FATIMA termasuk salah satu obyek pariwisata Portugal. Selain Fatima, ditawarkan pula 13 obyek lain seperti museum tempat berangkat ekspedisi Vasco da Gama, pantai indah Estoril, bekas istana musim panas Raja Joao I di Sintra. Dalam setahun obyek-obyek itu dikunjungi sekitar 15 juta wisatawan asing, 1,5 kali jumlah penduduk Portugal seluruhnya (10 juta) pada tahun 2001. Tiga juta di antaranya mengunjungi Fatima. Tanpa rencana, termakan sindiran seorang wartawan senior Portugal, saya mengunjungi Fatima tanggal 28 November 2001.
Ditemani Agus Sriyono dari Kedutaan Besar Indonesia di Portugal, kunjungan itu ibarat ziarah. Jarak Lisbon-Fatima 115 kilometer, ditempuh kurang dari tiga jam, lewat jalan tol. Kalau tidak ada kecelakaan, kata Agus Sriyono, bisa 1,5 jam. Tetapi, jangan heran, perilaku orang Portugal berlalu lintas sama dengan orang Indonesia. "Suka saling menyalib, rebut-rebutan jalan," katanya.
Dengan bus pariwisata yang gencar ditawarkan di hotel-hotel, paket Fatima dikelompokkan dengan kunjungan ke Aljufrel, desa tempat kelahiran Lucia, Fransisco, dan Jacinta, juga tempat di mana ketiga anak itu memperoleh pemberitahuan tentang penampakan Maria. Dengan waktu enam jam, biro perjalanan memungut biaya sekitar 60 dollar AS per orang.
Bagi Portugal, Fatima menjadi pemasok terbesar perolehan pendapatan negara dari sektor pariwisata. Pendapatan negara dengan luas wilayah 92.000 km2 itu (kira-kira seluas wilayah Provinsi Riau) itu, 80 persennya berasal dari sektor pariwisata, terutama dalam struktur ekonomi yang didasarkan pada service-based economy yang menyerap 51 persen tenaga kerja dan menyumbangkan 63 persen nilai tambah pertumbuhan.
Mengapa Fatima? Fatima masih menyimpan "rahasia" yang mereka sebut "rahasia Fatima". Tempat itu sejak tahun 1930 menjadi satu dari beberapa tempat ziarah terkenal pemeluk agama Katolik. Dalam perkiraan, pengunjung Fatima sebesar 3 juta, peziarah dalam negeri ini belum termasuk, meskipun menurut Dubes Indonesia untuk Portugal, Harry Pryohoetoemo Haryono "orang Portugal sekarang tidak sereligius dulu." Sebanyak 97 persen penduduk Portugal beragama Katolik.
***
ALKISAH dan itu bagi penganut iman Katolik sebagai kebenaran, Bunda Maria (dalam iman Katolik dipercaya sebagai ibunda Yesus Kristus dan Bunda Kaum Beriman), di sana pernah menampakkan diri selama enam kali pada tiga anak gembala: Lucia Santos, Jacinta Marto, dan Fransisco. Penampakan pertama 13 Mei 1917, berturut-turut sampai bulan Oktober 1917, dan selalu pada tanggal 13. Mereka masing-masing berumur 10 tahun, 9 tahun, dan 7 tahun.
Fransisco dan Jacinta sudah meninggal, sementara Lucia saat ini adalah biarawati (suster), tinggal di Biara Coimbra sekitar 20 km utara Fatima. Tanggal 13 Mei tahun lalu, Paus Yohanes Paulus II mengukuhkan Jacinta dan Fransisco sebagai beato (yang bahagia) dan beata, satu tahap prosesi sebelum sebagai sancto (yang kudus) atau sancta.
Sama seperti kesaksian penampakan semacam itu, apakah di Lourdes (Perancis) atau Menjugre (Polandia) selalu diawali dengan keraguan pimpinan institusi agama. Masuk akal sebab adalah tugas institusi agama untuk meragukan setiap kesaksian. Ketiga anak gembala ini diinterogasi. Tetapi, setelah memperoleh penyelidikan intensif, pada tahun 1930 para Uskup Portugal mengumumkan penampakan itu otentik. Selain penampakan Maria, yang kemudian membuat kota ini menjadi tempat perziarahan adalah tiga "rahasia/ramalan Fatima" yang disampaikan Maria kepada mereka. Ketiga "ramalan" itu adalah perang dunia, kehancuran komunisme, dan terbunuhnya seorang paus. Tahun 1967, Lucia menyerahkan tiga "rahasia Fatima" itu kepada Paus Paulus VI saat mengunjungi Fatima tahun 1967. Dua ramalan ditafsirkan sudah terjadi, sedang ramalan ketiga dikait-kaitkan dengan usaha pembunuhan Paus Yohanes Paulus II oleh seorang pemuda Turki tahun 1983.
Latar belakang itulah yang membuat Fatima terkenal. Secara otentik pula ada rekaman gambar tentang 70.000 orang yang menyaksikan "Matahari menari" pada 13 Oktober 1917, "keanehan" sebelum Maria menampakkan diri yang terakhir pada ketiga anak gembala itu.
***
FATIMA pada 28 November 2001 terasa sepi. Pada siang hari itu, selain satu rombongan besar peziarah sedang berdoa di kapel, hanya ada beberapa orang. Lapangan luas, terkesan lebih luas dibanding lapangan di peziarahan Lourdes, kosong. Beberapa gadis dan nenek-nenek terengah-engah di bawah terik matahari. Mereka hampir menyelesaikan "jalan berlutut" sepanjang 500 meter. Di lutut kiri satu di antaranya meleleh darah segar, tetapi sang nenek tetap tegar dengan rosario di tangan, dan tak mau diganggu siapa pun.
"Pada tanggal-tanggal 13 selama bulan Mei-Oktober, orang-orang seperti itu banyak sekali," kata Agus Sriyono. Ia lantas bercerita pengalaman "berjalan beringsut-ingsut sambil berlutut itu". Lutut panas beradu dengan lantai semen, tetapi setelah berjam-jam ia tahan, dengan lutut sobek-sobek berdarah, selesai juga. "Rasanya plong. Saya ingin menderita, bernadar berterima kasih atas kelulusan anak saya," kata Agus sambil menggambarkan lututnya yang berdarah-darah tergores lantai.
Tempat untuk berjalan sambil berlutut itu memang khusus. Dengan lebar satu meter mulai dari pintu gerbang sampai kapel penampakan lantai semen itu panjangnya 500 meter. Di depan kapel, di kapel itu dipercaya tempat penampakan Maria 84 tahun yang lalu, berdiri megah Basilika Perawan Rosario dengan ketinggian menara 65 meter. Basilika yang dibangun sejak tahun 1928 dan diberkati tanggal 14 Mei 1953, adalah sosok bangunan gaya Barok dengan tiang-tiang besar-kokoh dan langit-langit tinggi penuh lukisan yang diambil dari kisah-kisah dalam Kitab Suci orang-orang Kristen.
Kapel kecil di mana konon sebagai tempat enam kali penampakan Maria dibangun sederhana, berasitektur modern dan terbuka. Kapel ini dibangun tahun 1919, pernah dirusak orang tahun 1922 dan dibangun kembali dengan bentuk sama seperti semula. Di samping kapel ada tempat pembakaran lilin, bagian dari prosesi para peziarah. Di bagian lain ada tempat jalan salib yang berpuncak pada Kalpari yang terletak di samping kiri depan basilika. Kompleks pejiarahan Fatima dibatasi tembok setinggi 2,5 meter yang dibangun oleh seorang Jerman yang membawa kenangan Tembok Berlin yang dia tinggalkan. Sedikit di luar kompleks ada makam Jacinta dan Fransisco, tempat yang menjadi bagian dari proses ziarah.
