SEHARI-HARI, Arturo Brizio Carter (42) adalah seorang pengacara di negeri Sombrero, Meksiko. Seperti pada umumnya orang Meksiko, dalam tubuhnya masih mengalir darah Indian, suku asli dan pemilik benua Amerika. Meskipun bukan pengacara nomor satu di negerinya, Arturo selalu tidak kompromi dengan segala hal yang melawan hukum. Profesi pengacara menuntutnya bersikap tegas dan konsisten dalam menegakkan peraturan.
Itulah sebabnya mengapa wasit kelahiran 9 Maret 1956 yang memulai debut internasional sejak 1985 ini langsung mengeluarkan kartu merah dari saku bajunya ketika pada menit ke-70, bintang Perancis, Zinedine Zidane sengaja menginjak pemain Arab Saudi, Fuad Amin dalam pertandingan kedua grup C di Paris kemarin (19 Juni 1998).
Perancis unggul telak 4-0 dan lolos ke 16 besar, namun Zidane harus absen membela Perancis sehari setelah ulang tahunnya ke-26 tanggal 24 Juni 1998 melawan Denmark. Zidane terkejut dengan hukuman berat itu, tapi sebagai pemain profesional Zidane menerima dengan lapang dada. Meskipun mampu, ia enggan memberikan bogem mentah bagi wasit seperti lazimnya pemain Indonesia.
Tragedi Zidane merupakan buah reformasi hukum ala Federasi Sepakbola Internasioanl (FIFA). Sejak turunnya sang "diktator" bola asal Brasil, Joao Havelange yang memimpin FIFA selama 24 tahun, FIFA melakukan banyak pembaharuan. Di bawah kepemimpinan presiden baru Sepp Blatter, peraturan pertandingan diorientasikan untuk memberi perlindungan yang lebih besar kepada pemain dari tindakan biadab lawan. Tekel keras dari belakang otomatis mendapat kartu merah. Ganjalan keras atau sekadar mengeluarkan kata-kata kasar terhadap wasit atau pemain pun pasti meraih kartu kuning.
Blatter adalah orang Swiss yang anti kekerasan. Hari Rabu (17/6/1998), ia kembali mengingatkan wasit yang bertugas selama putaran final Piala Dunia Perancis 1998 untuk lebih melindungi pemain. Blatter mengeritik wasit Rusia, Nikolai Levnikov yang tidak menghukum pemain Maroko, Said Chiba yang jelas-jelas mengganjal pemain terbaik dunia asal Brasil, Ronaldo. Peringatan ini membuat para pengadil yang bertugas pada partai ke-21 antara Afrika Selatan vs Denmark dan partai ke-22 Perancis vs Arab Saudi bertindak tegas.
Di Stadion Municipal Toulouse, Wasit John Jario Toro asal Kolombia mengeluarkan tiga kartu merah yakni untuk pemain Denmark, Miklos Molnar dan Morten Wieghorst dan pemain Afsel, Alfred Phiri. Toro juga memberikan tujuh kartu kuning masing-masing bagi David Nyathi, Pierre Issa, Alfred Phiri dan Lucas Radebe (Afsel) dan Michael Schjonberg, Jes Hogh, Peter Schmeichel dari Denmark. Tiga kartu merah dan tujuh kuning dalam satu pertandingan merupakan rekor baru dalam sejarah Piala Dunia sejak tahun 1930.
Peraturan baru FIFA memang memungkinkan terjadinya hujan kartu. Sampai partai ke-22 (France 98 seluruhnya memainkan 64 partai) wasit sudah keluarkan sembilan kartu merah yaitu untuk Nankov (Bulgaria), Kalla (Kamerun), Ha Seok-ju (Korsel), Kluivert (Belanda), Zidane (Perancis), Khilawi (Arab), Molnar dan Wieghorst (Denmark), Phiri (Afsel). Sedangkan 73 pemain lainnya mendapat kartu kuning. Suatu jumlah yang amat besar mengingat Piala Dunia 1998 baru berjalan sembilan hari. Jumlah itu bakal terus bertambah dan akan memecahkan rekor kartu pada Piala Dunia AS 1994. Bandingkan saja, selama World Cup dari tanggal 17 Juni-17 Juli 1994, wasit mengeluarkan 15 kartu merah dan 225 kartu kuning.
Ketentuan baru FIFA pun menuntut para pemain lebih santun dan tidak seenaknya membuat pelanggaran. Asumsinya, jika pelanggaran bisa ditekan penggemar bola akan lebih puas menyaksikan aksi menawan para seniman bola. Kluivert dan Zidane adalah bintang yang menjadi korban hanya karena kurang mampu mengendalikan diri di lapangan. Kita sama berharap bintang lainnya tidak terjebak bermain kasar. Adalah prahara jika seorang Ronaldo, Roberto Carlos, Baggio atau Alan Shearer misalnya, urung tampil karena kartu merah.
Selain reformasi hukum yang kian ketat, Piala Dunia 1998 ikut melahirkan reformasi dalam cara bermain. Sepakbola menyerang (attacking football) yang memulai bulan madunya di USA 1994, kini kian mekar. Ukuran sederhana, baru memasuki hari kedelapan France 98 sudah tercipta 53 gol yang dibuat 43 pemain, tiga di antaranya gol bunuh diri. Pada periode waktu yang sama di USA 1994 lalu, hanya tercipta 40 gol. Total jumlah gol selama Piala Dunia 1994 adalah 141 gol atau mengalami peningkatan dibanding Piala Dunia 1990 sebanyak 115 gol. Hampir pasti, Piala Dunia 1998 bakal memecahkan rekor jumlah gol. Sebanyak 704 pemain dari 32 tim finalis - yang umumnya berusia muda dan sama-sama lapar gol - akan mengoyak jala lawan lebih sering lagi. Itulah yang mengikat pengagum bola agar makin setia mengintip Perancis 1998! *
Sumber: Buku Bola Itu Telanjang karya Dion DB Putra, Pos Kupang edisi Sabtu, 20 Juni 1998. Artikel ini dibuat berkaitan dengan hukuman kartu merah terhadap bintang Perancis, Zinedine Zidane yang menginjak pemain Arab Saudi, Fuad Amin dalam pertandingan kedua grup C Piala Dunia 1998. Juga tentang aturan baru FIFA yang lebih melindungi pemain dari tindakan lawan.