Teman Tapi Lawan


Dominic Thiem

Petenis Austria Dominic Thiem mendapat hadiah ulang tahun terindah. Tepat pada hari jadinya ke-27 dia meraih gelar Grand Slam US Open atau Amerika Serikat Terbuka.

Setelah tiga kali gagal di final Grand Slam, pada usahanya yang keempat, Thiem mampu mewujudkannya. Proficiat!

Menariknya lawan Dominic Thie kalahkan di final US Open pada 13 September 2020 adalah sahabatnya Alexander Zverev asal Jerman.

Teman tapi lawan sampai seorang di antaranya menyerah namun tidak menghilangkan tali persahabatan. Pada akhir laga mereka berangkulan. Begitulah indahnya sportivitas.

Thiem sudah ketinggalan dua set. Secara mengagumkan dia bangkit dari keterpurukan, tampil konsisten dan pada set terakhir menang tipis lewat tie-break.

Sungguh final nomor tunggal putra berkelas dunia. Selama empat jam lebih satu menit penggemar tenis mendapat suguhan pertandingan yang menawan.

Drama bergulir dari poin ke poin hingga pukulan terakhir menandai kemenangan Thiem 2-6, 4-6, 6-4, 6-3, dan 7-6 (6).

Meski laga tanpa penonton di Arthur Ashe Stadium, New York karena Covid-19, namun atmosfer yang mereka ciptakan sungguh menghibur. Penggemar tenis sejagat yang menyaksikan via layar kaca merasakan aroma kompetisi memikat.

Dominic Thiem, peringkat ketiga dunia versi ATP, mengawali pertandingan tak semulus yang ia kira.

Dia terseok-seok melawan Zverev sebelum memegang kendali permainan di set ketiga yang berlanjut
hingga set kelima.

Statistik berikut ini utuh menggambarkan betapa ketatnya pertandingan final US Open 2020. Yang gandrung tenis lapangan paham laga granfinal di akhir pekan itu menakjubkan.

Zverev unggul dalam hal pukulan Ace dengan total 15 kali dibandingkan Thiem hanya melepaskan 8 pukulan
Ace.

Thiem memenangkan break point 7/13, Zverev 8/18. Net point dimenangkan Thiem 23/31, Zverev 43/66. Pukulan winner yang menghasilkan poin Zverev unggul jauh yaitu 52 pukulan, Thiem 43.

Thiem bermain tenang sehingga lebih minim melakukan kesalahan. Kesalahan ganda Thiem 8, Zverev 15. Kesalahan sendiri atau unforced error Thiem hanya 55 kali, sedangkan Zverev 64. Total poin kemenangan
perbedaannya sangat cilik. Thiem 162, Zverev 159.

Menang tipis melalui pertarungan dramatis, Dominic Thiem memuji daya juang sahabatnya Alexander Zverev. Dia merasa hanya sedikit lebih beruntung sehingga meraih trofi Grand Slam perdana dalam kariernya
sebagai petenis profesional.

"Kami mulai saling mengenal sejak 2014 dan setelahnya kami menjalin pertemanan sampai sekarang, dan juga persaingan. Sungguh hebat perjalanan yang sudah kami lalui sejauh ini dari tiap lapangan, kuharap kita bisa punya dua pemenang hari ini. Kami patut menerimanya," kata Thiem seusai pertandingan final sebagaimana dikutip dari laman ATP, Senin 14 September 2020.

Gelar Thiem merupakan kemenangan pertama di US Open yang ditentukan oleh tie break sebanyak lima set. Thiem juga menjadi petenis pertama dalam sejarah tenis lapangan era terbuka yang memenangi US Open
setelah tertinggal dua set.

Kendati Alexander Zverev mengalami kekalahan dalam usahanya meraih gelar Grand Slam pertama, namun petenis berusia 23 tahun ini mencatatkan rekor finalis termuda dalam ajang tertinggi setelah Novak
Djokovic mengukirnya tahun 2010.

Dia pun memuji sobatnya Dominic Thiem.

"Aku mengucapkan selamat pada Dominic atas gelar perdana Grand Slam. Aku berterima kasih pada tim yang tetap mendukungku terutama pada masa-masa sulit dua tahun terakhir. Kita sedang menuju jalan yang bena dan kuharap suatu hari bisa mengangkat piala (Grand Slam) bersama-sama," kata Alexander Zverev.

Sukses Thiem menambah daftar kemenangan mutlak dalam empat pertemuannya dengan Zverev di ajang Grand Slam. Thiem Berjaya pada tiga duel sebelumnya yaitu Roland Garros (French Open) 2016 dan 2018 serta Australia Open 2020.

Sejak Usia 6 Tahun

Dominic Thiem lahir 13 September 1993 di Wiener Neustadt, Austria. Buah kasih pasangan Wolfgang dan Karin Thiem yang sama-sama pelatih tenis ini mulai menekuni olahraga tenis sejak usia enam tahun.

Dia menjalani debut ATP Tour pada 2011 di Kitzbuehel sebagai petenis wildcard, namun dikalahkan Daniel Gimeno-Traver pada babak pertama. Memenangkan pertandingan undian utama pertamanya pada tahun yang sama melawan rekan senegaranya Thomas Muster di Wina.

Tahun 2013, Dominic Thiem finis 15 Besar untuk pertama kali dalam kariernya setelah mencapai babak perempatfinal di Kitzbuhel dan Wina.

Setahun kemudian dia menjalani debut Grand Slam di Australia Open 2014. Mengalahkan Joao Sousa sebelum ditaklukkan Kevin Anderson pada babak kedua.

Dia mencapai final ATP Tour pertama tahun yang sama di Kitzbuehel namun kalah melawan David Goffin dan mengakhiri tahun itu masuk 50 Besar petenis putra dunia.

Menjuarai ATP Tour pertamanya di Nice setahun berikutnya disusul juara di Umag dan Gstaad untuk tuntas dalam predikat petenis paling muda yang masuk 20 Besar.

Dominic Thiem masuk 10 Besar pada tahun 2016 setelah menjadi juara di Buenos Aires, Acapulco, Nice dan Stuttgart serta lolos ke ATP Finals untuk pertama kali dalam kariernya.

Dia juga lolos ke final Grand Slam pertamanya di Roland Garros pada 2018, namun dikalahkan Rafael Nadal.

Menjuarai Masters 1000 pertaman pada tahun berikutnya di Indian Wells setelah mengalahkan Roger Federer dalam final. Mengakhiri musim itu dengan lima gelar juara yang sama dengan Novak Djokovic.

Tahun 2019 Dominic Thiem kembali tak berdaya melawan Rafael Nadal di final French Open. Kekalahan serupa dia alami saat menghadapi Novak Djokovic pada final Australia Open 2020.

Akhirnya setelah melalui perjuangan berliku, dia mengoleksi gelar Grand Slam pertama di US Open 2020 setelah mengalahkan Alexander Zverev. Petenis Austria itu mengharapkan lebih banyak lagi gelar yang datang padanya.

"Saya berharap ini akan lebih mudah bagi saya sekarang di turnamen terbesar," kata Thiem. Dia menjadi petenis pertama di luar Rafael Nadal, Novak Djokovic dan Roger Federer yang merebut gelar Grand Slam sejak kemenangan Stan Wawrinka di US Open 2016.

Selama hampir satu dekade terakhir ini gelar Grand Slam nomor bergengsi tunggal putra didominasi Nadal, Djokovic dan Federer.

Jika dia konsisten merawat kinerjanya dalam waktu tidak lama lagi Thiem bakal menjadi petenis putra nomor satu dunia sekaligus menggeser dominasi Nadal, Djokovic dan Federer yang mulai termakan usia.

Thiem melukiskan kemenangannya di New York adalah puncak dari kerja keras dan pengorbanan selama bertahun-tahun.

"Benar-benar mencapai tujuan hidup, impian yang saya miliki selama bertahun-tahun. Saat itu sangat jauh. Kemudian saya semakin dekat ke puncak dan menyadari mungkin suatu hari saya benar-benar dapat memenangkan salah satu dari empat gelar terbesar ," kata Thiem.

Dominic Thiem tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pelatih serta keluarga yang mendukung penuh kariernya.

"Saya mendedikasikan seluruh hidup saya untuk memenangkannya. Itu untuk diri sendiri, tim dan keluarga saya, pencapaian luar biasa. Hari ini saya memberikan kembali sejumlah besar apa yang mereka lakukan
untuk saya," ujarnya.

Ratu Tenis Baru

US Open 2020 pun melahirkan ratu tenis baru dalam diri Naomi Osaka.

Petenis Jepang itu mengakhiri impian Victoria Azarenka guna merebut gelar juara US Open keduanya dalam tiga tahun terakhir.

Seperti Dominic Thiem, Naomi Osaka pun tertinggal satu set sebelum menyudahi perlawanan Azarenka 1-6, 6-3, 6-3 dalam laga Sabtu sore 12 September 2020. Naomi kini mengokohkan diri yang terbaik baik di dalam maupun di luar lapangan.

Tidak seperti kemenangan pertama petenis Jepang berusia 22 tahun itu dalam US Open 2018 atas Serena Williams di Stadion Arthur Ashe yang gegap gempita, drama Sabtu malam itu berlangsung di arena yang sepi.

Panitia US Open menerapkan protokol kesehatan Covid-19 supet ketat untuk mencegah penonton memasuki Billie Jean King National Tennis Center.

Namun sunyinya hingar bingar penonton di seantero tribun tidak menghentikan kedua mantan petenis nomor satu dunia itu menampilkan permainan memukau.

Manakala Osaka merengkuh gelar Grand Slam ketiga, Azarenka malah untuk ketiga kalinya gagal menjuarai US Open setelah runner-up tahun 2012 dan 2013.

Meski demikian tahun ini merupakan perjalanan luar biasa bagi petenis asal Belarus berusia 31 tahun itu. Dia mencapai final turnamen besar pertama dalam tujuh tahun terakhir.

Hebatnya lagi ini merupakan kedua kalinya dalam dua pekan terakhir Azarenka, sang juara dua kali Australia Open dan Osaka bertemu di babak final. Keduanya bertemu di final Western and Southern Open pada 29 Agustus 2020. Saat itu Osaka mundur karena cedera hamstring.

"Saya sebenarnya tak mau lagi melawan Anda di final. Saya tak begitu menikmatinya. Bagi saya ini pertandingan yang sangat berat.," kata Osaka kepada Victoria Azarenka sambil tersenyum saat seremoni penerimaan trofi US Open.

Naomi Osaka tetap menaruh hormat pada Azarenka.

“Sungguh menginspirasi karena saya biasa menonton Anda bermain di sini ketika saya masih muda jadi punya kesempatan bermain melawan Anda adalah benar-benar hebat dan saya belajar banyak," kata petenis kelahiran Osaka, 16 Oktober 1997 tersebut.

Seremoni penyerahan piala malam itu unik demi mematuhi protokol Covid. Kedua petenis mengambil hadiah sendiri dari meja yang diletakkan di lapangan, sementara semua orang berdiri sambil menjaga jarak sosial selama sesi wajib foto.

Seperti yang dia lakukan dalam setiap pertandingan selama US Open 2020, Naomi Osaka muncul dengan paha kiri terikat dan masker wajah bertuliskan nama-nama warga kulit hitam yang jadi korban kebrutalan polisi atau ketidakadilan rasial di negeri Pamam Sam, Amerika Serikat.

Untuk partai final dia mencantumkan nama Tamir Rice, bocah laki-laki berusia 12 tahun yang ditembak polisi pada 2014 saat bermain pistol mainan di playgound.

Naomi Osaka telah menggantikan posisi Serena Williams sebagai petenis berpenghasilan terbanyak sekaligus atlet berpengaruh di dunia.

Setelah kerusuhan mengguncang Amerika Serikat menyusul insiden penembakan polisi terhadap pria kulit hitam Jacob Blake di Kenosha, Wisconsin empat pekan lalu, Naomi muncul dari semifinal Western and Southern Open sambil unjuk protes. Protes sangat keras atas kebrutalan petugas negara itu.

Tour tenis putra dan putri meresponnya. Mereka menunda semua pertandingan yang dijadwalkan berlangsung pada hari protes selama 24 jam dan membujuk Naomi Osaka agar mengikuti pertandingan yang sudah
dijadwal ulang.

Mengambil sikap tegas sebagai aktivis, petenis berusia 22 tahun itu sudah menyampaikan pendapatnya yang didengar dunia.

Victoria Azarenka yang mengakhiri upaya Serena Williams dalam menyamai rekor gelar Grand Slam ke-24 di babak semifinal, membawa momentum kemenangan ke final pada set pertama yang nyaris tanpa cela.

Victoria Azarenka enteng mematahkan perlawanan Naomi pada set pembuka hanya dalam waktu 27 menit.

Seandainya penonton dibolehkan berada di Stadion Arthur Ashe, mereka pasti terpana oleh momen-momen saat Azarenka yang mengamuk lagi untuk mematahkan Osaka sampai memimpin 2-0 di set kedua.

Tetapi si gading Jepang Naomi Osaka tidak kehilangan ketenangannya.

Setelah tidak mencatat satu pukulan Ace pada set pembuka, Naomi Osaka yang merupakan jago servis, perlahan mulai bangkit pada set kedua.

Dia melepaskan lima Ace sambil membantu dirinya untuk tiga break dalam perjalanan menyamakan kedudukan set kedua. Pada set ketiga Osaka berbalik menekan yang membuat Azarenka kebingungan.

Naomi Osaka pimpin 3-1. Azarenka berusaha menunjukkan semangat juangnya sampai kedudukan 3-4 tetapi Naomi Osaka sudah tak terbendung lagi.

Menurut catatan Reuters, ini pertama kalinya sejak Arantxa Sanchez-Vicario pada 1994, pemain yang kehilangan set pertama dalam final tunggal putri bisa berbalik menang guna merengkuh gelar juara.

Naomi memang hebat.

Siapakah Naomi Osaka?

Lahir dari rahim seorang ibu asal Jepang dan ayah dari Haiti, Naomi sangat mengidolakan juara Grand Slam 23 kali Serena Williams. Ayah ibunya membawa dia pindah New York saat berusia tiga tahun dan beralih ke tenis profesional tahun 2013 saat dia berumur 15 tahun.

Naomi bermain untuk pertama kalinya dalam undian utama turnamen WTA di Stanford pada tahun 2014. Mengalahkan Sam Stosur pada babak pertama sebelum menyerah atas Andrea Petkovic.

Dia menjalani debut Grand Slam sebagai petenis kualifikasi Australia Open pada 2016 dengan mengalahkan Elina Svitolina pada babak kedua sebelum dikalahkan Victoria Azarenka.

Berhasil masuk daftar 100 besar petenis putri dunia untuk pertama kalinya pada April 2016 dan memuncaki 50 besar dalam tahun yang sama.

Dinobatkan sebagai "Pendatang Baru Terbaik" WTA 2016 setelah maju ke babak ketiga dalam tiga Grand Slam dan mencapai final WTA pertama.

Naomi Osaka meraih gelar WTA pertama pada Maret 2018 di Indian Wells setelah mengalahkan Maria Sharapova, Karolina Pliskova dan Simona Halep.

Akhirnya dia sukses mengalahkan sang idola, Serena Williams di inal US Open 2018 untuk merebut gelar Grand Slam pertama dan finis tahun itu sebagai peringkat keempat dunia.

Naomi terus bersinar. Dia mengalahkan Petra Kvitova pada final Australia Open 2019 untuk menjadi petenis pertama sejak Jennifer Capriati pada 2001 yang menjuarai kembali Grand Slam.

Mengingat usianya masih tergolong belia, Naomi Osaka akan terus berjaya di panggung dunia pada tahun-tahun mendatang. (dion db putra)

Sumber: Tribun Bali

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes