Lokon: Gunung Api Teraktif di Dunia

Gunung Lokon meletus, September 2012
WARGA panik. Ribuan orang berhamburan keluar rumah sesaat setelah mendengar dentuman keras layaknya suara bom. Mereka berteriak-teriak mengajak sanak keluarga menyelamatkan diri. Saat itu, warga Kota Tomohon benar-benar panik menghadapi dahsyatnya letusan Gunung Lokon.

Meski sudah akrab dengan Gunung Lokon yang sering 'batuk', namun warga Tomohon tetap saja panik ketika mendengar ledakan. Mereka juga terus siaga terhadap bencana erupsi gunung yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi. "Kami sampai berhamburan keluar rumah, karena kami kira ada bom meletus," ujar Oscar Lolowang, warga Tinoor.

"Saya terkejut karena mendengar letusan keras, dikira bom, ternyata Gunung Lokon yang meletus," ungkap Ruddy Pitoy, warga Kolongan.

Rabu 28 November 2012 sekitar pukul 10.05 Wita, Gunung Lokon kembali meletus. Kali ini letusan cukup dahsyat karena menimbulkan suara keras hingga menggetarkan rumah-rumah warga.

Abu vulkanik pun menyembur hingga 3.500 meter, sebuah ketinggian yang tidak biasa. Beberapa kali meletus, semburan abu vulkanik hanya mencapai 500-2.500 meter. Ini ada peningkatan ketinggian yang cukup signifikan.

"Abu vulkanik yang keluar akibat letusan Gunung Lokon mencapai ketinggian 3.500 meter," ujar Suwarno, petugas Pos Pemantau Gunung Lokon kepada Tribun Manado.

Abu vulkanik yang keluar dari Kawah Tompaluan belum menjangkau wilayah Tomohon karena masih berada dalam posisi vertikal ke udara. "Untuk sementara abu vulkanik belum bisa diprediksi akan jatuh ke mana, karena masih dalam posisi vertikal ke udara," jelasnya.

Sejak sehari sebelumnya, tanda-tanda akan terjadinya letusan memang sudah terlihat dengan meningkatnya kegempaan pada sesmograf di Pos Pemantau, baik gempa tremor maupun vulkanik.

"Supply energy masih terus berlangsung setelah letusan, jadi warga harus terus berhati-hati, dengan tidak melakukan aktivitas dalam radius bahaya 2,5 kilometer atau mendaki hingga ke puncak," pintanya.

Abu Lokon kemarin memang tidak menyasar Tomohon, melainkan melayang hingga Tanawangko. Seorang warga yang melakukan perjalanan dari Minahasa Selatan ke Manado, Martino Limpong mengaku mengalami gangguan pandangan mata akibat abu vulkanik.

Perjalanan dari rumahnya di Minsel menuju Manado saat melewati Tanawangko, Minahasa terlihat cuaca seperti berkabut. "Abu lokon bikin kabut tebal, jarak pandang terganggu," ujarnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Utara, Hoyke Makarawung dalam pesan pendeknya menjelaskan Gunung Lokon masih berstatus Siaga. "Ketinggian asap letusan mencapai tiga kilometer dari Kawah Tompaluan. Condong mengarah ke Barat Daya Tombariri-Tanawangko," ujarnya.

Meski demikian saat letusan gunung terjadi berbarengan dengan hujan di tempat-tempat tertentu sehingga efek dari keluarnya abu tak banyak berikan pengaruh buruk. Selain itu, menurutnya koordinasi instansi dan monitoring serta pemantauan petugas telah dilakukan.

Sejak ditetapkan dengan status Siaga pada Juli 2011, menurut Kepala Pos Pemantau Gunung Api Lokon dan Mahawu, Farid Ruskanda Bina, ini adalah letusan terbesar. Dan sejak status Siaga, Lokon sudah meletus lebih dari 800 kali. Ini menandakan Lokon sebagai salah satu gunung api teraktif di dunia.

Wali Kota Tomohon Jimmy Eman mengaku bersyukur sebab kendati terjadi letusan besar, namun Gunung Lokon tak sampai memberi dampak buruk bagi daerah ini. "Tomohon ini memang daerah yang diberkati dan dilindungi, lihat saja kendati Lokon meletus, tapi tak satu pun dampak yang dirasakan masyarakat. Lokon menjadi berkat bagi Tomohon, karena semakin dikenal dunia luar," katanya.
(war/rob)

Sumber: Tribun Manado 29 November 2012 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes