Tenun ikat NTT |
Pemilik butik mendatangkan tenun ikat dari berbagai daerah di Nusa Tenggara Timur. Sudah jadi pengetahuan umum bahwa Flobamora memang sangat kaya ragam dan corak tenun ikat. Setiap daerah punya keunikan tersendiri.
Menurut pengelola butik, para pembeli lebih suka tenunan asli hasil kerajinan tangan bukan produksi industri. Harga yang relatif mahal bukan masalah bagi penggemar tenun ikat yang umumnya berasal dari luar Flobamora. Mereka membeli tenunan utuh (lembaran) atau yang sudah dimodifikasi menjadi aneka busana mengikuti tren mode masa kini semisal gaun, jas, rok dan sebagainya.
Harga busana tenun ikat NTT bervariasi dan relatif terjangkau. Sedangkan kain tenun ikat dalam satu lembaran utuh atau belum dipotong harganya berkisar antara Rp 350.000 hingga belasan juta rupiah.
Selain motifnya yang kaya, unik serta elegan, tenun ikat NTT sangat diminati karena memiliki diferensiasi yaitu hasil karya tangan para penenun hebat. Kalau sekadar mendapatkan kain bermotif tenun NTT, tidaklah sulit bagi pembeli karena dewasa ini sudah banyak produksi pabrikan. Namun, bagi penggemar tenun ikat keaslian itulah yang mereka butuhkan.
Pada titik ini ada sesuatu yang mesti menjadi perhatian serius. Kita bakal kehilangan generasi penenun andal makanala tidak mempersiapkan sejak dini. Penenun di kampung-kampung umumnya sudah berusia di atas 40 tahun bahkan lebih.
Regenerasi tidak berjalan baik. Kaum muda Flobamora tanpa sadar mulai meninggalkan warisan luhur budayanya sendiri. Mereka tak cakap dan terampil menenun. Malah anggap menenun sebagai 'pekerjaan orang kampung'.
Itulah sebabnya kita sependapat dengan pandangan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi NTT, Sinun Petrus Manuk. Sinun memiliki kiat praktis agar aktivitas tenun di NTT tidak punah yaitu tenun harus dimasukkan menjadi muatan lokal (mulok) kurikulum di sekolah sehingga semua anak berkesempatan untuk belajar menenun sejak usia dini.
Gagasan tersebut kiranya tidak sebatas wacana tetapi segera dijabarkan melalui agenda aksi yang nyata. Sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar sampai menengah di NTT mesi memiliki mata pelajaran menenun.
Sekolah SD di provinsi ini jumlahnya kurang lebih 5.000. Sebut misalnya 20 persen saja dari jumlah itu menerapkan mulok ini, maka kita bisa menyelamatkan tenunan Flobamora dari kepunahan penerus.
Selain mulok, sekolah juga bisa membentuk komunitas tenun. Prinsipnya berbagai cara mesti kita tempuh guna mempertahankan diferensiasi serta pesona tenun ikat NTT yang kini memikat dunia. *
Sumber: Pos Kupang 30 Oktober 2018 halaman 4