Selamat Jalan Perintis Sastra NTT

Gerson Poyk
SELAMAT jalan Bapak Gerson Poyk, perintis sastra NTT. Provinsi NTT dan Indonesia kehilangan tokoh besar bidang sastra dan budaya yang dengan cemerlang mengangkat lokalitas daerah/masyarakat NTT dalam karya-karya sastranya.

Di samping sebagai sastrawan besar Indonesia, yang oleh H. B. Jassin dimasukkan sebagai Angkatan 66, Gerson Poyk juga adalah orang NTT pertama yang berkiprah di panggung sastra. Beliau dijuluki sebagai perintis sastra NTT. Setelah Gerson merintisnya, muncul kemudian nama-nama lain, seperti Dami N. Toda, Julius Sijaranamual, Umbu Landu Paranggi, dan John Dami Mukese.

Data otentik karya sastra Gerson Poyk pertama sebagai karya awal orang NTT di panggung sastra berupa cerita pendek, judulnya "Mutiara di Tengah Sawah." Cerpen ini dimuat majalah Sastra (Nomor 6, Tahun I, Oktober 1961) dan mendapat hadiah dari majalah tersebut sebagai cerpen terbaik tahun 1961 itu.

Majalah Sastra adalah majalah bulanan yang terbit pertama kali tahun 1961, dipimpin H.B. Jassin dan M. Balfas. 

Dalam sejumlah biografinya, Gerson Poyk mulai menulis karya sastra sejak menjadi guru SMP dan SGA di Ternate dan di Bima sebelum tahun 1961. Disebutkan, ada sejumlah media yang memuat karya sastranya, seperti Mimbar Indonesia, Tjerita, dan Sastra. Hanya sayangnya, saya hanya menemukan data otentik karya sastra Gerson pada majalah Sastra (1961), sedangkan pada majalah Mimbar Indonesia dan Tjerita sebelum tahun 1961, tidak ditemukan.

Dalam forum Temu 1 Sastrawan NTT yang diselenggarakan Kantor Bahasa NTT pada 30-31 Agustus 2013 di Kupang, saya tanyakan langsung kepada Bapak Gerson, apa judul karya sastra pertamanya. Dijawab bahwa karya sastra pertamanya cerpen "Mutiara di Tengah Sawah," namun media yang memuatnya beliau sudah lupa. Dengan demikian, sastra NTT dimulai pada tahun 1961, sejak orang NTT pertama menulis karya sastra, kini sastra NTT berusia 56 tahun, dengan perintisnya GersonPoyk.

Gerson Poyk lahir pada 16 Juni 1931 di Namodale, Rote Ndao, Provinsi NTT. Tahun 2017 ini Gerson Poyk genap berusia 86 tahun. Selama 56 tahun terus-menerus, Gerson Poyk tetap dan terus berkarya sastra, mengangkat citra Provinsi NTT dalam panggung sastra Indonesia modern. Banyak pembaca karya sastra Indonesia modern dengan sangat mudah menghubungkan karya-karya sastra Gerson dengan kondisi alam lingkungan dan sosial budaya Provinsi NTT. Gerson Poyk juga sering dijuluki sebagai pendongeng dari Timur.

Pada Temu 2 Sastrawan NTT di Universitas Flores, Ende, pada 8-10 Oktober 2015, lebih dari 60 sastrawan NTT yang hadir, menetapkan tanggal 16 Juni sebagai Hari Sastra NTT bersamaan dengan HUT Gerson Poyk. Ini terkandung maksud sebagai bentuk rasa hormat dan penghargaan kepada Gerson Poyk sebagai perintis sastra NTT.

Hari Sastra NTT diperingati pertama kali pada 16 Juni 2016 lalu.Tahun 2016 lalu, kami di Universitas Flores Ende memperingati Hari Sastra NTT sekaligus merayakan HUT ke-85 Gerson Poyk selama dua hari, tanggal 15 dan 16 Juni 2016 dengan berbagai kegiatan bidang sastra dan budaya.

Berdasarkan hasil penelusuran saya selama bertahun-tahun, sampai dengan 2017 ini, Gerson Poyk telah menerbitkan minimal 29 buku sastra, 13 judul buku novel, 14 judul buku kumpulan cerpen, satu judul buku puisi, dan satu judul buku jurnalistik bergaya sastra. Sedangkan karya sastra yang belum dibukukan, berupa cerpen, puisi, naskah drama, esai sastra, kritik sastra, dan ulasan sastra, jumlahnya bisa ribuan yang tersebar di puluhan bahkan ratusan media cetak di Indonesia.

Beliau sendiri menyebut jumlahnya sekitar 2-3 karung.
Karya sastra Gerson yang terkenal dan dibaca luas, antara lain berjudul Sang Guru, Cumbuan Sabana, Nostalgia Nusa Tenggara, Mutiara di Tengah Sawah, Matias Akankari, Meredam Dendam, Nostalgia Flobamora, dan Enu Molas di Lembah Lingko.

Judul-judul buku novel Gerson Poyk adalah (1) Hari-Hari Pertama (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1964, 1968); (2) Sang Guru (Pustaka Jaya, Jakarta, 1971, 1973); (3) Cumbuan Sabana (Nusa Indah, Ende, 1979); (4) Petualangan Dino (Nusa Indah, Ende, 1979); (5) Giring-Giring (1982); (6) Sang Sutradara dan Wartawati Burung (Kakilangit Kencana, Jakarta, 2009); (7) Tarian Ombak (Kakilangit Kencana, Jakarta, 2009); (8) Meredam Dendam (Kakilangit Kencana, Jakarta, 2009); (9) Seruling Tulang (Kakilangit Kencana, Jakarta, 2009); (35) (10) Nyoman Sulastri (Libri, Jakarta, 2012); (11) Seribu Malam Sunyi (Libri, Jakarta, 2012); (12) Enu Molas di Lembah Lingko (Q Publisher, 2015), (13) Nostalgia Flobamora (Actual Potensia Mandiri, 2015).

Buku-buku cerpen Gerson Poyk adalah (1) Nostalgia Nusa Tenggara (Nusa Indah, Ende, 1975, 1977); (2) Oleng-Kemoleng & Surat-Surat Cinta Aleksander Rajaguguk (Nusa Indah, Ende, 1975, 1977); (3) Matias Akankari (1975); (4) Jerat (Nusa Indah, Ende, 1978); (5) Requiem untuk Seorang Perempuan (1981, 1983); (6) Seutas Benang Cinta (1982); (7) Di Bawah Matahari Bali (Sinar Harapan, Jakarta, 1982); (8) La Tirka Tar (1983); (9) Mutiara di Tengah Sawah (1984); (10) Anak Karang (1985); (11) Puber Kedua di Sebuah Teluk (1985); (12) Doa Perkabungan (Gerson Poyk, 1987); (13) Impian Nyoman Sulastri dan Hanibal (Gerson Poyk, 1988); (14) Poti Wolo (Grafiti, Jakarta, 1988).

Adapun buku puisi Gerson berjudul, Dari Rote ke Iowa (2015) dan buku jurnalistik bergaya sastra berjudul Keliling Indonesia: dari Era Bung Karno Sampai SBY (2010). (Yohanes Sehandi,  Pengamat Sastra NTT dari Universitas Flores, Ende).

Sumber: Pos Kupang, 25 Februari 2017 hal 4
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes