Tergantung Irama Kaki sang Jenderal

ilustrasi
TIM juara bertahan PSN Ngada dan tuan rumah Perse akhirnya bersua lagi setelah memperdayai Persim Manggarai dan Perseftim Flores Timur di babak semifinal kemarin. Rupanya partai balas dendam tidak terwujud di Stadion Marilonga maupun Lapangan Perse. Di tempat yang sama itulah, Perse untuk kedua kalinya mengebuk Perseftim dan PSN Ngada mematahkan perlawanan Persim. Kesuksesan itu membuktikan bahwa kedua tim memang lebih berkualitas dibanding lawan-lawannya dan pantas berlaga di partai puncak.

    Partai final mempertemukan juara bertahan dan tim tuan rumah Perse yang menjadi satu-satunya tim tak terkalahkan dari 12 peserta El Tari Memorial Cup '99 sampai putaran semifinal sungguh indah dan menyenangkan. Jika Anda penggemar bola, saya sarankan agar tidak melewatkan kesempatan menyaksikan pertandingan puncak ini karena kedua tim bakal menyajikan 'perang' habis-habisan untuk menjadi the best tingkat Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sekaligus berhak mewakili Flobamora dalam kompetisi sepakbola Divisi II Liga Indonesia musim mendatang.

    Faktor tuan rumah tentu menguntungkan Perse yang bakal mendapat support besar dari para penggemarnya. Tapi saya perkirakan jumlah pendukung PSN tidak sedikit yang bakal hadair di Stadion Marilonga sore ini. Masyarakat Ngada yang sejak lama terkenal gila bola, akan berduyun-duyun datang dari berbagai kota, desa dan kampung di Ngada guna menyaksikan Johni Dopo, dkk. Panitia, teristimewa petugas keamanan kiranya perlu bekerja ekstra guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Jumlah penonton perlu disesuaikan dengan kapasitas tampung stadion. Tembok Stadion Marilonga yang sudah keropos itu bisa jebol kalau muatannya terlalu sarat.

***

    SEDIKITNYA lima orang sobat penggemar bola menelpon saya semalam. Pertanyaan mereka senada dan sebangun yaitu bagaimana peluang kedua tim memenangkan pertempuran final. Saya katakan, sesungguhnya peluang Perse maupun PSN seimbang (fifty-fifty). Inti kekuatan Perse yang doyan memainkan pola 3-5-2 dengan sistem libero itu adalah harmonisasi.

    Perse yang saya lihat dalam enam penampilan terakhir, cukup konsisten menjaga irama permainan. Trio Pelatih Djafar Eddy, Emil Sadipun dan Heron Goa selama ini mampu mengatur irama dalam 2x45 menit. Kapan Perse menyerang dan kapan harus bertahan. Harmonisasi itu hendaknya tetap dijaga dan dikembangkan ketika bertemu lagi PSN petang ini. Dengan harmonisasi itu, Perse toh sukses mengalahkan PSN Ngada 2-0, meskipun dalam partai kurang menentukan, Minggu (5/12/1999) lalu.

    Tetapi lupakan sementara kemenangan Perse dua hari lalu, karena situasinya berbeda. Hari ini siapa yang bakal unggul tergantung pengelolaan blok tengah oleh sang jenderal tim masing-masing. Siapakah jenderal yang lebih piawai, dialah yang unggul. Kualitas kedua tim sama. Blok tengah PSN bakal dikoordinasi Kapten tim Johni Dopo dibantu Engel Suri, Mus Botha, Ence Nilu dan Evodius Sabu. Di tubuh Perse peranan itu diemban Muhamad Paijan dan Jet Alhabsy atau Yosef Bebo. Tapi saya kira Yosef Bebo sebaiknya kembali ke posisi idealnya sebagai libero berduet dengan Muhamad Adha dibantu bek kanan rajin Rahman Toro dan Relis Mau di bek kiri.

    Rasanya hal ini perlu karena PSN pasti meragakan pressure ketat dengan bola-bola panjang langsung ke daerah rawan musuhnya. Sudah terbukti selama ini, gerak lincah Evodius Sabu dan Ronda Rato membuat lawan kelabakan.Jika tidak ingin kecolongan, Perse perlu mempertebal tembok belakang dengan 4-5 orang saat lawan menyerang. Saya prediksikan duel lapangan tengah menarik dan seru. PSN memilik Johni Dopo, sang jenderal dan otak permainaan tim yang sudah teruji kepiawaiannya.
Kemungkinan besar Perse berusaha mematikan Johni dengan menugaskan dua atau tiga pemain untuk mengawal secara khusus. Nah, jika Perse mengawal secara ketat Johni, maka Engel Suri, Mus Botha, Ence Niu atau Elto Wona mesti mengambilalih peran menghidupkan blok vital tersebut. Untuk itu pula, Perse pun tak boleh hanya memperhatikan Johni seorang.

    Memang, membiarkan Johni bebas pun berisiko karena tembakan volinya dari daerah second line sangat berbahaya. Tiga gol Johni dalam turnamen ini semuanya hasil shoot jarak jauh dari luar kotak enambelas. Karena tidak memiliki tombak tajam, saya kira PSN dengan pola 4-4-2 akan lebih suka melepaskan tembakan-tembakan dari lini kedua. Nah, ini menjadi ujian bagi Roy Hansen atau Frits Odja. Rasanya lebih baik Frits Odja yang berada di bawah mistar Perse dan waspadailah bola-bola melengkung ke tiang jauh. Bagi kiper kedua tim (Frits Odja dan Imu Kadu), siapkan pula mentalmu menghadapi kemungkinan adu penalti.

    Kekuatan PSN adalah daya dobraknya ke jantung lawan. Penjagaan satu-satu (man to man marking) pun bakal merepotkan Lody Mitan, Vevi Kumanireng, Frits Peka maupun Alit Santika. Bomber Perse, Lody Mitan dan Vevi bakal menghadapi penjagaan super ketat libero Marsel Woto dan duet stopper Eman Watu-Renny Pati. Alit Santika maupun Frits Peka perlu cerdik memanfaatkan celah agar bisa masuk ke kotak penalti lawan. Kebiasaan Lody mengutak-atik dan kesukaan Paijan memegang bola kelamaan itu, perlu diminimalisir. Sentuhan satu dua atau lebih baik bagi perse karena bola akan dibiarkan mengalir dari kaki ke kaki sekaligus merepotkan PSN yang suka boal-bola atas karena tinggi badan pemainnya rata-rata jangkung dan berbadan padat.

    Rasa letih karena merumput empat hari berturut-turut mungkin menjadi salah satu titik rawan Perse. Untuk soal ini, PSN kelihatannya lebih bugar dan bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dengan teurs menekan lawan. Tapi Perse bisa keluar dari masalah itu dengan mengatur irama agar napas tidak ngos-ngosan. Asal tidak demam panggung, bumerang beban mental selaku tuan rumah, prahara antiklimaks serta dapat bermain bebas, Perse berpeluang mencatat sejarah baru sebagai juara El Tari Memorial Cup. Demikian pula PSN, tim lambat panas bermental juara dan selalu mampu keluar dari tekanan berat itu. Jika bisa melakukan revanche terhadap Perse, PSN akan tercatat sebagai tim pertama di NTT yang mampu mempertahankan gelar. Selamat bertanding!

Sumber: Buku Bola Itu Telanjang karya Dion DB Putra, juga Pos Kupang edisi Selasa, 7 Desember 1999. Artikel ini dibuat menjelang pertandingan babak final kejuaraan sepakbola El Tari Memorial Cup 1999 antara tuan rumah Persen melawan PNS Ngada.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes