Joice Pesumima (kiri) |
BERAWAL dari hobinya memasak, wanita yang akrab dipanggil Tante Joice oleh kontestan lainnya, mengisi formulir pendaftaran Masterchef Indonesia lewat internet. Namun, saat mengisi formulir dia sengaja tak melampirkan semua data tentang dirinya yang sering mengikuti lomba memasak.
"Namanya orang tua itu kan hobi masak. Saya hanya ingin menyalurkan hobi saja," ujar Joice saat berkunjung ke redaksi Tribun Manado, Minggu (7/10/2012) petang. Tante Joice dengan penuh semangat bercerita tentang perjuangannya mengikuti kompetisi di hadapan Pemimpin Redaksi Tribun Manado, Ribut Raharjo, editor Maximus Geneva dan wartawati Rine F Araro.
Mengisi formulir di saat-saat terakhir membuat Joice yang saat bertandang ke Tribun Manado bersama cucu-cucunya, berpikir kalau dirinya tidak mungkin dipanggil penyelenggara untuk mengikuti audisi. Ia pun memilih berangkat ke Pekanbaru, tempat salah seorang anaknya tinggal guna mengikuti sebuah acara.
Bercerita tentang perjuangannya kepada awak Tribun Manado |
Di kelompok 32 besar, setiap kontestan dipanggil untuk memasak di hadapan para juri. Dari setiap masakan juri akan menilai apakah mereka layak melaju ke babak 20 besar. Saat itu, bola-bola daging yang dimasak Joice memikat hati para juri yakni Chef Degan Septoadji Supriyadi, Chef Rinrin Marinka dan Chef Juna Rorimpandey.
Bahkan saat itu Joice mendapat pujian dari Chef Degan yang menyebutkan kalau Joice memasak dengan passion. "Saya orang pertama yang menerima apron. Saking senangnya saya sampai lompat-lompat," tuturnya.
Datang bersama cucunya |
Tantangan demi tantangan terus dihadapi Joice. Baginya, setiap tantangan yang diberikan di ajang Masterchef memacunya untuk terus berkreasi. Begitu bahan diberikan dalam waktu sangat singkat ia harus memutuskan memasak menu apa. "Yang ada di pikiran saya adalah memasak dan harus enak, jadi bisa fokus mengerjakannya. Soal menang atau tidak dalam tantangan tersebut itu belakangan," ujarnya.
Bukan tak ada kendala selama mengikuti Masterchef. Karena keseleo ketika akan mengikuti tantangan selanjutnya yang ternyata lokasinya di lokasi Militer YONKAV 7, Joice merasa secara fisik sudah tidak kuat lagi. Rasa capek yang dirasakannya membuat ia ingin secepatnya keluar dari karantina. Ia pun sempat merasa eneg melihat masakan. "Saya telepon anak dan suami saya, tapi mereka selalu memberikan semangat. Akhirnya saya ke kamar mandi dan teriak sekuat tenaga," cerita Joice.
Selain rasa sakit, kendala lain yang dihadapi Joice adalah ketika tantangan yang diberikan berupa masakan internasional. Keterbatasan bahasa membuatnya kadang tidak mengerti bahan-bahan yang ditulis dalam resep.
Sama seperti ketika tantangan Mexican Sefood Soup. Tantangan ini mengharuskan para kontestan menebak bahan-bahan untuk membuat sup Mexico ini. Alhasil, Joice pun salah menulis Jalapeno (cabai khas Mexico) . "Saya tidak tahu kan itu namanya apa, jadi tulis saja itu lombok (cabai) hijau," katanya.
Keadaan kaki yang masih sakit membuat Joice makin tidak kuat fisiknya. Meski menang di tantangan Rainbow Cake, namun Joice harus masuk ke presure test dan tantangan yang diberikan adalah Shish Kebab Roush Bi Lahm. Karena kebabnya kering, Joice harus meninggalkan galery Masterchef. "Yang bikin saya menangis saat itu, karena Chef Degan mengatakan bahwa dia salut terhadap saya, meski sudah berumur 60 semangatnya tidak kalah dengan kontestan yang muda," ucap wanita yang doyan sayur lodeh ini.
Selesai dari Masterchef, ia pun tak menyangka respon dari masyarakat Indonesia terhadap dirinya. Saat jalan-jalan ke mal, ia sudah dikenali pengunjung. Bahkan saat mengunjungi sekolah cucunya yang berada di Bitung, Joice tak menyangka sudah ada banyak penggemar yang menanti dirinya.
"Wah sudah seperti artis nomor wahid saja. Tapi ini semua anugerah dan mujizat dari Tuhan," kata wanita yang mendapat julukan Lidah Setan dari para kontestan dan juri Masterchef ini.
Tante Joice berniat untuk terus memasak bahkan di masa tuanya, ia akan terus berkreasi dalam hal masak-memasak.
"Saya senang memasak dan saya akan terus berkarya. Saya ingin memotivasi ibu-ibu rumah tangga yang ada di Indonesia untuk tidak takut bermimpi menjadi seorang chef. Saya yang sudah berusia 60 tahun saja bisa, kenapa yang lain tidak?" tutur Ketua Rudy Choirudin Fans Club tersebut mengakhiri perbincangan Minggu sore itu. (rine f araro)
Sumber: Tribun Manado 8 Oktober 2012 hal 1