Pastor Asal Flores Temani SBY Sekeluarga di Vatikan

P Markus Solo (kedua dari kanan)
Kami turun dari mobil  dan saling bersalaman. Mereka semua sangat berantusias, terutama Pak SBY, Ibu Ani dan kedua putera mereka, Mas Agus dan Mas Baskoro.

PRESIDEN  keenam Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)  dan keluarga berkunjung ke Vatikan pada hari Minggu 16 Juli 2017. SBY jalan-jalan ke Vatikan bersama  Ibu Ani Yudhoyono,  kedua puteranya Agus  Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas)  masing-masing dengan istri dan anak. 

Singkatnya mantan orang nomor satu di Indonesia itu hadir lengkap bersama istri, anak, menantu dan cucu serta anggota rombongan lainnya.

Kunjungan SBY sekeluarga disambut spesial otoritas Tahta Suci sehingga beliau boleh melihat hampir semua tempat suci dan bersejarah di Vatikan. Yang mengesankan pemandunya adalah pastor asal Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT),  Markus Solo Kewuta, SVD. Pater Markus bertugas di Vatikan sejak sepuluh tahun lalu dan kini menjadi Anggota Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Agama.

Berikut penuturan  Pater Markus tentang pengalamannya menemati SBY sekeluarga  sebagaimana dikutip dari akun Facebooknya.

Tadi malam (Sabtu malam 15 Juli 2017, Red)  Dubes (duta besar)  RI untuk Tahta Suci Vatikan, Pak Agus Sriyono, menelepon saya meminta untuk bersama-sama menerima Pak SBY, mantan Presiden RI, bersama ibu, kedua putera dan keluarga serta rombongan sebanyak 27 orang yang mau berkunjung ke Vatikan.

Bersama Agus HY dan istrinya
Sekaligus Pak  Dubes meminta saya menjadi guide (pemandu) untuk Pak SBY dan rombongan. Saya menyanggupinya. Segera semua prosedur permohonan tulisan dibuat berserta lobi lisan di Vatikan sehingga dalam waktu relatif singkat semua beres.

Tadi sore (Minggu 16 Juli 2017, Red)  menjelang jam 16.00 Pak SBY dan Ibu Ani serta rombongan, dengan menggunakan empat  mobil Mini-Van hitam berkonvoi menuju Vatikan.

Pak Dubes Agus yang didampingi oleh istri dan Pak Wandry dari Departemen Komsos bersama saya menerima rombongan di pintu masuk lalu beriringan memasuki Vatikan mengikuti mobil KBRI Vatikan yang dikemudi Pak Kahono, hingga ke Porta della Preghiera, pintu khusus Basilika Santo Petrus yang berpapasan dengan rumah tempat tinggal Paus, Domus Santa Marta. Kami turun dari mobil  dan saling bersalaman. Mereka semua sangat berantusias, terutama Pak SBY, Ibu Ani dan kedua putera mereka, Mas Agus dan Mas Baskoro bersama keluarga.

Saya memulai guide dengan memperkenalkan diri, dibantu oleh Pak Dubes, kalau saya juga orang Indonesia dan bertugas di Vatikan sejak 10 tahun pada "Dewan Kepausan seperti sebuah Kementerian Dialog Lintas Agama", kelahiran Flores, NTT. Serta merta Pak SBY dan Ibu Ani menyela, kalau mereka pernah ke Manggarai dan Labuan Bajo. Saya ucapkan terima kasih dan menambah kalau saya berasal dari ujung timur Flores, Larantuka.

Masuk ke dalam Basilika, Pak SBY dan Ibu Ani bersama rombongan berkali-kali mengungkapkan kekaguman yang luar biasa. Ibu Ani, sementara mendengar semua penjelasan saya, sangat gesit memotret.

Pak SBY selalu berjalan di samping saya, kadang memegang tangan saya kalau mau mengungkapkan sesuatu. Saya menjelaskan kepada mereka, apa itu Vatikan dan segala yang penting di dalam Basilika. Kami bersyukur bisa masuk ke dalam wilayah terpagar karena kepala sekuriti Basilika, sahabat dekat saya, sudah berkoordinasi dengan semua pegawainya untuk membuka semua blokiran.

Kami bergerak ke Kuburan Santo Petrus dan wilayah Confessione, altar utama, saya menjelaskan tentang kuburan Santo Petrus di bawah altar itu, tentang peranan Santo Petrus, Baldchin Bernini, Cupola Michelangelo, lalu ke tempat pengakuan dosa di Navata kanan. Mereka sangat kagum ketika saya bercerita bahwa kadang-kadang Paus juga datang mengaku dosa di sini.
Bersama Ibas sekeluarga

Ibu Ani bertanya, kalau di situ ada juga pelayanan pengakuan dosa dalam bahasa Indonesia. Saya tersenyum dan mengatakan: Belum ada secara resmi, tetapi kadang-kadang ada. Dan kalau dibutuhkan, saya juga bersedia. Pak SBY ketawa dan menepuk bahu saya.

Kami berputar bersama segenap rombongan ke makam Paus Pembaharu, Paus dell'Aggiornamento, Paus Johannes ke-23, Paus Konsili Vatikan II. Saya menjelaskan apa itu konsili, apa itu reliqui, apa itu pembaharuan dalam Gereja Katolik termasuk tentang keterbukaan Gereja Katolik terhadap umat beragama lain, memajukan saling menghormati dan saling memahami dalam perbedaan demi perdamaian dan keharmonisan.

Kami berjalan lagi menuju Kapela Santissimo Sacramento, kapela tempat Pentakhtaan Sakramen Maha Kudus. Saya menjelaskan betapa pentingnya kapela itu tempat orang berdoa dan mencari keheningan. Bahwa dari sekian ratus ribu orang yang masuk per hari ke Basilika kepausan ini, ada banyak juga di antara mereka yang mencari sudut hening, karena Gereja adalah tempat berdoa.

Kami masuk bersama-sama ke Kapela Sebastiano tempat dimakamkan Paus Johannes Paulus II. Oleh karena pihak sekuriti selalu membuka jalan dan meminggirkan para turis dan peziarah lain, kami dengan mudah bisa berkumpul di depan Makam Paus Johannes Paulus II, Paus yang sangat simpatik itu dan dicintai seluruh dunia. Pak SBY dan Ibu Ani juga ingat baik, siapa Paus Johannes Paulus II dari Polandia tersebut.

Cerobong Asap Konklav

Seusai melihat makam Paus Johannes Paulus II di dalam Kapela Sebastiano, saya mengajak Presiden keenam Repulik  Indonesia,  Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan keluarga berkunjung ke Pieta, master piece dari Michelangelo.

Pak SBY dan Ibu Ani Yudhoyono bersama rombongan sangat terkesan dengan nilai-nilai universal dari pahatan yang khas Kristiani itu karena menampilkan Bunda Maria yang sedang memangku jasad Yesus yang sudah meninggal. Di situ ibu Ani bertanya kepada saya: Romo, Yesus meninggal pada umur berapa? Begitu saya mau jawab, putra beliau, Pak Agus Harimurti, yang mantan calon Gubernur Jakarta itu, langsung menjawab dengan benar: 33 tahun. Wah.. saya langsung mengucapkan selamat kepada Pak Agus. Semua senyum dan tertawa.

Di depan Pieta, tiba-tiba sekelompok Suster Indonesia dari NTT terkejut melihat Pak SBY. Mereka sangat gembira berjabatan tangan dan sekalian foto bersama Pak SBY dan Ibu Ani. Pak SBY berpesan kepada mereka untuk tetap semangat, menjaga kesehatan selalu dan berkarya demi kebahagiaan banyak orang.

SBY berbincang dengan Dubes Agus Sriyono dan P Markus
Dari sana kami ke ruang tengah Basilika, mengambil beberapa foto bersama. Saat itu pihak sekuriti Vatikan datang menyampaikan kepada saya, kalau mereka sudah berkoordinasi dengan sekuriti Lapangan Santo Petrus bahwa semua siaga menjaga kalau kami keluar menuju Lapangan Santo Petrus. Ketika keluar, mobil polisi Vatikan sudah berjaga, beberapa lagi berkeliaran memantau di antara khalayak.

Kami keluar menuju Lapangan Santo Petrus. Di bawah patung Santo Petrus kami berdiri, saya menjelaskan tentang Istana Kepausan, Lapangan Santo Petrus dan Balkon tempat penampakan Paus terpilih serta Berkat Urbi et Orbi. Pak Agus ingin melihat dari mana asap keluar kalau ada pemilihan Paus saat konklav. Saya mengundang mereka ke Lapangan Santo Petrus supaya bisa melihat bubungan Kapel Sistina tempat asap keluar. Di sana saya menjelaskan kepada mereka tentang konklav dan tentang Obelisk yang menjulang di tengah lapangan.

Cuaca panas. Kami tutup dengan foto-foto lalu bergerak menuju kendaraan-kendaraan yang sedang siap di depan Sant'Ufficio, samping Lapangan Santo Petrus.

Dalam perjalanan pulang, Pak Dubes Agus Sriyono dan saya mengucapkan terima kasih kepada Pak SBY dan Ibu Ani yang sudah mengambil waktu  mampir ke Vatikan dan mengenal Vatikan dari dalam. Pak SBY dan Ibu Ani menjawab: Sebaliknya kamilah yang sangat berterima kasih sudah diterima dan dihantar dengan begitu baik dan dengan penjelasan yang sangat baik pula. Mereka nampak puas.

Di depan mobil-mobil, Pak SBY kembali memanggil saya: Romo, banyak terima kasih, memegang tangan saya erat-erat. Mengulangi apa yang sudah beliau katakan dua kali dalam perjalanan di dalam Basilika: Romo, mari kita bekerjasama untuk kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan seluruh umat manusia..

Hal itu beliau sudah singgung di dalam Basilika ketika saya bercerita sepintas tentang Konvensi Diaspora di Jakarta baru-baru ini, dan salah satu tema-nya adalah toleransi, perdamaian dan kerukunan hidup di Indonesia.

Dubes Agus Sriyono (paling kiri)
Pak SBY dan Ibu Ani  berjalan menuju mobil. Tiba-tiba Pak Agus dan istrinya Annisa Pohan  datang mendekat meminta foto bersama. Setelah bertiga, Pak Agus ingin foto berdua saja. Dan setelah itu datanglah Pak Ibas bersama istri dan anak untuk potret bareng dengan saya. Sebuah pertemuan yang sangat menggembirakan, terjadi dalam iklim persahabatan dan persaudaraan.

Terasa begitu akrab sebagai putra-putri sebangsa dan setanah air. Di saat seperti ini, di mana negara kita butuhkan banyak semangat persaudaraan, pertemanan dan pengampunan, kita membuka hati dan pikiran serta kedua tangan selebar-lebarnya untuk menerima dan merangkul semua yang berkehendak baik untuk bekerjasama memajukan dan mensejahterakan bangsa tercinta, rumah kita bersama, NKRI yang ber-Bhineka Tunggal Ika, kebanggaan dan brandmark kita. Mohon dijaga kesantunan dalam berkomentar.

Pejabat Vatikan

Siapakah Markus Solo Kewuta SVD, pastor asal Indonesia yang menjadi pemandu bagi SBY dan keluarga saat berkunjung ke Vatikan, Minggu 16 Juli 2017? Boleh disebut Markus Solo merupakan putera Indonesia yang memangku jabatan penting di Vatikan.

Imam Katolik  kelahiran Lewouran, Kabupaten  Flores Timur, 4 Agustus 1968 tersebut menjabat sebagai Pontifical Council For Interreligious Dialogue (Anggota Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Agama). Dia merupakan orang Indonesia pertama dalam jabatan itu. Pater Markus, demikian dia akrab disapa sejak sepuluh tahun lalu berkarya di lingkungan Tahta Suci Vatikan. Dalam posisinya sebagai anggota dewan kepausan, Pater Markus selalu berkomunikasi dengan pejabat tinggi Vatikan termasuk Sri Paus, pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia. Dia pun berkeliling ke berbagai belahan dunia menggalang dialog demi perdamaian dan persaudaraan.

Markus Solo adalah anak bungsu dari lima bersaudara buah kasih pasangan  Nikolaus Kewuta dan Getrudis. Markus menyelesaikan pendidikan SD hingga SMA di Flores Timur. Alumni Seminari Menengah San Dominggo, Flores Timur ini sempat belajar filsafat di STFK Ledalero. Pater Markus belajar islamologi di Inssbruck University, Austria. Dia juga belajar budaya Arab dan islamologi di Al Azhar University, Mesir. Pater Markus Solo yang bergelar doktor itu  fasih  bicara dalam enam bahasa asing yaitu Arab, Italia, Inggris, Jerman, Mandarin dan Latin. (osi)

Sumber: Pos Kupang 18-19 Juli 2017 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes