Dua Petambang Emas Terjebak Reruntuhan

ilustrasi
DUA petambang emas yakni Arie Ratumbanua (31) dan Brian Telew (20) asal Desa Pinabetengan, Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa terjebak reruntuhan tanah di dalam lubang saat mencari emas di Tambang Rakyat Desa Tatelu, Kabupaten Minahasa Utara,  Jumat (1/3/2013) siang.

Hingga tadi malam nasib  keduanya belum diketahui. Pencarian pun masih terus dilakukan masyarakat setempat yang dibantu oleh Tim SAR Manado. Saksi  mata yang juga petambang,  Fery Gahung (35) menuturkan peristiwa tersebut begitu cepat terjadi. Sebelum Arie dan Brian  turun ke  pantongan (lubang galian tambang), Jumat (1/3) sekitar pukul 11.00,  mereka masih sempat makan siang bersama  Jeckson dan Alvin.

Setelah beristirahat sejenak Arie langsung mengambil posisi  turun lebih dulu ke dalam lubang tambang disusul Brian. Sudah jadi standar saat ada yang turun, harus ada yang menemani dan berjaga-jaga di bibir lubang masuk tambang. "Sesuai shift, sebenarnya yang mau turun giliran saya dan Arie, tapi sudah didahului oleh Brian.
Kalau kalau turun tidak boleh sendiri, karena dikhawatirkan jika terjadi sesuatu masih ada yang bisa memberikan informasi. Akhirnya saya putuskan untuk jaga di bibir pantongan saja ditemani Jeckson. Sedangkan Alvin selaku kepala rombongan memilih istirahat karena baru naik dari lubang tambang," jelas Fery kepada Tribun Manado di lokasi kejadian, Sabtu (2/3/2013).

Sekitar sepuluh menit setelah Brian turun ke dalam lubang, kata Fery, tiba-tiba terdengar bunyi tanah longsor disertai getaran. Fery dan Jeckson  memanggil-manggil nama Arie dan Brian namun tak ada jawaban dari kedua korban. Keduanya menarik tali yang biasa digunakan untuk menarik rep (tanah dan batu diperkirakan bercampur emas), namun tali tersebut tak bisa ditarik lagi karena tertimbun runtuhan tanah. Keduanya cemas. Fery memutuskan memanggil Alvin dan teman-teman petambang di sekitar lokasi kejadian untuk membantu mencari tahu kondisi dua rekannya di dalam lubang. Saat itu pula, kejadian tersebut langsung dilaporkan kepada Hukumtua Tatelu dan Polsek Dimembe.

"Sekitar jam setengah dua belas (11.30 Wita), ada bunyi seperti longsor disertai getaran. Kira-kira posisi mereka sekitar 25 meter dari bibir lubang tambang.  Kejadian itu begitu cepat, kami sendiri tidak ada firasat atau tanda-tanda apapun, karena terakhir seperti biasanya kita makan dan bicara-bicara biasa," tambah Fery.


Ratusan anggota keluarga Arie dan Brian dari Desa Pinabetengan, Pinabetengan Utara, dan Pinabetengan Selatan, Sabtu (3/2) siang,  mendatangi lokasi kejadian.  Bahkan rombongan tersebut turut didampingi oleh tiga Hukumtua dari tiga desa yang saling berdekatan. Maria Singal mertua dari Arie Ratumbanua hanya bisa menatap lubang tambang yang dijaga para petambang saat melakukan pencarian. Ia pasrah. Ia tidak ada firasat buruk sebelum kejadian  menimpa Arie. Namun, firasat tersebut terlihat pada perilaku cucunya Gerald Ratumbanua (9). "Kalau firasat saya tidak ada, mungkin terjadi sama anaknya. Malam terakhir sebelum kejadian,  cucu saya tidak bisa tidur nyenyak, gelisah dan bayak mengigau," jelas Maria yang terus didampingi suaminya Hengky Kotambunan.

Sosok Arie  di mata Maria adalah anak yang baik, periang, dan senang bicara. Arie menikahi anak tunggalnya pada 10 tahun yang lalu. Tiga tahun lalu anaknya meninggal dunia karena sakit. Sepeninggalnya anak perempuannya, Arie dan anaknya masih tetap memilih tinggal bersama Maria dan Hengky, hingga pada tahun 2012 Arie memutuskan untuk menikah lagi dan kini telah dikaruniai satu orang anak yang baru berusia tiga bulan.

"Hubungan masih tetap baik, begitu juga dengan istri keduanya. Kalau soal biaya anak kalau ada dia kasih, kita juga tidak menuntut. Terakhir dua minggu yang lalu Arie pulang ketemu saya di rumah. Saat ditanya ada apa, Arie bilang tidak ada apa-apa. Itu pertemuan terakhir dia masih sempat minta selimut kepada saya, saya bilang ambil saja dan dibawa ke tempat kerja. Hari Rabu, Arie juga datang tapi tidak sempat bertemu dengan saya dan anaknya karena sekolah," ujar Maria.

Istri kedua Arie tidak tampak di lokasi kejadian, begitupula dengan orangtua kandung korban. Menurut Maria istri keduanya tidak bisa hadir karena masih memiliki anak bayi. Sedangkan orang tua korban telah mempercayakan semuanya kepada Maria dan Hengky, karena masih syok mengetahui kabar anaknya.
Selain Maria dan Hengky, yang sangat terpukul adalah ayah Brian Telew, Ever Telew. Ever tak henti-hentinya menangis membayangkan bagaimana nasib anaknya kini yang terjebak di dalam tambang.

"Brian itu anak manja dan sejak pertama saya sama sekali tidak pernah mengizinkan dia (Brian) bekerja diseperti ini, karena saya tahu dia tidak punya keahlian di hal-hal begini. Saya kalau kerja berangkat ke Jakarta bawah dia, saya jaga dia seperti jaga telur yang takut mau pecah, begitu juga kalau ke Surabaya atau kemana saja," ratap Ever yang mengaku belum bisa tidur.

Terakhir Ever bertemu Brian saat pulang ke rumah pada Rabu pekan lalu, sekitar lima hari Brian tinggal dirumah dan kembali ke Tatelu, Senin (25/2).  Ever mengaku tidak sempat bertemu dengan Brian karena saat itu ia berada di Gorontalo dan balik pada hari Senin saat Ever kembali ke lokasi tambang. Ayah tiga orang anak itu mengaku marah besar terhadap istrinya karena tidak melarang Brian pergi ke lokasi tambang. "Saya marah sekali waktu itu, tapi mungkin ibunya agak sulit mengatur," tambah Ever sambil mengusap air mata.

Brian  merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Ia telah menikah dan dikaruniai satu orang anak yang pada 9 Maret mendatang akan berusia satu tahun. Niatnya yang hendak membuatkan pesta ulang tahun untuk anaknya membuat Brian semakin giat mencari nafkah meski harus masuk ke lubang mencari emas yang hasilnya belum pasti. Dan kejadian ini sangat disesalkan Ever. "Dia memang sudah berkeluarga, tetapi saya tidak pernah menuntut dia untuk bekerja, apalagi bekerja seperti ini," ungkap Ever.  (nty)

Doa di Depan Lubang

KELUARGA dua petambang emas di Lokasi Penambangan Emas Tatelu, Kecamatan Dimembe, Minahasa Utara menggelar doa bersama di depan lubang, Sabtu (2/3) petang. Seperti disaksikan Tribun Manado, bersama itu diikuti pula oleh ratusan petambang dan warga lainnya yang saling bahu membahu melakukan pencarian sejak Jumat (1/3).

Tim SAR Manado dibantu warga mencoba menyusuri lubang sempit berdiameter 30 cm dengan kedalaman sekitar 30 meter.  Kedua korban tertimbun material tanah di dasar lubang saat sedang mencari emas. Hingga tadi malam belum ada tanda-tanda keberadaan kedua korban. Puluhan petambang yang berpengalaman silih berganti keluar masuk lubang untuk menggali. Lubang yang sempit dan kurang cahaya menyulitkan para penyelamat.

Kasi Ops Tim SAR Manado, Jefry Mewo, S.Pd mengakui timnya kesulitan karena tidak mengetahui medan. "Pencarian dari kami Tim SAR Manado agak sulit karena tidak menguasai medan, dan yang lebih tahu posisi lubang adalah para petambang," kata  Jefry Mewo. Meski demikian, kata Jefry, tim  akan terus melakukan pencarian hingga kedua korban ditemukan.

"Anggota tim kami tetap berada di sini," ujar Jefry.  Pantauan Tribun Manado proses pencarian memang agak sulit karena kondisi lubang yang sempit serta alat yang digunakan seadanya. Untuk mengangkat material yang longsor mereka menggunakan karung kecil dan diangkat dengan tali. Hal itu pun dibenarkan Fery Gahung rekan korban. "Lubanganya memang sempit, hanya berukuran satu kali satu meter. Pokoknya hanya untuk ukuran satu orang, ya kita berharap saja mudah-mudahan masih ada peluang," kata Fery.

Sejumlah petambang yang ada di lokasi kejadian memperkirakan peluang selamat kedua korban sangat kecil apalagi mereka sudah terjebak di dalam lubang lebih dari 24 jam. "Peluang hidup tipis karena tidak ada tembusan dari lubang lain. Kalau ada tembusan masih bisa dapat saluran udara. Dulu lubang ini ada tembusan tapi karena longsor sudah tertutup rapat," ujar Ucok yang bekerja sebagai pengangkut rep.

Merfi Ticoalu selaku pemilik lubang tambang masih berharap  anak buahnya selamat. Pasalnya belum lama ini kata Merfi pernah ada kejadian tiga orang terjebak di dalam lubang akibat longsor selama tiga hari tiga malam, dua di antaranya selamat dan satu meninggal dunia karena asma. Ia berharap peluang seperti itu terjadi pada Arie dan Brian. "Semoga masih selamat," harap Merfi.

Selaku pemilik lubang, Merfi mengaku telah mempercayakan lubangnya kepada Kepala Rombangan dalam mengatur waktu dan jadwal kerja anak buahnya. Untuk keselamatan para petambang Merfi  menyiapkan saluran alat pernapasan yang  digunakan saat bekerja di dalam lubang. Alat itu berupa sebuah mesin penghasil udara yang disalurkan melalui plastik bening berdiameter 10 cm "Lubang ini belum lama dan belum pernah ada yang jadi korban. Lejadian ini sudah menjadi resiko, saya rasa para petambang tahu bahayanya seperti apa," tambah Merfi.

Bupati Minahasa Utara, Sompie Singal melalui Kabag Humas, Sem Tirayoh mengaku sudah mendapat laporan dari Camat Dimembe soal kejadian itu. Bupati menginstruksikan agar proses pencarian korban  terus dilakukan. (nty)

Sumber: Tribun Manado 3 Maret 2013 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes