DUA belas Agustus 2011. Hari masih pagi. Kira-kira pukul 08.40 sebuah pesan singkat masuk ke ponsel saya. Pesan dari Ros, manajer PSDM SKH Pos Kupang. Om Dion, Even telah pergi le. Kami di rumah sakit umum Kupang sekarang... Menyusul SMS berikutnya dari beberapa teman antara lain Gerardus Manyella.
Sungguh kesedihan saya yang saat itu berada di rumah orangtua di Onekore, Ende bertambah. Saya masih dalam suasana duka. Tanggal 3 Agustus 2011 ibu saya, Theresia Masi Bata dipanggil Tuhan setelah terbaring sakit kurang lebih lima bulan. Saya tahu Even memang sakit dan sempat keluar masuk rumah sakit tetapi saya tidak menduga bahwa dia akan pergi selekas itu menghadap Sang Pencipta, empunya kehidupan.
Saya memberi tahu istri saya di Kupang tentang kabar duka ini. Bersama beberapa teman dia bergegas ke rumah sakit dan ikut mengantar jenazah Even sampai ke rumah duka di kawasan Sikumana. Saat itu saya ingin menulis tentang almarhum semasa hidup, namun saya tak sanggup. Perasaan saya tak karuan, mengharu biru hingga tak sanggup mengetikkan kata-kata di atas tuts laptop meski saya sudah berusaha.
Keesokan harinya saya coba mencari Pos Kupang, berharap ada teman yang menulis in memoriam tentang Eventius Midin, begitu nama lengkap kawan ini. Tapi tidak saya temukan tulisan mengantar Even, mantan Manajer Keuangan dan Manajer Umum Pos Kupang, kecuali sebaris iklan turut berduka cita dari keluarga besar Pos Kupang. Ya, mungkin teman-temanku di Kupang terlalu sibuk sehingga tak sempat menulis in memoriam atau memang dianggap tidak penting lagi. Bagi saya, ini tradisi yang hilang dari Pos Kupang. Sejak dulu selalu ada tulisan mengantar seorang rekan yang berpulang….
Sebelum Even, teman kami yang lebih dulu berpulang adalah Emanuel Kudu, tenaga pracetak (layout). Setiap tiap kali saya melewati Ekoleta, Detusoko-Ende, saya selalu ingat Eman Kudu. Dia dibaringkan di rumah keluarganya di sisi jalan utama Ende-Maumere. Pada saat duka semacam ini saya juga ingat teman-teman Pos Kupang yang telah menghadap Tuhan, termasuk salah seorang pendiri harian ini, Om Valens Goa Doy dan orang yang ikut mendidik jurnalis tangguh Pos Kupang, Julius R Siyaranamual.
Pertemuan saya terakhir dengan Even tanggal 1 Juli 2011. Hari itu hari yang sangat berarti bagi saya dan sejumlah teman termasuk Even. Hari itu, dalam rapat dengan seluruh manajer dan awak Redaksi Pos Kupang, Pemimpin Umum Pos Kupang, Damyan Godho mengumumkan perombakan struktur, mekanisme kerja dan personel di lingkungan PT Timor Media Grafika (TMG) yang menaungi Pos Kupang.
Saya ditugaskan ke Maumere, Flores sebagai editor Harian FloresStar, Tony Kleden (sebelumnya Redpel) ditugaskan sebagai reporter di Sumba Barat Daya, Dami Ola (Redpel) menjadi news editor desk Hukum Pos Kupang. Benny Dasman menjadi Manajer Liputan dan Marsel Ali jadi Sekretaris Redaksi. Sejumlah redaktur menjadi reporter seperti Martin Lau, Gerardus Manyella, Ferry Ndoen dan Alfred Dama. “Perombakan ini demi perubahan. Setelah tiga bulan akan dievaluasi,” begitu kata Om Damyan saat itu.
Even sendiri sudah lebih dulu menerima SK dari Pemimpin Umum pada tanggal 30 Juni 2011 sore. Dia tidak lagi dipercayakan sebagai Manajer Umum, tugas barunya adalah mengurus Koperasi Karyawan PT Timor Media Grafika bersama Ety Turut (mantan Manajer PSDM dan Kepala Sekretariat Redaksi).
Dalam rapat tanggal 1 Juli 2011 itu, Even terlihat masih bugar dan sempat meneguhkan saya dan teman-teman lain untuk menjalani tugas baru dengan semangat untuk kemajuan Pos Kupang. Manajer pertama di lingkungan Pos Kupang yang menerima SK baru dari Pemimpin Umum adalah Fery Jahang (Manajer Iklan). Tugas baru Ferry Jahang adalah menangani sirkulasi Harian FloresStar di Ruteng, Kabupaten Manggarai. Rapat tanggal 1 Juli 2011 tidak dihadiri Ferry karena dia sudah berangkat menuju tempat tugas yang baru.
Sampai saya meninggalkan Kupang menuju Maumere 7 Juli 2011, saya tidak pernah berjumpa lagi dengan Even karena dia jatuh sakit. Dua atau tiga hari setelah berada di Maumere saya dapat kabar dia masuk Rumah Sakit Mamami. Opname. Perutnya membengkak, wajah pucat. Dia sempat keluar dari Rumah Sakit dan melanjutkan pengobatan di rumah.
