Sanggar Theatre Satu Gelar Apresiasi Puisi

KUPANG, PK---Sanggar Theatre Satu Kupang akan menggelar apresiasi puisi bagi mahasiswa, siswa sekolah dan masyarakat umum serta para seniman lainnya di Unit Pengembangan Teknis Derah (UPTD) Pengembangan Kesenian dan Budaya Daerah Taman Budaya, Sabtu (25/10/2008).

Kegiatan ini mengusung thema Masih Ada Cinta Dalam Daun. Demikian disampaikan pembina sanggar sekaligus ketua panitia penyelenggara, Deki Seo, kepada Pos Kupang di Kantor UPTD Taman Budaya, Selasa (21/10/2008). Menurut Deki, tema yang diangkat berdasarkan fenomena yang terjadi di Kota Kupang. Saat ini orang Kupang menjerit kekurangan air.

Sementara itu, 'hutan-hutan beton' kian subur. Masyarakat, katanya, seperti tidak tahu soal penghijauan. Dari sinilah tajuk ini dipilih dan puisi hadir sebagai penyejuk jiwa agar dalam kegersangan masih ada cinta yang tersisip di antaranya.

Menurutnya, beberapa judul puisi yang akan dipentaskan dipilah dalam beberapa kategori, yakni puisi religius seperti Yesus di Salib, Balada Nikodemus dan Kekasihnya, Puisi Mati, kategori politik seperti Indonesia (puisi air), Kenapa Mesti Lagi Ku Ketuk Pintumu, Di Pasungan, dan kategori umum seperti Potret Sepi, Kugapai Bintangku, Lagu Untuk Sang Perawan (Puisi tanpa wajah).

Puisi-puisi ini, lanjutnya, akan dipentaskan dalam berbagai bentuk. Ia mencontohkan Potret Sepi. Puisi ini sulit sekali untuk dipentaskan karena hanya terdiri dari coretan-coretan, tetapi mampu diterjemahkan oleh Ella Betty menjadi sebuah pertunjukan yang amat kuat.

Contoh lain, katanya, puisi Indonesia yang ditulis oleh Rambu. Puisi ini akan dipentaskan dengan menggunakan air sebagai media penyampaian pergelutan jiwa manusia. Struktur ini terdiri dari air, tanah, ember, selang yang merupakan unsur-unsur yang bersistem dan unsur-unsur tersebut mempunyai hubungan timbal balik dan saling menentukan.

Dalam pementasan sini, katanya, terlihat ide kesatuan sebagai satu kesatuan yang utuh dari bagian-bagian yang membentuknya, lalu ditransformasikan dalam gerak sehingga strukturnya tidak statis, tapi mampu melakukan prosedur- prosedur transformasional.

Menurutnya, apresiasi puisi dibuat sebagai salah satu jenis sastra yang merupakan pernyataan jiwa yang hakiki. Semua unsur sastra mengental dalam puisi, tetapi juga mempunyai sifat, struktur dan konvensi-konvensi sendiri yang khusus.

Apresiasi puisi ini bermaksud memberikan sumbangsih terhadap pemahaman struktur dan konvensi puisi modern ataupun puisi apa saja.

Karena itu, katanya, perlu mempelajari konvensi tersebut dan melihatnya secara nyata agar dapat menambah khasanah bagi penyair.

Menurutnya, di NTT banyak sekali penyair pemula dan penyair yang sudah matang dalam penulisan puisi, tapi jarang juga yang mementaskannya. Kalaupun ada, hanya sebatas kebutuhan akademis atau kebutuhan terbatas.

Untuk itu, ia mengajak kerja sama masyarakat seni, baik dari perguruan tinggi, seniman atau sanggar teater di Kota Kupang.
Teater Satu Kupang berdiri sejak tahun 1998 dengan memulai pentas-pentas Dramaturgi di gereja, namun tahun 2001 agar aktivis gereja dan beberapa mahasiswa diajak bergabung dan mendirikan sanggar ini.

Sampai saat ini, katanya, persiapan menghadapi pertunjukan sudah mencapai 70 persen. Ia berharap sanggar-sanggar teater yang tinggal hanya nama di Kota Kupang bangkit melakukan pementasan yang bergairah dan membangkitkan semangat berkarya bagi generasi muda.Tahun 2008 bulan Oktober akan dipentaskan sebuah cerita rakyat yang naskahnya sudah hampir rampung, tetapi belum diberi judul. (nia)

Pos Kupang 23 Oktober 2008 halaman 10
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes