SEMARANG, PK -- Masyarakat ternyata masih bingung dalam menentukan calon anggota legislatif pada Pemilihan Umum 2009 meskipun sosialisasi dan kampanye terselubung gencar terjadi di Jawa Tengah.
Hasil survei menunjukkan, sekitar 85 persen masyarakat masih belum tahu caleg secara detail dan 15 persen saja masyarakat yang tahu tentang caleg yang akan dipilih.
Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian Pembangunan Daerah (LPPD) Semarang Teguh Yuwono, Selasa (3/2/2009), memaparkan hasil survei yang dilakukan di 10 daerah pemilihan Jateng dengan responden 1.000 pemilih potensial. Survei juga menunjukkan tingginya angka pemilih yang belum mengetahui caleg yang akan dipilih akibat buntunya komunikasi.
"Caleg yang gencar memasang poster atau spanduk itu ternyata fungsinya hanya sebatas perkenalan diri. Pemilih masih belum mengenal atau mengetahui langsung calonnya," kata Teguh Yuwono, yang melakukan survei selama Desember 2008.
Teguh Yuwono menyatakan, ada tiga faktor yang mendorong pemilih menetapkan calegnya, yaitu sudah kenal, suka dengan program, lalu mendukung dan memilihnya pada Pemilu 2009. "Tetapi, kenyataannya pemilih sebagian besar masih belum mengenal atau mengetahui caleg yang akan dipilihnya," katanya.
Besarnya jumlah pemilih yang belum mengenal caleg ini merupakan tantangan bagi Komisi Pemilihan Umum untuk terus melakukan sosialisasi lebih gencar. Sejak Mahkamah Konstitusi menetapkan caleg terpilih adalah caleg yang memperoleh suara terbanyak, hal itu menggeser paradigma peran parpol ke peran individu caleg di masyarakat.
Selain itu, banyaknya pemilih yang tidak mengenal caleg ternyata juga akibat caleg yang tidak melakukan kontak langsung dengan konstituen. Pemilih juga tidak memiliki akses langsung ke caleg. Caleg banyak menggunakan pihak ketiga untuk berkomunikasi dengan pemilih.
Teguh Yuwono mengemukakan, survei juga menunjukkan bahwa pemilih sebagian besar menentukan caleg pilihannya berdasarkan kemampuan ekonomi caleg. Caleg yang mampu dari segi ekonomi dan akademi dipilih sekitar 36,6 persen, sedangkan caleg yang punya program kerja baik dipilih oleh 31,1 persen dan sisanya caleg paduan keduanya.
"Pemilih juga menyukai caleg yang tampil percaya diri berdasarkan kemampuannya. Pemilih tidak suka terhadap caleg yang terlalu mengandalkan tokoh-tokoh lain, seperti Bung Karno, atau figur-figur lokal. Caleg yang memajang foto dirinya dengan latar belakang tokoh nasional atau figur lokal atau foto ayahnya menunjukkan, caleg itu tak percaya diri dengan kemampuannya," kata Teguh Yuwono, yang juga dosen FISIP Universitas Diponegoro, Semarang.
Mengenai peran orang ketiga dalam memengaruhi pilihan caleg, Teguh Yuwono memaparkan bahwa peran tokoh masyarakat dipercaya 28 persen pemilih. Disusul 22 persen pemilih menentukan caleg pilihannya sendiri dan 21 persen atas dasar panutan tokoh agama di lingkungannya. Pemilih yang mencontreng caleg karena masih ada hubungan famili hanya 7,5 persen dan caleg memilih pasangan suami-istri hanya 9 persen. (kompas.com)