Inspirasi dari Seminari Mataloko


Seminari Mataloko 
Pergumulan sedang dihadapi kepala sekolah dan guru sekolah ternama di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, SMA Katolik Syuradikara Ende.

Mereka mesti segera mengambil keputusan penting mengenai nasib peserta didik setelah masa belajar di rumah berakhir pada 21 April 2020 nanti.

Ada dua skenario kemungkinan.

Pertama, jika tren kasus penyebaran Covid-19 mereda dan dinyatakan aman oleh pemerintah, maka masa belajar di rumah sungguh berakhir pada 21 April.

Itu berarti setelah tanggal tersebut, sekolah aktif kembali melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM).

Tentu ini merupakan kerinduan semua orang.

Bosan juga anak-anak kelamaan belajar di rumah.


Ongkos paket data tak sedikit dan tidak semua tempat di negeri ini jaringan internetnya lancar jaya.

Kedua, jika kondisi sebaliknya yaitu Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) masih terus mengamuk menelan korban, maka pihak otoritas akan memperpanjang masa belajar di rumah.

Kemungkinan tersebut terbuka lebar lantaran belum terlihat sinyal pandemi corona akan bergerak ke level aman.

“Itulah yang sedang kami pikirkan sekarang,” kata Heri Bata, satu di antara guru SMAK Syuradikara Ende dari balik telepon kemarin.

Kami berdiskusi beberapa saat mengenai hal ini.

Untuk SMAK Syuradikara Ende problem-nya terletak di sini.

Siswa-siswi sekolah yang usianya sudah lebih dari setengah abad itu berasal dari seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bahkan luar NTT seperti Bali, Sumatera dan Kalimantan.

Anak-anak dari luar Kota Ende umumnya tinggal di asrama putra dan putri.

Ada pula di kos mandiri serta rumah orangtua atau wali.

Bila skenario pertama yang terjadi, mereka harus kembali ke Ende pada pekan terakhir bulan ini.

Masuk lagi asrama sekolah, kos atau rumah keluarganya di kota elok dan bersejarah itu.

“Anak-anak kami ini datang dari mana-mana termasuk dari zona merah, apakah aman dari virus corona?” kata Heri Bata retoris.

Sulit menjawab bukan?

Ayo, siapa yang hari ini menjamin bahwa setelah 21 April 2020 Covid-19 benar-benar aman di wilayah NKRI sehingga anak sekolah kembali KBM sebagaimana biasa.

Kiranya tak seorang pun berani memastikan sehingga pergumulan pimpinan dan staf pengajar SMAK Syuradikara Ende niscaya dirasakan pula kolega mereka di sekolah lainnya termasuk di Bali.

Inspirasi dari Seminari

Mari sejenak menengok kebijakan seminari.

Tepatnya Seminari Menengah St. Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko sebagai contoh.

Seminari itu terletak di Kabupaten Ngada, NTT. Usianya hampir satu abad.

Seminari sarat pengalaman termasuk melewati krisis pelik seperti Perang Dunia II.

Saya berterima kasih kepada Romo Yohanes Moses Songkares, Pr, sekretaris komunitas Seminari Menengah Mataloko yang mau berbagi kisah ini.

Romo Nani, demikian beliau karib disapa, mencatat apik bagaimana seminari tertua di Flores tersebut menyikapi pandemi Covid-19.

Kegemparan mulai mencabik langit Indonesia ketika 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo umumkan dua pasien pertama yang positif terjangkit corona.

Sejak itu jumlah terjangkit, dalam pengawasan dan pantauan berbiak secara eksponensial.

18 Maret 2020 Gubernur NTT mengeluarkan instruksi kepada sekolah-sekolah untuk merumahkan siswa-siswi selama 14 hari, 20 Maret – 4 April 2020.

Instruksi tersebut ditindaklanjuti Bupati Ngada dan Dinas Pendidikan setempat.

Seminari Mataloko pun mengambil langkah lekas.

Pada 19 Maret sore diadakan tapat terbatas antara Pimpinan dan Staf Seminari, Ketua Yasukda (RD. Silvester Betu), Perwakilan Komite Sekolah (Niko Noywuli, Selestinus Djawa, Gerardus Reo), Peduli Pendidikan (Trisno Hurint), dan Konsultan Kesehatan (dr. Yovita M.B.M. Due, MM – Ketua IDI Ngada).

Berdasarkan rapat tersebut, Praeses Seminari Mataloko Romo Gabriel Idrus, Pr mengeluarkan Surat Pemberitahuan tertanggal 20 Maret 2020, berisikan 10 butir keputusan, yang pada intinya merumahkan para siswa seminari dengan cara karantina penuh di asrama seminari, terhitung sejak 20 Maret sampai 4 April.

Surat dilengkapi panduan praktis pencegahan penularan Covid-19 di seminari.

Menurut Romo Nani, pada hari itu juga gerbang-gerbang seminari dikunci.

Seluruh penghuni seminari dilarang keluar kompleks, kecuali untuk urusan kesehatan dan makan minum siswa, yang personelnya telah ditentukan dan dijamin keamanan dan kerbersihannya.

Masyarakat luar, termasuk para guru dan pegawai, dilarang memasuki kawasan seminari.

Empat hari berselang, 24 Maret 2020, terbit Surat Edaran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Nadiem Makarim yang intinya meniadakan Ujian Sekolah, Ujian Nasional (UN) dan Ujian Kenaikan Kelas.

Semua kegiatan yang bersifat mengumpulkan siswa dilarang.

Kalau keputusannya demikian, apakah seminari masih tetap melaksanakan karantina penuh untuk para penghuninya? Dan sampai kapan?

Bisa berbulan-bulan. Penuh ketidakpastian.

Maka, Selasa 24 Maret 2020 malam, kata Romo Nani, para staf seminari menyelenggarakan rapat dadakan menindaklanjuti Surat Edaran Menteri dan berbagai situasi yang begitu cepat berubah.

Malam itu diputuskan, para siswa tingkat SMP dan SMA yang jumlahnya hampir 600 orang harus segera dipulangkan ke rumah masing-masing.

Pemulangan tersebut harus sesuai standar protokol kesehatan dan melibatkan banyak pihak terkait. Singkat cerita para siswa seminari pulang ke rumah orangtuanya tanggal 26-28 Maret 2020.

Ada yang ke Kupang, Ende, Ngada, Nagekeo, Sikka, Flores Timur hingga Lembata.

“Sore dan malam hari, kami mendapat berita, para siswa telah tiba dengan selamat, dan sehat walafiat. Dari Kupang, Larantuka, Maumere, Ende, Nagekeo, dan tentu Bajawa dan sekitarnya. Syukur pada Tuhan,” kata Romo Nani.

Yang tinggal di seminari sekarang para pembina, para frater dan satu siswa asal Papua.

“Saat saya membuat catatan ini, Kamis, 26 Maret 2020 malam, suasana sepi. Hanya terdengar lolongan anjing. Kemudian sunyi,” demikian Romo Nani.

Romo terkenang krisis yang melanda seminari ini pada masa Perang Dunia II (1939-1945).

Dulu proses pembelajaran pun terhenti untuk jangka waktu panjang.

Tapi ada hal berbeda. Saat itu para siswa ditinggalkan di seminari.

Sebagian besar imam dan bruder yang menangani seminari diinternir.

Kini sebaliknya siswa yang tinggalkan seminari.

Yang bertahan para romo, frater dan seluruh staf pengajar.

Kapan para siswa boleh pulang ke seminari?

Romo Nani Songkares menjawab tegas bahwa akan disampaikan pada waktunya.

Tentu ketika pandemi Covid-19 benar-benar telah berlalu.

Mungkin 3 sampai 4 bulan lagi. Yang pasti sampai akhir semester ini mereka belajar dari rumah dan tetap dalam pantauan.

Persis sebagaimana dikatakan pimpinan Seminari Mataloko Romo Gabriel Idrus, Pr dalam suratnya kepada para orangtua seminaris 30 Maret 2020 bahwa kepulangan para siswa ke rumah saat ini bukanlah dalam rangka liburan.

Kepulangan para siswa sama sekali tidak menghentikan seluruh proses pendidikan para calon imam Katolik itu.

Tempatnya saja yang berpindah. Proses pendidikan bergulir di dalam rumah dan keluarga para seminaris itu sendiri.

Romo Gabriel mengatakan, hal-hal yang menyangkut biaya sekolah dan asrama, khususnya selama semester berjalan ini sedang dalam kajian dan disampaikan pada waktunya.

Bagaimana Sekolah Lain

Langkah inspiratif dari seminari adalah pulangkan siswa ke rumah orangtua pada saat yang tepat dengan mengikuti seluruh standar protokol kesehatan dan mereka baru kembali ke seminari setelah situasi aman dari Corona.

