Uang panas

BELAKANGAN ini orang-orang di Kota Kupang atau warga masyarakat di beberapa kota kabupaten, kota kecamatan atau masyarakat yang bermukim tak jauh dari pantai, terasa gerah pada siang atau malam. Apalagi kalau langit terlihat mendung. Gerah yang terasa pada malam hari membuat suasana tidur pun tidak nyaman.

    Gerah atau panas lengas dikenal dalam kamus sehari-hari sebagai tanda hari hendak hujan. Suasana ini biasanya disertai kurangnya hembusan angin. Ini membuat badan berasa panas dan keringatan. Tapi orang yang keringatan karena gerah itu tentu beda dengan orang yang keringatan karena kepedasan makan lombok.

    Dikalangan elit politik saat ini, rasa gerah itu bukan lantaran pertanda hari akan hujan. Tapi, karena perannya di masa lalu mulai dikuak. Tentu saja peran yang merugikan banyak orang. Rasa gerah itu sudah terasa setelah pemilu lalu. Setelah partainya masuk dalam kelompok peraih suara terbanyak, skenario pun diatur. Lalu disusul dengan manuver-manuver. Ya, untuk apa kalau bukan untuk menggolkan calonnya duduk di kursi teratas. Atau bagaimana supaya orang-orang dari partainya lebih khusus lagi dari kliknya dalam partai itu, bisa meraih posisi cukup menentukan. caranya, duit dimainkan atau kerennya, money politics. Duit dari mana? Ya, mencetak uang asli tapi palsu tidak mungkin. Karena itu, pengusaha pun dicecar. Kenapa mereka dicecar? Alasannya mereka itu kan menjadi besar karena telah mendapat semacam konsesi di masa lalu. Jadilah Bank Bali salah satu korbannya. Dirutnya dipenjara sementara yang mencecer tetap leluasa bergerak malah dilantik sebagai pejabat ini pejabat itu, pokoknya mendapat proteksilah.

    Duit dimainkan untuk tujuan apa? Supaya orang-orang dari kliknya itu bisa naik. Dengan naiknya orang-orang yang diperjuangkan itu maka mereka bisa cuci tangan dari permainan kotor yang telah mereka lakukan.

    Pada hari-hari ini, kegerahan sangat mereka rasakan. Apalgi nama-nama mereka ditulis terang-terangan oleh media massa cetak. Bisa dibayangkan, betapa tidak tenangnya hidup mereka. Duduk di kursi mobil mewah tapi pantat terasa panas padahal udara sejuk terpancar terus-menerus dari AC mobil mengenai jidat mereka.

    Ini suatu gelagat baik. Pertanda, orang-orang seperti itu bakal dikikisbersihkan. Benarkah begitu? Mudah-mudahan!

    Di NTT, dalam menangani arus pengungsi dari Timor Timur, tidak sedikit orang bekerja keras membantu karena landasan kasih, karena panggilan nurani yang tulis. Tapi kalau mau jujur, tidak sedikit pula yang bekerja karena pamrih. Mudah-mudahan hasil kerja pembangunan barak-barak pengungsi yang diprotes camat Sulamu di Kabupaten Kupang itu dibangun atas landasan pamrih.

    Orang-orang bijak selalu mengingatkan bahwa para penjudi tidak akan menjadi kaya dari hasil perjudian. Kalaupun menjadi kaya raya, itu pun tidak langgeng, tidak bertahan. Soalnya, orang-orang seperti itu bergelimang di atas uang panas. Sekali dia ambruk, dia akan jatuh melarat tidak kepalang tanggung. Pernyataan itu tidak mengada-ada tapi mengacu pada pengalaman, diangkat dari fakta yang pernah terjadi.

    Uang panas tidak saja didapat melalui permainan judi tetapi melalui cara-cara yang tidak sah, apalagi dari himpitan penderitaan orang lain. Uang panas, kata orang, biasanya tidak membawa berkah. Buktinya? Banyak contoh tentang itu.

    Saat itu, para pengungsi asal Timor Timur yang masih ada di wilayah NTT, khususnya di daratan Pulau Timor bagian barat sangat meraaskan betapa gerahnya tidur berbulan-bulan di bawah tenda terpal plastik atau di bawah naungan pohon atau di barak-barak darurat. Masihkah kita menangguk untung dari keadaan mereka? (marcel weter gobang)

Sumber: SKH Pos Kupang edisi Senin 8 November 1999 hal 1

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes