“Nona e….bobo siang sudah ka. Kalau nona tidak bobo, malam nanti kau tidak bisa belajar karena mengantuk!” kata seorang bapak kepada putrinya yang tahun ini kelas VI SD. “Epen!” jawab sang putri berambut keriwil itu sambil berlari menuju lapangan di samping rumah.
Di sana sudah menunggu teman sebayanya dengan sepeda masing-masing. Usai makan siang gadis kecil itu memilih mengayuh sepeda bersama rekan-rekannya ketimbang bobo siang seperti anjuran sang ayah.
Epen! Emang penting? Bahasa “gaul” generasi anak dan remaja 2011. Apakah bobo siang memang penting, begitu yang dikatakan sang anak kepada ayahnya. Anak zaman ini memang kadang bikin kesal orangtua. Kalau dulu zaman saya kecil kena rotan di pantat, sapu lidi di betis atau berlutut sambil pegang telinga itu biasa. Sekarang jangan coba-coba, bro. Kalau tuan berani pakai rotan, si kecil sontak berkata, “Bapa e…ini KDRT!” Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Bibir terkunci. Mati kutu! Ha-ha-ha… Jadi pendekatan, bimbingan atau pembinaan terhadap anak zaman ini sudah berbeda sama sekali.
Epen? Emang penting rupanya bukan hanya sikap spontan para bocah. Epen justru dipraktikkan dengan telanjang oleh para orangtua yang sudah berkumis bahkan beruban. Di Kota Kupang barusan terjadi lagi duel seru di gedung wakil rakyat yang terhormat. Kehabisan kata-kata saat berdebat memperebutkan kursi ketua DPRD, mereka mau bakuhabok saja. Adu otot. Apakah tidak merasa malu? Mereka pasti menjawab, “Epen!”
Di Kefamenanu, Timor Tengah Utara (TTU), elite politik sibuk memperebutkan kursi bupati-wakil bupati. Tiada hari tanpa demo. Tiada hari tanpa menghujat dan memaki-maki. Sementara krisis pangan dan air mendera ratusan ribu jiwa penduduk. Korban gizi buruk terus berjatuhan. Epen! Demikianlah yang ada dalam otak dan hati mereka.
Para pemimpin daerah di Flores pun mengucapkan “epen” dengan lantang kendati anjing rabies terus menggila dan merenggut nyawa manusia setiap saat. Bupati dan DPRD di Flores sudah gonta-ganti sejak rabies mewabah medio 1990-an, namun prahara anjing gila tidak pernah tuntas bahkan semakin menjadi-jadi. Tentu soalnya bukan karena otak mereka bodoh. Mereka umumnya pintar dan ahli. Termasuk ahli mencuri… Mau bukti? Tengoklah bui, ada beberapa mantan petinggi daerah di sana!
Tuan dan puan kita hidup di negeri epen. Yang penting dibikin tidak penting. Yang tidak penting justru ditahtakan sedemikian rupa seolah-olah sangat penting….