Opsi tersebut paling realistis di tengah kepungan wabah Covid-19 yang sangat mematikan.

Mengapa sekolah lain baik negeri maupun swasta seperti SMAK Syuradikara tidak menempuh langkah serupa? Demikian pula sekolah di Provinsi Bali serta daerah lainnya di negeri ini.

Jadi, tak mesti tuan dan puan menanti pengumuman terbaru dari pemerintah apakah masa bekerja dan belajar dari rumah akan berakhir 21 April 2020 atau diperpanjang lagi.

Ketuk palu sekarang juga seperti aksi cepat seminari di atas.

Sejumlah pesantren di Pulau Jawa pun sudah mengambil langkah serupa.

Toh di NTT dan Bali, misalnya, durasi masa tanggap darurat Covid-19 yang ditetapkan gubernur sama yaitu sampai akhir bulan Mei mendatang.

Di NTT Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat menetapkan masa tanggap darurat tanggal 1 April hingga 30 Mei 2020.

Di Bali Gubernur Wayan Koster menetapkan tanggal 31 Maret hingga 29 Mei 2020.

Selama masa tanggap darurat masyarakat mestinya tetap menjauhi kerumunan dan jaga jarak aman (physicial distancing).

Lalu mengapa para siswa harus kembali ke sekolah?

Biarkanlah anak-anak kita belajar di rumah saja sampai semester ini bertepi.

Tentu dengan kerendahan hati menerima segala risiko dan konsekuensinya.

Belajar online jelas tidak ideal. Banyak faktor yang mempengaruhinya.

Anak-anak di pedalaman Flores, Sumba dan Timor yang fakir sinyal internet, pulsa data sulit diperoleh pasti belajar dari rumah tidak berjalan sebagaimana harapan.

Tak semua siswa dan orangtuanya memiliki hp android.

Tapi sudahlah. Covid-19 merupakan peristiwa luar biasa. Extra ordinary sehingga perlakuannya pun harus luar biasa pula.

Relakan siswa-siswi “angkatan Corona 2020” tamat sebelum waktunya.

Naik kelas atau naik tingkat sebelum jatuh tempo semester. Tanpa melalui ujian pula.

Ya rejeki mereka yang akan dikenang seumur hidup. Anak-anak angkatan ini akan mengenang selalu bahwa mereka mengalami sampar yang menelan korban tak sedikit.

Kabut duka menudungi dunia yang muram berbulan-bulan. Hampir semua negara terkena dampaknya. Air mata mengalir di mana-mana.

Angkatan ini mengoleksi pengalaman sangat berharga mengenai pentingnya pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

Pakai masker, cuci tangan, jaga jarak aman, makan asupan gizi yang baik. Angkatan ini mestinya menjadi lebih tangguh. Mereka belajar banyak dari pengalaman stay at home yang lama.

Sebelum menutup catatan ala kadarnya ini, saya mengutip curahan hati siswa-siswi kelas akhir angkatan 2020 yang tamat lebih awal dari SMA di Kota Bandung, Jawa Barat.

Saya ambil dari akun medsos kolegaku, Florencio Mario Vieira tertanggal 29 Maret 2020.

Mario Vieira copas dari WA Group siswa-siswi Kelas XII SMA Santa Maria Bandung.

Putri kesayangan Mario, Verena Ogilvie Payatei Wibowo Vieira (Ovie) termasuk di dalamnya. Inilah seuntai curahan hati mereka.

Angkatan kita

Angkatan pertama penuh cerita

Saat semua direncanakan rapi

Disusun sedemikian rupa

Hilang begitu saja


Angkatan Corona

Begitulah kita akan disebut

Jangan khawatir


Angkatan kita

Akan terkenal sepanjang masa

Angkatan pertama lulus tanpa UN

Ijazah pertama nilai dilihat dari raport


Kita usai sebelum waktunya

Kita istirahat bukan pada jamnya

Kita tamat mendadak

Kita menjadi alumni mendadak

Kita berpisah tanpa perpisahan


Mungkin cobaan kepada kita

Supaya lebih baik dan lebih tegar

Dan cobaan ini datang pada kita

Karena Tuhan tahu angkatan 2020 kuat


Yakinlah semua indah pada waktunya

Selama ini kita semua lelah

Saatnya kita beristirahat sejenak

Melepaskan semua kelelahan kita


Angkatan kita…

Bertemu dengan pelukan

Berpisah tanpa jabat tangan

(dion db putra)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes