Ubi Nuabosi di Pasar Mbongawani Ende (2015) |
Kepala Dinas (Kadis) Pertanian, Peternakan dan Tanaman Pangan Hortikultura Kabupaten Ende, Ir. Marianus Alexander, mengatakan hal itu di ruang kerjanya, Selasa (31/3/2015).
Marianus mengatakan, tujuan pembangunan pasar tani di Nuabosi agar para petani langsung menjual ubi nuabosi di daerah itu sehingga mencegah kemungkinan terjadinya pemalsuan produk ubi nuabosi oleh oknum warga. "Dengan pasar tersebut para petani langsung menjual ubi nuabosi kepada para pembeli yang datang membeli langsung ubi nuabosi yang telah tersedia di pasar tani," katanya.
Marianus mengatakan, pihaknya sedang mengajukan proposal ke Kementerian Pertanian RI terkait rencana pembangunan pasar tani di Nuabosi. Diharapkan dapat disetujui sehingga keberadaan pasar tani itu bisa terealisasi.
Selain rencana pembangunan pasar tani, Marianus juga mengharapkan sebaiknya di Pasar Mbongawani, Ende yang selama ini menjual ubi nuabosi diberi lapak tersendiri sehingga memudahkan warga yang hendak membeli, dan menghindari kemungkinan terjadinya pemalsuan.
"Kalau soal lapak itu menjadi kewenangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Ende," kata Marianus. Mengenai wacana ubi nuabosi menjadi verietas unggulan nasional, Marianus mengatakan, sebagai warga Ende ia senang karena salah satu produk khas asal Kabupaten Ende mendapat apresiasi khusus di tingkat nasional.
"Setelah pisang beranga, kini ubi nuabosi menjadi verietas unggulan nasional. Kita berharap agar hal itu bisa terwujud," kata Marianus.
Dikatakannya, wacana penetapan ubi nuabosi menjadi varietas nasional diusulkan Dinas Pertanian NTT bekerjasama dengan Universitas Nusa Cendana Kupang. "Sudah hampir lima tahun dilakukan penelitian oleh Undana Kupang yang akan diakhiri dengan seminar dalam waktu dekat," kata Marianus.
Terkendala Lahan
Mengenai pengembangan ubi nuabosi ke depan, Marianus mengatakan, selain dikembangkan oleh para petani di Nuabosi, direncanakan akan dikembangkan diluar daerah. "Saat ini memang belum ada lahan ujicoba khusus untuk proyek percontohan Dinas Pertanian Kabupaten Ende. Namun ada upaya menanam ubi nuabosi di luar Nuabosi meskipun belum dalam skala besar," kata Marianus.
Untuk pengembangan ubi nuabosi, saat ini masih dilakukan sendiri oleh masyarakat di lahan-lahan pertanian yang terkadang bercampur dengan tanaman jenis lain, seperti kacang-kacangan dan jagung.
Marianus mengatakan, saat ini proses pengembangan ubi nuabosi terkendala lahan. Para petani di Nuabosi selain membutuhkan lahan untuk menanam ubi nuabosi juga untuk menanam tanaman perdagangan yang lebih menjanjikan untuk mendapatkan uang seperti kopi atau cengkeh.
"Masyarakat lebih memilih menaman cengkeh atau kopi yang lebih mendatangkan uang dalam jumlah besar dibandingkan ubi nuabosi. Karena itu kami mendorong agar masyarakat kembali menanam ubi nuabosi, apalagi akan ditetapkan menjadi verietas nasional," kata Marianus. (rom)
Pemerintah Bantu Pemasaran
SALAH seorang petani, Petrus Mite, saat ditemui di Nuabosi merasa senang mendengar informasi bahwa ubi nuabosi bakal ditetapkan sebagai verietas nasional karena keberadaan ubi tersebut semakin dikenal dan diakui di tingkat nasional. "Itu merupakan suatu kebanggaan, tidak saja bagi warga Nuabosi tapi juga bagi pemerintah dan masyarakat Kabupaten Ende dan NTT," kata Petrus.
Petrus berharap agar pemerintah tidak sekedar membiarkan petani di Nuabosi berdiri sendiri dalam mengembangkan ubi tersebut tapi ikut membantu para petani. "Kalau bisa pemerintah membantu pengembangan pemasaran sehingga ekonomi masyarakat semakin meningkat seiring penetapan ubi nuabosi menjadi varietas nasional. Jangan ketika ubi nuabosi ditetapkan menjadi varietas nasional, kehidupan petani tetap sama saja seperti sebelumnya," kata Petrus.
Dia juga meminta pemerintah memperbaiki jalan dari Kota Ende menuju Nuabosi, karena saat ini kondisi jalan tersebut rusak parah. "Kalau kondisi jalan sudah baik, masyarakat akan datang langsung ke Nuabosi untuk mendapatkan ubi nuabosi sehingga memperlancar proses penjualan ubi nuabosi oleh masyarakat menuju ke Kota Ende," kata Petrus.
Pemkab Ende, demikian Petrus, juga diminta membangun lapak khusus di dalam Pasar Mbongawani sehingga para pembeli bisa langsung membeli ubi tanpa ditipu oleh oknum-oknum tertentu yang terkadang memalsukan ubi nuabosi.
Informasi yang diperoleh Pos Kupang dari Anggota DPRD NTT, Yucundianus Lepa, wacana penetapan ubi nuabosi menjadi varietas nasional merupakan hasil kerja sama Dinas Pertanian NTT dengan Universitas Nusa Cendana (Undana).
Proses menuju penetapan itu dilakukan lima tahapan kegiatan, yakni tahap pertama berupa identifikasi jenis ubi yang meliputi jenis terigu, jenis tana Ai dan jenis toko reko. Tahap kedua berupa pengujian varietas yang dilakukan di tiga kabupaten meliputi Kabupaten Ende, Sikka dan Kabupaten Kupang. Dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa ubi jenis terigu yang lebih unggul. Sementara pada tahap ketiga berupa nilai rasa yang pada akhirnya diketahui bahwa ubi nuabosi memiliki nilai rasa tersendiri. Sedangkan tahap keempat dan kelima berupa seminar.
Yucun berharap agar ketika sudah ditetapkan menjadi varietas nasional, pemerintah berkewajiban mengembangkan ubi nuabosi minimal 50 hektar setiap tahun. Untuk mencapai hal tersebut tidak mudah kalau hanya dikembangkan di nuabosi. Diharapkan agar keberadaan ubi nuabosi bisa dikembangkan diluar nuabosi. (rom)
Pengaruh Faktor Lingkungan
DOSEN Faperta Undana, Ir. IG. B. Adwita Arsa, MP yang melakukan penelitian terhadap keberadaan ubi nuabosi mengatakan, cita rasa ubi nuabosi dipengaruhi faktor lingkungan. Untuk ubi nuabosi, selain faktor unsur hara dan tekstur tanah, juga pengaruh suhu. Faktor tersebut mempengaruhi kualitas dan cita rasa ubi.
"Kalau ditanam di Kupang dan Maumere yang suhunya lebih panas dari di Nuabosi, rasa gurihnya menjadi kurang. Tekstur tanah yang sesuai untuk ubi nuabosi adalah tekstur lempung berpasir, seperti di Nuabosi. Kalau di Kupang tekstur tanah lempung berliat, sehingga perkembangan ubi kurang baik. Kadar Zn dan P kemungkinan juga menjadi penentu kualitas cita rasa ubi. Jadi faktor penentunya berinteraksi antarfaktor tersebut," katanya.
Mengenai pelaksanaan penelitian, Ir. IG. B. Adwita Arsa, MP yang dihubungi dari Ende, Rabu (1/4/2015), mengatakan, penelitian tahap awal dimulai dengan mencari varietas lokal yang dominan diusahakan petani di daerah Nuabosi. Dikatakannya, ternyata ada tiga varietas lokal, yaitu terigu, tana ai dan toko reko. Ketiga varietas ini diuji daya adaptasi dan kualitas ubinya pada tahap penelitian berikutnya, dan yang dipilih dari tiga varietas tersebut adalah varietas terigu, karena cita rasa lebih gurih dan hasil lebih tinggi, lebih tahan penyakit bercak daun, walaupun umur panen lebih lama daripada tana ai.
Untuk bisa dilepas sebagai varietas, maka varietas terigu perlu dikembangkan lebih lanjut. Rencananya itu dilakukan tahun ini.
Tim dari Undana Kupang yang melakukan penelitian, yakni Ir. A S S Ndiwa, MP dan Ir. Yosep Seran Mau, M.Sc, PhD, Ir. IG. B. Adwita Arsa. Mereka mengatakan, kegiatan pelepasan varietas lokal sebagai varietas unggul oleh P2VT Badan Benih Nasional dikenal sebagai program pemutihan varietas. Maksudnya supaya varietas lokal yang sudah ditanam petani dapat disertifikasi (diberi label, Red) oleh BPSB NTT setelah mendapat SK pelepasan dari Menteri Pertanian, sehingga kualitas stek dapat terus dipertahankan oleh masyarakat. (rom)
Sumber: Pos Kupang 4 April 2015 halaman 13