Oleh Dion DB Putra
PIALA Dunia 2010 mulai memasuki saat-saat yang menentukan. Enambelas tim segera mengepak barang dan pulang ke kampung halaman. Mereka merupakan korban pertama dari ziarah panjang menuju yang terbaik.
Dari enambelas tim akan berkurang lagi delapan tim. Delapan menjadi empat, empat menjadi dua dan dari dua tim akan hanya satu kesebelasan yang bakal tercatat dalam sejarah sepakbola Piala Dunia. Tercatat sebagai juara. Maka bersiaplah untuk menangisi kegagalan. Juga berpesta bersama pemenang.
Fase penyisihan grup telah diwarnai kejutan demi kejutan. Tim unggulan tumbang. Yang biasa-biasa saja tampil meyakinkan dengan meraih hasil yang dibutuhkan untuk tetap bertahan di panggung Extravaganza South Africa 2010.
Dua raksasa Latin Amerika, Argentina dan Brasil mempertahankan martabatnya sebagai bintang. Inggris dan dan juara bertahan Italia mati angin. Belanda lumayan mooy, Jerman labil dan Perancis menjadi contoh bening tentang pasukan megabintang yang gagal sebagai tim.
Demikian pula dengan Pantai Gading yang justru rapuh saat mengaum di tanah air sendiri. Kamerun yang dulu menakutkan dunia, kini lunglai tak berdaya. Tercatat sebagai tim pertama yang tersingkir. Piala Dunia 2010 merupakan yang pertama di Afrika dalam 72 tahun sejarah Piala Dunia, tetapi enam wakil Afrika belum membanggakan benua hitam.
Menarik nian menyimak kegagalan Perancis. Mengapa Les Bleus hancur berkeping-keping? Sebagai mantan juara Piala Dunia dan juara Eropa, runner-up Piala Dunia 2006 dan beranggotakan pemain papan atas di Eropa, tim Ayam Jantan tidak seharusnya berakhir secara tragis seperti itu. Tersingkir di penyisihan grup dengan rekor dua kali kalah dan sekali seri. Prahara Piala Dunia 2002 terulang! Tidak hanya itu. Yang lebih memalukan perpecahan tim Les Bleus tersaji secara telanjang di mata publik sejagat.
Bagi mereka yang tekun mengikuti kiprah sepakbola Perancis, kehancuran juara Piala Dunia 1998 itu tidak terlalu mengejutkan. Toh Perancis memang tidak layak menjadi finalis musim ini. Mereka lolos ke South Africa 2010 dengan kecurangan yang akan dikenang rakyat Irlandia selamanya.
Thierry Henry mengontrol bola dengan tangan sebelum mengirim umpan kepada William Gallas untuk mencetak gol ke gawang Irlandia dalam laga playoff bulan November 2009. "Saya jujur, itu adalah handsball, tetapi saya bukan wasit," kata Henry seusai pertandingan kala itu.
Faktor lain yang lebih penting adalah Perancis sudah lama kehilangan nyawa tim. Perpecahan hebat itu terjadi karena tak ada pemain yang punya aura kepemimpinan. Tidak ada jenderal baik di dalam maupun di luar lapangan. "Pemain Perancis egois. Mereka tidak bisa menjadi tim yang solid," kritik Zinedine Zidane saat Perancis bermain 0-0 melawan Uruguay.
Sejak Zidane pensiun usai menanduk dada Marco Materazzi di grandfinal Piala Dunia 2006 melawan Italia, Raymond Domenech gagal menemukan pengganti Zidane sebagai "roh" kesebelasan tim Ayam Jantan.
Pelatih Domenech yang terkenal sombong dan keras kepala itu sempat berharap pada Thierry Henry dengan menyerahkan ban kapten kepadanya. Tapi takdir sejarah Thierry Henry rupanya sekadar pekerja yang ulet, bukan pemimpin tim di lapangan. Sebagaimana dalam struktur kemiliteran, tidak banyak orang mampu mencapai kehormatan sebagai jenderal apalagi Kaisar Bola seperti legenda hidup Jerman, Franz Beckenbauer. Di Euro 2008, Perancis gagal total tapi Domenech tidak cepat sadar.
Publik Perancis juga sempat menaruh harapan pada figur Franck Ribery. Lagi-lagi Ribery terlalu jauh untuk menyamai aura kepemimpinan Zidane. Ribery boleh saja disebut nyawa tim di level klub. Bukan untuk tim nasional.
Kenyataan itu pula kiranya yang menimpa tim Inggris yang tampil mati angin di Piala Dunia 2010. Sejak David Beckham mundur, Inggris kehilangan pemimpin dan motivator tim di lapangan. Figur pemimpin itu sempat merekah dalam diri
John Terry yang juga Kapten Chelsea. Tapi skandal seks Terry
dengan Vanessa Perroncel, mantan kekasih bek klub Manchester City, Wayne Bridge merusak reputasinya.
Kemolekan tubuh Vanessa yang model pakaian dalam itu meruntuhkan kepercayaan publik terhadap Terry hingga Pelatih Fabio Capello mencopot ban kapten dari lengannya menjelang Inggris terbang ke Afrika Selatan. Kapten Inggris diserahkan kepada Steven Gerrard. Sayang sekali, Gerrard sekadar nyawa klub Liverpool, bukan roh kesebelasan The Three Lions.
Menjadi nyawa timnas tidak bisa instan. Butuh ujian demi ujian.
Dan nyawa sebuah kesebelasan tidak harus memikul ban kapten.
Di tim Argentina 2010 tak pelak lagi yang menjadi nyawa tim adalah Lionel Messi. Messidona! Messi belum mencetak gol sejauh ini tetapi dari kaki Messi pula lahir gol demi gol Argentina. Ketika Maradona menyerahkan ban kapten kepada Messi saat melawan Yunani dua hari lalu, itu menggenapi pentingnya Messi bagi tim Tango. Di tim Brasil figur itu ada dalam diri Kaka. Kehadiran Kaka selalu memompakan semangat tanding berlipat ganda bagi tim Samba. Banyak bintang di tim Selecao, namun pesona Kaka tak terkalahkan.
Di tim Azzurri Italia figur itu ada dalam diri Andrea Pirlo, bukan kapten Fabio Cannavaro yang sudah di remang senja. Pirlo absen karena cedera, Italia tampil jauh dari form terbaiknya. Pirlo bukan kapten. Tapi sejak Paolo Maldini pensiun aura kepemimpinan itu hanya terpancar dari Pirlo, baik di klub AC Milan maupun timnas. Totti sempat disanjung sebagai calon pengganti Maldini. Sejarah kemudian membuktikan, Totti hanyalah Pangeran Roma bukan Santo bagi Squadra Azzura.
Belanda 2010 beruntung memiliki Wesley Sneijder yang mengulang romantisme tendangan gledek ala Ronald Koeman. Jerman jelas sangat kehilangan Michael Ballack. Joachim Loew tidak memungkiri itu. Buktinya jelas. Jerman yang perkasa menggasak Australia 4-0 di laga pertama, tampil tidak konsisten dan gagal melawan Serbia.
Tim muda Jerman begitu labil. Philip Lahm minim pengalaman menghadapi pertandingan super ketat seperti Piala Dunia. Kans itu ada dalam diri Bastian Schweinsteiger sebagai mesin penggerak serangan Jerman dari lini tengah. Namun, Bastian belum patut disandingkan dengan Ballack.
Uruguay punya Diego Forlan. Meksiko miliki Rafael Marquez. Tim Paman Sam Amerika Serikat bersyukur dikaruniai roh kesebelasan lewat Landon Donovan. Donovan adalah salah seorang pemain terbaik yang pernah dimiliki negeri adi daya tersebut. Piala Dunia 2010 terus bergulir. Siapakah di antara roh kesebelasan itu mampu bertahan hingga puncak?*
Pos Kupang 24 Juni 2010 halaman 1