Enoneten Menjaga Hutan

SAAT ini seluruh dunia sibuk membicarakan tentang isu lingkungan terkait ancaman pemanasan global. Dan, salah satu cara menghambat pemanasan global adalah melakukan gerakkan menanam.

Namun, tidak demikian dengan masyarakat di Desa Enoneten- Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Warga di desa ini sudah bertahun-tahun membuat kearifan lokal dengan menjaga hutan yang berada di desa mereka. Bagi mereka, hutan merupakan warisan leluhur dan harus diteruskan lagi pada anak cucu mereka.

Warga di desa yang berjarak sekitar 17 km dari SoE, ibukota Kabupaten TTS ini dengan setia menjaga setiap jengkal hutan warisan leluhur. Dalam hutan ini terdapat aneka tanaman di antaranya mahoni, kayu merah, aneka jenis tanaman perdu, johar, asam, gamelial, beringin dan aneka pohon lainnya.
Rata-rata tinggi pohon ini mencapai 20 meter. Sinar matahari bahkan tidak sampai menembusi lebatnya hutan yang dirawat warga desa itu.

Dalam kawasan hutan ini juga hidup rusa, babi hutan, kus-kus dan berbagai jenis burung serta hewan lainnya. Desa ini yang merupakan pemecahan dari Desa Mio ini memiliki luas 21 km persegi dan berpenduduk sekitar 1.585 jiwa atau 391 kk (tahun 2008).

Kawasan hutan di Desa Enoneten ini masuk dalam kawasan hutan Bayafa seluas 1.896 hektar. Hutan ini telah diregister oleh pemerintah melalui Dinas Kehutanan Kabupaten TTS (Registrasi Tanah Kehutanan/RTK) 34. Dan, hutan yang masuk wilayah Desa Enoneten seluas 262 hektar atau dikenal dengan kawasan hutan Oeayo.

Menurut tokoh masyarakat dan juga Kepala Dusun Enoneten, Melkior Tse, kawasan hutan Oeayo merupakan kawasan yang telah dijaga secara turun temurun oleh nenek moyang mereka. Keteguhan hati untuk menjaga hutan ini menjadikan hutan ini tetap perawan hingga saat ini.

Sikap hormat pada nenek moyang diwujudkan melalui sikap mereka menjaga kelestarian dan kemurnian hutan itu.
Sejak tahun 2000, bersama dinas kehutanan, warga desa ini mulai menfaatkan lahan hutan dengan menanam kemiri.
Kesadaran masyarakat Enoneten bukan saja menjaga hutan. Lahan pertanian mereka yang bisa mereka sebut dengan belukar juga dikonversi menjadi hutan kemiri, sehingga lahan hutan yang ada terus melebar.

Bagi Melkior Tse dan masyarakat Enoneten, menjaga dan melindungi hutan diyakini hanya kewajiban yang harus dilaksanakan secara turun temurun. Mereka melakukan apa yang menjadi kewajiban mereka. Mereka tetap menjaga kearifan lokal yang sudah diturunkan oleh nenek moyang mereka.

Menjaga hutan juga membuat mereka kini tidak kekurangan air. Selain itu kini mereka juga menikmati hasil hutan dari kawasan yang selalu dijaga dan dilindungi.


Ketersediaan pangan bukan menjadi masalah buat warga desa ini, namun masyarakat hanya membutuhkan fasilitas jalan yang lebih baik serta penerangan listrik. Mereka berharap, ada perhartian pemerintah dalam sarana tranportasi dan penerangan listrik buat mereka. (Alfred Dama)

Pos Kupang 3 Juli 2010 halaman 5
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes