Ben Mboi: Tokoh yang Jujur dan Berani

Ben Mboi
SESEPUH masyarakat Sikka, Drs. Daniel Woda Pale mengaku orang paling beruntung masih sempat bersama dengan almarhum dr. Ben Mboi, di  hari-hari terakhir hidupnya sebelum dipanggil Tuhan, Selasa (23/6/2015).

"Saya jenguk dia minggu lalu (12 Juni 2015). Anak saya beritahu saya, Bapak, Bapak Ben Mboi masuk rumah sakit di Lantai II Kamar ICU Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta. Kami bertiga, istri dan anak saya jenguk. Saya kaget, ketika dia lihat saya, dia masih kenal saya," cerita Dan Pale, di kediamannya di Kota Maumere, Selasa (23/6/2015).

"Kami berbicara. Ada putra sulungnya, ada ibu Nafsiah Mboi. Saya kaget, aduh pak (Ben Mboi), Pak lebih gagah daripada waktu menjadi gubernur. Wajahnya halus, gemuk dan bercahaya. Saya pikir dia sangat sehat. Satu dua hari mungkin dia sudah pulang rumah. Tadi pagi saya mendapat berita dia meninggal, saya juga heran," tutur Dan Pale, mengenang pertemuan terakhir  dengan almarhum Ben Mboi, 12 Juni 2015  di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta.

Selama 30 menit bersama almarhum, kata Dan Pale, mereka banyak bernostalgia tentang masa lalu ketika almarhum Ben Mboi menjadi Gubernur NTT dan Dan Pale menjadi Bupati Sikka. "Dia sangat senang melihat saya. Kami banyak bercerita masa lalu. Saya dulu kan juga dibilang agak nakal. Ben Mboi itu blusukannya lebih dari Presiden Jokowi. Jokowi itu dengan mobil, tapi Ben Mboi jalan kaki dari desa ke desa, dari kebun ke kebun," kenang Dan Pale.

Dan Pale menceritakan, seringkali mengakali Ben Mboi ketika blusukan ke desa-desa di Sikka. "Saya juga agak nakal waktu itu. Kalau saya tahu gubernur mau turun, saya usahakan pakai pakaian yang agak kotor dan lusuh. Ibu Nafsiah biasanya bisik ke pak Gubernur, tuh pak bupati sudah capek itu. Gubernur pasti bilang, sudah bupati, kita main badminton saja," cerita Dan Pale dengan mata berkaca-kaca.

Di mata Dan Pale, almarhum Ben Mboi adalah  pribadi  tegas, keras hati, berkemauan keras, jujur dan sangat simpatik. "Ada orang keras, tetapi seperti tidak enak. Dia (almarhum Ben Mboi) keras, tetapi membuat enak, senang. Tidak menyusahkan hati orang, malah membuat kita aman di dekatnya," kata Dan Pale.

Dan Pale mengisahkan betapa Ben Mboi suka blusukan berjalan dari kampung ke kampung, kebun ke kebun melewati lembah, bukit, sungai untuk bertemu dengan masyarakatnya.

"Gubernur itu terkenal dengan operasi Nusa Makmur. Saya kira dia ada di Kupang itu tidak lama, lebih banyak waktu beliau langsung ke desa-desa, meski waktu itu belum ada jalan, belum ada hand-phone," kisah Dan Pale.

Operasi Nusa Makmur, kata Dan Pale, adalah cita-cita gubernur Ben Mboi kala itu untuk membebaskan NTT dari kekurangan pangan. Ben Mboi menggalakan gencar tanaman pangan, peternakan sistem paronisasi dan berbagai program lainnya. 

Kepribadian Ben Mboi yang harus menjadi contoh bagi para pemimpin di NTT, kata Dan Pale, adalah sikap jujur, berani. Tidak hanya menginstruksikan, tetapi juga turun langsung cek, mengawas dan tanya apa yang sudah dibuat dan apa yang belum dibuat.
Menurut Dan Pale, filosofi ini harus dimiliki oleh para pemimpin masa kini, yakni belajar dari masa lalu. "Hari ini ada karena ada hari kemarin. Harus lihat apa yang kemarin telah dibuat, supaya kita bisa melanjutkan," imbau Dan Pale.

Dan Pale mengenang Ben Mboi sejak masih duduk di bangku SMP Ndao Ende. "Sejak saya SMP, dr. Ben Mboi dan dr. Hendrik Fernandez (mantan Gubernur NTT) itu menjadi buah bibir di sekolah. Mereka terkenal cerdas, jadi panutan untuk sekolah kami. Sampai saya mengenal almarhum Ben Mboi, setelah dia menjadi gubernur. Selamat jalan dr. Ben Mboi," kata Dan Pale. (lik)

Sumber: Pos Kupang 24 Juni 2015 halaman 1



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes