PERUSAHAAN Daerah Kelautan Kabupaten Kupang, mulai beroperasi tanggal 7 Mei 2002 lalu. Sebagai sebuah perusahaan ia mulai berbenah diri. Dengan penyertaan modal awal dari Pemkab Kupang Rp 1 miliar, manajemen mulai merekrut karyawan, menentukan core bussines (fokus usaha) serta pembenahan administrasi.
Baru di tahun-tahun berikut, perusahaan yang dinakhodai Drs. Mech Saba, M.Si, mulai melakukan inovasi bisnis. Ketika itu penyerahan aset dari pemkab sudah dilakukan. Aset-aset bernilai sekitar Rp 12 miliar ini berupa KMP Timau dan 16 kapal penangkap ikan.
Dalam perjalanan, perusahaan ini membeli dan menjual rumput laut. Namun, pada akhirnya stop karena tak membawa laba. Begitu pula ekspor ikan tak mampu bersaing dengan kompetitor di Denpasar. Kini, usaha ini lebih fokus pada antarpulau bahan bakar minyak (BBM) ke daerah Rote dan Sabu Raijua serta bisnis ikan di aras lokal.
Sekarang baru kita rasakan betapa KMP Timau menjadi begitu vital bagi warga Kabupaten Kupang dan Rote Ndao. Ini jika kita sedikit menoleh ke belakang. Ketika itu banyak pihak tak menyetujui pengadaan kapal yang didatangkan dari galangan kapal Merunda, Jakarta Utara ini. Memang, dapat dipahami alasan kontroversi ketika itu. Saat itu kapal ini diadakan untuk melayani pelayaran publik ke dua wilayah ini. Hadirnya kapal ini dinilai memukul pelayaran rakyat (pelra) ketika itu.
Seiring dengan perubahan status Rote menjadi kabupaten otonom, perusahaan mengalihkan pelayaran publik menjadi pelayaran komersial. Tiap minggu kapal ini mengangkut BBM milik pengusaha Kupang menuju ke dua titik tujuan ini.
Ketika terjadi badai di musim barat dan kapal tak bisa melayani konsumen maka harga BBM di sana melangit, mencapai Rp 25 ribu per botol. Kondisi ini "mematikan" warga karena daya beli tak ada lagi. Karena itu PD Kelautan kini berusaha untuk tak ingkar janji. Ia berusaha mendatangi dua daerah ini lebih awal agar tak terjebak cuaca buruk.
Saat ini PD Kelautan sudah mengantongi izin perusahaan pelayaran dari Departemen Perhubungan RI. Itu artinya ia bisa mengageni kapal-kapal lain dan langsung mengageni kapal milik sendiri. Dari segi biaya semakin ditekan.
Sejak enam bulan lalu pelayaran ke Rote menjadi tiga kali dari dua kali seminggu. Sedangkan pelayaran ke Sabu sebulan satu kali. Pengangkutan BBM ke Rote dikenakan tarif Rp 600 x 140 ribu liter sekali jalan. Sedangkan ke Sabu Rp 800 x 140 ribu liter.
Bagi perusahaan ini, biaya docking kapal dalam dua tahun sekali menelan dana yang tak sedikit. Perusahaan harus mengeluarkan dana Rp 400-Rp 500 juta untuk ongkos docking di Makassar.
Karena itu tahun-tahun sebelum ia mendapat suntikan dana dari Pemkab Kupang mulai 2002-2007 senilai Rp 3 miliar atau bertambah Rp 2 miliar lagi. Menurut Direktur PD Kelautan Mech Saba, pekan lalu, docking kapal pada tahun 2009 akan menjadi tanggungan perusahaan.
Bagi Saba, perusahaan ini maju selangkah demi selangkah. Dan, semuanya tak bergantung pada pemkab. Seharusnya kata dia, dari total aset sekitar Rp 13 miliar Pemkab harus menyertakan modal 30 persen dari total aset atau sekitar Rp 4 miliar.
Ia juga menjelaskan bahwa dalam tata aturan perusahaan tak ada target untuk PAD pemerintah karena ia harus melakukan kalkulasi laba-rugi. Meski demikian secara internal perusahaan ini membuat laporan per semester kepada Pemkab Kupang. Tentang kontribusi PAD, Mech mengatakan, sejak beroperasi PD sudah memberi kontribusi sebanyak Rp 300 juta.
Ada beberapa keuntungan dari hadirnya perusahaan ini, yakni menyerap ratusan tenaga kerja, pada kapal itu menjadi tempat praktik bagi siswa sekolah menengah kejuruan pelayaran Kupang. Selain itu tiap tahun para pelajar melakukan praktik kerja di perusahaan ini serta 20-an mahasiswa melakukan penelitian tentang sistim manajemen akuntansi. (pol)
Pendapatan dan Penjualan Per Segmen Usaha 2002- September 2008
Segmen Usaha Pendapatan/Penjualan HPP/biaya Opr Laba
------------------------------------------------------------------------------------------
Jasa angkutan KM Timau Rp 4.668.696.550.00 Rp 3.631.891.800 Rp 1.036.804.750
Penjualan Ikan Pelagis
dan Demersial Rp 1.764.956.203,50 Rp 1.176.604.138 Rp 588.352.065,50
Penjualan Rumput Laut Rp 1.875.865.075 Rp 1.870.919.266,26 Rp 4.945.808,74
Total Rp 8.309.517.825,50 Rp 6.679.415.204,26 Rp 1.630.102.624,24
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kontribusi PAD Ke Pemkab Kupang
Tahun Jumlah
2003 Rp 125.000.000,00
2005 Rp 25.000.000,00*
2006 Rp 25.000.000,00*
2008 Rp 125.000.000,00
Total Rp 300.000.000,00
---------------------------------------------------------------------------------
* Menjaga cash flow
Penyertaan Modal Pemkab
Tahun Jumlah Keterangan
2002 Rp 1.000.000.000,00 Untuk modal awal
2002-2007 Rp 2.119.380.000,00 Untuk biaya operasional awal aset-aset yang diserahkan dan biaya docking KM LCT Timau
Total Rp 3.119.380.000,00
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pos Kupang edisi Rabu, 22 Oktober 2008 halaman 1
Baru di tahun-tahun berikut, perusahaan yang dinakhodai Drs. Mech Saba, M.Si, mulai melakukan inovasi bisnis. Ketika itu penyerahan aset dari pemkab sudah dilakukan. Aset-aset bernilai sekitar Rp 12 miliar ini berupa KMP Timau dan 16 kapal penangkap ikan.
Dalam perjalanan, perusahaan ini membeli dan menjual rumput laut. Namun, pada akhirnya stop karena tak membawa laba. Begitu pula ekspor ikan tak mampu bersaing dengan kompetitor di Denpasar. Kini, usaha ini lebih fokus pada antarpulau bahan bakar minyak (BBM) ke daerah Rote dan Sabu Raijua serta bisnis ikan di aras lokal.
Sekarang baru kita rasakan betapa KMP Timau menjadi begitu vital bagi warga Kabupaten Kupang dan Rote Ndao. Ini jika kita sedikit menoleh ke belakang. Ketika itu banyak pihak tak menyetujui pengadaan kapal yang didatangkan dari galangan kapal Merunda, Jakarta Utara ini. Memang, dapat dipahami alasan kontroversi ketika itu. Saat itu kapal ini diadakan untuk melayani pelayaran publik ke dua wilayah ini. Hadirnya kapal ini dinilai memukul pelayaran rakyat (pelra) ketika itu.
Seiring dengan perubahan status Rote menjadi kabupaten otonom, perusahaan mengalihkan pelayaran publik menjadi pelayaran komersial. Tiap minggu kapal ini mengangkut BBM milik pengusaha Kupang menuju ke dua titik tujuan ini.
Ketika terjadi badai di musim barat dan kapal tak bisa melayani konsumen maka harga BBM di sana melangit, mencapai Rp 25 ribu per botol. Kondisi ini "mematikan" warga karena daya beli tak ada lagi. Karena itu PD Kelautan kini berusaha untuk tak ingkar janji. Ia berusaha mendatangi dua daerah ini lebih awal agar tak terjebak cuaca buruk.
Saat ini PD Kelautan sudah mengantongi izin perusahaan pelayaran dari Departemen Perhubungan RI. Itu artinya ia bisa mengageni kapal-kapal lain dan langsung mengageni kapal milik sendiri. Dari segi biaya semakin ditekan.
Sejak enam bulan lalu pelayaran ke Rote menjadi tiga kali dari dua kali seminggu. Sedangkan pelayaran ke Sabu sebulan satu kali. Pengangkutan BBM ke Rote dikenakan tarif Rp 600 x 140 ribu liter sekali jalan. Sedangkan ke Sabu Rp 800 x 140 ribu liter.
Bagi perusahaan ini, biaya docking kapal dalam dua tahun sekali menelan dana yang tak sedikit. Perusahaan harus mengeluarkan dana Rp 400-Rp 500 juta untuk ongkos docking di Makassar.
Karena itu tahun-tahun sebelum ia mendapat suntikan dana dari Pemkab Kupang mulai 2002-2007 senilai Rp 3 miliar atau bertambah Rp 2 miliar lagi. Menurut Direktur PD Kelautan Mech Saba, pekan lalu, docking kapal pada tahun 2009 akan menjadi tanggungan perusahaan.
Bagi Saba, perusahaan ini maju selangkah demi selangkah. Dan, semuanya tak bergantung pada pemkab. Seharusnya kata dia, dari total aset sekitar Rp 13 miliar Pemkab harus menyertakan modal 30 persen dari total aset atau sekitar Rp 4 miliar.
Ia juga menjelaskan bahwa dalam tata aturan perusahaan tak ada target untuk PAD pemerintah karena ia harus melakukan kalkulasi laba-rugi. Meski demikian secara internal perusahaan ini membuat laporan per semester kepada Pemkab Kupang. Tentang kontribusi PAD, Mech mengatakan, sejak beroperasi PD sudah memberi kontribusi sebanyak Rp 300 juta.
Ada beberapa keuntungan dari hadirnya perusahaan ini, yakni menyerap ratusan tenaga kerja, pada kapal itu menjadi tempat praktik bagi siswa sekolah menengah kejuruan pelayaran Kupang. Selain itu tiap tahun para pelajar melakukan praktik kerja di perusahaan ini serta 20-an mahasiswa melakukan penelitian tentang sistim manajemen akuntansi. (pol)
Pendapatan dan Penjualan Per Segmen Usaha 2002- September 2008
Segmen Usaha Pendapatan/Penjualan HPP/biaya Opr Laba
------------------------------------------------------------------------------------------
Jasa angkutan KM Timau Rp 4.668.696.550.00 Rp 3.631.891.800 Rp 1.036.804.750
Penjualan Ikan Pelagis
dan Demersial Rp 1.764.956.203,50 Rp 1.176.604.138 Rp 588.352.065,50
Penjualan Rumput Laut Rp 1.875.865.075 Rp 1.870.919.266,26 Rp 4.945.808,74
Total Rp 8.309.517.825,50 Rp 6.679.415.204,26 Rp 1.630.102.624,24
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kontribusi PAD Ke Pemkab Kupang
Tahun Jumlah
2003 Rp 125.000.000,00
2005 Rp 25.000.000,00*
2006 Rp 25.000.000,00*
2008 Rp 125.000.000,00
Total Rp 300.000.000,00
---------------------------------------------------------------------------------
* Menjaga cash flow
Penyertaan Modal Pemkab
Tahun Jumlah Keterangan
2002 Rp 1.000.000.000,00 Untuk modal awal
2002-2007 Rp 2.119.380.000,00 Untuk biaya operasional awal aset-aset yang diserahkan dan biaya docking KM LCT Timau
Total Rp 3.119.380.000,00
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pos Kupang edisi Rabu, 22 Oktober 2008 halaman 1