Kisah dari Bandara El Tari

ilustrasi
Dalam sepuluh tahun terakhir terjadi banyak perubahan di Bandar Udara (Bandara) El Tari Kupang. Kita coba membuat perbandingan ala kadarnya. Dulu bandara yang mengabadikan nama gubernur kedua Provinsi  Nusa Tenggara Timur (NTT)  tersebut hanya ramai beberapa saat bahkan tidak sampai setengah hari karena minimnya pesawat yang datang dan pergi. Dulu ruangan tunggu tak seberapa luas. Itupun belum tentu penuh dengan para penumpang. Ruang kedatangan penumpang juga kurang lebih sama kondisinya.

Wajah Bandara El Tari hari ini sudah jauh berbeda. Secara fisik sudah beberapa kali mengalami perombakan dan penambahan fasilitas. Kesibukan di bandara tersebut nyaris berlangsung selama 24 jam karena padatnya jadwal penerbangan sejak fajar menyingsing hingga menjelang tengah malam. Praktis hanya sekitar empat jam para pekerja di bandara tersebut  beristirahat. Mulai pukul 04.00 Wita El Tari sudah bergeliat lagi melayani penumpang yang datang dan pergi ke berbagai penjuru tanah air bahkan hingga ke mancanegara.

Hampir semua maskapai penerbangan di negeri ini menyinggahi Bandara  El Tari Kupang bahkan menjadikan Kupang sebagai home basenya. Maskapai terkemuka sekelas Garuda Indonesia  tidak hanya mengoperasikan pesawat berbadan lebar. Garuda  malah menyediakan pesawat berbadan sedang untuk melayani  rute jarak pendek di wilayah NTT. Dia mengikuti jejak maskapai Lion Air yang lebih dulu melayani rute jarak pendek di NTT pasca ambruknya maskapai perintis di wilayah kepulauan ini, Merpati Nusantara Airlines.

Perubahan drastis di Bandara El Tari menunjukkan ekonomi bertumbuh di daerah ini. Bersamaan dengan itu posisi bandara tersebut semakin penting dan menentukan. Dia merupakan pintu gerbang utama NTT. Kesan pertama orang luar tentang Flobamora pun terpatri di sana. Baik buruknya NTT, pada awal jumpa justru hadir di El Tari sebagai pintu utama keluar masuk Nusa Tenggara Timur.

Itulah sebabnya kita agak terusik dengan berita yang dirilis harian ini tentang dugaan pungutan liar (pungli) yang menimpa wisatawan di bandara tersebut.

Dugaan pungli berkaitan dengan tarif mobil taksi.  Angka yang tertera dalam karcis resmi Rp 70.000 tetapi pengguna taksi diminta membayar Rp 100.000 karena jumlah mereka lebih dari empat orang. Sesuai ketentuan, satu taksi hanya boleh membawa empat orang penumpang. Wisatawan pun kesal karena sempat "diminta" agar menggunakan dua mobil taksi.

Masalah ini memang sudah selesai dan pihak pengelola taksi Bandara El Tari telah menyampaikan permohonan maaf. Walau demikian, kesan tidak nyaman tersebut tentu masih melekat di benak wisatawan yang mengalaminya. Kalau dia bercerita kepada orang lain, sebut misalnya anggota keluarga, rekan kerja, sahabat, kenalan,  maka kisah tentang  pelayanan umum di Bandara El Tari Kupang yang tersebar luas kuranglah elok, tidak sedap.

Tentu saja ini merugikan kita warga NTT yang tiada henti berikhtiar menyebarluaskan kesan baik tentang daerah ini. Kita sudah lelah dengan beragam stigma negatif tentang NTT. Sudah saatnya kita lebih banyak menumbuhkan sisi positif tentang Flobamora. Semoga!

Sumber: Pos Kupang 23 Juli 2015 halaman 4
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes