Sepotong Cokelat buat Mario

Mario Balotelli (AP)
Catatan Sepakbola Dion DB Putra

PERHELATAN
Piala Eropa 2012 di Polandia-Ukraina akan lama mengenang nama ini, Mario Balotelli.  Why always me? Mungkin saja  striker tim nasional (timnas)  Italia berusia 22 tahun itu akan mengulang komentar begini.  Mario,  mengapa lagi-lagi Mario Balotelli yang akan dikenang?

Italia yang terseok-seok sejak babak kualifikasi serta penyisihan grup lalu menang untung-untungan lewat adu penalti atas Inggris di perempatfinal, justru bermain sempurna. Menggilas  Jerman 2-1 di Stadion Nasional Warsawa-Polandia,  Kamis malam 28 Juni 2012.  Italia ke final Euro 2012 menantang juara bertahan Spanyol.

Bayangkan Italia 2012 tanpa Mario? Di tengah krisis pemain bintang serta penampilan tim yang ngos-ngosan, Mario Balotelli menyuguhkan permainan fantastik di laga hidup mati melawan tim favorit Jerman. Dua golnya meruntuhkan penampilan sempurna Jerman sejak penyisihan grup.

Gol pertama Balotelli melalui tandukan kepala memanfaatkan umpan terukur Antonio Cassano dan gol kedua lewat tendangan akurat kaki kanan yang bersarang mulus di sudut kiri gawang Die Mannschaft yang dikawal Manuel Neuer. Dua gol cepat pada babak pertama itu merupakan momentum emas Italia dan hasil terbaik dalam sejarah penampilan mereka di Piala Eropa. Ketika babak kedua Jerman menyerang habis-habisan untuk mengejar ketinggalan, hasilnya cuma sebiji gol penalti Mesut Ozil  pada masa injury time. Gol yang sangat terlambat untuk mengembalikan peluang Der Panzer. Itulah sebabnya Mario Balotelli yang lahir di Palermo,  12 Agustus 1990 bakal lama dikenang rakyat Italia.

Pemain klub  juara Liga Inggris, Manchester City  itu kerap bertingkah aneh  di luar lapangan. Mulai dari kasus bermain kembang api di dalam rumah, mengunjungi klub wanita bugil di Manchester, terlibat cinta segitiga hingga keusilannya membagi-bagikan uang sebagai sinterklas pada hari Natal.

Why always me merupakan ungkapan  Balotelli yang mempersoalkan mengapa selalu dia yang jadi sorotan. Mengapa selalu dia yang menjadi korban terutama terkait pelecehan rasial. Di tengah pesta bola di Polandia-Ukraina 2012 pelecehan rasial justru  datang dari media di negaranya sendiri.

Media olahraga terbitan Milan, Gazetta dello Sport menggambarkan striker berkulit legam ini  sebagai kingkong yang sedang memanjat Big Ben, menara jam raksasa yang jadi ikon Kota London.

Karikatur ini dicetak pada hari Minggu 24 Juni 2012 sesaat setelah  Italia memulangkan Inggris dalam laga perempatfinal melalui drama adu penalti di Kiev, Ukraina. Telegraph melukiskan gambar itu mau menunjukkan peran signifikan Balotelli mengantar Italia ke semifinal dan Balotelli yang menjadi eksekutor pertama Gli Azzuri sukses menjebol gawang Joe Hart, rekan setimnya di City.

Protes pun membanjiri kantor La Gazetta. Publik menolak penggambaran atas pemain keturunan Ghana ini karena berbau rasial. "Ini bukan pertama kalinya kami melihat gambar serupa dan kami berpikir media harusnya bertanggung jawab. Bagaimana bisa mereka bisa menggambarkan Mario seperti itu?" ungkap juru bicara organisasi pluralisme, Kick It Out.

Gazetta akhirnya minta maaf.  "Sejumlah pembaca kami menyampaikan protes soal kartun  karya Valerio Marini. Balotelli digambarkan sebagai Kingkong. Kami bisa mengatakan dengan jujur bahwa itu bukan salah satu karya terbaik dari kartunis berbakat kami," ujar La Gazzetta. "Namun, mereka yang menuduh bahwa Gazetta dan Marini rasis telah bertindak melampaui batas. Harian ini selalu berjuang melawan segala bentuk rasisme di setiap stadion dan mengecam cemoohan yang diarahkan kepada Balotelli sebagai tindakan tidak layak yang tidak dapat diterima," demikian pernyataan La Gazetta.

Bagaimana reaksi Mario terhadap beragam masalah yang menderanya? Mengingat usianya yang masih muda, dia ternyata cukup bijak. "Saya tidak pernah peduli dengan apa yang orang katakan tentang saya. Dalam suatu periode yang buruk, orang bisa berkata apa pun tentangmu dan bilang yang mereka suka. Namun saya hanya fokus pada sepakbola, rekan, manajer, pacar serta keluarga saya. Setiap orang boleh berkata apa pun tentang saya, namun semua yang dikatakan orang lain sama sekali tidak penting bagiku. Saya akan berusaha menjadi diriku sendiri,  apa adanya," kata pemain yang juga kesohor dengan julukan Super Mario tersebut.

                                                ***
MILIARAN pasang mata sejagat pasti mengingat momen ini. Setelah laga melawan Jerman di Kiev 28 Juni 2012 berakhir, para pemain Italia langsung berkumpul dan merayakan kesuksesan. Tidak demikian dengan Balotelli. Dia berjalan menuju tribun mendekati ibu angkatnya, Silvia Balotelli.  Ia mencium ibunya. "Saya menemui ibu, itu momen terbaik. Saya bilang kepadanya gol  (ke gawang Jerman) ini untuknya," kata Balotelli seperti  dikutip Football Italia.

"Saya menunggu sangat lama untuk momen ini, terutama karena ibu saya tidak lagi muda dan tidak bisa melakukan perjalanan jauh, jadi saya harus membuatnya bahagia saat dia datang ke sini. Ayah saya juga akan ada di Kiev untuk menyaksikan pertandingan final. Memiliki orang terdekat memompa semangat saya," lanjut mantan FC Inter Milan tersebut.

Ternyata hati Balotelli tak seangker wajah dan profil tubuhnya yang kekar-legam. Dia mudah trenyuh dan menangis. Ibu angkat Mario Balotelli, Silvia Balotelli, mengungkapkan bahwa Mario menangis setelah pertandingan lawan Jerman. Itu jarang terjadi. Terakhir kali Balotelli menangis karena Jose Mourinho. "Sangat sulit melihat Mario menangis. Terakhir kali dia menangis mungkin karena Jose Mourinho," kata Silvia kepada La Gazzetta dello Sport. Namun, dia tak menyebutkan apa yang dilakukan Mourinho hingga Balotelli menangis. "Ketika merasa kesulitan, diserang atau dikhianati, Mario bereaksi dengan mengasingkan diri. Itu yang terjadi sebelum pertandingan melawan Irlandia," jelas Silvia.

"Kami sempat berjuang mengontaknya dan dia tak menjawab pesan kami. Itulah sebabnya, saya menangis bahagia. Dua gol itu sangat luar biasa dan terjadi di pertandingan penting. Itu telah membebaskan dia, karena bakat dan kegeniusannya telah keluar. Dia  mampu membuktikan apa yang ingin ia lakukan," jelasnya.

Mario lahir dari ayah-ibu asli Ghana, Afrika. Dia diadopsi keluarga Balotelli saat berusia dua tahun. Dia amat dekat dengan orangtua angkatnya. Bahkan, dia sering menceritakan kemenangan kepada mereka, terutama kepada ayahnya, Franco Balotelli. Namun, Franco sudah amat tua dan tak bisa sering menyaksikan Balotelli bertanding.

"Sangat sulit baginya untuk memeluk saya seperti itu di depan banyak orang. Seperti halnya anak muda lainnya, dia (Balotelli) agak malu terlihat dengan ibunya. Tapi, di momen seperti itu, dia kelewat bahagia. Dia berbisik di telinga saya agar saya membawa ayahnya ke Kiev. Saya kemudian pulang ke Italia dan kami berdua akan berada di sana, Minggu 1 Juli 2012," janjinya. Italia melawan Spanyol di final Piala Eropa 2012 di Kiev, Minggu atau Senin 2 Juli 012 dinihari Wita.

Silvia agak menyesalkan tindakan Balotelli melepaskan baju, setelah mencetak gol kedua ke gawang Jerman. Namun, dia bisa memahami psikologinya. "Dia sangat kesal kepada siapa pun yang mengkritiknya karena tidak melakukan selebrasi kala mencetak gol. Maka, dia mencari cara lain dalam merayakan gol," jelas Silvia.
"Anak saya sering mengatakan bahwa ia bukan arogan, tapi dia merasa dia memiliki sesuatu yang spesial. Itu yang sering ia katakan," tambahnya.

Menurut La Gazzetta dello Sport, ayah angkat Balotelli, Franco, tak hanya akan menyaksikan anaknya bertanding lawan Spanyol. Ia juga akan membawa beberapa potong cokelat. Ini sudah menjadi kebiasannya memberi hadiah cokelat kepada Balotelli ketika  masih kecil. Silvia juga mengucapkan terima kasih kepada Pelatih Italia, Cesare Prandelli. Sebab, dia memberi kesempatan kepada anaknya bertanding di Piala Eropa guna membuktikan kemampuannya. "Prandelli orang baik dan dia telah mengajarkan banyak hal penting kepada anak saya," kata Silvia.

Kini tugas berat menanti Mario Balotelli dan kawan-kawan. Sanggupkah dia ikut mewujudkan mimpi Italia kembali meraih tropi Piala Eropa setelah menunggu selama 44 tahun? Penentuannya adalah melawan Spanyol 1 Juli 2012 di Kiev.

Kerinduan publik Italia sangat kental. Persis seperti dikatakan sang maestro di lapangan tengah, Andrea Pirlo. "Percuma lolos ke final tanpa menang atas Spanyol, sama seperti percuma pergi ke Roma tetapi tidak bertemu  Paus." Italia pasti pulang ke Roma setelah pesta Euro 2012, dan mereka mau pulang dengan membawa tropi Piala Eropa. Sebagai warga Kota Roma, Paus Benediktus XVI  pastilah tersenyum karenanya. (*)

Kairagi-Manado, Minggu dinihari 1 Juli 2012 (buat fans Squadra Azzura)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes