JULIUS Siyaranamual meninggal dunia di Jakarta, hari Senin 23 Mei 2005. Bagi murid-muridnya atau mereka yang pernah bekerja dengan almarhum, banyak kenangan indah yang membekas di hati. Om Julius dikenal unik, cerdas, kreatif dan keras dalam mendidik. Berikut penuturan mereka.
Yulius Lopo (Pemred Timika Pos)
HARI Senin (23/5), tepat pukul 09.51 WIT, saya mendapat SMS mengagetkan dari Paul Bolla yang isinya singkat, "Pak Julius Siyaranamual meninggal dunia tadi pagi jam 5." Setelah membaca SMS tersebut saya agak ragu dan mencoba menkonfirmasikan berita tersebut ke sejumlah teman, namun belum sempat, terdengar lagi SMS masuk dan ternyata dari Om Marcel Gobang yang isinya nyaris sama.
Lalu berturut-turut masuk SMS dari Ale (Surya), Dion DB Putra (Pemred Pos Kupang), Evie Pello (mantan wartawan Pos Kupang) dan sejumlah nomor HP yang tidak kenal siapa orangnya, yang isinya sama memberitahukan, "Guru kita Julius Siyaranamual telah meninggal dunia dan sementara disemayamkan di Kompleks Cemara Indah Tangerang, telp 021-5511766. Tolong teruskan ke teman-teman".
Bagi saya, Julius Siyaranamual merupakan sosok yang sulit dilupakan dalam dunia pers, khususnya di lingkungan Persda (kelompok pers daerah KKG). Beliau tidak hanya seorang wartawan senior yang keras pendirian, tapi juga guru bagi para wartawan yang sangat unik dan khas. Unik dan khas karena memiliki sifat dan sikap yang berbeda dari wartawan pada umumnya.
Patut dicirikan beliau sebagai salah seorang wartawan senior yang keras kepala dan egois. Dalam melihat dan menilai sesuatu, beliau sangat argumentatif. Selalu saja memiliki argumen yang sulit dikalahkan dengan argumen lain. Argumennya unik dan sulit menemukan argumen lain untuk mematahkannya. Beliau kaya ide dan selalu saja terkesan mau menang sendiri sehingga sepintas bisa dibilang beliau orang yang egois atau mau menang sendiri dalam melihat, menilai atau menyikapi sesuatu. Selalu membuat penasaran. Kesal dan terkadang juga jengkel. Tapi beliau tidak bisa dibenci karena sikapnya itu, karena beliau juga sosok yang perhatian, bijak dan pintar memberi solusi.
Sebagai seorang pendeta, beliau selalu mengajarkan murid-muridnya (calon wartawan) agar dalam menulis selalu meniru tulisan dalam Alkitab yang ringkas, singkat, padat kata-katanya dan jelas tujuan atau sasarannya. Sangat banyak ayat Alkitab yang beliau hafal dan sering digunakan dalam mengajar dan membimbing para calon wartawan. Ayat-ayat Alkitab juga sering dipakai dalam membina dan menasehati para wartawan, dan juga dalam membangun sebuah argumentasi terhadap sesuatu. Karena memakai ayat Alkitab, jadi sulit membantahnya kalau lawan argumentasinya tidak memiliki referiensi ayat Alkitab yang sebanding dengannya.
Sebagai manusia, beliau juga memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Bagi teman atau wartawan yang sudah agak akrab dengan beliau, beliau adalah seorang "tukang maki" walau makiannya tidak bermakna maki sungguhan. Seperti orang Timor umumnya, makian sering digunakan untuk menggambarkan kedekatan dalam berteman. Karena itu ketika Dion Bata Putra (Pemred Pos Kupang) meminta saya untuk menulis sesuatu tentang beliau, saya sempat bilang, yang paling saya ingat adalah kebiasaan beliau memaki-maki.
Namun setelah berpikir dan mengenang beliau lebih dalam, sebetulnya juga yang paling berkesan adalah cara mendidik dan nasehatnya yang khas Alkitabiah, pandangan dan raut mukanya yang tajam, cara merokoknya yang khas dan sambung-menyambung. Yang tak bisa saya lupakan juga adalah keterlibatan beliau upaya pencegahan HIV/AIDS dan bagaimana beliau mengajari dan mendidik para wartawan agar ikut menyebarluaskan bahaya HIV/AIDS kepada masyarakat luas. Selamat jalan, semua murid pasti mendoakan dan berharap Om Julius mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan.
Viktor Bhato (Redaktur Harian Timika Pos)
BAGI saya, yang sangat berkesan dari beliau ketika mendidik para calon wartawan adalah nasehatnya agar menulis mengikuti gaya tulisan para rasul dalam Alkitab. Saya selalu mengenang pesan Om Julius kepada saya, Hadmarus Waka (kini wartawan Polkam Harian Timika Pos), Marthinus Moru (kini Redaktur Ekonomi Harian Radar Timika) dan Mathias Masan Ola (kini Redaktur Kota Harian Tribun Kaltim) ketika hendak berangkat ke Timika setelah mendapat pelatihan di Pos Kupang pada bulan Juni 2000.
Om Julius yang juga aktivis/pakar HIV/AIDS itu meminta kami berempat untuk membawa kondom kalau berangkat ke Timika. "Pesan saya berbeda dengan Om Damy (Damyan Godho, PU Pos Kupang) dan Om Marcel Gobang. Saya hanya minta kalian yang ingin ke Timika agar jangan lupa membawa kondom," pesan Om Julius Siyaranamual ketika itu. Semula saya dan teman-teman tersenyum malu dan tidak mengerti mengapa beliau berpesan seperti itu. Tapi setelah tiba di Timika baru kami tahu, beliau berpesan seperti itu karena Timika merupakan salah satu daerah di Papua yang memiliki penderita HIV/AIDS cukup tinggi, tertinggi kedua setelah Merauke, Papua.
Tony Kleden (Redaktur Pelaksana Pos Kupang)
DI hadapan Om Julius, kekurangan dan 'kekecilan' sebagai seorang wartawan begitu terasa. Pengalaman sudah pasti jauh berbeda, karena terpaut umur yang jauh. Tetapi, di hadapan Om Julius, saya merasa sangat jauh jarak wawasan, elan vital, keingintahuan dan hasrat untuk belajar.
Itu sebabnya, umpatan seperti "Ah, tolol kamu! Salah itu" dan semacamnya, merupakan sesuatu yang telah biasa di telinga ketika berbincang-bincang dengan Om Julius. Seperti rokoknya yang jarang lepas dari bibirnya, seperti itulah Om Julius jarang membiarkan otaknya berkelana hampa, menerawang tanpa arah dan tujuan. Ada-ada saja ide yang keluar dari bibirnya itu. Dan, dari ide-ide dan pikiran yang dilontarkannya, jelas kalau Julius seorang generalis sejati ketika banyak wartawan mulai cenderung menjadi seorang spesialis. Kepergiannya, bagi saya tidak cuma menghapur satu nama deretan wartawan NTT, tetapi juga kehilangan seorang seniman wartawan. **
Data diri
Nama: Julius Siyaranamual
Lahir: Sumba Barat, 21 September 1944
Pendidikan:
- SR di Sumba Barat dan Makassar, Sulawesi Selatan
- SMP Negeri 1 Kupang
- SMA Katolik Syuradikara-Ende
- Sekolah Tinggi Teologia (STT) Jakarta, tamat tahun 1969.
Pekerjaan
- Karyawan Gakowan
- Wartawan beberapa surat kabar di Jakarta
- Wartawan Harian Surya, Surabaya
- Pemimpin Redaksi Majalah Kawanku
- Penyair, sastrawan Indonesia
- Pakar HIV/AIDS
Keluarga
Ayah: Marthen Daniel Siyaranamual
Ibu : Yuliana Yuli-Bolodadi
Julius Siyaranamual menikah tahun 1970 dengan Theresia S Yansen, seorang penulis dan dikarunia empat orang anak masing-masing Ani, Demi, Upi dan Intan. Terakhir tinggal di Tangerang, Banten.