Tentang hasil UN 2007 di NTT

TENTANG Ujian Nasional (UN), secara umum kita masih menghadapi kenyataan yang kurang menggembirakan. Setidaknya bila mengacu pada persentase kelulusan siswa-siswi SMK/SMA di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang baru saja diumumkan 15 Juni lalu.
Kita kembali mengutip penjelasan Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Propinsi NTT, Ir. Thobias Uly, M.Si. Secara keseluruhan persentase ketidaklulusan siswa/siswi di seluruh NTT tahun ini sebesar 37,92 persen atau sebanyak 1.098 siswa/siswi dari total peserta UN di NTT 28.764 orang.Data Dikbbud NTT juga memperlihatkan persentase ketidaklulusan tahun 2007 cukup bervariasi, namun rata-rata bergerak di antara angka 30-49 persen.
Dengan kata lain, pelajar SMK/SMA kita yang tidak lulus UN masih cukup besar jumlahnya.Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) meraih prestasi kelulusan tertinggi yakni mencapai 94,3 persen (tidak lulus 6,87 persen) dan di Alor angka kelulusan terendah, hanya 26,41 persen atau persentase tidak lulus mencapai 74,59 persen.
Bila ditelaah lebih jauh dan lebih spesifik mengenai data kelulusan UN 2007, kita menemukan kenyataan yang cukup menarik. Ada sekolah dengan angka kelulusan sempurna yaitu 100 persen. Tapi ada pula yang nol persen! Sebut misalnya yang lulus 100 persen di Kota Kupang yaitu SMAK Giovanni, SMA Kristen Mercusuar, SMA Kristen I Kupang dan SMA Seminari St. Rafael.
Sejumlah sekolah di Manggarai dan daerah lainnya pun mencatat prestasi lulus 100 persen. Fakta menarik lainnya adalah kategori sekolah. Sekolah-sekolah swasta ternyata lebih unggul daripada sekolah negeri. Data kelulusan UN tahun 2007 di NTT menjelaskan beberapa hal kepada kita semua.
Pertama, kekhawatiran bahwa sistem Ujian Nasional (UN) sebagai sesuatu yang memberatkan siswa-siswi SMK/SMA serta para guru tidak lagi sepenuhnya benar. Toh kenyataannya cukup banyak sekolah meraih hasil sempurna. Sekolah-sekolah tersebut tentunya cepat beradaptasi dengan sistem yang baru. Dan, lebih jauh dari itu mereka mau bekerja keras demi meningkatkan mutu lulusannya.
Mereka tidak menyalahkan sistem atau kurikulum yang berlaku. Mereka berusaha sekuat mungkin untuk melaksanakannya.Keprihatinan kita lebih tertuju pada SMK/SMA dengan persentase kelulusan nol persen atau 100 persen tidak lulus. Agaknya bisa dimengerti jika muncul kekecewaan yang berujung pada tindakan merusak sebagaimana terjadi di SMA Negeri 2 Kupang Timur, Kabupaten Kupang dan SMA Negeri Boking, Timor Tengah Selatan (TTS).
Tindakan merusak sekolah yang dilakukan sejumlah siswa bukan perbuatan yang baik. Namun, kekecewaan mereka manusiawi. Maka penanganan terhadap kasus ini hendaknya tidak hitam putih. Anak-anak itu masih memiliki masa depan. Tidak lulus UN bukan akhir segalanya. Masih ada jalan lain yang bisa mereka tempuh.Kedua, harus menjadi komitmen semua pihak untuk mempersempit kesenjangan persentase kelulusan siswa/siswi SMK/SMA di Propinsi NTT.
Dalam dua tahun terakhir, kesenjangan itu begitu ekstrim. Lulus 100 persen dan nol persen. Pasti ada yang salah dengan dunia pendidikan kita. Tidak bermaksud mencari kambing hitam, tetapi peranan guru dan seluruh perangkat sekolah patut dipertanyakan untuk kasus kelulusan nol persen.Jarak atau disparitas yang sangat jauh itu harus dipangkas habis. Bukan mustahil kalau kalau butuh keseriusan dalam belajar maka hasil terbaik bisa dicapai. Peran orangtua dan sekolah juga pemerintah sangat penting. Semua daerah hendaknya berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. Salam Pos Kupang, 6 Juni 2007. (dion db putra)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes