Lionel Messi |
milik Lionel Messi.
Si anak ajaib dari Argentina sedang galau bersama manajemen klub Barcelona yang nirgelar pada musim kompetisi yang baru lewat.
Terlebih Barcelona kalah 2-8 melawan Bayern Muenchen di perempat final Liga Champions yang bikin reputasi El Barca selama bertahun-tahun seolah remuk dalam sekejap.
Hujan semalam menghapus panas setahun.
Sebaliknya, bahagia yang meluap-luap sedang mengisi relung hati karib Messi, Neymar dan Angel Di Maria dkk meski mereka gagal meraih trofi Liga Champions perdana bersama klub dari Kota Cahaya, Paris Saint Germain (PSG).
Neymar dan Di Maria mau berbagi kebahagiaan.
Itulah sebabnya kedua bintang PSG ini merayu Lionel Messi agar mau bergabung dengan PSG saja.
Jangan ke Manchester City, Liverpool, Juventus, Inter atau klub manapun di kolong langit yang sangat mendambakan tanda tangan La Pulga.
Si Kutu yang sudah meraih semua yang terbaik di ladang bola kecuali trofi FIFA World Cup.
Sejumlah sumber kepada ESPN menyebutkan, hari Kamis 27 Agustus 2020, Neymar telepon Messi dari Paris.
Neymar bicara mengenai kemungkinan kapten
Barcelona itu bergabung dengan Les Parisiens. Neymar sangat senang jika Messi mau reuni di Paris mulai musim depan.
Seluruh dunia pun tahu masa depan Messi masih menjadi berita paling heboh setelah dia mengatakan ingin hengkang dari Nou Camp.
Neymar tinggalkan Barca tahun 2017 dengan rekor bayaran termahal, 222 juta euro dari PSG.
Tapi hubungan keduanya tetap dekat sampai sekarang.
Musim panas tahun lalu Messi bahkan menuntut Barca memulangkan Neymar ke Barcelona.
Tuntutan yang dicueki Presiden klub Josep Maria Bartomeu dan pelatih Quique Setien.
Barcelona pun benar-benar tunggang langgang tanpa gelar.
Relasi Messi dan Angel Di Maria pun sangat dekat. Mereka bersahabat sejak lama, bukan semata karena dari tanah air yang sama Argentina.
Di Maria juga sudah bicara hati ke hati dengan Messi. Entah bagaimana akhir spekulasi masa depan Messi.
Pemuja sepak bola sejagat tetap menanti. Benarkah Neymar bahagia di Kota Cahaya Paris?
Bukankah bintang Brasil ini biasanya usil, sedikit bengal bahkan doyan berakting di lapangan?
Tersentuh fisik sedikit saja langsung berguling-guling seolah menahan sakit tiada tara.
Tapi itu dulu. Kini seiring bertambah umur dan pengalaman, Neymar lebih bijaksana mengelola emosinya.
Dia makin matang, baik di dalam maupun di luar lapangan.
Memang dia pun sensi. Sensitif. Mudah melow, kata anak generasi Z.
Lihat bagaimana dia berurai air mata ketika wasit meniup peluit panjang tanda usainya laga PSG melawan Bayern Muenchen di final Liga Champions Eropa, Minggu malam 23 Agustus 2020.
Sembap matanya di Lisbon setelah PSG menyerah 0-1 dan gagal meraih trofi Kuping Besar Liga Champions Eropa.
Momen tangisan Neymar dalam pelukan bek Bayern Muenchen asal Austria David Alaba malam itu sempat menjadi trending topic.
Umumnya netizen respek terhadap Alaba yang memberikan bahunya kepada Neymar. Menghibur dan meneguhkan Neymar.
Sportivitas yang menggetarkan hati.
Neymar menangis ya manusiawi. Dia gagal mencetak sejarah manis bagi PSG.
Meski demikian, Neymar sesungguhnya menjalani musim yang bahagia bersama klub elit Prancis itu sejak 2017.
Musim tanpa cedera, musim menyapu bersih seluruh gelar juara domestik yang menambah koleksi trofi klub kebanggaan warga Paris, kota pertama di dunia yang bermandikan terang listrik sehingga dijuluki Kota Cahaya.
Seandainya Paris Saint Germain mengalahkan Bayern Muenchen di final Liga Champions, kegembiraan Neymar paripurna dan perayaan super meriah bakal meledak di ibu kota Prancis dan Doha, tanah air Emir Qatar yang empunya klub.
Transformasi PSG
PSG mencapai final pertama kompetisi antarklub elite Eropa terjadi pada bulan ketika mereka merayakan hari jadi ke-50.
Namun, transformasi PSG menjadi klub papan atas Prancis bermula pada 30 Juni 2011 ketika Qatar Sports Investments (QSI) membeli PSG.
Kala itu Presiden klub Nasser al-Khelaifi berjanji menjadikan PSG sebagai tim hebat dan brand kuat di fora internasional.
Delapan musim terakhir, PSG tampil trengginas. Mengatasi nama besar klub papan atas Prancis lainnya seperti Marseille dan Olimpyque Lyon.
Tahun 2020 PSG menjuarai liga Prancis yang ketujuh dalam delapan musim terakhir dan treble domestik keempat selama enam tahun terakhir.
"Liga Champions telah menjadi impian kami dan kami hampir memenuhi impian kami saat ini," kata Khelaifi.
Ya, hampir saja PSG juara tapi di Lisbon 23 Agustus 2020, Bayern tampil lebih apik dan anak-anak Jerman mencetak gol kemenangan.
Nasser al-Khelaifi yakin semua akan indah pada waktunya. PSG bakal meraih trofi Liga Champions dalam waktu yang tidak lama lagi.
PSG sesungguhnya pernah berjaya di era 1990-an di bawah kepemilikan raksasa
TV berbayar Prancis, Canal Plus. Diperkuat bintang asal Liberia, George Weah, PSG juara liga Prancis 1994 dan mencapai semifinal Liga Champions setahun kemudian.
PSG meraih trofi Cup Winners' Cup (setara Liga Europa) tahun 1996.
Hanya itu prestasi terbaik mereka di benua biru Eropa.
Tahun 2010 kondisi klub sungguh terpuruk. Finis urutan ke-13 di Ligue 1.
Penonton di Stadion Parc des Princes berkurang drastis. Pendapatan klub anjlok.
Masuknya QSI dengan dukungan penuh Emir Qatar serta jamahan tangan dingin Khelaifi memberi sesuatu bagi PSG.
Hanya butuh dua tahun untuk naik ke posisi kelima aftar Football Money League Deloitte.
Kantor berita AFP mencatat pendapatan PSG yang pada musim 2012-2013 hanya di bawah 400 juta euro (Rp 6,9 triliun), melonjak empat kali lipat dalam waktu singkat setelah ditangani QSI.
Cuma Real Madrid, Barcelona, Bayern Muenchen dan Manchester United yang mengalahkan PSG dalam urusan finansial ini.
Musim itu PSG kembali ke Liga Champions Eropa setelah delapan tahun absen dan menjuarai Ligue 1 pertama di era kepemilikan Qatar, negara tuan rumah Piala Dunia 2022.
PSG mendatangkan megabintang David Beckham.
Kesepakatan komersial besar diteken dengan Otoritas Pariwisata Qatar serta penyedia mobile Qatar, Ooredoo.
Angka terakhir Deloitte menempatkan PSG pada urutan kelima lagi.
Koleksi pendapatan 635,9 juta euro (Rp 11 triliun). Jumlah yang tidak secuil.
PSG melakukan dua transfer termahal dalam sejarah ketika mendatangkan Neymar dari Barcelona seharga 222 juta euro (Rp 3,8 triliun) dan Kylian Mbappe dari AS Monaco seharga 180 juta euro (Rp 3,1 triliun) pada tahun 2017.
Klub tersebut sudah menghabiskan total 1,3 miliar euro (Rp 22,6 triliun) untuk biaya transfer pemain dalam sembilan tahun terakhir.
Belanja besar-besaran pemain bintang berbuah manis.Klub yang berbasis di salah satu kota terbesar dan paling glamor di Eropa itu merajai Liga Prancis dan langganan lolos ke Liga Champions Eropa.
Dimotori trio NMM: Neymar, Di Maria dan Mbappe serta pemain sarat pengalaman seperti Thiago Silva, PSG bahkan mencapai babak final musim ini setelah melalui 10 pertandingan tak terkalahkan.
PSG adalah wakil Liga Prancis pertama yang mencapai final lagi sejak AS Monaco tahun 2004.
Seandainya bisa juara Liga Champions musim ini, PSG menjadi tim kedua dari Ligue 1 Prancis yang merengkuh anugerah terbesar klub sepak bola Eropa setelah Marseille mencicipinya tahun 1993.
Lama nian penantiannya. Kendati gagal di final, Presiden Nasser al-Khelaifi dan pelatih PSG asal Jerman
Thomas Tuchel tetap bahagia, salut dan bangga atas pencapaian Neymar dkk.
Atmosfer tim PSG sedang bagus-bagusnya. Ihwal kebahagiaan di PSG karena hubungan harmonis antara direksi, pelatih dan seluruh pemain diungkapkan bek asal Brasil Thiago Silva saat menulis salam perpisahan 27 Agustus 2020.
Silva kini sudah resmi bergabung dengan klub Inggris, Chelsea.
Silva masuk skuat PSG pada 2012 dari AC Milan Italia. Dia memimpin tim Prancis itu meraih tujuh gelar Ligue 1 dalam delapan musim.
Total ia sudah mempersembahkan 23 trofi selama membela klub Prancis itu.
Thiago Silva dalam ucapan perpisahan lewat akun media sosialnya mengucapkan terima kasih kepada suporter PSG.
Dia mengutip perkataan dari penyair terkenal Portugal, Fernando Pessoa.
"Jangan menilai sesuatu dari berapa lama mereka bertahan, tetapi dari intensitas mereka. Itulah mengapa ada saat-saat yang tak terlupakan, hal-hal yang tidak dapat dijelaskan dan orang-orang yang tak tertandingi," tulis bek tengah tersebut seperti dilansir Goal.
"Hari ini siklus telah berakhir. Setelah delapan tahun di PSG, saya ingin berterima kasih kepada rekan satu tim saya, seluruh staf pelatih dan dewan, para penggemar, keluarga saya, Tuhan dan teman-teman saya, untuk semua tahun bahagia yang telah kami habiskan di Kota Cahaya.
"Di sini, bersama istri saya, kami menikmati saat-saat yang tak terlupakan. Anak- anak kami tumbuh, kami menjadi warga negara Prancis dan kami akan mengenang selamanya di hati kami tahun-tahun tinggal di Prancis. Terima kasih banyak," demikian Thiago Silva.
Thiago Silva telah menjadi legenda PSG. Dia tampil sebanyak 652 kali, meraih 7 gelar juara liga, 6 piala liga dan 5 piala Prancis. Dia meninggalkan kota menara Eiffel dengan perasaan bahagia.
Pindah ke Chelsea karena kontraknya memang telah berakhir.
Mereka berpisah secara baik-baik. Penuh canda dan tawa. Rangkulan erat.
Tentu berbeda dibandingkan Lionel Messi yang kalau benar-benar pergi dari Barcelona dalam kondisi sekarang, dunia bola akan mengenangnya sebagai bintang yang terluka.
Setelah memberikan segala yang terbaik bagi keharuman nama El Barca, Lionel Messi malah mengakhiri kebersamaan dalam balutan gosip tak elok nian.
Semoga tidak demikian.
Untuk sang megabintang yang menghibur pemuja bola lewat aksi menawan, berikan dia sekeping hati yang bahagia.
Kalau harus meninggalkan Barca, Messi mesti pergi dengan riang. Ada tawa serta rangkulan hangat. (dion db putra)
Sumber: Tribun Bali