Aljrustel, desa tempat kelahiran ketiga penggembala berikut rumah dan lingkungannya, terpelihara rapih. Dalam satu kompleks pula ada rumah sakit, selain melayani mereka yang sakit, tetapi terutama mengobati lutut-lutut para peziarah yang berdarah-darah tergores lantai semen. Di bagian lain di luar kompleks tembok, beberapa jalan penuh toko suvenir dan rumah makan. Keadaannya sama seperti di tempat-tempat ziarah lain terkenal di Eropa seperti di Lourdes.
Mengapa Lourdes lebih dikenal daripada Fatima? Tak ada penjelasan pasti, juga tidak perlu dijelaskan, sebab berziarah dan berdoa lebih berurusan dengan selera. Tetapi, ada dugaan, Lourdes lebih dikenal karena lebih lama, juga Pemerintah Perancis lebih agresif menjualnya. Sebagai negara termiskin di Eropa-konon bersama-sama dengan Irlandia dan Yunani-Portugal tidak sempat membangun. Setelah bertahun-tahun di bawah pemerintahan otoriter yang jatuh lewat "Revolusi Mawar Merah", rakyat Portugal hidup dalam "tali kekang diktator". Baru setelah masuk Uni Eropa tahun 1984, Portugal agresif membangun berkat dana Uni Eropa. Berkeliling di Lisbon, terkesan kota itu sedang giat dibangun. Pertumbuhan rata-rata Produk Domestik Brutonya 4,6 persen pada tahun 1986-1990.
Portugal belum sempat menjual kelebihannya. Yang terus dilakukan adalah menghidupkan kembali perasaan sebagai bangsa yang pernah memelopori eksodus keluar sejak lima abad lalu, penjelajah dan penemu benua mendahului negara lain. Mereka mengenang dengan bangga kebesaran nama-nama penemu daerah baru seperti Bartolomeo Diaz yang menemukan Pantai Timur Afrika (1488), Vasco da Gama ke India (1479). Bahkan, mereka pun mencatat kebesaran nenek moyang mereka dengan perluasan ekspedisi Portugal ke Goa (1510), Malaka (1511), Malu-ku, Indonesia (1512 dan 1514), Hormuz (1515), dan Macao (1557). Kepeloporan Portugal itu nyaris hilang, termasuk dengan Timor Timur yang bergolak sebagai dampak "Revolusi Mawar Merah", jatuh ke Indonesia (1978), dan lepas tahun 1999.
Dengan luas tanah yang relatif sempit itu, selain Lisboa dan Oporto sebagai kota terbesar kedua, lokasi-lokasi pariwisata lain gampang dijangkau. Meskipun Portugal jauh lebih miskin dibanding Perancis, takkan dijumpai pengemis. Kalau ada pengemis, paling-paling orang mabuk, dan yang penting pula dicatat di jalanan Lisboa, Fatima yang teletak di kawasan Iberia, maupun Lisbon takkan dijumpai anak-anak. Maklum tercatat pada sensus tahun lalu, pertumbuhan penduduk negara itu nol persen. Berbeda dengan di Itali, katakan Roma yang sarat obyek turisme itu, di sini tak ada pencopet-pencopet kecil yang luar biasa gesit. (St Sularto)
Sumber: Kompas Minggu, 23 Desember 2001
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0112/23/latar/fati12.htm
Ditemani Agus Sriyono dari Kedutaan Besar Indonesia di Portugal, kunjungan itu ibarat ziarah. Jarak Lisbon-Fatima 115 kilometer, ditempuh kurang dari tiga jam, lewat jalan tol. Kalau tidak ada kecelakaan, kata Agus Sriyono, bisa 1,5 jam. Tetapi, jangan heran, perilaku orang Portugal berlalu lintas sama dengan orang Indonesia. "Suka saling menyalib, rebut-rebutan jalan," katanya.
Dengan bus pariwisata yang gencar ditawarkan di hotel-hotel, paket Fatima dikelompokkan dengan kunjungan ke Aljufrel, desa tempat kelahiran Lucia, Fransisco, dan Jacinta, juga tempat di mana ketiga anak itu memperoleh pemberitahuan tentang penampakan Maria. Dengan waktu enam jam, biro perjalanan memungut biaya sekitar 60 dollar AS per orang.
Bagi Portugal, Fatima menjadi pemasok terbesar perolehan pendapatan negara dari sektor pariwisata. Pendapatan negara dengan luas wilayah 92.000 km2 itu (kira-kira seluas wilayah Provinsi Riau) itu, 80 persennya berasal dari sektor pariwisata, terutama dalam struktur ekonomi yang didasarkan pada service-based economy yang menyerap 51 persen tenaga kerja dan menyumbangkan 63 persen nilai tambah pertumbuhan.
Mengapa Fatima? Fatima masih menyimpan "rahasia" yang mereka sebut "rahasia Fatima". Tempat itu sejak tahun 1930 menjadi satu dari beberapa tempat ziarah terkenal pemeluk agama Katolik. Dalam perkiraan, pengunjung Fatima sebesar 3 juta, peziarah dalam negeri ini belum termasuk, meskipun menurut Dubes Indonesia untuk Portugal, Harry Pryohoetoemo Haryono "orang Portugal sekarang tidak sereligius dulu." Sebanyak 97 persen penduduk Portugal beragama Katolik.
***
ALKISAH dan itu bagi penganut iman Katolik sebagai kebenaran, Bunda Maria (dalam iman Katolik dipercaya sebagai ibunda Yesus Kristus dan Bunda Kaum Beriman), di sana pernah menampakkan diri selama enam kali pada tiga anak gembala: Lucia Santos, Jacinta Marto, dan Fransisco. Penampakan pertama 13 Mei 1917, berturut-turut sampai bulan Oktober 1917, dan selalu pada tanggal 13. Mereka masing-masing berumur 10 tahun, 9 tahun, dan 7 tahun.
Fransisco dan Jacinta sudah meninggal, sementara Lucia saat ini adalah biarawati (suster), tinggal di Biara Coimbra sekitar 20 km utara Fatima. Tanggal 13 Mei tahun lalu, Paus Yohanes Paulus II mengukuhkan Jacinta dan Fransisco sebagai beato (yang bahagia) dan beata, satu tahap prosesi sebelum sebagai sancto (yang kudus) atau sancta.
Sama seperti kesaksian penampakan semacam itu, apakah di Lourdes (Perancis) atau Menjugre (Polandia) selalu diawali dengan keraguan pimpinan institusi agama. Masuk akal sebab adalah tugas institusi agama untuk meragukan setiap kesaksian. Ketiga anak gembala ini diinterogasi. Tetapi, setelah memperoleh penyelidikan intensif, pada tahun 1930 para Uskup Portugal mengumumkan penampakan itu otentik. Selain penampakan Maria, yang kemudian membuat kota ini menjadi tempat perziarahan adalah tiga "rahasia/ramalan Fatima" yang disampaikan Maria kepada mereka. Ketiga "ramalan" itu adalah perang dunia, kehancuran komunisme, dan terbunuhnya seorang paus. Tahun 1967, Lucia menyerahkan tiga "rahasia Fatima" itu kepada Paus Paulus VI saat mengunjungi Fatima tahun 1967. Dua ramalan ditafsirkan sudah terjadi, sedang ramalan ketiga dikait-kaitkan dengan usaha pembunuhan Paus Yohanes Paulus II oleh seorang pemuda Turki tahun 1983.
Latar belakang itulah yang membuat Fatima terkenal. Secara otentik pula ada rekaman gambar tentang 70.000 orang yang menyaksikan "Matahari menari" pada 13 Oktober 1917, "keanehan" sebelum Maria menampakkan diri yang terakhir pada ketiga anak gembala itu.
***
FATIMA pada 28 November 2001 terasa sepi. Pada siang hari itu, selain satu rombongan besar peziarah sedang berdoa di kapel, hanya ada beberapa orang. Lapangan luas, terkesan lebih luas dibanding lapangan di peziarahan Lourdes, kosong. Beberapa gadis dan nenek-nenek terengah-engah di bawah terik matahari. Mereka hampir menyelesaikan "jalan berlutut" sepanjang 500 meter. Di lutut kiri satu di antaranya meleleh darah segar, tetapi sang nenek tetap tegar dengan rosario di tangan, dan tak mau diganggu siapa pun.
"Pada tanggal-tanggal 13 selama bulan Mei-Oktober, orang-orang seperti itu banyak sekali," kata Agus Sriyono. Ia lantas bercerita pengalaman "berjalan beringsut-ingsut sambil berlutut itu". Lutut panas beradu dengan lantai semen, tetapi setelah berjam-jam ia tahan, dengan lutut sobek-sobek berdarah, selesai juga. "Rasanya plong. Saya ingin menderita, bernadar berterima kasih atas kelulusan anak saya," kata Agus sambil menggambarkan lututnya yang berdarah-darah tergores lantai.
Tempat untuk berjalan sambil berlutut itu memang khusus. Dengan lebar satu meter mulai dari pintu gerbang sampai kapel penampakan lantai semen itu panjangnya 500 meter. Di depan kapel, di kapel itu dipercaya tempat penampakan Maria 84 tahun yang lalu, berdiri megah Basilika Perawan Rosario dengan ketinggian menara 65 meter. Basilika yang dibangun sejak tahun 1928 dan diberkati tanggal 14 Mei 1953, adalah sosok bangunan gaya Barok dengan tiang-tiang besar-kokoh dan langit-langit tinggi penuh lukisan yang diambil dari kisah-kisah dalam Kitab Suci orang-orang Kristen.
Kapel kecil di mana konon sebagai tempat enam kali penampakan Maria dibangun sederhana, berasitektur modern dan terbuka. Kapel ini dibangun tahun 1919, pernah dirusak orang tahun 1922 dan dibangun kembali dengan bentuk sama seperti semula. Di samping kapel ada tempat pembakaran lilin, bagian dari prosesi para peziarah. Di bagian lain ada tempat jalan salib yang berpuncak pada Kalpari yang terletak di samping kiri depan basilika. Kompleks pejiarahan Fatima dibatasi tembok setinggi 2,5 meter yang dibangun oleh seorang Jerman yang membawa kenangan Tembok Berlin yang dia tinggalkan. Sedikit di luar kompleks ada makam Jacinta dan Fransisco, tempat yang menjadi bagian dari proses ziarah.
Aljrustel, desa tempat kelahiran ketiga penggembala berikut rumah dan lingkungannya, terpelihara rapih. Dalam satu kompleks pula ada rumah sakit, selain melayani mereka yang sakit, tetapi terutama mengobati lutut-lutut para peziarah yang berdarah-darah tergores lantai semen. Di bagian lain di luar kompleks tembok, beberapa jalan penuh toko suvenir dan rumah makan. Keadaannya sama seperti di tempat-tempat ziarah lain terkenal di Eropa seperti di Lourdes.
Mengapa Lourdes lebih dikenal daripada Fatima? Tak ada penjelasan pasti, juga tidak perlu dijelaskan, sebab berziarah dan berdoa lebih berurusan dengan selera. Tetapi, ada dugaan, Lourdes lebih dikenal karena lebih lama, juga Pemerintah Perancis lebih agresif menjualnya. Sebagai negara termiskin di Eropa-konon bersama-sama dengan Irlandia dan Yunani-Portugal tidak sempat membangun. Setelah bertahun-tahun di bawah pemerintahan otoriter yang jatuh lewat "Revolusi Mawar Merah", rakyat Portugal hidup dalam "tali kekang diktator". Baru setelah masuk Uni Eropa tahun 1984, Portugal agresif membangun berkat dana Uni Eropa. Berkeliling di Lisbon, terkesan kota itu sedang giat dibangun. Pertumbuhan rata-rata Produk Domestik Brutonya 4,6 persen pada tahun 1986-1990.
Portugal belum sempat menjual kelebihannya. Yang terus dilakukan adalah menghidupkan kembali perasaan sebagai bangsa yang pernah memelopori eksodus keluar sejak lima abad lalu, penjelajah dan penemu benua mendahului negara lain. Mereka mengenang dengan bangga kebesaran nama-nama penemu daerah baru seperti Bartolomeo Diaz yang menemukan Pantai Timur Afrika (1488), Vasco da Gama ke India (1479). Bahkan, mereka pun mencatat kebesaran nenek moyang mereka dengan perluasan ekspedisi Portugal ke Goa (1510), Malaka (1511), Malu-ku, Indonesia (1512 dan 1514), Hormuz (1515), dan Macao (1557). Kepeloporan Portugal itu nyaris hilang, termasuk dengan Timor Timur yang bergolak sebagai dampak "Revolusi Mawar Merah", jatuh ke Indonesia (1978), dan lepas tahun 1999.
Dengan luas tanah yang relatif sempit itu, selain Lisboa dan Oporto sebagai kota terbesar kedua, lokasi-lokasi pariwisata lain gampang dijangkau. Meskipun Portugal jauh lebih miskin dibanding Perancis, takkan dijumpai pengemis. Kalau ada pengemis, paling-paling orang mabuk, dan yang penting pula dicatat di jalanan Lisboa, Fatima yang teletak di kawasan Iberia, maupun Lisbon takkan dijumpai anak-anak. Maklum tercatat pada sensus tahun lalu, pertumbuhan penduduk negara itu nol persen. Berbeda dengan di Itali, katakan Roma yang sarat obyek turisme itu, di sini tak ada pencopet-pencopet kecil yang luar biasa gesit. (St Sularto)
Sumber: Kompas Minggu, 23 Desember 2001
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0112/23/latar/fati12.htm
Santa Perawan Maria dari Fatima
"Setiap orang, mulai dari dirinya sendiri, harus berdoa rosario dengan lebih khidmat ... dan benar-benar mempraktekkan yang kuanjurkan yaitu devosi Sabtu Pertama setiap bulan."
Pesan Bunda Maria Fatima kepada Lucia 1 Mei 1987
Fatima adalah sebuah kota kecil sebelah utara kota Lisbon di Portugal. Pada tahun 1917 Bunda Maria menampakkan diri di Fatima kepada tiga orang anak gembala. Mereka adalah Lucia dos Santos berumur 10 tahun, sepupunya bernama Fransisco Marto berumur 9 tahun dan Jacinta Marto berumur 7 tahun.
Penampakan Maria didahului tiga penampakan Malaikat setahun sebelumnya yang mempersiapkan anak-anak ini untuk penampakan Bunda Maria. Malaikat mengajarkan kepada anak-anak, dua doa penyilihan yang harus didoakan dengan hormat yang besar. Pada penampakan terakhir di musim gugur 1916, Malaikat memegang sebuah piala. Ke dalam piala ini meneteslah darah dari sebuah Hosti yang tergantung di atasnya. Malaikat memberi ketiga anak itu Hosti sebagai Komuni Pertama mereka dari piala itu. Anak-anak tidak menceritakan penampakan ini kepada orang lain. Mereka melewatkan waktu yang lama dalam doa dan keheningan.
13 Mei 1917 Pesta Bunda Maria dan Sakramen Mahakudus. Ketiga anak itu sedang menggembalakan ternaknya di Cova da Iria, sebuah padang alam yang amat luas, kira-kira satu mil dari desa mereka. Tiba-tiba mereka melihat sebuah kilatan cahaya dan setelah kilatan yang kedua, muncul seorang wanita yang amat cantik. Pakaiannya putih berkilauan. Wanita yang bersinar bagaikan matahari itu berdiri di atas sebuah pohon ok kecil dan menyapa anak-anak:
"Janganlah takut, aku tidak akan menyusahkan kalian. Aku datang dari surga. Allah mengutus aku kepada kalian. Bersediakah kalian membawa setiap korban dan derita yang akan dikirim Allah kepada kalian sebagai silih atas banyak dosa-sebab besarlah penghinaan terhadap yang Mahakuasa- bagi pertobatan orang berdosa dan bagi pemulihan atas hujatan serta segala penghinaan lain yang dilontarkan kepada Hati Maria yang Tak Bernoda?"
"Ya, kami mau," jawab Lucia mewakili ketiganya. Dalam setiap penampakan, hanya Lucia saja yang berbicara kepada Bunda Maria. Jacinta dapat melihat dan mendengarnya, tetapi Fransisco hanya dapat melihatnya saja.
Wanita itu juga meminta anak-anak untuk datang ke Cova setiap tanggal 13 selama 6 bulan berturut-turut dan berdoa rosario setiap hari.
13 Juni 1917 ketiga anak itu pergi ke Cova. Pada kesempatan itu Bunda Maria mengatakan bahwa ia akan segera membawa Jacinta dan Fransisco ke surga. Sedangkan Lucia diminta tetap tinggal untuk memulai devosi kepada
Hati Maria Yang Tak Bernoda. Ketika mengucapkan kata-kata ini, muncullah dari kedua tangan Maria sebuah cahaya. Di telapak tangan kanannya nampak sebuah hati yang dilingkari duri, Hati Maria Yang Tak Bernoda yang terhina oleh dosa manusia.
"Yesus ingin agar dunia memberikan penghormatan kepada Hatiku yang Tak Bernoda. Siapa yang mempraktekkannya, kujanjikan keselamatan. Jiwa-jiwa ini lebih disukai Tuhan, dan sebagai bunga-bunga akan kubawa ke hadapan takhta-Nya."
"Janganlah padam keberanianmu. Aku tidak akan membiarkan kalian. Hatiku yang Tak Bernoda ini akan menjadi perlindungan dalam perjalananmu menuju Tuhan."
13 Juli 1917 "Berkurbanlah untuk orang berdosa. Tetapi teristimewa bila kalian membawa suatu persembahan,
ucapkanlah seringkali doa ini: Ya Yesus, aku mempersembahkannya karena cintaku kepada-Mu dan bagi pertobatan
orang-orang berdosa serta bagi pemulihan atas segala penghinaan yang diderita Hati Maria yang Tak Bernoda."
Kemudian Bunda Maria memperlihatkan neraka yang sangat mengerikan. Begitu ngeri sampai anak-anak itu gemetar ketakutan.
"Bila kelak, pada suatu malam kalian melihat suatu terang yang tak dikenal, ketahuilah bahwa itu adalah 'Tanda' dari Tuhan untuk menghukum dunia, karena banyaklah kejahatan yang telah kalian lakukan. Akan terjadi peperangan, kelaparan dan penganiayaan terhadap Gereja dan Bapa Suci."
"Untuk menghindari hal itu, aku mohon, persembahkanlah negara Rusia kepada Hatiku yang Tak Bernoda serta komuni pemulihan pada Sabtu pertama setiap bulan."
"Bila kalian berdoa Rosario, ucapkanlah pada akhir setiap peristiwa: Ya Yesus yang baik, ampunilah segala dosa kami, lindungilah kami dari api neraka, hantarkanlah jiwa-jiwa ke dalam surga, terlebih jiwa yang sangat memerlukan pertolongan-Mu."
13 Agustus 1917 anak-anak tidak bisa datang ke Cova karena mereka semua digiring ke pengadilan oleh penguasa daerah setempat. Mereka diancam akan dimasukkan ke dalam minyak panas. Anak-anak dijebloskan ke dalam penjara selama 2 hari. Pada tanggal 19 Agustus Bunda Maria menampakkan diri pada saat anak-anak sedang menggembalakan ternak mereka di Valinhos.
"Berdoalah, berdoalah dan bawalah banyak korban bagi orang berdosa. Sebab betapa banyak yang masuk api neraka karena tidak ada yang berdoa dan berkorban bagi mereka."
13 September 1917 Bunda Maria mendesak lagi tentang betapa pentingnya doa dan kurban. Ia juga berjanji akan datang bersama St. Yusuf dan Kanak-kanak Yesus pada bulan Oktober nanti.
"Dalam bulan Oktober aku akan membuat suatu tanda heran, agar semua orang percaya."
13 Oktober 1917 Bersama anak-anak, sekitar 70.000 orang datang ke Cova untuk menyaksikan mukjizat yang dijanjikan Bunda Maria. Pagi itu hujan deras turun seperti dicurahkan dari langit. Ladang-ladang tergenang air dan semua orang basah kuyub. Menjelang siang, Lucia berteriak agar orang banyak menutup payung-payung mereka karena Bunda Maria datang.
Lucia mengulangi pertanyaannya pada penampakan terakhir ini, "Siapakah engkau dan apakah yang kaukehendaki daripadaku?" Bunda Maria menjawab bahwa dialah Ratu Rosario dan ia ingin agar di tempat tersebut didirikan sebuah kapel untuk menghormatinya. Ia berpesan lagi untuk keenam kalinya bahwa orang harus mulai berdoa Rosario setiap hari.
"Manusia harus memperbaiki kelakuannya serta memohon ampun atas dosa-dosanya."
Kemudian dengan wajah yang amat sedih Bunda Maria berbicara dengan suara yang mengiba: " Mereka tidak boleh lagi menghina Tuhan yang sudah begitu banyak kali dihinakan"
Bunda Maria kemudian pergi ke pohon ok sebagai tanda penampakan berakhir. Awan hitam yang tadinya bagaikan gorden hitam menyingkir ke samping memberi jalan matahari untuk bersinar. Kemudian matahari mulai berputar, gemerlapan berwarna-warni, berhenti sejenak dan mulai berputar-putar menuju bumi. Orang banyak jatuh berlutut dan memohon ampun. Sementara fenomena matahari terjadi, ketiga anak melihat suatu tablo Keluarga Kudus di langit. Di sebelah kanan tampak Ratu Rosario. Di sebelah kirinya St. Yosef menggandeng tangan Kanak-kanak Yesus dan membuat tanda salib tiga kali bagi umatnya. Menyusul visiun yang hanya tampak oleh Lucia seorang diri: Bunda Dukacita bersama Tuhan berdiri di sampingnya dan Bunda Maria dari Gunung Karmel dengan Kanak-kanak Yesus di pangkuannya. Matahari meluncur seolah-olah akan menimpa orang banyak, tiba-tiba ia berhenti dan naik kembali
ke tempatnya semula di langit. 70,000 orang yang berkerumun di Cova itu menyadari bahwa pakaian mereka yang tadinya basah kuyub oleh hujan lebat, tiba-tiba menjadi kering. Demikian pula tanah yang tadinya becek dan berlumpur akibat hujan tiba-tiba menjadi kering. Mukjizat matahari selama 15 menit itu disaksikan bukan hanya oleh orang-orang di Cova da Iria saja, tetapi juga oleh banyak orang di sekitar wilayah itu sampai sejauh 30 mil.
Sumber:
-Maria dari Fatima, Rm Petrus Pavlicek OFM - Wina
-AVE MARIA No. 10 September 1997;
diterbitkan oleh Marian Centre Indonesia
http://www.geocities.com/tul4lit_1di07/MariadariFatima.html