Shin Tae-yong |
Bahkan sekarang ada stasiun televisi menempatkan drakor sebagai program hiburan utama.
Ada drakor sesi pagi, sesi siang dan drakor malam. Ratingnya memang tinggi sih.
Kisah romantisme ala Korea yang kadang mengurai air mata rupanya mendapat pasar spesial di Indonesia.
Di luar layar kaca itu, ada “drama” lain pula yang sedang menyedot perhatian publik negeri ini. Sama-sama berwarna Korea.
Drama di panggung sepak bola.
Aktornya PSSI dan pelatih tim nasional (timnas) asal Korea Selatan (Korsel), Shin Tae-yong.
Episode teranyar soal surat-menyurat. PSSI mengirim sepucuk surat kepada Shin Tae-yong.
Isinya meminta pelatih timnas Indonesia tersebut segera kembali ke Indonesia.
Paling lambat hari Senin tanggal 29 Juni 2020.
Ini mirip panggilan polisi. Bernada ultimatum.
Ya, sudah menjadi pengetahuan publik terutama penggemar sepak bola di tanah air bahwa ada friksi antara PSSI dengan Shin.
Sepekan terakhir kisruh itu menghiasi ruang pemberitaan olahraga di Indonesia.
Pun di negeri ginseng Korea Selatan.
Seperti diberitakan Kompas.Com, Ketua Satgas Timnas Indonesia, Syarif Bastaman, mengatakan pihaknya telah melayangkan surat kepada Shin Tae-yong.
PSSI meminta Shin kembali ke Indonesia.
Shin masih berada di negaranya, Korea Selatan.
Sama seperti kebanyakan orang di dunia, dia belum leluasa bepergian karena pandemi Covid-19 alias virus corona.
"Untuk kick-off meeting, kami sudah undang beliau datang ke sini, resmi melalui undangan PSSI," kata Syarif Bastaman.
Menurut Syarif, selain demi meluruskan polemik, kedatangan Shin Tae-yong amat dibutuhkan timnas Indonesia agar segera memulai latihan.
PSSI menolak permintaan Shin agar latihan timnas berlangsung di Korea Selatan.
Shin yang harus ke Indonesia, bukan pemain yang terbang ke Seoul.
Friksi yang viral itu berawal dari curhat (curahan hati). Curhat Shin Tae-yong (51) kepada media Korea Selatan, Naver Sports, pekan silam.
Tepatnya di sebuah kafe di Kota Seoul pada tanggal 17 Juni 2020.
Begini ceritanya. Shin mengungkap kekecewaannya terhadap PSSI.
Dia menilai PSSI tidak konsisten memegang janji dan menyusun kebijakan untuk timnas Indonesia.
"PSSI sering berganti pengurus dan kebijakannya," kata Shin seperti dilansir Bolasport.com dari Naver Sports.
"Sekretaris Jenderal, (Ratu) Tisha yang berkemampuan besar dan sangat disukai oleh masyarakat pun keluar secara tiba-tiba pada April lalu," kata Shin.
Shin Tae-yong pun menyinggung mantan pelatih timnas U-22 Indonesia, Indra Sjafri, yang dinilainya melakukan kesalahan ketika timnas U-19 Indonesia sedang training camp (TC) di Thailand pada Januari 2020 lalu.
Saat itu, diceritakan Shin Tae-yong, Indra Sjafri pulang lebih dulu tanpa izin dari dia sebagai pelatih kepala.
Namun yang membuat Shin Tae-yong lebih heran, alih-alih diberi sanksi, Indra Sjafri justru ditunjuk sebagai Direktur Teknik PSSI.
"PSSI meminta merekomendasikan coach lokal (Indra Sjafri) dan saya terima saja. Akan tetapi, setelah selesai TC Thailand, coach lokal tersebut pulang saja tanpa izin," ujar Shin Tae-yong.
"Meeting hari esoknya saya ingin memaafkan jika dia mengaku kesalahanya, tetapi malah kelakuannya seolah-olah tidak salah apa-apa."
“Kemudian Ketua Umum PSSI, purnawirawan perwira tinggi Polri, memanggil saya untuk bertemu. Dua bulan kemudian, coach (pelatih) yang tadinya dikeluarkan menjadi berjabat sebagai Direktur Teknik (PSSI),” tandasnya.
Keputusan PSSI membuat Shin Tae-yong kesal.
Mantan pelatih klub Seongnam Ilhwa Chunma itu menyebut PSSI seharusnya fokus padanpersoalan sepak bola serta berusaha agar timnas Indonesia lebih berprestasi.
"Negara-negara yang sepak bolanya maju itu masyarakat lebih mengetahui tentang federasi secara transparan," kata Shin.
Nyanyian Shin bikin geger. Jagat sepak bola Indonesia panas. PSSI tersentil dan langsung bereaksi.
Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri menyebut pernyataan Shin banyak bohongnya.
Indra Sjafri mengatakan, ia mendampingi Shin dalam tim merupakan bagian dari kesepakatan kontrak.
"Shin setuju saya menjadi bagian tim kepelatihan timnas. Bahkan saat saya meminta tambahan satu nama pelatih lokal lagi, yang saya rekomendasikan Nova Arianto, dia juga setuju," ujar Indra tiga hari setelah Shin berceloteh di Korsel.
Pelatih asal Sumatera Barat itu mengaku sudah minta maaf kepada Shin atas tindakannya pulang lebih dulu ke Indonesia dari lokasi TC di Thailand untuk menghadiri pernikahan putri pelatih Rahmad Darmawan.
Namun, Shin Tae-yong yang kecewa mengusirnya keluar dalam sebuah rapat pada 3 Februari 2020.
"Shin minta saya keluar ruangan. Saya pun ikuti permintaannya. Saya ke luar ruangan dan merenung di sana," ucap Indra.
"Jadi tidak benar kalau saya dikatakan tidak mendampingi dirinya sejak awal perkenalan di Hotel Mulia, lalu disebut mangkir dan juga tidak pernah meminta maaf. Bohong semua itu," kata Indra.
Bantahan juga dikeluarkan Indra Sjafri terkait tudingan sebagai penentu pemilihan pemain ketika Timnas Indonesia kalah 1-4 dari Persita Tangerang dalam laga uji coba.
"Bagaimana mungkin saya dibilang menjadi penentu, sementara saat rapat penentuan pemain saya sudah diusir keluar?" ujar Indra.
Indra Sjafri mengaku memiliki hubungan baik dengan Shin dan mendukung pelatih asal Korea Selatan tersebut
"Tapi tiba-tiba dia membuat berita yang tidak perlu dan banyak bohongnya," ungkap mantan pelatih Bali
United ini.
"Kami harus tegaskan bagaimana duduk perkara sebenarnya. Agar publik tahu lengkap dan tidak sepotong-potong. Ini soal harga diri bangsa kita diperlakukan seperti ini," kata Indra lagi.
Begitu kira-kira silang sengkarut antara PSSI dan Shin Tae-yong.
Sampai kemarin belum ada tanggapan dari Shin apakah dia akan terbang ke Jakarta pada 29 Juni 2020 atau tidak.
Tidak Menguntungkan
Silang pendapat tersebut jelas tidak menguntungkan bagi persepakbolaan nasional. Kuat kesan tidak akur. Shin Tae-yong kecewa terhadap keputusan PSSI.
Demikian sebaliknya PSSI tidak bisa menerima begitu saja pernyataan Shin.
Shin menyebut PSSI kurang transparan. Boleh jadi benar.
Sebagai pelatih profesional dari negara dengan tradisi dan prestasi sepakbola terbaik di Asia, Shin tak mungkin asal omong.
Idealnya asosiasi sepak bola itu selalu memposisikan diri sebagai regulator dan fasilitator yang menjamin terciptanya iklim kompetisi yang profesional .
Dengan begitu dapat menciptakan prestasi timmas yang setinggi-tingginya.
Kisruh yang sekarang menyembul pasti mendapat perhatian dunia dan menjadi ujian bagi PSSI di bawah kepemimpinan Mochamad Iriawan.
Maklum Indonesia sudah mendapat kepercayaan FIFA sebagai tuan rumah tunggal penyelenggaraan putaran final Piala Dunia U-20 tahun depan.
Di tengah persiapan menyambut event bergengsi tersebut, perkara demi perkara menyelimuti PSSI.
Belum lagi dampak pandemi Covid-19 yang membuat kompetisi sepak bola Indonesia mati suri.
Sampai hari ini bahkan belum ada jadwal pasti kapan liga Indonesia musim 2020 bergulir lagi.
PSSI baru sebatas menyebut bulan September atau Oktober nanti.
Tanggal 13 April 2020, publik sepak bola tanah air terkejut ketika Ratu Tisha Destria mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal PSSI.
Sebulan kemudian, tepatnya 18 Mei 2020, Cucu Somantri meninggalkan kursi CEO PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan perkara terbaru adalah perseteruan Shin Tae-yong dengan Indra Sjafri.
Bila bara api konflik tersebut tidak segera dipadamkan, dampak ikutannya sudah bisa kita tebak.
Bisa membawa implikasi sangat serius bagi sepak bola Indonesia dalam usaha mewujudkan target di Piala Dunia U-20 tahun depan serta target lain misalnya kualifikasi Piala Dunia senior serta Piala AFF.
Tahun lalu ketika memilih Shin Tae-yong sebagai pelatih kepala timnas Indonesia, PSSI mengacu pada reputasi dan prestasinya yang memang luar biasa.
Di level klub, misalnya. Shin pernah membawa Seongnam menjuarai Liga Champion Asia.
Untuk timnas, dialah pelatih yang membuat rakyat Jerman sakit hati tak terkira.
Shin Tae-yong adalah sang arsitek Korsel kala menggasak Jerman 2-0 di Piala Dunia Rusia 2018.
Masyarakat Indonesia tentu berharap Shin bisa membentuk timnas yang solid, bermain apik hingga boleh menciptakan kejutan di Piala Dunia U-20 tahun depan.
Target juara mungkin berlebihan, tapi sebagai tuan rumah setidaknya tim Garuda muda tampil sebaik mungkin. Jangan sampai kalah melulu.
Indonesia dambakan Shin lebih bersinar ketimbang pendahulunya pelatih asing seperti Alfred Riedl, Jacksen F Tiago, Luis Milla dan terakhir Simon McMenemey.
Untuk itu Shin Tae-yong butuh kepercayaan dan otoritas penuh untuk membentuk dan membina tim.
Tidak boleh ada matahari kembar.
Jauhkan dari keputusan mendadak yang tidak sejalan dengan program kerja yang telah dia canangkan.
Sesungguhnya tidak sulit berkaca pada cara asosiasi sepak bola negara lain yang lebih maju prestasinya.
Mereka lazimnya memberi otoritas penuh kepada pelatih tim nasional untuk bekerja sesuai indikator kinerja yang jelas dan terukur.
Bila kisruh sekarang berlarut-larut bahkan berujung Shin Tae-yong mundur dari kursi pelatih timnas, dampaknya sangat besar bagi Indonesia.
Menjadi preseden buruk. Kita kehabisan energi dan waktu.
Sementara Piala Dunia U-20 sudah di depan mata. Kompetisi belum bergulir.
Persiapan timnas bakal berantakan karena tidak mudah mendapatkan pelatih berkualitas.
Oleh sebab itu PSSI harus mempertemukan Shin Tae-yong dan Indra Sjafri.
Mereka perlu segera menyelesaikan masalah ini dengan sikap profesional, jiwa besar dan kerendahan hati.
Kepentingan sepak bola nasional harus di atas segalanya.
Semoga drama di panggung sepak bola Indonesia ini berakhir indah buat semua. (dion db putra)
Sumber: Tribun Bali