Even…. maafkan saya karena selama kamu sakit saya tidak sempat membezukmu. Semoga Even maklum, karena saat itu saya berada di Maumere. Saya tidak tahu apakah teman-teman Pos Kupang yang ada di Kupang saat itu sempat melihat dan menghiburmu? Saya ingat Even kerap mengingatkan agar perusahaan tidak hanya memandang karyawan-karyawati di saat suka dan sehat serta produktif bagi perusahaan. Mestinya pada saat sakit dan luka, perusahaan memberi perhatian sepadan. Toh sebagai manusia, kita tidak selamanya sehat dan kuat. Tidak selalu segar bugar sepanjang masa.
Kabar terakhir yang saya terima tentang kepergiaan Even pada 12 Agustus 2011 sungguh menyayat kalbu. Sontak saya ingat anak-anaknya yang masih kecil. Saya ingat wajah mereka yang masih butuh seorang ayah. Bagaimana masa depan anak-anak itu? Saya berharap isterinya tabah dan kuat. Percaya pada Tuhan. Percaya kepada penyelenggaraan ilahi.
Siapakah Even? Bagi saya dia salah seorang pendekar Pos Kupang yang bekerja spartan dan tidak banyak menuntut. Sepanjang kariernya belasan tahun di harian ini, hampir tidak ada masalah yang disumbangkannya bagi perusahaan. Dia memberi yang terbaik sesuai kemampuannya. Dia menjabat Manajer Keuangan dalam waktu yang lama. Kemudian dimutasi ke Manajer Umum sebelum akhirnya mungkin menurut penilaian pimpinan tenaganya cukup sekadar mengurus koperasi, meski itu bukan link langsung dengan struktur organisasi perusahaaan. Bahwa kuat kesan dia kaku dalam hal “uang” bisa dimaklumi. Di mana-mana “orang keuangan” selalu begitu bukan? Dan memang idealnya demikian. Dan dia, bukan tipe "manusia pro eselonering" seperti kebanyakan orang yang takut dan cemas bahkan stress ketika tidak lagi masuk dalam struktur. Dia menerima penugasan dari pimpinan dengan senyum.
Apa keutamaan Even Midin bagi Pos Kupang? Dia berpikir dan bekerja untuk banyak orang. Sampai akhir hayatnya Even masih tercatat sebagai Ketua Koperasi Karyawan Pos Kupang, jabatan yang diembannya dua kali. Koperasi itu sempat dipimpin Mariana Dohu, namun kembali lagi ke tangan Even dua tahun lalu. Dan, dia sukses mengelola koperasi ini. Hampir semua anggota termasuk saya merasakan manfaat koperasi tersebut.
Even juga punya jiwa bisnis. Dia mendorong isterinya membuka usaha kios yang cukup menopang pendapatan keluarga. Dia pun menjual pulsa elektronik. Saya tahu banyak teman-teman di kantor yang akhirnya mau mengikuti jejaknya, misalnya membuka usaha kios untuk menopang hidup keluarga atau jual pulsa sekadar untuk tambah-tambah belanja dapur, suatu langkah yang sangat mulia ketimbang memeras atau mencuri dengan menjual lembaga Pos Kupang, misalnya.
Selain koperasi karyawan Pos Kupang, Even Midin yang mengelola UB (Usaha Bersama) PEKA, yang anggotanya karyawan-karyawati Pos Kupang bersama suami, isteri dan anak. Sudah banyak anggota PEKA yang tertolong dari UB tersebut, misalnya dana untuk bangun rumah, beli tanah atau biaya pendidikan anak-anak. UB PEKA sedang diperjuangkan Even menjadi koperasi. Mudah-mudahan diteruskan oleh pengurus yang lain agar Even di alam sana tidak kecewa.
Even Midin adalah tipe pekerja keras dan jujur. Juga menjalin persahabatan tulus dengan siapa saja. Dia juga rendah hati. Dia bukan tipe manusia penjilat atau pengkhianat yang tega “menjual” teman-teman sendiri demi menggolkan tujuan pribadi. Karena keutamaan itu, saya bangga padanya. Beberapa kali saya memang memarahi dia untuk hal-hal yang saya anggap keliru. Dia bisa menerima dengan baik setelah sadar akan kekeliruannya.
Even….maafkan saya kalau catatan kecil ini keliru dan terutama atas kesalahan saya terhadapmu semasa hidup. Saya merindukan kebersamaan kita. Saya mendoakan keluargamu, anak dan isterimu.
Kau tahu Even, sekarang saya tidak bisa lagi kirim SMS ke nomor HP-mu yang isinya kau sudah tahu betul. “Aji, tolong tembak pulsa Simpati 20 ribu ke no saya. Bayar nanti e...”
Dari kota debu Maumere, saya mengirimimu seutas doa. Doakanlah kami, teman-temanmu yang masih berziarah di bumi fana ini.
Beristirahatlah dalam damai, sahabatku…
Dion DB Putra
Dari kota tsunami Maumere-Flores...