Komodo |
Seperti diwartakan sebelumnya, wisatawan bernama Loh Lee Aik (68) itu diserang komodo saat dia berusaha memotret dari dekat binatang itu. Saat itu, beberapa komodo sedang makan daging babi dan kambing milik warga di kampung.
Tepatnya di Kampung Komodo, Desa Komodo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur, Rabu (3/5/2017) pukul 08.00 Wita.
Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Sudiyono saat dikonfirmasi Kompas.com, mengatakan, "Saat binatang itu sedang makan daging tersebut, wisatawan ini mengambil gambar dari jarak yang sangat dekat," sebutnya.
Menurut dia, warga Kampung Komodo sudah melarangnya agar tidak mengambil gambar terlalu dekat, tetapi Loh Lee Aik itu tidak menghiraukan larangan itu. Sehingga kaki Aik pun digigit binatang tersebut.
Loh Lee Aik langsung dievakuasi untuk mendapatkan pengobatan. Saat berita ini dibuat, ia masih dirawat di Rumah Sakit Umum Siloam Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.
Bagi orang yang belum mengenal spesies langka ini, gigitan komodo bisa dianggap peristiwa sepele seperti digigit hewan besar lainnya. Namun, bagi yang sudah mendengar keganasan komodo, berita soal manusia yang digigit komodo ini adalah berita besar.
Reptil ini di berbagai terbitan media massa, sering dinobatkan sebagai hewan melata paling berbahaya di dunia. Cara melumpuhkan mangsanya juga paling unik.
Ia tak menggunakan bisa untuk membunuh mangsanya, melainkan bermodalkan air liur (saliva) yang penuh berisi bakteri. Bakterinya pun tidak hanya satu jenis, melainkan hingga 80 jenis.
Korban yang digigit komodo memang seolah bertarung melawan waktu. Telat sedikit dalam penanganan, bisa berakibat fatal. Semua orang berharap, korban gigitan biawak raksasa ini bisa segera mendapatkan perawatan terbaik.
Survival ulung
Komodo tidak memiliki bisa. Bagaimana ia bisa melumpuhkan lawannya?
Komodo adalah survival ulang sekaligus karnovora pembunuh dengan senjata yang terkenal efektif. Di pulau yang kecil, dia menduduki puncak piramida makanan.
Tak cuman survival lintas zaman dalam kurun puluhan atau ratusan tahun, tapi jutaan tahun telah berhasil ia lewati. Tepat sekali istilah dragon purba yang dilekatkan padanya.
Komodo menjadi satu binatang purba yang masih bertahan hidup di dunia modern. Reptil ini diperkirakan telah hidup sejak masa Tertiarum Awal (50-60 juta tahun silam) bersamaan dengan masa hidup dinosaurus.
Harian Kompas pernah memuat liputan soal bahayanya komodo ini. Edisi "Menggali Kehidupan Purba Flores" pada 23 Juni 2012 membahas bagaimana si kadal ini begitu lihai beradaptasi di berbagai kondisi alam. Tulisan di bawah ini dikutip dari harian Kompas.
Heru Rudiharto, pengelola TNK di tahun itu, seperti diberitkan harian Kompas, mengatakan, faktor kunci yang membuat komodo bertahan melintasi zaman adalah tingginya kemampuan adaptasi reptil ini.
"Komodo itu fleksibel. Pada zaman purba, makanan utamanya stegodon. Ketika stegodon punah, dia pindah ke rusa, kerbau, bahkan ada yang makan serangga," kata Heru.
Menurut dia, di TNK terdapat empat pulau yang dihuni komodo, yaitu Pulau Nusa Kode, Gili Motang, Rinca, dan Komodo. Pulau Rinca dan Komodo masih menyediakan makan berlimpah, seperti kerbau, rusa, bahkan kuda liar, buat komodo. Namun, di Nusa Kode dan Gili Motang makanan untuk komodo terbatas. "Rusanya sedikit, kerbau sama sekali tidak ada," jelasnya.
Di dua pulau ini, komodo memangsa serangga, burung, tikus, dan kadal. "Akibat keterbatasan mangsa, tubuh komodo di dua pulau ini lebih kecil dibandingkan dengan di Pulau Komodo dan Rinca," katanya.
Ukuran komodo di Nusa Kode dan Gili Motang rata-rata 2 meter. Berbeda dengan komodo di Pulau Komodo dan Rinca yang ukurannya rata-rata 3 meter. "Ini adaptasi, tetapi ke depannya mungkin evolusi," katanya.
Daya hidup komodo ini agaknya ditempa oleh tingkat persaingan yang sangat tinggi di antara mereka. Komodo termasuk binatang kanibal alias saling memangsa. Bahkan, sejak menetas dari telur, mereka harus segera lari dan hidup di pepohonan sampai tiga tahun agar tidak dimangsa induknya.
Heru mengungkapkan, kompetisi untuk hidup di antara komodo sendiri sangat keras sejak lahir sampai dewasa. Dari 30 butir telur, biasanya sebagian besar menetas, tetapi yang bertahan hidup sampai usia setahun hanya beberapa. Lebih sedikit lagi yang bertahan sampai dewasa.
"Jadi, komodo yang bertahan hidup hanya yang benar-benar tangguh," katanya.
Walaupun pergerakannya relatif lambat dibandingkan dengan mangsanya, komodo merupakan binatang yang mahir mengendap dan sangat sabar menunggu mangsa melintas. Begitu mangsa melintas di dekatnya, komodo menggigitnya.
Sekali sang mangsa terkena gigitannya, ibaratnya tinggal menunggu ajal. Ada sekitar 60 hingga 80 jenis bakteri dalam air liur komodo, dan beberapa di antaranya meracuni darah.
Dengan mengandalkan daya penciuman tajam, komodo akan terus mengikuti pergerakan mangsa yang terluka. Dan begitu mangsa itu tersungkur dan tak bisa jalan lagi, komodo langsung menerkamnya.
Manusia juga beberapa kali menjadi korban keganasan komodo. Dalam catatan TNK hingga 20012, sejak 1987 sampai sekarang, ada 16 kasus orang digigit komodo. Empat orang di antaranya tewas. Terakhir, seorang petugas keamanan TNK digigit pada November 2011, dan meninggal pada Mei 2012.
Lebih dari itu, lanjut Heru, komodo juga punya kemampuan berkembang biak meski tanpa melalui proses perkawinan atau parthenogenesis. Seekor komodo di kebun binatang di London, Inggris, ditemukan bertelur dan menetas, tanpa ada pembuahan dari komodo jantan. (*)
Sumber: Pos Kupang.Com