BA'A, PK --- Kantor Camat Rote Barat Laut (RBL) di Busalangga, Kabupaten Rote Ndao dibakar, Sabtu (18/10/2008), sekitar pukul 11.30 Wita saat jeda proses penghitungan surat suara pilkada di daerah tersebut. Kantor itu diduga dibakar massa koalisi empat paket peserta Pilkada Rote Ndao. Kericuhan yang diikuti dengan tindakan anarkis berkaitan dengan Pilkada langsung baru pertama kali terjadi di NTT.
Hingga Sabtu malam belum ada satu paket peserta pilkada yang menyatakan bertanggung jawab. Sehari sebelumnya, massa empat paket (Lentera, As, Benar, Majus) sempat menduduki gedung DPRD setempat dan menyandera Kabag Linmas, L Lango dan Kabag Pemdes, CH. Manubulu.
Polisi sudah menahan 23 orang di Mapolres Rote Ndao yang diduga ikut serta dalam aksi pembakaran tersebut. Dari, 23 orang tersebut lima pemuda yang masih berumur belasan tahun di antaranya menderita luka di kepala dan wajah. Mereka yang ditahan dan diduga kuat ikut membakar kantor camat adalah Eta Pelle, Hernaza, Sulaiman Modok. Turut ditahan mantan pensiunan Kapolsek, Alex Solmodok. Sementara kerugian ditaksir sekitar Rp 3 hingga Rp 4 miliar.
Seperti disaksikan Pos Kupang di lokasi kejadian, Sabtu (18/10/2008) siang, kondisi bangunan dan segala isinya di dalam kantor camat tersebut ludes terbakar. Tampak hanya tembok yang masih mengepul asap dan tinggal menunggu roboh dan kantor itu rata tanah. Semua kotak suara diangkat massa dan dibakar di halaman depan kantor camat. Tidak ada barang dan uang termasuk brangkas yang diselamatkan. Uang pribadi milik beberapa pegawai yang saat itu berada di dalam ruangan juga ludes.
Kapolres Rote Ndao, Kompol Juventus Seran, dan sejumlah anggota polisi beserta Wakapolres, AKP Petrus Bae, langsung mengamankan situasi. Sementara sebagian anggota dikoordinasikan untuk mengamankan sejumlah kecamatan lain yang sedang menghitung surat suara termasuk Kantor KPUD setempat. Kemarin sore sekitar pukul 15.00 Wita usai melakukan rapat muspida, Bupati Rote Ndao, Christian Nehemia Dillak, S.H, dan sejumlah muspida langsung turun memantau situasi.
Informasi yang dihimpun Pos Kupang menyebutkan, pada pukul 08.00 kemarin pagi, tiga truk menurunkan massa di Lapangan Busalangga (sekitar 12 km barat Kota Ba'a), dekat kantor camat dan Pasar Busalangga. Massa berkumpul di lokasi itu. Beberapa di antaranya kemudian menyebar dan membawa beberapa minuman keras. Mereka diduga mabuk lalu mulai membakar kantor camat.
Kebetulan hari Sabtu adalah hari Pasar Busalangga. Beberapa orang dari massa berjalan menuju pasar. Namun, melihat gelagat yang tidak baik, intel polisi sempat menyuruh massa membubarkan diri, namun tidak ada yang menggubris.
Sementara saat proses penghitungan berjalan, kantor itu hanya dijaga sekitar belasan anggota termasuk tentara dan hanya salah satu di antara mereka yang membawa senjata.
Pada saat penghitungan hampir rampung dan tinggal penandatanganan berita acara, massa sekitar 200 lebih orang yang menggunakan tiga truk tersebut sudah mulai mengepung kantor itu di semua penjuru. Tak lama batu melayang mengenai kantor itu. Massa merangsek masuk ke dalam kantor dan mengobrak-abrik barang-barang. Selang beberapa saat api mulai merambat. Terlihat kotak suara dibawa keluar dan dibakar.
Melihat lemparan batu dan serangan massa, sekitar 30 lebih orang termasuk panwas kecamatan, PPK, Camat Busalangga dan semua pegawai termasuk anggota linmas, polisi dan tentara lari keluar berhamburan. Bahkan, polisi juga ikut membantu membobol pintu yang terkunci agar para pegawai di dalam bisa lari keluar dan tidak terjebak api. Sejumlah pegawai termasuk anggota PPK dan Panwas terkena batu lemparan. Seorang pegawai yang sedang hamil di dalam kantor juga terkena lemparan.
Polisi hanya mengamankan beberapa berkas yang kebetulan berada di atas meja, termasuk satu buah monitor. Sekitar lima menit kemudian api sudah menjalar di atas seng. Diduga massa melempar bensin di atas seng dan sekitar bangunan sehingga dalam hitungan menit bangunan itu sudah ludes.
Masyarakat sekitar hanya bisa menatap bangunan itu, tanpa membantu memadamkan. Semuanya takut dan panik. Polisi kemudian mengejar sejumlah pelaku yang bersembunyi di rumah salah satu calon Bupati Rote Ndao, Nur Ndu Ufi. Polisi mengangkut belasan orang dari dalam rumah tersebut dan mengejar sejumlah massa yang lari di sekitar rumah warga dan mengamankannya di kantor polisi. Sementara pemadam kebakaran datang saat gedung itu sudah ludes terbakar.
Camat RBL, Thobias Nggili, yang ditemui di lokasi kejadian mengakui, pagi sebelum dimulai penghitungan dia sudah menanyakan keamanan di Kapolsek Busalangga, Marthen Tulle. Tulle mengatakan kondisi aman dan polisi tidak mengeluarkan izin demo sehingga proses penghitungan surat suara bisa berjalan.
23 Ditahan
Kapolres Rote Ndao, Kompol Juventus Seran, yang ditemui di rumah jabatan Bupati Rote Ndao mengakui, pihaknya kini tengah menahan 23 orang yang diduga ikut terlibat termasuk lima orang di antaranya yang menderita luka yang kini dirawat di Rumah Sakit Umum. "Kita sudah menahan 23 orang dan status mereka belum jadi tersangka. Kita masih tahan mereka untuk proses penyelidikan termasuk barang bukti truk," kata Seran.
Sementara salah satu mantan pensiunan polisi yang diduga terlibat, Kapolres Juventus mengakui belum tahu. "Kalau ia pensiunan tidak ada hubungannya dengan institusi," katanya.
Dalam catatan Pos Kupang, sejak pemilihan kepala daerah (Pilkada) langsung digelar di NTT tahun 2005 lalu, tidak terjadi aksi anarkis seperti di Rote. Aksi kekerasan yang terjadi masih dalam batas kewajaran, tidak sampai merusak seperti yang terjadi di Rote.
Seperti diberitakan sebelumnya, rakyat Rote Ndao memberikan suaranya pada pemilihan kepala daerah, Senin (13/10/2008). Pada hari yang sama juga berlangsung pemungutan suara di Ende. Sejauh ini, dari rekapitulasi suara suara, duet Christian Nehemia Dillak-Zacharias Paulus Manafe (paket Nazar) memimpin perolehan suara sementara. (iva)
Pos Kupang edisi Minggu, 19 Oktober 2008 halaman 1
Hingga Sabtu malam belum ada satu paket peserta pilkada yang menyatakan bertanggung jawab. Sehari sebelumnya, massa empat paket (Lentera, As, Benar, Majus) sempat menduduki gedung DPRD setempat dan menyandera Kabag Linmas, L Lango dan Kabag Pemdes, CH. Manubulu.
Polisi sudah menahan 23 orang di Mapolres Rote Ndao yang diduga ikut serta dalam aksi pembakaran tersebut. Dari, 23 orang tersebut lima pemuda yang masih berumur belasan tahun di antaranya menderita luka di kepala dan wajah. Mereka yang ditahan dan diduga kuat ikut membakar kantor camat adalah Eta Pelle, Hernaza, Sulaiman Modok. Turut ditahan mantan pensiunan Kapolsek, Alex Solmodok. Sementara kerugian ditaksir sekitar Rp 3 hingga Rp 4 miliar.
Seperti disaksikan Pos Kupang di lokasi kejadian, Sabtu (18/10/2008) siang, kondisi bangunan dan segala isinya di dalam kantor camat tersebut ludes terbakar. Tampak hanya tembok yang masih mengepul asap dan tinggal menunggu roboh dan kantor itu rata tanah. Semua kotak suara diangkat massa dan dibakar di halaman depan kantor camat. Tidak ada barang dan uang termasuk brangkas yang diselamatkan. Uang pribadi milik beberapa pegawai yang saat itu berada di dalam ruangan juga ludes.
Kapolres Rote Ndao, Kompol Juventus Seran, dan sejumlah anggota polisi beserta Wakapolres, AKP Petrus Bae, langsung mengamankan situasi. Sementara sebagian anggota dikoordinasikan untuk mengamankan sejumlah kecamatan lain yang sedang menghitung surat suara termasuk Kantor KPUD setempat. Kemarin sore sekitar pukul 15.00 Wita usai melakukan rapat muspida, Bupati Rote Ndao, Christian Nehemia Dillak, S.H, dan sejumlah muspida langsung turun memantau situasi.
Informasi yang dihimpun Pos Kupang menyebutkan, pada pukul 08.00 kemarin pagi, tiga truk menurunkan massa di Lapangan Busalangga (sekitar 12 km barat Kota Ba'a), dekat kantor camat dan Pasar Busalangga. Massa berkumpul di lokasi itu. Beberapa di antaranya kemudian menyebar dan membawa beberapa minuman keras. Mereka diduga mabuk lalu mulai membakar kantor camat.
Kebetulan hari Sabtu adalah hari Pasar Busalangga. Beberapa orang dari massa berjalan menuju pasar. Namun, melihat gelagat yang tidak baik, intel polisi sempat menyuruh massa membubarkan diri, namun tidak ada yang menggubris.
Sementara saat proses penghitungan berjalan, kantor itu hanya dijaga sekitar belasan anggota termasuk tentara dan hanya salah satu di antara mereka yang membawa senjata.
Pada saat penghitungan hampir rampung dan tinggal penandatanganan berita acara, massa sekitar 200 lebih orang yang menggunakan tiga truk tersebut sudah mulai mengepung kantor itu di semua penjuru. Tak lama batu melayang mengenai kantor itu. Massa merangsek masuk ke dalam kantor dan mengobrak-abrik barang-barang. Selang beberapa saat api mulai merambat. Terlihat kotak suara dibawa keluar dan dibakar.
Melihat lemparan batu dan serangan massa, sekitar 30 lebih orang termasuk panwas kecamatan, PPK, Camat Busalangga dan semua pegawai termasuk anggota linmas, polisi dan tentara lari keluar berhamburan. Bahkan, polisi juga ikut membantu membobol pintu yang terkunci agar para pegawai di dalam bisa lari keluar dan tidak terjebak api. Sejumlah pegawai termasuk anggota PPK dan Panwas terkena batu lemparan. Seorang pegawai yang sedang hamil di dalam kantor juga terkena lemparan.
Polisi hanya mengamankan beberapa berkas yang kebetulan berada di atas meja, termasuk satu buah monitor. Sekitar lima menit kemudian api sudah menjalar di atas seng. Diduga massa melempar bensin di atas seng dan sekitar bangunan sehingga dalam hitungan menit bangunan itu sudah ludes.
Masyarakat sekitar hanya bisa menatap bangunan itu, tanpa membantu memadamkan. Semuanya takut dan panik. Polisi kemudian mengejar sejumlah pelaku yang bersembunyi di rumah salah satu calon Bupati Rote Ndao, Nur Ndu Ufi. Polisi mengangkut belasan orang dari dalam rumah tersebut dan mengejar sejumlah massa yang lari di sekitar rumah warga dan mengamankannya di kantor polisi. Sementara pemadam kebakaran datang saat gedung itu sudah ludes terbakar.
Camat RBL, Thobias Nggili, yang ditemui di lokasi kejadian mengakui, pagi sebelum dimulai penghitungan dia sudah menanyakan keamanan di Kapolsek Busalangga, Marthen Tulle. Tulle mengatakan kondisi aman dan polisi tidak mengeluarkan izin demo sehingga proses penghitungan surat suara bisa berjalan.
23 Ditahan
Kapolres Rote Ndao, Kompol Juventus Seran, yang ditemui di rumah jabatan Bupati Rote Ndao mengakui, pihaknya kini tengah menahan 23 orang yang diduga ikut terlibat termasuk lima orang di antaranya yang menderita luka yang kini dirawat di Rumah Sakit Umum. "Kita sudah menahan 23 orang dan status mereka belum jadi tersangka. Kita masih tahan mereka untuk proses penyelidikan termasuk barang bukti truk," kata Seran.
Sementara salah satu mantan pensiunan polisi yang diduga terlibat, Kapolres Juventus mengakui belum tahu. "Kalau ia pensiunan tidak ada hubungannya dengan institusi," katanya.
Dalam catatan Pos Kupang, sejak pemilihan kepala daerah (Pilkada) langsung digelar di NTT tahun 2005 lalu, tidak terjadi aksi anarkis seperti di Rote. Aksi kekerasan yang terjadi masih dalam batas kewajaran, tidak sampai merusak seperti yang terjadi di Rote.
Seperti diberitakan sebelumnya, rakyat Rote Ndao memberikan suaranya pada pemilihan kepala daerah, Senin (13/10/2008). Pada hari yang sama juga berlangsung pemungutan suara di Ende. Sejauh ini, dari rekapitulasi suara suara, duet Christian Nehemia Dillak-Zacharias Paulus Manafe (paket Nazar) memimpin perolehan suara sementara. (iva)
Pos Kupang edisi Minggu, 19 Oktober 2008 halaman 1