Vogts Mimpi Buruk Sejak 1997

 JULUKAN “maut" untuk grup D Piala Dunia 1998 ternyata tidak berlebihan ketika Spanyol-Paraguay bermain 0-0 dan Bulgaria menyerah 0-1 pada Nigeria. Hasil tersebut hanya memberi tempat yang makin anggun bagi tim Super Eagle Nigeria yang menjadi tim ketiga setelah Brasil dan Perancis maju ke babak 16 besar.

    Nigeria, tim beranggotakan pemain bintang yang besar di liga Eropa memang tidak sulit menekuk Bulgaria. Hristo Stoichkov dkk sudah terlalu tua untuk memainkan bola dalam irama cepat. Prestasi Nigeria  juga membanggakan seluruh bangsa kulit hitam menyusul tumbangnya wakil Afrika lainnya seperti tim "Bafana-Bafana" Afsel, Maroko, Tunisia dan Kamerun. Bila Nigeria pun ikut kandas, France 98 akan kehilangan daya pukau serta rasa gurih khas bola, lantaran hanya menyisakan wakil Eropa dan Amerika di putaran 16 besar.     Yang pusing sekarang ialah Bulgaria, Spanyol dan Paraguay.

Spanyol dan Bulgaria sama-sama mengumpulkan nilai 1 dan Paraguay meraup nilai 2. Di atas kertas, peluang ketiga tim relatif sama untuk mendampingi Nigeria dengan syarat harus menang dalam duel akhir grup D. Itulah yang membuat duel Spanyol-Bulgaria dan Nigeria-Paraguay 25 Juni 1998 sangat menarik. Jika Paraguay menang atas Nigeria, apapun hasil Spanyol-Bulgaria tidak berpengaruh. Jika kalah, peluang runner-up untuk Spanyol dan Bulgaria.

    Kini kita coba menengok grup F yang dihuni Jerman, Yugoslavia, Iran dan Amerika Serikat (AS). Keempat tim ini akan saling bertempur hari ini, Minggu (21/6/1998). Duel Jerman vs Yugo bisa Anda saksikan lewat layar SCTV muali pukul 20.30 Wita. Sedangkan perang Iran-AS dengan bobot politis tingkat tinggi itu akan ditayangkan TPI, Senin dinihari (22/6/1998) mulai pukul 03.00 Wita. Pertandingan lainnya malam nanti mempertemukan dua tim grup H, Argentina vs Jamaika (TVRI pukul 23.30 Wita).

***
    TIDAK mudah bagi pasukan Berti Vogts mengalahkan Yugoslavia  di Lens. Yugo yang hampir empat tahun ahbsen dari kompetisi elit dunia karena sanksi yang berhubungan dengan perang Balkan, ingin menunjukkan bahwa sepakbola mereka telah bangkit. Pedrag Mijatovic, Dejan Savicevic, Savo Milosevic, Vladimir Jugovic cs bertekad memberikan kemenangan sebagai hadiah bagi bangsanya yang baru pulih dari trauma perang.

    Kemenangan 1-0 atas Iran pekan lalu merupakan modal bagi tim asuhan Slobodan Slantrak menghadapi "Panser" yang mencukur AS 2-0 dalam pertandingan awal. Yugoslavia akan menjadi ujian sesungguhnya bagi tim Jerman -- juara Eropa 1996 -- yang dijagokan banyak pihak sebagai salah satu favorit juara dunia 1998.

    Masuknya Yugoslavia di grup F bersama Jerman merupakan "mimpi buruk" Berti Vogts sejak Desember 1997 ketika FIFA melakukan undian grup Piala Dunia '98 di Marseille. Tanpa menyepelekan Iran dan AS, Vogts memberi perhatian ekstra pada Yugo sebagai rival terberatnya untuk maju ke 16 besar. "Kemenangan adalah harapan utama kami meskipun itu tidak mudah. Mereka memiliki banyak pemain berbakat dan bermental juang tinggi," kata Vogts yang mengingatkan Klinsmann dkk agar tidak lengah dan anggap remeh lawan.

    Jerman harus menang atas Yugo agar bisa menjuarai grup F. Ini target utama Vogts karena ia enggan bertemu Belanda di 16 besar. Kalau sampai terjadi pertemuan Belanda-Jerman di babak kedua, penggemar bola bakal kecewa karena salah satu tim unggulan harus mengepak koper dan pulang lebih awal ke negerinya.

    Akan mudahkah Jerman mengungguli Yugoslavia? Saya memprediksikan duel ini amat ketat dengan skor kemenangan tipis. Hasil seri cukup obyektif karena Berti Vogts sampai kemarin masih pening setelah beberapa pemain kuncinya cedera. Thomas Haessler, Stefen Burn dan Jens Jeremies mengalami cedera pergelangan kaki.

    Dengan formasi 3-5-2, Jerman yang panas terlambat bakal repot diganyang daya dobrak Jugovic, Milosevic atau Mijatovic. Jurgen Kohler, Woerns, Helmer dan Olaf Thon harus lebih gigih mengawal pertahanan. Jika blok tengah tanpa Haessler, Jerman akan mengalami kesulitan. Andy Moeller, Heinrich  dan Christian Ziege mesti lebih kreatif dalam membuka ruang serta mensuplai bola bagi duet Bierhoff-Klinsmann di depan.

    Penggemar "Panser" tentu yakin timnya menang. Di bawah komando Klinsmann yang kreatif dan cerdik itu, mimpi buruk Vogts semoga tak kesampaian. Sejarah bola memang sudah membuktikan bahwa tim Jerman (kendati berintikan pemain biasa-biasa saja) selalu bermental juara,disiplin tinggi, kerja keras, percaya diri dan solid. Juara Piala Dunia 1954, 1974, 1990 dan runner-up 1966, 1970 dan 1986 adalah fakta tak terbantah. Tetapi sepakbola bukanlah matematika sehingga tim manapun bisa menang dan kalah. *


Sumber: Buku Bola Itu Telanjang karya Dion DB Putra,
juga Pos Kupang edisi Minggu, 21 Juni 1998. Artikel ini dibuat menjelang pertandingan menentukan antara Jerman melawan Yugoslavia di Grup F Piala Dunia 1998. Kedua tim bermain imbang 2-2 dan sama-sama lolos ke babak 16 besar
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes