SULAMU, PK -- Selain menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), warga Desa Pitay, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang juga suspek tuberculosis (TBC).
Kedua jenis penyakit ini diketahui setelah dokter memeriksa 242 warga Desa Pitay dalam kegiatan pengobatan gratis yang digelar Forum Academia NTT (FAN) di halaman gereja GMIT Zaitun Pitay, Sabtu (12/12/2009).
Dokter Ivan Jathro menjelaskan, dari hasil pemeriksaan penderita terbanyak mengalami ISPA. "Banyak juga yang mengalami suspek atau dicurigai menderita penyakit TBC. Kami baru mencurigai. Untuk memastikan benar atau tidaknya, harus melalui pemeriksaan dahak di laboratorium," katanya.
Menurut Jathro, penyebab TBC karena penderita diserang bakteri mycobacterium tuberculosis. Penularan penyakit ini bisa melalui udara atau cairan yang keluar dari mulut penderita yang sedang batuk. Untuk pencegahan, perlu menghindari kontak langsung dengan penderita TBC.
Aksi pengobatan gratis dirangkaikan dengan penyuluhan narkoba dan HIV/AIDS bagi siswa/i SMP dan SMK Efata bertempat di SMK Efata Pitay serta penanaman anakan pohon sukun dan nangka. Penyuluhan narkoba diberikan petugas dari BNP NTT. Sedangkan HIV/AIDS disampaikan Gusti Brewon dari KPAD NTT.
Camat Sulamu, Ren Dano, mengucapkan terima kasih atas kepedulian FAN dan para mitranya terhadap masalah kesehatan di Desa Pitay. Kegiatan tersebut merupakan sebuah karya yang tak akan dikenang selalu. "Kegiatan hari ini benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat Sulamu," kata Ren Dano.
Moderator FAN, Wilson Therik mengatakan, kegiatan itu merupakan satu bentuk kepedulian FAN terhadap persoalan- persoalan yang dihadapi masyarakat NTT, termasuk warga desa Pitay. "Banyak persoalan ada di masyarakat, namun belum seluruhnya terakomodir oleh pemerintah. Kami dengan adanya pengobatan gratis ini masyarakat dapat terbantu," katanya.
Khusus penanaman pohon, Therik mengatakan, FAN merindukan ada semacam hutan kenangan di Sulamu. Setiap orang bisa berpartisipasi menanam anakan produktif di hutan kenangan tersebut yang tentu saja bermanfaat bagi masyarakat setempat di kemudian hari. "Kami sambut positif ide FAN ini. Lokasi ada, segera kita realisasikan," kata Camat Dano yang hari itu menanam anakan secara simbolis.
Sekitar 20-an anggota FAN hadir dalam acara bakti sosial di Pitay dan Sulamu. Mereka antara lain, Winston Rondo, Rm. Leo Mali, Pr, Sandro Dandara, Yesti Kumanireng, Jemris Fointuna, Silvester Ndaparoka, Volkes Dadi Lado dan lainnya. (den)
Komentar Warga
Agus Fanggidae
SAYA selama ini sakit dada. Mau pergi berobat, tetapi puskesmas dan pustu terlalu jauh. Dengan adanya kegiatan pengobatan gratis ini, saya sangat bersyukur. Saya harapkan kegiatan ini tidak hanya satu kali, tetapi kalau bisa berlanjut dua atau tiga bulan sekali. (den)
Ny. Fanci Soru
SEJAK lama saya menderita sakit di perut. Walaupun puskesmas dan pustu jauh, saya tetap pergi berobat, namun tidak pernah sembuh. Saya berharap dengan pengobatan gratis ini penyakit saya bisa sembuh. Saya sangat berterima kasih karena semua obat yang didapat tidak dipungut biaya. (den)
Jalan ke Sulamu Rusak Parah
SULAMU, PK -- Ruas jalan menuju Kecamatan Sulamu sepanjang 20 kilometer (km) rusak parah. Jalan tersebut melintasi Dusun Oebifa, Desa Pantai Beringin atau persis dari cabang jalan menuju Amfoang ke wilayah Kecamatan Sulamu.
Jalan itu diaspal sejak tahun 2000. Saat ini aspal sudah terkelupas sehingga meninggalkan lubang di sana sini. Batu- batu berserakan. Kondisinya sangat memrihatinkan. Jalan yang memotong punggung bukit itu sulit dilalui kendaraan roda dua dan roda empat. Waktu tempuh pun semakin lama, sekitar tiga jam lebih dari Kota Kupang.
Rusaknya jalan disebabkan karena terkikis erosi. Penyebab lainnya karena tidak pernah dilakukan pemeliharaan rutin.
Sekitar delapan deker atau jembatan yang terdapat di ruas jalan itu juga rusak parah. Lima dari delapan deker di bagian kiri dan kanannya rubuh. Jika diguyur hujan dan banjir kemungkinan besar jalan ke Sulamu akan terputus.
Saat ditemui di Desa Pitay, Camat Sulamu, Ren Dano menjelaskan, ruas jalan itu merupakan jalan sumbu menuju Selamu yang sebelumnya adalah calon ibu kota Kabupaten Kupang. Namun dalam perjalanan, ibu kota kabupaten dipindahkan ke Oelamasi.
Menurut Ren Dano, perpindahan itu berdampak pada seluruh fasilitas pemerintah, seperti jalan, gedung dan fasilitas umum lainya tidak diperhatikan pemerintah Kabupaten Kupang.
Ren Dano memberi contoh gedung kantor yang sebelumnya direncanakan untuk kantor bupati Kupang mubazir. Dari 36 ruangan yang ada di kantor, hanya lima ruangan yang dipakai sebagai kantor camat Sulamu sekarang.
Terkait persoalan rusaknya jalan dan adanya gedung pemerintah yang mubazir, Ren Dano mengatakan, telah berulang kali diusul untuk perbaiki namun belum terealisasi. "Masyarakat di sini menjadi apatis dengan pemerintah, jika pemerintah tetap arogan dan tidak memperhatikan kebutuhan dasar dan hak-hak masyarakat," katanya.
Hal senada dikatakan mantan Kepala Desa Pitay, Albert Tule. "Selama menjabat sebagai kepala desa, semua usulan yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat telah disampaikan namun hingga saat ini belum direalisai," kata Tulle.
Masalah lain yang ada di Kecamatan Sulamu, jelas Tule, setiap musim kemarau sekitar 300-an ekor anak sapi dan kuda yang mati. Kematian sapi dan kuda karena ketiadaan air untuk minum. Mereka telah meminta Pemerintah Kabupaten Kupang membangun embung-embung namun juga belum direalisasi.
"Kami tidak pernah mendapat penjelasan atau klarifikasi dari pemerintah alasan-alasan belum direalisasinya usulan yang kami sampaikan," katanya. (den)
Pos Kupang edisi Senin, 14 Desember 2009 halaman 17