sial. Mereka (mahasiswa) sial saja. Ini juga karena pengaruh politik di sana. Selain itu kepala profesornya juga sudah meninggal," ungkapnya. Pernyataan Prof Umboh berbeda dengan bukti yang disampaikan Jeffry dan kawan-kawan. Mereka mengantongi surat keterangan sebagai mahasiswa pascasarjana CI yang ditandatangani Prof Umboh sendiri pada 9 Januari 2011. (max/def)
Masih Ada di Situs Unima
PROGRAM magister (S-2) Competitive Intelligence (CI) masih terpajang di situs Unima, www.unima.ac.id. Pada laman utama situs tersebut pengunjung mudah mendapati tautan menuju laman CI. Pada laman CI tersebut, terpapar dalam bahasa Inggris penjelasan program studi yang diawali dengan pengenalan singkat tentang Unima dan Paul Cezanne University, Aix Marseille III (UPCAM). Program studi dipimpin Prof Dr MIJ Umboh DEA dan Sekretaris Dr H Dj Liow MEng.
Disebutkan, program pascasarjana tersebut merupakan buah kerja sama tahun 2010. Kerja sama dalam bentuk program pendidikan magisterial dalam Manajemen Publik dengan kekhususan pada Economic Intelligence and Regional Competitiveness.
Beberapa hal yang menjadi layanan UPCAM di antaranya penyeleksian calon mahasiswa, pengajaran 100 jam tatap muka khusus pada Economic Intelligence and Regional Competitiveness. Pihak UPCAM juga turut mendampingi mahasiswa, menyediakan pengajaran dalam bentuk makalah atau digital. UPCAM juga berwewenang menentukan mahasiswa sudah layak dalam program tersebut dan pada akhirnya menyandang gelar DEA.
Adapun kurikulum disediakan oleh Unima dan UPCAM. Unima mengajarkan bidang studi inti di antaranya, Fundamental of ICT, Enterpreneurship, Knowledge Management, Research Methodology, Competitive Strategy, dan International Macroeconomy. Sedangkan UPCAM mengajarkan bidang studi spesialisasi di antaranya, Concept of CI, Intellectual Property, Brain Mapping and Inonovation-Intellectual Property, Automatic Information Analyses and Dissemination, Approaches in Creating Competitive Intelligence Unit in Organizations Research Project I-II.
Mahasiswa harus memenuhi 40 kredit dalam 100 jam tatap muka di kampus utama Unima di Tondano. Selain itu mahasiswa juga harus memenuhi tiga kredit tambahan untuk setiap bidang studi dalam 120 jam pelajaran. Metode pembelajaran bagi mahasiswa di antaranya secara individual, online, dan tatap muka. Pada laman yang sama juga tersedia tautan registrasi.
Disebutkan, kandidat mahasiswa bisa mendapatkan formulir pendaftaran di kantor program studi CI di Unima. Selain itu formulir bisa diperoleh dengan mengunduh pada tautan yang telah tersedia. Calon mahasiswa harus mengisi formulir pendaftaran dan memasukkannya ke kantor program studi. Formulir terisi kemudian diteruskan ke UPCAM dan Pascasarjana Unima untuk proses validasi.
Sebelum proses validasi, calon harus membayar biaya pendaftaran dengan mentransfer uang ke rekening CI Master Program di Bank BTN dengan nomor 00000011 01 30 00421 0 atau ke BNI dengan nomor rekening 0066425348 atas nama Pascasarjana-Master CI. Ketika Tribun mencoba mengunduh formulir pendaftaran, muncul laman berbahasa Prancis yang tidak lagi menyediakan formulir pendaftaran."O, ya? Saya sendiri baru tahu," ujar Prof Irene Umboh.(max)
Tuerah: Kami Cari Tahu
REKTOR Unima, Prof Dr Philoteus EA Tuerah MSi DEA mengatakan, kerja sama Unima dengan Paul Cezanne University, Aix Marseille (UPCAM), Prancis telah berakhir sejak ajaran 2009/2010 silam.
Saat diwawancarai Tribun Manado, Selasa (15/1/2013), Tuerah menjelaskan, kerja sama itu dimulai sejak penandatanganan nota kesepahaman pada tahun 2002. Menurutnya, dalam nota kesepahaman itu Unima dan UPCAM bekerjasama dalam hal pendidikan, khususnya program magister. Secara sederhana, UPCAM membuka kelas di Unima, dan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan terdaftar sebagai mahasiswa universitas asal Prancis ini.
Tuerah menjelaskan, setelah beberapa tahun berjalan, kerja sama itu terhenti karena pada tahun ajaran 2009/2010 tidak ada lagi mahasiswa yang mendaftar. "Program kerja sama ini telah berakhir karena tidak ada mahasiswa yang mendaftar. Pada angkatan terakhir ada 16 mahasiswa yang mendaftar, dan saya telah mengambil ijazah mereka di Prancis," ujarnya.
Saat ditanya bagaimana bisa terjadi masih ada mahasiswa yang terdaftar dan mengikuti perkuliahan, Tuerah mengaku tidak mengetahui hal tersebut. Dia bahkan mengaku bingung mengapa masih ada yang mendaftar. Dia menegaskan, adanya mahasiswa yang terdaftar dalam program ini di luar pengetahuan Unima. Menurutnya, Unima telah menutup program tersebut dan tidak lagi mengakui mahasiswa yang terdaftar.
"Kami akan menelusuri bagaimana bisa masih ada mahasiswa yang mendaftar padahal program kerja sama telah ditutup. Kami akan mencari tahu siapa yang membuka pendaftaran ini. Hal ini sudah melanggar aturan," ujarnya.
Terkait nasib mahasiswa yang telanjur mendaftar, Tuerah menjelaskan hal tersebut di luar tanggung jawabnya sebagai rektor. Menurutnya, dalam beberapa hari mendatang pihaknya akan mengungkap siapa yang membuka pendaftaran tersebut.
Saat ditanya apakah Unima akan melanjutnya kerja sama dengan UPCAM, Tuerah menyatakan, kelangsungan kerja sama ini bergantung pada dua hal yakni kesiapan mahasiswa dan kesediaan universitas di Prancis. Menurutnya jika dua hal tersebut bisa terpenuhi maka kerja sama dapat berlanjut. (luc)
Sumber: Tribun Manado edisi cetak 16 Januari 2013 hal 1